Uploaded by User48044

ANTI TROMBOKSAN

advertisement
ANTI TROMBOKSAN (ASETOSAL/ASPIRIN)

Pengertian
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin
sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa ini kemudian dikembangkan oleh
perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Aspirin
adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat ini
diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Selain berfungsi sebagai analgetik, aspirin
juga digunakan sebagai antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja dengan
menghambat pembentukan tromboksan yang merupakan senyawa yang berperan dalam
pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan
darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat melancarkan aliran
darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi stroke, aspirin diberikan dalam dosis
rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan
terjadinya perdarahan yang tentunya akan memperparah kondisi pasien.
Aspirin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja
enzim
siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat pembekuan darah,
aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding
saluran cerna. Oleh karenanya, aspirin harus diminum sesudah makan agar tidak
mengiritasi lambung dan dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung
berat. Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakit asma karena aspirin
mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada saluran pernafasan) yang
dapat memperparah asma yang diderita pasien. Jadi, pasien asma yang mengalami stroke
dapat menggunakan antiplatelet lain, misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau
silostazol dengan tetap memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping dari
masing-masing obat.

Farmakodinamik
Farmakodinamik aspirin bekerja melalui inhibisi enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX1 dan COX-2) secara ireversibel, sehingga menurunkan produksi prostaglandin dan
derivatnya, yaitu thromboxan A2. Efek yang diperoleh adalah efek antipiretik,
antiinflamasi, dan antiplatelet. Penghambatan pada COX-1 dan 2 akan menghambat
pembentukan prostaglandin yang berperan dalam proses inflamasi. Selain daripada itu,
akan menghambat pula produksi thromboxan A2 yang memiliki kemampuan untuk
menginduksi agregasi platelet.
Selain daripada itu, aspirin juga memiliki efek analgesik melalui jalur sentral, yaitu
dengan memengaruhi ambang nyeri di hipotalamus. Walaupun begitu, mekanisme pasti
efek ini masih belum diketahui.
Onset kerja aspirin adalah 5-30 menit, dengan durasi kerja: 4-6 jam.

Farmakokinetik
Farmakokinetik aspirin dimulai melalui absorpsi hingga eliminasi, serta bergantung
pada jenis sediaan dan cara pemberian.
1. Absorbsi
Aspirin sediaan tablet bisa diserap dengan sangat cepat di lambung dan
duodenum. Tablet extended release diserap lebih lambat dan tergantung adanya
makanan serta pH gaster. Bioavailabilitas aspirin adalah 50-75%.
2. Distribusi
Volume distribusi aspirin adalah 170 ml/kgBB. Aspirin juga banyak
terdistribusi pada jaringan. Pada konsentrasi rendah, sekitar 90% aspirin terikat
albumin. Semakin tinggi konsentrasi aspirin, proporsi yang berikatan dengan
protein semakin rendah, begitu pula pada kasus insufisiensi renal dan pada
kehamilan. Pada kasus overdosis aspirin, hanya 30% yang berikatan dengan
albumin
3. Metabolisme
Metabolisme aspirin berlangsung hampir segera setelah konsumsi. Aspirin
utamanya dihidrolisis menjadi salisilat oleh enzim esterase yang terdapat di mukosa
saluran cerna, eritrosit, cairan sinovial, dan plasma darah. Hasil hidrolisis kemudian
berikatan dengan glycine, menjadi salicyluric acid.
4. Eliminasi
Waktu paruh aspirin adalah 15-20 menit, sedangkan waktu paruh salisilat akan
lebih lama sesuai dengan dosis pemberian. Pada dosis 300-650 mg waktu paruh
berkisar 3 jam, sedangkan pada dosis 1 gram waktu paruh adalah 5 jam dan 2 gram
waktu paruh 9 jam.Eliminasi aspirin utamanya melalui urin, 75% dalam bentuk
salicyluric acid dan 10% dalam bentuk asam salisliat.
Download