BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi pertanian sering dipahami sebagai penggunaan mesin-mesin pertanian lapang (mechanization) pada proses produksi pertanian, bahkan sering dipandang sebagai traktorisasi. Pemahaman seperti itu dapat dimaklumi karena introduksi teknologi di bidang pertanian ketika itu diawali dengan gerakan mekanisasi pertanian untuk memacu produksi pangan terutama dengan penerapan traktor seperti percobaan mekanisasi pertanian di Sekon Timor-Timur tahun 1946, pool-pool traktor pada tahun 1958, perusahaan bahan makanan dan pembukaan lahan tahun 1958, serta PN. Mekatani (Mekanisasi Pertanian) tahun 1962. Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian. Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Jenis teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian. I.2 Rumusan Masalah a. Untuk mengetahui pengertian mekanisasi pertanian b. Untuk mengetahui peranan mekanisasi pertanian c. Untuk mengetahui alat dan mesin pertanian d. untuk mengetahui system untuk peremajaan (Replenting) tanaman kelapa sawit e. Untuk mengetahui pengolahan dan persiapan lahan 1.3 Tujuan Untuk mengetahui perkembangan mekanisasi pertanian dan mengetahui peranan mekanisasi pertanian untuk sektor pertanian dalam meningkatkan produksi. BAB II PEMBAHASAAN 2.1. Pengertian Mekanisasi Pertanian Mekanisasi Pertanian (Farm Mechanization) merupakan ilmu yang mempelajari tentang semua kegiatan penggunaan alat dan mesin pertanian yang digerakkan baik dengan tenaga manusia, tenaga hewan, tenaga motor maupun tenaga mekanis lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kejerihan atau kelelahan kerja dan meningkatkan ketepatan waktu dari berbagai kegiatan (operasi) pertanian, serta pada akhirnya dapat mengamankan produksi, memperbaiki mutu produksi dant meningkatkan efisiensi kerja. Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. 2.1.2 Pengertian Mekanisasi Alat dan Mesin Pertanian Alat dan mesin pertanian atau yang biasanya disingkat dengan Alsintan merupakan alat-alat yang digunakan dalam bidang pertanian untuk melancarkan dan mempermudah petani dalam mengolah lahan dan hasil-hasil pertanian Alat dan mesin pertanian sangat lah berperan penting dalam berbagai kegiatan pertanian diantaranya adalah menyediakan tenaga untuk daerah yang kekurangan tenaga kerja Antisipasi minat kerja di bidang pertanian yang terus menurun, meningkatkan kapasitas kerja sehingga luas tanam dan intensitas tanam dapat meningkat, meningkatkan kualitas sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil dapat diandalkan serta mutu terjamin, meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas kerja, mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia dan memberikan peran dalam pertumbuhan di sektor non pertanian (Anonim, 2011) Alat dan mesin pertanian digolongkan menjadi dua yakni alat dan mesin budidaya pertanian serta alat dan mesin pengolahan hasil pertanian. Alat dan mesin budidaya pertanian digunakan pada saat pra panen yakni pada saat pengolahan tanah, penanaman bibit jagung dan pemberantasan hama dan penyakit tananaman. Alat yang dapat digunkan misalnya traktor, alat penananam biji-bijian, alat penyemprot hama, dan lain sebagainya.sedangkan alat pengolahan hasil pertanian digunakan pada musim pasca panen yakni pada saat hasil-hasil pertanian yang sudah matang perlu untuk diolah lagi apakah proses penyimpanannya, pengeringannya atau proses peningkatan cita rasanya. Alat-alat yang dapat digunakan misalnya alat pengering, alat pencacah, dan lain sebagainya. Untuk merawat dan memelihara alat dan mesin pertanian ini dengan biasanya dibangunkan bengkel pertanian yang khusus untuk merawat dan memelihara alat dan mesin pertanian agar apt digunakan dengan baik dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Alat dan mesin pertanian sangat perlu perawatan dan pemeliharaan khususnya dalam penggunaannya perlu diefisienkan agar alat dan mesin tersebut tidak mengalami kerusakan dan kendala pada saat akan digunakan dilapangan (Anne, 2012). 2.1.3 Alat dan Mesin Budidaya Pertanian Traktor tangan Traktor kini tangan mulai banyak merupakan digunakan salah petani satu mesin dalam pengolah mengolah tanah tanah. yang Sebagai mesin pengolan tanah traktor haruslah dilengkapi dengan peralatan pengolah tanahnya, seperti bajak, garu, ataupun bajak rotari. Untuk mengenal traktor sebagai mesin pengolah tanah, maka perlu dipahami prinsip kerja serta persyaratan kondisi kerja, perlengkapan, serta kegunaannya (Gunawan, 2001). Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan menggunakan tenaga penggerak motor bakar yang pada umumnya motor diesel. Sebagai mesin pengolah tanah, traktor digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah, seperti bajak piring, garu piring, dan lainlain. Traktor roda empat yang dirangkai dengan peralatan pengolah tanah perlu diatur atau disetel posisi peralatannya agar dapat difungsikan dengan baik. Pengaturan tersebut dilakukan dengan mamanjangkan atau memendekkan pada ikatan sambungan peralatan atau pada “tiga titik penyambungan”. Kegunaan traktor tangan di bidang pertanian adalah Untuk menarik peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, dan garu, juga alat transportasi seperti gerobak Untuk menggerakkan peralatan stasioner, seperti generator listrik, mesin pompa air, mesin penggilingan gabah, dan lain-lain (Gunawan, 2001). Traktor Roda Empat Traktor roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan peralatan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dan lain-lain. Secara umum traktor roda empat adalah traktor dengan tenaga penggerak dari motor diesel dengan didukung empat buah roda. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering, bukan untuk lahan sawah. Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi traktor mini, menengah, dan traktor besar (Gunawan, 2001). Prinsip Kerja Alat ini adlah Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk di atas tempat duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolah tanah dipasangkan atau disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang disebut three hitch point atau penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dan kanan, sedangkan satu tuas lainnya berada dibagian atas sistem penyambungan titik tiga, disebut top link (tuas penyambung bagian atas). Dengan menggunakan sistem penyambungan ini pengaturan posisi peralatan (bajak, dan lain-lain.) yang diinginkan dapat diatur dengan memanjangkan atau memendekkan tuas penyambung atas. Selanjutnya untuk mengamankan agar traktor tidak terangkat pada saat dioperasikan untuk pengolahan tanah, maka traktor perlu disetimbangkan dengan memasang beban tambahan pada bagian depan traktor. Dengan melakukan persiapan seperti ini, maka traktor telah siap dioperasikan untuk pengolahan tanah (Gunawan, 2001). Mesin penyemprot Pestisida yang dipakai dalam budidaya tanaman umumnya berbentuk cairan dan ada pula yang berbentuk tepung, digunakan untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit tanaman. Untuk mengaplikasikannya pestisida cair digunakan alat penyemprot yang disebut sprayer, sedangkan untuk pestisida berbentuk tepung digunakan alat yang disebut duster. Dalam penggunaannya sehari-hari petani sering menemukan masalah seperti teknik pemakaian, serta perbaikan dan pemeliharaannya. Hal seperti ini pada akhirnya akan menentukan tingkat efisisnsi dan efektivitas dalam penggunaannya. Berdasarkan tenaga yang digunakannya alat penyemprot dibedakan menjadi: alat penyemprot dengan tenaga tangan, dan alat penyemprot dengan pompa tekanan tinggi. Salah satu jenis alat penyemprot yang ada adalah alat penyemprot dengan tekanan udara tinggi atau sering pula disebut penyemprot gendong, karena dalam pengoperasiannya alat ini digendong oleh operatornya. Prinsip kerja alat penyemprot adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus (Gunawan, 2001). 2.1.4. Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Pertanian Mesin Pengering Mesin pengering merupakan salah satu mesin penanganan pasca panen hasil pertanian. Timbulnya kerusakan pada bahan hasil pertanian karena masih tingginya kadar air bahan, sehingga belum memadai untuk disimpan. Untuk mengkondisikan bahan agar aman untuk disimpan adalah dengan perlakuan pengeringan. Ditinjau dari kondisi bahannya selama berada di dalam mesin pengering, maka mesin pengering dibedakan menjadi mesin pengering tipe bak (batch), dimana bahan yang dikeringkan berada dalam keadaan diam teronggok selama pengeringan berlangsung. Tipe yang lain adalah mesin pengering tipe kontinyu, dimana bahan yang dikeringkan mengalir secara kontinyu selama proses pengeringan berlangsung. Berdasarkan parameter pengeringan yang lain, mesin pengeringan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe mesin pengering yang lainnya. Namun demikian pada modul ini hanya akan dibahas tentang mesin pengering tipe bak (batch) (Gunawan, 2001). Prinsip kerja mesin pengering tipe bak adalah bahan yang disimpan di dalam bak pengering akan mendapat aliran udara panas yang dihasilkan oleh kipas peniup dan tungku pemanas yang ditempatkan di dalam saluran udara (duckting). Aliran udara panas ini akan menembus celah diantara butiran bahan, sehingga terjadi proses perpindahan kalor dari udara pengering kepermukaan bahan. Dampak dari proses pemanasan ini mengakibatkan kandungan air di dalam bahan akan menguap ke luar dari dalam bahan ke udara sekelilingnya. Proses dan kejadian keluarnya uap air dari dalam bahan inilah yang dimaksud dengan proses pengeringan. Uap air hasil pengeringan dari bahan yang dikeringkan akan meningkatkan kelembaban nisbi udara disekeliling bahan. Karena proses pengeringan dengan tipe bak ini berhubungan langsung dengan udara sekeliling, maka penambahan uap air ke udara sekeliling tidak akan menaikkan nilai kelembaban nisbi udara di atas tumpukan bahan yang dikeringkan (Gunawan, 2001). 2.2 Peran Mekanisasi Pertanian Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan. Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999). Sesuai dengan defenisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999). Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah : a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia b. mengurangi kerusakan produksi pertanian c. menurunkan ongkos produksi d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. meningkatkan taraf hidup petani f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming) Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006). Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan. Ilmu mekanisasi Pertanian adalah bagian dari industri pertanian hari ini yang penting karena produksi yang efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung pada mekanisasi. Oleh karena itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memprebaiki mesin dan peralatan. (Shin and Curtis, 1978). Menurut Hardjosentono dkk (1996) peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah: 1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia 2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani 3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian 4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga(subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming) 5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri. Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil pertanian tersebut. Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan Pengembangan alat dan mesin pertanian yang juga pengembangan mekanisasi pertanian tidak dapat berdiri sendiri, karena merupakan suatu sub sistem penunjang ( supporting system) dalam proses budidaya, pengolahan dan penyimpanan. Sebagai teknologi yang bersifat indivisible ( tidak dapat terbagi), peran alat dan mesin pertanian tersebut sebaiknya dapat didistribusikan pada banyak pemakai, atau petani kecil yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk memilikinya. Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan mesin pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika sosial ekonomi dari sistem budidaya pertanianny 2.3 Persiapan dan Pembukaan lahan Replanting Kelapa Sawit 2.3.1 Sistem Peremajaan (Replanting) Kelapa Sawit Sistem Peremajaan (Replanting) Kelapa Sawit Berdasarkan definisi Kementan (2016), peremajaan (replanting) merupakan upaya pengembangan perkebunan dengan melakukan penggantian tanaman tua atau tidak produktif dengan tanaman baru, baik secara keseluruhan maupun secara bertahap.Peremajaan tanaman dilakukan agar hasil produksi kebun kelapa sawit tidak menurun secara drastis.Tahap ini memerlukan perencanaan yang matang dan terperinci untuk menghindari terjadinya kerugian selama kegiatan peremajaan.Peremajaan dapat dilakukan secara bertahap dengan membagi areal tanaman tua menjadi beberapa wilayah pengerjaan. Replanting adalah areal tanam yang sebelumnya sudah ditanami kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi dengan tanaman yang baru.Pertimbangan utama dilakukannya peremajaan kelapa sawit karena umur tanaman lebih dari umur ekonomisnya atau sekitar 25 tahun, yang produksinya sudah rendah sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan untuk dipertahankan (Adi, 2010). Peremajaan tanaman kelapa sawit perkebunan rakyat dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah melewati umur ekonomis 25 tahun dan/atau tanaman yang produktifitasnya kurang dari atau sama dengan 10 ton TBS/ha/tahun. Kegiatan peremajaan mencakup penanganan risiko kebun seperti yang terkena dampak pengaturan tata ruang wilayah, kawasan hutan dan kesatuan hidrologis gambut (Direktorat Jendral Perkebunan, 2018). Peremajaan kelapa sawit dapat dilakukan secara mandiri/swadaya melalui kelembagaan pekebun, peremajaan dilakukan melalui kelembagaan bersama-sama dengan mitra kerja.10 2.1.3 Model Replanting Kelapa Sawit Replanting atau peremajaantanaman kelapa sawit dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok. Model peremajaan secara berkelompok dapat dilakukan dengan penanaman serempak dalam satu hamparan milik kelompok tani (Tanam Ulang Total) dan penanaman secara bertahap dari hamparan kelompok tani (Sutarta dkk, 2008). Model replanting secara individual terdiri dari Tanam Ulang Total (TUT), Tanam Ulang Bertahap (TUB) Underplanting, Tanam Ulang Bertahap (TUB) Interplanting, Tanam Ulang Intercropping dengan tanaman pangan pada masa vegetatif dan Tanaman Ulang Intercropping dengan tanaman tahunan selama siklus tanaman. a. Model tanaman ulang total (MTUT) Tanam ulang total adalah model replanting dengan menumbang seluruh tanaman tua dan menanam kembali keseluruhan lahan milik petani perorangan (ha/petani). Pada model ini petani tidak mendapatkan hasil selama masa vegetatif sekitar 3 tahun. b. Model Tanam Ulang Bertahap. Pertama dilakukan penumbangan dan penanaman pada sebagian atau 50% dari luas blok (ha). Setelah tanaman pada Tahap I berbuah, selanjutnya dilakukan penumbangan dan penanaman terhadap sisa tanaman tua (Tahap II). Seluruh proses pada tahap pertama dilakukan kembali pada tahap kedua. c. Underplanting, model replanting dengan cara membunuh tanaman tua dengan cara menyuntikkan racun ke batang kelapa sawit. Sembari menunggu tanaman tua mati, maka dilakukan penanaman tanaman kelapa sawit baru diantara tanaman tua yang mati. d. Model tanam ulang intercropping dengan tanaman pangan adalah peremajaan model tanaman ulang total di kombinasikan dengan intercropping (tanaman semusim sebagai tanaman sela) (Zulher dalam Suwondo dan Saputra, 2012). e. Model tanam ulang intercropping dengan tanaman tahunan, yaitu melakukan tumpang sari antara kelapa sawit muda dengan tanaman tahunan. E. Tahapan dalam melakukan kegiatan replanting adalah sebagai berikut (Pandiangan, 2015) : a. Persiapan lahan, persiapan lahan saat replanting dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain memancang rumpukan. Pancang rumpukan bermanfaat untuk tempat susunan batang pohon yang telah ditumbang dengan arah utara-selatan dan dengan sistem 2:1 artinya dua barisan tanaman disusun tau di rumpuk pada satu barisan. b. Land clearing, kegiatannya diantaranya alah menumbang pohon sawit, mencacah batang kelapa sawit (chipping), membongkar pohon sawit yang sudah mati, pembuatan rehap, dan saluran air. c. Penyemprotan gulma. d. Membangun penutup tanah e. Pembuatan lubang tanam secara manual. Pembuatan lubang tanamam dilakukan mengikuti titik tanam pada pemancangan tanaman utama yang telah dilakukan sebelumnya.Lubang dibuat dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 60 cm secara manual. f. Penanaman bibit kelapa sawit. Penanaman kelapa sawit dilakukan secara manual dengan menanam batang kelapa sawit kedalam lubang yang telah dibuat. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. DAFTAR PUSTAKA Adi S. 2010. Kaya Dengan Bertani Kelapa Sawit, Pustaka Baru Press. Yogyakarta Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.ITB. Bandung. Ma’ruf, A. 2016. Respon Beberapa Kultivar Tanaman Pangan Terhadap Salinitas. Bernas Ma’ruf, A. Zulia, C. Safruddin. 2017. Legume Cover Crop di Perkebunan Kelapa Sawit. Forum Pertanian Asahan Ma’ruf, A. Zulia, C. Safruddin. 2017. Rice Estate Development As State Owned Enterprises (SOEs) To Self Supporting For Food. European Academic Research Ma'ruf, A. 2017. Agrosilvopastura Sebagai Sistem Pertanian Terencana Menuju Pertanian Berkelanjutan Mugniesyah. 2006. Mesin Peralatan. Departement Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara Onrizal. 2005. Pembukaan Lahan Dengan Dan Tanpa Bakar. Jurusan Kehutan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Pahan, I. 2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu hingga hilir. Jakarta. 403 hal. Pandiangan, A., K. 2015. Kajian Biaya Replanting Tanaman Kelapa Sawit dengan Sistem PencincanganBatang di Kebun Unit II Afdeling Pondok Seng PT. Mopoli Jaya. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. Medan. Purba, R.Y., Susanto, A., Sudharto, P. 2005. Serangga Hama Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 29 hal Sinaga, A. Ma’ruf, A. 2016. Tanggapan Hasil Pertumbuhan Tanaman Jagung Akibat Pemberian Pupuk Urea, SP Sukirno, MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan Pengelolaannya. Diklat Kuliah. UGM, Yogyakarta. Sukirno, MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan Pengelolaannya. Diklat Kuliah. UGM, Wijanto. 2002. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.