Hukum internasional - Fitra Putri Fisabillilah

advertisement
HUKUM INTERNASIONAL
Disusun Oleh : Fitra Putri Fisabillilah
NIM
: 02115032
Fakultas
: Ilmu Hukum
Universitas Narotama Surabaya
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola
hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas
sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa
atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk
menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan
antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara
menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.
Perbedaan dan persamaan
Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional.
Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang
mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masingmasing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum
Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional)
yang bukan bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas negara(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau
persoalan yang diaturnya (obyeknya).
Bentuk Hukum internasional
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola
perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu :
Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti
Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen
(Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika
sehingga menjadi hukum Internasional Umum.
Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi
negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan
keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda
dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan.Hukum Internasional merupakan keseluruhan
kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara antara:negara dengan negara-negara dengan subyek hukum lain bukan
negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain.
Hukum Internasional dan Hukum Dunia
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam
arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi
dengan Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan
semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara
dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia
menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi.
Masyarakat dan Hukum Internasional
Adanya masyarakat-masyarakat Internasional sebagai landasan sosiologis
hukum internasional.Adanya suatu masyarakat Internasional. Adanya masyarakat
internasional ditunjukkan adanya hubungan yang terdapat antara anggota
masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain
oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia
seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, keagamaan, sosial dan olah raga mengakibatkan timbulnya
kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama merupakan suatu
kepentingan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan
Internasional inilah dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang
diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Masyarakat Internasional pada
hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu
kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang
menjalin dengan erat.
Asas hukum yang bersamaan sebagai unsur masyarakat hukum internasional.
Suatu kumpulan bangsa untuk dapat benar-benar dikatakan suatu masyarakat
Hukum Internasional harus ada unsur pengikat yaitu adanya asas kesamaan
hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini. Betapapun berlainan wujudnya hukum
positif yang berlaku di tiap-tiap negara tanpa adanya suatu masyarakat hukum
bangsa-bangsa merupakan hukum alam (naturerech) yang mengharuskan bangsabangsa di dunia hidup berdampingan secara damai dapat dikembalikan pada akal
manusia (ratio) dan naluri untuk mempertahankan jenisnya.
Kedaulatan Negara : Hakekat dan Fungsinya Dalam Masyarakat Internasional.
Negara dikatakan berdaulat (sovereian) karena kedaulatan merupakan
suatu sifat atau ciri hakiki negara. Negara berdaulat berarti negara itu mempunyai
kekuasaan tertentu. Negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi
daripada kekuasaannya sendiri dan mengandung 2 (dua) pembatasan penting
dalam dirinya:
Kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain mulai.
Kekuasaan itu terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu.
Konsep kedaulatan, kemerdekaan dan kesamaan derajat tidak bertentangan satu
dengan lain bahkan merupakan perwujudan dan pelaksanaan pengertian
kedaulatan dalam arti wajar dan sebagai syarat mutlak bagi terciptanya suatu
masyarakat Internasional yang teratur.
Masyarakat Internasional dalam peralihan : perubahan-perubahan dalam peta
bumi politik, kemajuan teknologi dan struktur masyarakat internasional.
Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang besar dan pokok
ialah perbaikan peta bumi politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II.
Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad XX mengubah pola kekuasaan
politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat dan sama
derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia
Perubahan Kedua ialah kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah mudahnya
perhubungan yang melintasi batas negara.
Perkembangan golongan ialah timbulnya berbagai organisasi atau lembaga
internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya
perkembangan yang memberikan kompetensi hukum kepada para individu. Kedua
gejala ini menunjukkan bahwa disamping mulai terlaksananya suatu masyarakat
internasional dalam arti yang benar dan efektif berdasarkan asas kedaulatan,
kemerdekaan dan persamaan derajat antar negara sehingga dengan demikian
terjelma Hukum Internasional sebagai hukum koordinasi, timbul suatu komplek
kaedah yang lebih memperlihatkan ciri-ciri hukum subordinasi.
Sejarah dan Perkembangannya
Hukum Internaasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur
hubungan antara negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional
yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya negaranegara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian
Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.
Zaman dahulu kala sudah terdapat ketentuan yang mengatur, hubungan antara
raja-raja atau bangsa-bangsa:
Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan
lembaga hukum yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan rajaraja yang diatur oleh adat kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang
mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang
terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya penulis buku Artha Sastra
Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum.
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam
arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi
dengan Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan
semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara
dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia
menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi. Dalam hukum
kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai
perjanjian, diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.Dalam
hukum perang masih dibedakan (dalam hukum perang Yahudi ini) perlakuan
terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan
diadakan penyimpangan ketentuan perang.
Lingkungan kebudayaan Yunani. Hidup dalam negara-negara kita. Menurut
hukum negara kota penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani
dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab (barbar). Masyarakat Yunani
sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitration) dan diplomasi yang
tinggi tingkat perkembangannya.Sumbangan yang berharga untuk Hukum
Internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu hukum yang berlaku
secara mutlak dimanapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia.
Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara
kerajaan-kerajaan tidak mengalami perkembangan yang pesat pada zaman
Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan satu imperium yaitu imperium
roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi.
Sehingga tidak ada tempat bagi kerajaan-kerajaan yang terpisah dan dengan
sendirinya tidak ada pula tempat bagi hukum bangsa-bangsa yang mengatur
hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan
banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum
Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides. Juga asas
“pacta sunt servanda” merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga.
Abad pertengahan
Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal
yang berpuncak pada kaisar sedangkan kehidupan gereja berpuncak pada Paus
sebagai Kepala Gereja Katolik Roma. Masyarakat Eropa waktu itu merupakan
satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat dan
Tahta Suci, kemudian sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan Yunani.
Di samping masyarakat Eropa Barat, pada waktu itu terdapat 2 masyarakat
besar lain yang termasuk lingkungan kebudayaan yang berlaianan yaitu
Kekaisaran Byzantium dan Dunia Islam. Kekaisaran Byzantium sedang menurun
mempraktikan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Oleh karenanya
praktik Diplomasi sebagai sumbangan yang terpenting dalam perkembangan
Hukum Internasional dan Dunia Islam terletak di bidang Hukum Perang.
Perjanjian Westphalia
Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang ditandatangani di
dua kota di wilayah Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan di Münster
(24 Oktober 1648). Kedua perjanjian ini mengakhiri Perang 30 Tahun (16181648) yang berlangsung di Kekaisaran Romawi Suci dan Perang 80 Tahun (15681648) antara Spanyol dan Belanda.
Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum
Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum
Internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebabnya
adalah :
Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan
perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa .
Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi
yang suci.
Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan
dan didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing.
Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui
dalam Perjanjian Westphalia.
Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat
Internasional yang baru, baik mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negaranegara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun mengenai
hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan
pemerintahan dari pengaruh gereja.
Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh dalam
Perjanjian Utrech yang penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional,
karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas politik internasional.
Ciri-ciri masyarakat Internasional
Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.
Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas kemerdekaan
dan persamaan derajat.
Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti
seorang kaisar pada zaman abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja.
Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil
alih pengertian lembaga Hukum Perdata, Hukum Romawi.
Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur
hubungan antar negara tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan
negara dalam kepatuhan terhadap hukum ini.
Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional untuk
memaksakan ditaatinya ketentuan hukum Internasional.
Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih
dari anggapan mengenai doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah ajaran
yang menganggap perang sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan.
Tokoh Hukum Internasional
Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya
hukum alam. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan
kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai
sumber Hukum Internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal
manusia, sehingga disebut Bapak Hukum Internasional.
Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan – berkebangsaan Spanyol Abad
XIV menulis buku Relectio de Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis
dengan orang Indian di AS. Bahwa negara dalam tingkah lakunya tidak bisa
bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsa-bangsa ia namakan ius
intergentes.
Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws
and God as legislator) mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif
yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka.Balthazer
Ayala (1548-1584) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran mereka atas
falsafah keagamaan atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi.
Download