Hukum Internasional Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu. Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum bangsabangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara. Perbedaan dan persamaan Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional. Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya (obyeknya). Bentuk Hukum internasional Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu : Hukum Internasional Regional Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum. Hukum Internasional Khusus Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan. Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara: 1. negara dengan negara 2. negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain. Hukum Internasional dan Hukum Dunia Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat. Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi. Masyarakat dan Hukum Internasional Adanya masyarakat-masyarakat Internasional sebagai landasan sosiologis hukum internasional. 1. Adanya suatu masyarakat Internasional. Adanya masyarakat internasional ditunjukkan adanya hubungan yang terdapat antara anggota masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial dan olah 1 raga mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama merupakan suatu kepentingan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Masyarakat Internasional pada hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat. 2. Asas hukum yang bersamaan sebagai unsur masyarakat hukum internasional. Suatu kumpulan bangsa untuk dapat benar-benar dikatakan suatu masyarakat Hukum Internasional harus ada unsur pengikat yaitu adanya asas kesamaan hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini. Betapapun berlainan wujudnya hukum positif yang berlaku di tiap-tiap negara tanpa adanya suatu masyarakat hukum bangsa-bangsa merupakan hukum alam (naturerech) yang mengharuskan bangsa-bangsa di dunia hidup berdampingan secara damai dapat dikembalikan pada akal manusia (ratio) dan naluri untuk mempertahankan jenisnya. Kedaulatan Negara : Hakekat dan Fungsinya Dalam Masyarakat Internasional. Negara dikatakan berdaulat (sovereign) karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. Negara berdaulat berarti negara itu mempunyai kekuasaan tertentu. Negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi daripada kekuasaannya sendiri dan mengandung 2 (dua) pembatasan penting dalam dirinya: 1. Kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain mulai. 2. Kekuasaan itu terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu. Konsep kedaulatan, kemerdekaan dan kesamaan derajat tidak bertentangan satu dengan lain bahkan merupakan perwujudan dan pelaksanaan pengertian kedaulatan dalam arti wajar dan sebagai syarat mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat Internasional yang teratur. Masyarakat Internasional dalam peralihan : perubahan-perubahan dalam peta bumi politik, kemajuan teknologi dan struktur masyarakat internasional. Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang besar dan pokok ialah perbaikan peta bumi politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad XX mengubah pola kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat dan sama derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah mudahnya perhubungan yang melintasi batas negara. Perkembangan golongan ialah timbulnya berbagai organisasi atau lembaga internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya perkembangan yang memberikan kompetensi hukum kepada para individu. Kedua gejala ini menunjukkan bahwa disamping mulai terlaksananya suatu masyarakat internasional dalam arti yang benar dan efektif berdasarkan asas kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat antar negara sehingga dengan demikian terjelma Hukum Internasional sebagai hukum koordinasi, timbul suatu komplek kaedah yang lebih memperlihatkan ciri-ciri hukum subordinasi. Sejarah dan Perkembangannya Hukum Internaasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya negara-negara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa. Zaman dahulu kala sudah terdapat ketentuan yang mengatur, hubungan antara raja-raja atau bangsa-bangsa: Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya penulis buku Artha Sastra Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum. Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat. Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi. Dalam hukum kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai perjanjian, diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang. Dalam hukum perang masih 2 dibedakan (dalam hukum perang Yahudi ini) perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan diadakan penyimpangan ketentuan perang. Lingkungan kebudayaan Yunani. Hidup dalam negara-negara kita. Menurut hukum negara kota penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab (barbar). Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitration) dan diplomasi yang tinggi tingkat perkembangannya. Sumbangan yang berharga untuk Hukum Internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu hukum yang berlaku secara mutlak dimanapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia. Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan tidak mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan satu imperium yaitu imperium roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi. Sehingga tidak ada tempat bagi kerajaan-kerajaan yang terpisah dan dengan sendirinya tidak ada pula tempat bagi hukum bangsa-bangsa yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides. Juga asas “pacta sunt servanda” merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga. Abad pertengahan Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak pada kaisar sedangkan kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma. Masyarakat Eropa waktu itu merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat dan Tahta Suci, kemudian sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan Yunani. Di samping masyarakat Eropa Barat, pada waktu itu terdapat 2 masyarakat besar lain yang termasuk lingkungan kebudayaan yang berlaianan yaitu Kekaisaran Byzantium dan Dunia Islam. Kekaisaran Byzantium sedang menurun mempraktikan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Oleh karenanya praktik Diplomasi sebagai sumbangan yang terpenting dalam perkembangan Hukum Internasional dan Dunia Islam terletak di bidang Hukum Perang. Perjanjian Westphalia Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang ditandatangani di dua kota di wilayah Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan di Münster (24 Oktober 1648). Kedua perjanjian ini mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648) yang berlangsung di Kekaisaran Romawi Suci dan Perang 80 Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan Belanda. Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebabnya adalah : 1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa . 2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci. 3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing. 4. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian Westphalia. Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja. Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh dalam Perjanjian Utrech yang penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas politik internasional. Ciri-ciri masyarakat Internasional 1. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat. 2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas kemerdekaan dan persamaan derajat. 3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti seorang kaisar pada zaman abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja. 3 4. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil alih pengertian lembaga Hukum Perdata, Hukum Romawi. 5. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antar negara tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan terhadap hukum ini. 6. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional untuk memaksakan ditaatinya ketentuan hukum Internasional. 7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih dari anggapan mengenai doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah ajaran yang menganggap perang sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan. Tokoh Hukum Internasional Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya hukum alam. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai sumber Hukum Internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal manusia, sehingga disebut Bapak Hukum Internasional. Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan – berkebangsaan Spanyol Abad XIV menulis buku Relectio de Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis dengan orang Indian di AS. Bahwa negara dalam tingkah lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsa-bangsa ia namakan ius intergentes. Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws and God as legislator) mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka. Balthazer Ayala (1548-1584) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran mereka atas falsafah keagamaan atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi. Tokoh-Tokoh lain mengenai Pengertian Hubungan Internasional Hukum Bisnis Internasional Hukum merupakan pilar terpenting bagi setiap negara, Terutama Indonesia. Karena dengan adanya hukum akan memudahkan dalam mengatur sebuah negara tanpa harus ribut mendisiplinkan perorang. Dengan hukum aturan dan disiplin sudah tertera dengan jelas dan tegas. Untuk itu hukum sangat diperlukan di suatu negara. Hukum bisnis merupakan hukum yang mengatur tentang bidang bisnis dengan berbagai anak atau cabang hukum. Mulai dari hukum internasional, perdagangan, hukum online dan juga berbagai cabang hukum lainnya. Untuk itu mungkin beberapa orang masih Seperti yang kita ketahui bahwa negara memiliki urusan atau bidang yang berbeda, salah satunya adalah kajian di bidang bisnis. Bisnis merupakan salah satu bidang yang sedang berkembang. Tetapi perkembangan yang terjadi tentunya akan menimbulkan kasus-kasus yang tidak diinginkan. Untuk itu adanya hukum menjadi pilar atau pondasi, agar bisnis berjalan terarah dan juga teratur untuk itu terciptanya hukum bisnis. Namun kendalanya adalah setiap negara memiliki peraturan dan toleransi hukum yang berbeda. Untuk menjadikannya universal dan dapat diterima semua pihak maka timbulah hukum bisnis internasional. Pengertian Hukum Bisnis Internasional Hukum bisnis internasional adalah hukum yang mengatur kegiatan atau transaksi bisnis yang dilakukan oleh para pihak sebagai subjek hukum internasional. Adanya kebutuhan terhadap hukum ini karena banyak faktor yang mendukungnya. Termasuk salah satunya adalah perjanjian antara kedua negara atau lebih mengenai perjanjian ekspor-impor tanaman pangan. Selain itu bisa juga dapat memanfaatkan hukum bisnis internasional ini untuk penanaman modal atau investasi di negara lain yang lebih menjanjikan atau lebih menguntungkan yang sudah pasti dapat memutar keuangan tersebut. Untuk pelaku bisnis dalam hukum bisnis tidak melulu soal negara, melainkan terdapat yang lain seperti subyek hukum dalam ketentuan internasional. Seperti, perusahaan, lembaga internasional dan lain sebagainya. Perusahaan yang dapat melakukan bisnis internasional adalah perusahaan yang telah berkembang pesat dengan perkembangan yang sudah menjadi perusahaan multinasional. 4 Sengketa dalam Hukum Bisnis Internasional Adanya badan hukum tidak hanya mengatur dan mengarahkan saja namun tak jarang dijadikan sebagai aturan atau badan yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa. Jika sengketa terjadi maka umumnya kedua negara akan bertengkar, dan hal tersebut akan menyebabkan banyak kejadian yang merugikan. Jika bisnis tidak berjalan maka seburuk-buruknya akan menghadapi kejadian seperti peperangan yang akan menyebabkan bertengkarnya atau sengketanya kedua negara atau kedua belah pihak. Untuk itu ada beberapa peraturan yang mengharuskan para anggota atau negara atau lembaga dan perusahaan yang mengikuti hukum bisnis internasional untuk mentaati butir-butir aturan yang sudah ditetapkan jika terjadi sengketa. Berikut penyelesaian sengketa hukum bisnis internasional melalui lembaga arbitrase internasional menjadi pilihan, karena pertimbangan yang ada berikut : Penyelesaian melalui lembaga arbitrase akan memberikan kebebasan, kepercayaan dan rasa aman bagi para pihak Arbiter memiliki keahlian terhadap inti permasalahan yang disengketakan. Transaksi bisnis internasional ini harus dikuasai Pengambilan keputusan oleh lembaga arbitrase bersifat rahasia, sehingga dapat melindungi para pihak dari hal-hal yang akan merugikan berbagai pihak Arbiter akan lebih memberikan perhatian terhadap keinginan, realitas dan praktek dagang para pihak. Sehingga hal tersebut dapat membantu membuat keputusan dengna objektif atau real Penyelesaian melalui lembaga arbitrase bersifat rahasia,sehingga dapat melindungi para pihak yang tidak diinginkan. Saat terjadi sengketa atau perselisihan, akan ada penyelesaian dengan menggunakan satu sistem hukum. Pengadilan tidak akan menggunakan aturan yang bersumber dari sistem hukum yang berbeda, untuk itu menyelesaikan sengketa akan menggunakan hukum internasional untuk menyelesaikan sengketa transaksi bisnis internasional. Contoh kasus Bisnis Internasional 1. Sengketa antara Trading Corporation of Pakistan Limited v. PT. Bakrie & Brothers (Putusan MA No. 4231 K/Pdt/1986. Pada kasus ini terjadi perjanjian PT. Bakrie & Brothers (Indonesia) selaku penjual CPO gagal memenuhi kewajibannya memenuhi kontrak. PT. Bakrie & Brothers kemudian menutup kontrak pembelian dengan pihak Larita (s) Pte. Ltd. Singapore untuk memenuhi kewajibannya pada Trading Corporation of Pakistan Limited (Pakistan). Larita (s) Pte. Ltd. Singapore gagal memenuhi kewajibannya terhadap PT. Bakrie & Brothers sehingga pihak Trading Corporation of Pakistan Limited merasa dirugikan oleh PT. Bakrie & Brothers ; PT. Bakrie & Brothers menolak membayar ganti rugi karena menurutnya mereka telah mengadakan performance bond (bank garansi) sesuai kontrak. 2. Putusan MA No. 1205 K/Pdt/1990 antara E.D & F. MAN (SUGAR) Ltd vs. Yani Haryanto Untuk kasus ini dijelaskan bahwa Mahkamah Agung RI menolak pelaksanaan putusan Arbitrase gula di London yang menghukum Yani Haryanto membayar ganti rugi karena wanprestasi dalam kontrak jual beli gula. Yani Haryanto tidak melaksanakan kewajibannya membayar harga gula yang diimpornya. Menurut MA Perjanjian jual beli gula tersebut batal demi hukum, karena menurut ketentuan hukum Yani Haryanto tidak memiliki hak melakukan impor gula. Pihak yang berhak adalah Bulog. Untuk perkara selanjutnya yaitu, Perkara antara Pemilik Galangan Kapal Finlandia dengan Pencharter Kapal (Spanyol) dan juga Sengketa antara Keck Seng (s) Pte. Ltd (Singapore) dan K.S. Edible Oil (H.K) Ltd (Hongkong) vs. Hunt-Wesson Foods, Inc (USA) PRINSIP HUKUM BISNIS INTERNASIONAL Prinsip-prinsip hukum perdagangan international dibagi menjadi empat: 1. Prinsip Dasar Kebebasan Berkontrak Prinsip yang pertama ialah kebebasan berkontrak. Prinsip ini sering disebut dengan PARTIJ AUTONOMIE. Prinsip ini berlaku di semua Negara. Inti dari prinsip ini ialah jika ingin terikat dalam perdagangan, harus diberikan kebebasan untuk berkehendak atau "Meeting of Minds" (dalam literatur Inggris). Di Indonesia suatu perjanjian dinyatakan sah apabila (Pasal 1320 KUH Perdata): a. Adanya kata sepakat dari kedua belah pihak b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum (contoh: usia seseorang) 5 c. Adanya sebab (kausa) yang halal/ legal d. Adanya suatu sebab tertentu Kata sepakat dan kecakapan bersifat subjektif dan jika dilanggar maka perjanjian tersebut menjadi "Voidable" (dapat dibatalkan). Sedangkan obyek/ hal tertentu dan sebab (kausa) bersifat objektif dan jika dilangggar maka perjanjian tersebut menjadi "Null & Void" (batal demi hukum). Schmitthoff menanggapi secara positif kebebasan pertama ini. Beliau menyatakan sebagai berikut: “The autonomy of the parties will in the law of contract is the foundation on which an autonomous law of international trade can be built. The national sovereign has,.., no objection that in that area an autonomous law of international trade is develop by the parties, provided always that law respects in every national jurisdication the limitations imposed by public policy.” 2. Prinsip Dasar Pacta Sunt Servanda Prinsip kedua, pacta sunt servanda, adalah prinsip yang mensyaratkan bahwa kesepakatan atas kontrak yang telah ditandatangani harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (dengan itikad baik). Prinsip inipun bersifat universal. Setiap system hukum didunia menghormati prinsip ini. 3. Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Penyelesaian sengketa dapat ditempuh dengan dua jalur, yakni melalui pengadilan dan diluar pengadilan. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbitrase merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Di Indonesia terdapat suatu lembaga arbitrase yang terkenal, yakni BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia). Arbitrase sendiri dalam perdagangan international adalah forum penyelesaian sengketa yang semakin umum digunakan. Klausul arbitrase sudah semakin banyak dicantumkan dalam kotrak-kontrak dagang. Oleh karna itulah, prinsip ketiga ini memang relevan. Goldstajn menguraikan kelebihan dan alasan mengapa penggunaan arbitrase ini beliau jadian prinsip dasar dalam hukum prdagangan international sebagai berikut: “Moreover, to the extent that the settlement of differences is referred to arbitration, a uniform legal order is being created. Arbitration tribunals often apply criteria other than those applied in courts. Arbitrators appear more ready to interpret rules freely, taking into account customs, usage and business practice. Further, the fact that the enforcement of foreign arbitral awards is generally more easy than the enforcement of foreign court decisions is conducive to a preference for arbitration.” 4. Prinsip Dasar Kebebasan Komunikasi (Navigasi) Inti dari prinsip ini ialah semua pihak mempunyai akses yang sama dalam komunikasi. Komunikasi atau navigasi adalah kebebasan para pihak untuk berkomunikasi untuk keperluan dagang dengan siapapun juga dengan melalui berbagai sarana navigasi atau komunikasi, baik darat, laut, udara, atau melalui sarana elektronik. Kebebasan ini sangat esensial bagi terlaksananya perdagangan internasional. Dalam berkomunikasi untuk maksud berdagang ini, kebebasan para pihak tidak boleh dibatasi oleh system ekonomi, system politik, atau system hukum. Goldstajn mengungkapkan bahwa hukum perdagangan international didasarkan pada prinsip-prinsip umum yang diterima di seluruh dunia, menyatakan seolah-olah hukum perdagangan international dapat diterima oleh system hukum di dunia. Pendapat ini diperkuat oleh Professor Tammer: “The law of external trade of countries of planned economy does not differ in its fundamental principles from the law of external trade of other countries, such as, e.g., Austria or Switzerland. Consequently, international trade law specialist of all countries have found without difficulty that they speak a common language." Dalam perdagangan internasional tentu saja terdapat konflik-konlik yang terjadi. Adapun konflik tersebut dapat terjadi antara negara yang menganut keluarga civil law dengan negara yang menganut keluarga common law. Lalu bagaimana penyelesaiannya? Berikut akan dijelaskan melalui gambar di bawah ini. 6 Siapa pihak (subjek) yang dimaksud? - Negara. - Organisasi Perdagangan Internasional - Individu - Perusahaan Internasional - Bank Jika kedua pihak negara tersebut mengalai konflik di bidang hukum maka ada tiga kemungkinan yang akan diambil untuk menyelesaikan konflik tersebut: 1. Tiap pihak tidak memakai hukum nasionalnya, tetapi memakai Hukum Perdagangan Internasional. 2. Membuat klausula pilihan hukum (choice of law) pada atas salah satu hukum nasional tersebut. 3. Menggunakan aturan yang telah diunifikasi atau diharmonisasi. Unifikasi Unifikasi ialah penyeragaman yang mencakup penghapusan dan penggantian suatu system dengan system hukum yang yang baru. Aturan sama sekali tidak mengacu pada kehendak salah satu pihak, tetapi berdasar pada Perjanjian Internasional. Tiap negara wajib menyesuaikan aturan hukum nasionalnya dengan isi perjanjian internasional itu. Contoh Unifikasi: Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Ada suatu organisasi dunia yang tugasnya melindungi Patents (Hak Paten), Copyrights (Hak Cipta), dan Trade Secret, organisasi tersebut ialah TRIPS/WTO (Trade Related aspects of Intellectual Propertie Rights/ World Trade Organization). TRIPS mewajibkan negara-negara anggota WTO untuk memenuhi: 1. Article I s.d. XXI dan Appendix Berne Convention 2. Article I s.d. XII, dan XIX Paris Convention Harmonisasi Harmonisasi yakni upaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada dan akan diharmonisasikan. 7 Mencari prinsip-prinsip yang sama (titik temu) dari hukum tiap negara lalu gunakan sebagai aturan bersama. Contoh: asas "pacta sun servanda". Metode Komparatif Schimtthoff untuk melakukan unifikasi/ harmonisasi: Perjanjian atau Konvensi Internasional [International Convention] Paling banyak digunakan dengan jalan memperkenalkan hukum perdagangan internasional ke hukum nasional. Misalnya, perjanjian TRIPS/WTO. Hukum Seragam [Uniform Laws] Misalnya : UNCITRAL 1985 [Model Law on International Commercial Arbitration] dengan keleluasaan negara menerapkannya. Aturan Seragam [Uniform Rules] Misalnya : The Uniform Customs and Practice for Documentary Credits [1974] yang dikeluarkan oleh para subyek hukum perdagangan internasional. Konklusi Hukum perdagangan internasional pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip dasar. Dalam penanganan konflik dapat ditangani dengan unifikasi maupun harmonisasi. Secara garis besar dapat dipahami apa yang saja hal-hal yang harus diperhatikan jika perjanjian bernilai sah. Namun pada prakteknya ada beberapa hal yang masih membingungkan , yakni mengenai arbitrase di Indonesia. Hukum Bisnis International : Yurisdiksi Negara Terhadap Orang Asing Prinsip perlindungan orang asing Dua prinsip perlakuan bagi orang asing: 1. Orang asing harus menikmati hak serta jaminan yang sama dengan warga negara tempat ia tinggal, tidak kurang dari jaminan untuk menikmati hak-hak fundamental menusia yang telah ditetapkan dan akui dalam hukum internasional 2. Apabila hak-hak fundamental tersebut dilanggar, akan melahirkan tanggungjawab terhadap negara pelaku Yurisdiksi Negara terhadap orang asing Ketentuan pasal 9 dari konvensi montevido tentang hak dan kewajiban negara-negara tahun 1933 menyatakan bahwa: “jurisdiction of states within the limits of national territory applies to all the inhabitants” Jurisdiksi negara dalam,batas-batas wilayahnya akan tetap melekat padanya, karena ia berdaulat Ketentuan pasal 12 piagam organisasi negara-negara amerika, (Bogota Charter of the Organization of the american status,1948) bab III mengenai “fundamental Rights and duties of states” pada pasal 12 menyatakan bahwa: “The jurisdiction of states within the limits of their national territory is exercised equaly over all inhabitants within national or aliens”. Negara asal dapat melakukan perlindungan diplomatic Contoh aktual dapat dikemukan misalnya dalam perkara Barcelona Traction anatar spanyol dan belgia di depan mahkamah internasional pada tahun 1962. Dalam kasus ini pemerintah belgia gagal melindungi 8 kerugian warga negara nya di spanyol karena mahkamah menetapkan bahwa pemerintah belgia tidak memiliki “jus standi” untuk mewakili kepentingan warga negara belgia Pelindungan diplomatik oleh negara asal seringkali dirasakan sebagai suatu intervensi terhadap jurisdiksi domestik negara tempat seperti yang dikemukakan oelh calvo melalui doktrinnya; Sebagian besar tuntutan yang berhubungan dengan persoalan perlakuan terhadap orang asing,selalu didasarkan atas alasan penyangkalan keadilan (denial Of Justice) Penyangkalan keadilan dapat meliputi semua kerugian yang diakibatkan oelh pelanggaran keadilan intenasonal terhadap warga negara di luar negri,baik yang dilakukan oleh organ pengadilan ,organ legislatif, atau organ administratif Misalnya penyitaan harta milik asing secara sewenang-wenang dalam arti sempit, penyangkalan keadilan mengandung arti penyalahgunaan proses pengadilan, atau perlakuan administrasi pengadilan yang tidak pantas. Lembaga hukum Pelindungan orang asing Tidak ada kewajiban negara untuk mengijinkan orang asing tinggal di wilayahnya; Apabila negara telah mengijinkan orang asing tinggal di wilayahnya, bertanggung jawab memperlakukan sama dnegan warga negaranya; Hukum internasional melalui perjanjian (bilateral/multilateral) wajib melindungi individu dan hak milik orang asing. Kasus-kasus Perkara Chaltin Claim-1927, komisi tuntutan umum Mexico-Amerika Serikat (The General Claims Commission) menemu penyangkalan keadilan telah terjadi komisi menyebutkan fakta-fakta pendapatnya seperti tersebut di bawah ini: “Irregularity of court proceedings reference to the absence of proper insufficiency of confrotations,witholding from the accused the opportunity to know brought against him, and a seriousness on the part of the court a mere formality,and a continud absence of seriousness on the part of the court” Beberapa Lembaga Hukum dalam Perlindungan orang asing Exhaustion of local remedies, Bidang PMA ICSID Establishing the multilateral Investment G Agreement (MIGA ) dibawah naungan Bank dunia Perlindunga diplomatik ICJ: Mahkamah internasional permanent (PICJ) dalam memutus perkara Mavrommatis pada tahun 1924: ” Once a statue has taken up a case on behalf of one of its subjects before an the eyes of the latter the statue is the sole claimant” Tanggung jawab Negara Luterpach: Masalah tanggung jawab negara, timbul dari perbuatan melawan hukum internasional,baik (delictual liability) maupun atas pelanggaran perjanjian (contractual liability) Malcolm N.Shaw: Timbulnya tanggung jawab negara disebabkan oleh dua faktor yang mendasar yang dapat dijadikan tolak ukur bahwa suatu perbuatan dapat menimbulkan pertanggungjawaban: Pertama,adanya kewajiban internasional yang berlaku diantara para pihak (pihak yang bertanggung jawab dan pihak yang menuntut tanggungjawab –penulis) kedua ,adanya suatu tindakan atau berdiam diri (omission) yang melanggar kewajiban Brownie: Perbuatan yang dapat menimbulkan tanggung jawab adalah tindakan melawan hukum: Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang melanggar perjanjian (internasional –penulis) dan melanggar kewajiban hukum. Starke 9 Tindakan negara yang melanggar suatu perjanjian dan tidak melaksanakan kewajiban kewajiban yang ditentukan oleh perjanjian,serta tindakan-tindakan negara yang menimbulkan kerugian terhadap negara atau warga negara lain Tanggung Jawab Negara terhadap Perlakuan Orang dan Bisnis Asing Tanggung jawab Negara Mc nair: Bahwa negara bertanggung jawab terhadap segala perbuatan sebagaimana perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu berupa perbuatan melawn hukum yang berdasarkan perjanjian (contractual) maupun berupa tindak pidana (delictual) Tanggung jawab demikian lahir karena terjadinya sesuatu yang “internationally wrongful act”, yaitu suatu perbuatan salah yang memiliki karakteristik internasional. Tingkah laku negara yang salah secara internasional ini dapat pula dituntut tanggungjawab nya sekalipun tidak mengakibatkan kerugian langsung terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab demikian mincul apabila terdapat pelanggaran yang sungguh-sungguh terhadap hal-hal yang menyangkut mislanya perlindungan hak-hak asasi. Kedudukan tanggung jawab negara Hakim huber dalam perkara The Spanish Zone of Morocco Claims (1925) mengemukakan: “bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi yang wajar dari adanya hak,dan sepanjang hak itu mempunyai sifat internasional yang mengakibatkan adanya keharusan untuk mengadakan perbaikan” Dalam perkara The Chorzow Factory (1938) Mahkamah Internasional permanen (permanent court of international justice),(PCIJ) menyatakan: “bahwa pertanggungjawaban negara merupakan prinsip dalam hukum internaional sehingga apabila terjadi pelanggaran terhadap kewajiban tersebut mengakibatkan lahirnya kewajiban untuk mengadakan (perbaikan) secara wajar dan memadai Pertanggungjawaban negara sebagai apa yang secara hukum harus dipertanggungjawabkan kepada suatu pihak harus dapat dibedakan dengan pengertian “liability” sebagai kewajiban untuk mengganti kerugian atau perbaikan atas kerusakan yang terjadi Pertanggungjawaban tidak selalu harus jatuh bersamaan dengan memberi ganti rugi dan memperbaiki kerusakan Pertanggungjawaban negara mempunyai kaitan erat dengan hak dan kewajiban dasar negara. TJN berhubungan pula dengan hak tetap ats sumber-sumber kekyaan alamnya disamping berhubungan dengan prinsip-prinsip hukum internasional mengenai persahabatan dan kerja sama. Negara dan orang asing Sifat-sifat alami dari hak dan kewajiban dasar individu ini melekat pula dalam tingkah laku negara seperti yang akan dijelaskan berikut ini. Adanya mobilitas yang semakin tinggi dalam hubungan antarnegara sebagai suatu persekutuan hidup internasional telah memberikan corak tersendiri terhadap tingkah laku negara yang dapat mengakibatkan kerugian atau kerusakan terhadap negara lain. Hukum dasar bagi tingkah laku negara,khususnya dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kedaulatan sebagai kemerdekaan dan persamaan derajat Apabila kewajiban dasar ini dilanggar dapat menimbulkan hak bagi negara lain untuk menuntutnya. Tingkah laku negara sekalipun dilakukan di dalam wilayah kekuasaannya sendiri, tetapi menggangu atau merugikan hak negara lain dapat melahirkan tanggung jawab baginya Prinsip dasar Hukum Internasional tentang tanggung jawab negara Chorzow Factory Case: It is principle of international law an even general conception of law,tahat any breach of an engagement involve an obligation to make reparation. Komar Kantaatmadja Tangung jawab negara merupakan prinsip fundamental,bahkan kaidah dasar hukum internasional jus cogens. Pengertian orang asing 10 Untuk mengetahui siapa orang asing dalam suatu negara harus diketahui siapa termasuk warga negara karena untuk orang asing selalu bertitik tolak pada kewarganegaraan negara itu; Siapa-siapa warga negara dapat diketahui dari undang-undang kewarganegaraan masing-masing negara; Pasal 20 undang-undang nomor 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan republik indonesia dijelaskan bahwa barang siapa bukan warga negara republik indonesia adalah orang asing Yang dimaksud dengan orang asing dibatasi pada warga negara asing,tidak termasuk didalamnya orang tanpa kewarganegaraan dan orang yang berkewarganegaraan rangkap atau lebih Pengaturan orang asing dalam hukum internasional Pertama, timbulnya keyakinan yang semakin kuat bahwa manusia tanpa memandang asal dan dimana pun mempunyai hak atas perlindungan hukum dan hak itu harus sama dengan yang dinikmati oleh warganegara. Kedua, adanya mobilitas perhubungan yang semakin tinggi di antara warga negara yang satu dengan yang lainnya dalam berbagai bidang kebutuhan kehidupan manusia. Pengertian hak-hak orang asing Keharusan mengatur tentang perlakuan terhadap orang asing: Pertama timbulnya keyakinan yang semakin kuat bahwa manusia tanpa memandang asal dan di manapun mempunyai hak atas perlindungan hukum dan hak itu harus sama dengan yang dinikamati oleh warga negara Kedua, adanya mobilitas perhubungan yang semakin tinggi di antara warga negara yang satu dnegan yang lainnya dalam berbagai bidang kebutuhan kehidupan manusia Danzig Railway Officials pada tahun 1928: Apabila suatu perjanjian internasional telah memberikan hak-hak tertentu kepada orang perorangan, hak-hak itu harus diakui dan mempunyai daya laku dalam hukum internasional. Suatu negara adalah penting untuk memelihara dan mengatur hubungan-hubungan demikian dan dapat dimengerti pula mengapa negara-negara berusaha adar warga negaranya di luar negri diperlakukan dnegan wajar supaya dapat hidup ama dan tentram Kebutuhan anatara bangsa timbal balik sifatnya, kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubunganhubungan yang bermanfaat demikian kemudian merupakan suatu kepentingan bersama Hukum tentang orang asing terbentu 1. Melalui pengaturan hukum nasional yang mengatur status hukum orang asing; 2. Berasal dari aturan-aturan hukum internasional yang mengikat negara untuk memberikan suatu perlakuan tertentu terhadap orang-orang asing. Hak-dan kewajiban orang asing Pasal 22 Draft Articles on State Responsibility: Mengatur mengenai upaya hukum setempat menjelaskan tentang hak orang asing untuk mendapatkan perlindungan dari suatu orang asing untuk mendapatkan perlindungan dari suatu sebab tingkah laku, negara tempat, sekalipun tingkah laku itu tidak merupakan akibat dari kewajiban internasional; Memberikan hak dan kewajiban secara timbal balik di antara warga negara dengan orang asing Pasl 7 Draft Articles yang disampaikan oleh special Reporfeur pada sidang kelima ILC tahun 1999: Menyebutkan bahwa apabila tindakan salah secara internasional berhubungan dengan perlakuan yang diterima oleh suatu negara terhadap orang asing, dan negara pelaku tindakan tersebut. Melakukan tindakan untuk mengembalikan keadaan semula suatu situasi seperti sebelum pelanggaran itu dilakukan negara korban atas nama warga negaranya yang dirugikan dapat meminta pembayaran sejumlah uang yang sen dengan situasi sebelum terjadinya pelanggaran 11