PERATURAN KEPEGAWAIAN RUMAH SAKIT CHEVANI PENDAHULUAN Rumah Sakit Chevani Tebing Tinggi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memperkerjakan pegawai-pegawai untuk mencapai visi dan missi yang sudah ditetapkan. Agar operasional rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan lancar, telah ditetapkan Peraturan Rumah Sakit yang merupakan pedoman seluruh peraturan yang berlaku di rumah sakit. Salah satu dari Peraturan Rumah Sakit ini adalah Peraturan Kepegawaian yang bertujuan: 1. Menjelaskan dan menegaskan kepastian hak dan kewajiban pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Menetapkan syarat-syarat kerja bagi para pegawai. 3. Membina dan mengembangkan kemampuan serta ketrampilan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat meningkatkan kinerja rumah sakit yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kesejahteraan pegawai. BAB I UMUM PASAL 1 Istilah-istilah Dalam Peraturan Kepegawaian ini , yang dimaksud dengan, 1. Rumah Sakit : Rumah Sakit Chevani Tebing Tinggi 2. Pegawai : Seseorang yang telah menandatangani Perjanjian Kerja dengan Rumah Sakit sebagaimana ditetapkan dalam Bab II 3. Istri : Satu orang istri yang sah menurut undang-undang dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit. Apabila istri yang telah terdaftar teersebut meninggal dunia atau bercerai secara sah menurut undang-undang, maka istri berikutnya yang sah menurut undang-undang dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit, dianggap sebagai istri. 4. Suami : Suami yang sah menurut undang-undang dan telah didaftarakan pada Rumah Sakit. 5. Anak : Anak atau anak-anak yang sah menurut undang-undang yang berlaku sebagai anak pegawai sendiri, telah didaftarkan pada Rumah Sakit, berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan berpenghasilan sendiri, belum pernah menikah dan masih menjadi tanggungan pegawai. Umur 18 tahun tersebut diatas dapat diperpanjang menjadi 25 (dua puluh lima) tahun apabila anak pegawai yang bersangkutan masih mengikuti pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi. 6. Keluarga : Istri/suami dan anak 7. Saudara Kandung : Saudara seayah dan seibu yang sah menurut undangundang dan telah didaftarkan oleh pegawai tersebut pada Rumah Sakit. 8. Orang Tua : Ayah dan atau Ibu kandung pegawai yang sah menurut undang-undang dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit. 9. Mertua : Ayah dan atau Ibu kandung istri atau suami pegawai dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit. 10. Tempat Kerja : Tempat dimana pegawai ditempatkan/ ditugaskan oleh Rumah Sakit. 11. Lingkungan Kerja : Ruangan atau lapangan milik Rumah Sakit 12. Lokasi Kerja : Jl. Prof. H.M. Yamin No. 17 Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara. 13. Lingkungan Rumah Sakit : Kawasan yang meliputi lokasi kerja Rumah Sakit. Pasal 2 Ruang Lingkup Peraturan Kepegawaian ini berlaku untuk seluruh pegawai. BAB II HUBUNGAN KERJA Pasal 3 Penerimaan Pegawai Rumah Sakit menetapkan peraturan dan prosedur mengenai penerimaan pegawai, perjanjian kerja, masa percobaan dan pengangkatan pegawai tetap, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. a. Pemberitahuan penerimaan pegawai dilakukan melalui pemasangan baliho atau spanduk, pemasangan iklan di media massa seperti radio, surat kabar, televisi dan internet. b. Calon pegawai wajib mengikuti tahapan proses seleksi dan penerimaan pegawai dengan memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan Rumah Sakit, namun tidak terbatas pada: 1. Persyaratan Umum: a. Usia paling rendah 19 tahun, maksimum 35 tahun b. Penerimaan pegawai berumur di atas 35 tahun kerena keahliaanya dibutuhkan dapat dilaksanakan atas pertimbangan Rumah Sakit 2. Persyaratan adminitrasi/ kelengkapan surat-surat: a. Surat lamaran b. Daftar Riwayat Hidup (Curiculum Vitae) c. Fotokopi ijazah terakhir d. Pasfoto terbaru e. Daftar riwayat pekerjaan (bagi yang sudah berpengalaman) f. Fotokopi sertifikat pelatihan (bila ada) 3. Tes tertulis 4. Tes wawancara 5. Tes praktek Pasal 4 Masa Percobaan dan Pelatihan Setiap calon pegawai yang dinyatakan lulus seleksi dan memenuhi persyaratan untuk diterima wajib mengikuti masa percobaan dan pelatihan yang diselenggarakan Rumah Sakit selama 3 (tiga) bulan. Pasal 5 Pengangkatan dan Penempatan Pegawai a. Rumah Sakit mengangkat pegawai tetap dan calon pegawai yang memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit. b. Sebelum diangkat menjadi pegawai tetap, dalam masa percobaan calon pegawai harus menjalani penilaian kinerja oleh Rumah Sakit. c. Setiap pegawai bersedia dan sanggup ditempatkan di bidang tugas yang sesuai dengan kompetensinya menurut kebutuhan operasional Rumah Sakit. Pasal 6 Jam Kerja Masa kerja seorang pegawai dihitung sejak tanggal pegawai yang bersangkutan menandatangani Perjanjian Kerja. Pasal 7 Data-data Pribadi Pegawai harus menggerakkan data-data pribadi yang diperlukan kepada Rumah Sakit pada saat mulai berkerja, setiap kali ada pembaharuan atau setiap saat diminta oleh Rumah Sakit. Pasal 8 Jabatan dan Golongan 1. Rumah Sakit mengatur tentang jabatan dan golongan pegawai. 2. Kenaikan jabatan Kenaikan jabatan-golongan pegawai adalah berdasarkan penilaian terhadap kemampuan, sikap dan prestasi pegawai dalam menjalankan tugasnya dengan mempertimbangkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan pada jabatangolongan yang lebih tinggi, masa kerja pada jabatan-golongan, tidak adanya tindakan disiplin yang dikenakan selama masa penilaian. 3. Penurunan jabatan-golongan Jabatan-golongan seorang pegawai dapat diturunkan apabila pegawai yang bersangkutan telah melakukan tindakan tercela yang dikenakan tindakan disiplin. 4. Pencabutan jabatan Pencabutan jabatan seorang pegawai dapat dilakukan dengan pertimbangan: 1. Jabatan tersebut tidak diperlukan lagi 2. Pegawai yang bersangkutan dinilai tidak mampu. BAB III Hari Kerja dan Jam Kerja Pasal 9 Jam-jam Kerja dan Istirahat 1. Rumah Sakit menetapkan hari kerja, jam kerja dan istirahat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing tempat kerja sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku: a. Jumlah jam kerja adalah 8 (delapan) jam per hari dengan 40 (empat puluh) jam dalam seminggu. b. Selama jam kerja diberikan waktu istirahat 1 jam untuk keperluan makan, minum, beribadah, dan lainnya, jam istirahat ini tidak termasuk jam kerja. c. Pekerjaan shift (kerja gilir): Pagi : Jam 08.00 s/d 14.00 WIB Siang : Jam 14.00 s/d 21.00 WIB Malam : Jam 21.00 s/d 08.00 WIB Waktu kerja tersebut di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit. d. Pekerjaan non shift Waktu kerja kantor untuk pegawai medis dan non medis: Senin s/d Jumat : 08.00 s/d 16.00 WIB Sabtu : 08.00 s/d 13.00 WIB 2. Pegawai harus melaporkan diri atau mengisi daftar hadir baik sebelum dan sesudah jam kerja dan harus berada di tepat kerja selama jam kerja ataupun jam kerja lembur. Pasal 10 Kerja Lembur 1. Pada dasarnya kerja lembur adalah bersifat sukarela dan insidentil, kecuali: a. Dalam hal-hal force majeure atau darurat seperti kebakaran, peledakan, banjir, dan sebagainya dan apabila ada pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak segera diselesaikan akan membahayakan kesehatan, keselamatan dan lingkungan. b. Dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak dikerjakan akan menimbulkan kerugian yang besar bagi Rumah Sakit. c. Dalam hal pegawai kerja gilir harus terus bekerja karena penggantinya tidak/belum datang. d. Apabila sesuatu pekerjaan harus diselesaikan segera dan atau pekerjaan yang telah dijadwalkan sebelumnya. 2. Dengan memperhatikan sifat dari kerja lembur seperti ayat 1 diatas setiap pegawai terus berusaha melaksanakan tugasnya secara efektif serta menghindari pekerjaan lembur yang tidak diperlukan. 3. Prosedur mengenai kerja lembur ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 11 Datang Terlambat atau Meninggalkan Pekerjaan pada Jam Kerja Setiap pegawai yang bermaksud datang terlambat atau meninggalkan pekerjaan lebih awal atau meninggalkan pekerjaan di tengah jam kerja, harus memberitahukan alasanalasannya terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan/izin sebelumnya dari Rumah Sakit. Pasal 12 Absen karena Sakit Pegawai yang absen karena sakit atau sakit akibat kecelakaan kerja harus melapor kepada Rumah Sakit secepatnya atau paling lambat pada hari berikutnya. Apabila pegawai absen karena sakit, pegawai yang bersangkutan harus menyerahkan surat keterangan dokter kepada Rumah Sakit. Pasal 13 Mangkir Dalam hal pegawai tidak hadir pada hari-hari kerjanya tanpa persetujuan/izin dari Rumah Sakit, dengan sendirinya dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayarkan pada hari tersebut. Pasal 14 Absen dengan Izin Dalam hal pegawai tidak hadir di tempat kerja pada jam kerjanya karena keadaan darurat atau kondisi-kondisi yang sangat memaksa dan tidak mempunyai cuti lagi, maka kepada pegawai tersebut dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan tanpa upah. Pasal 15 Hari-hari libur Pada dasarnya hari-hari libur untuk pegawai diatur sebagai berikut: 1. Hari minggu atau hari istirahat bagi pegawai kerja gilir yang ditetapkan oleh Rumah Sakit 2. Hari-hari libur nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah 3. Hari libur yang ditetapkan Rumah Sakit. Pasal 16 Perjalanan Dinas 1. Perjalanan dinas adalah perjalanan keluar lokasi kerja yang dilakukan oleh pegawai atas perintah atau persetujuan Rumah Sakit. 2. Prosedur, biaya dan laporan pertanggungjawaban perjalanan dinas diatur dalam petunjuk pelaksanaan. BAB IV TATA TERTIB KERJA PASAL 17 Perauturan Umum/ Tata Tertib Dalam Bekerja 1. Berpenampilan baik dengan berpakaian sopan dan rapi serta menggunakan pakaian seragam dan tanda pengenal pada hari-hari yang telah ditentukan 2. Berperilaku dan bertindak sebaik-baiknya dalam melaksanakan pekerjaan 3. Disiplin menjalankan pekerjaan rutin maupun tugas lainnya yang diperintahkan atasan. 4. Berkerja sungguh-sungguh dengan mencurahkan segenap perhatian, pikiran dan tenaga kepada pekerjaan yang sedang dilaksanakan 5. Mengutamakan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan petunjuk kerja. 6. Patuh kepada aturan dan berdedikasi kepada Rumah Sakit 7. Menjaga dan memelihara alat-alat kerja dan fasilitas milik Rumah Sakit dan berusaha agar senantiasa dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. 8. Tanggap terhadap hal-hal yang kurang wajar, kekeliruan ataupun kesalahan yang terjadi pada saat bekerja. 9. Wajib memelihara lingkungan kerja agar selalu bersih dan teratur 10. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan Rumah Sakit baik materil, financial maupun nama baik. 11. Wajib melaporkan hal-hal yang berpotensi merugikan Rumah Sakit. 12. Wajib menjaga hal-hal yang merupakan rahasia Rumah Sakit. 13. Memarkirkan kenderaan di tempat khusus yang ditunjuk Rumah Sakit. 14. Mempergunakan barang-barang milik Rumah Sakit hanya untuk kepentingan Rumah Sakit dan dilarang memindahkan barang-barang apapun yang menjadi milik Rumah Sakit dari tempat kerja pegawai yang bersangkutan atau dari lingkungan kerja tanpa izin sebelumnya dari Rumah Sakit. 15. Mempertanggungjawabkan segala kerugian dan atau kerusakan pada barangbarang milik Rumah Sakit yang diakibatkan oleh pelanggaran tata tertib dan ketentuan Rumah Sakit. Jika dianggap perlu Rumah Sakit dapat menuntut pertanggungjawaban pegawai melalui pengadilan. Pasal 18 Tindakan atas Pelanggaran Tata Tertib Kerja. Untuk setiap pegawai yang termasuk dalam kategori yang disebutkan di bawah ini dikarenakan tindakan disiplin atas pelanggaran tata tertib kerja. Jenis tindakan disiplin tersebut adalah sebagi berikut: 1. Surat Teguran 2. Surat Peringatan Biasa 3. Surat Peringatan Terakhir 4. Pembebasan Tugas (Skorsing) 5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Ketentuan-ketentuan terhdap disiplin ini berlaku bagi seluruh pegawai. 1. Surat Teguran a. Melanggar peraturan-peraturan umum/tata tertib yang tertera dalam pasal 17 di atas b. Datang terlambat di tempat kerja, meninggalkan kerja selama jam kerja atau sebelum waktunya tanpa melalui prosedur yang ditetapkan Rumah Sakit. c. Tidak menandatangani/ mengisi daftar hadir pada waktu masuk atau meninggalkan tempat kerja. d. Tidak hadir selama 1 (satu) hari kerja tanpa persetujuan dari Rumah Sakit. e. Dengan sengaja mengurangi efisiensi kerja misalnya memperlambat pekerjaan atau mengganggu pekerjaan pegawai lain f. Menghasut pegawai lain untuk melakukan hal tersebut diatas g. Lalai menyerahkan data-data pribadi atau perubahannya setiap kali ada penambahan atau setiap saat diminta oleh Rumah Sakit h. Tindakan-tindakan atas pelanggaran-pelanggaran lain yang dianggap termasuk dalam kategori tersebut di atas. Setiap surat teguran berlaku untuk 6 (enam) bulan. 2. Surat Peringatan Biasa 1) Menunjukkan ketidakmampuannya dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan oleh Rumah Sakit kepadanya walaupun telah diberikan kesempatan beberapa kali untuk tugas bidang yang sama atau tugas bidang yang lain. 2) Tidur pada waktu jam kerja. 3) Merokok ditempat yang terlarang di dalam lingkungan Rumah Sakit. 4) Berjudi di dalam lingkungan Rumah Sakit. 5) Bertingkah laku yang dianggap dapat merusak nama baik Rumah Sakit atau pegawai lain. 6) Mengadakan rapat atau memasang gambar-gambar / poster-poster dan slogan di lingkungan Rumah Sakit tanpa izin Rumah Sakit. 7) Tidak hadir selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut tanpa persetujuan Rumah Sakit. 8) Lalai atau ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk kerja yang diberikan oleh Rumah Sakit atau mengabaikan peraturan-peraturan mengenai keselamatan, kesehatan kerja dan sanitasi yang ditentukan oleh Rumah Sakit. 9) Tidak melaporkan kepada Rumah Sakit kecelakaan kerja yang terjadi atas dirinya baik yang berakibat cidera ringan maupun berat atau yang berakhir rusaknya alat / perabotan milik Rumah Sakit. 10) Menghasut atau mengajak pegawai lain untuk ikut melakukan tindakan-tindakan yang disebutkan diatas. 11) Tindakan-tindakan atau pelanggaran yang dianggap termasuk dalam kategori tersebut diatas. Setiap surat peringatan biasa berlaku untuk 1 (satu) tahun. 3. Surat Peringatan Terakhir 1) Menolak untuk melaksanakan perintah Rumah Sakit tanpa alasan yang dapat diterima walaupun telah diperingatkan sebelumnya. 2) Mengabaikan kewajiban yang ditugaskan Rumah Sakit kepadanya. 3) Tidak hadir 3 (tiga) hari kerja berturut-turut atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) hari kerja tanpa persetujuan dari Rumah Sakit. 4) Memaksa dengan kekerasan atau menghasut pegawai lain untuk mengundurkan diri dari Rumah Sakit. 5) Menyalah gunakan wewenang atau kepercayaan yang diberikan Rumah Sakit dengan menerima gratifikasi dalam bentuk uang, barang, jasa atau keuntungan lainnya. 6) Tindakan-tindakan atau pelanggaran lain yang dianggap termasuk dalam kategori tersebut diatas. Surat Peringatan Terakhir ini berlaku untuk 1,5 (satu setengah) tahun. 4. Pembebasan Tugas (skorsing) 1) Rumah Sakit dapat mengenakan tindakan pembebasan tugas (skorsing) maksimal 1 (satu) bulan bagi pegawai sebagai sanksi tambahan atas pelanggaran disiplin yang dilakukan. 2) Pembebasan tugas (skorsing) berkenaan dengan proses PHK dan yang terkait dengan hal tersebut dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Pemutusan Hubungan Kerja 1) Setiap pegawai yang mendapat peringatan sebelumnya akan dilakukan pemutusan hubungan kerjanya dalam hal: a. Pegawai yang telah menerima 3 (tiga) kali surat teguran atau 2 (dua) kali surat teguran dan 1 (satu) kali surat peringatan biasa, melakukan kesalahan lagi yang termasuk dalam salah satu kategori tersebut dalam pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 diatas, selama surat teguran pertama dan atau surat peringatan biasa masih berlaku. b. Pegawai yang telah menerima surat peringatan biasa kedua melakukan kesalahan lagi yang termasuk dalam salah satu kategori tersebut dalam pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 diatas, sementara surat peringatan biasa pertama yang diberikan kepadanya masih berlaku. c. Pegawai yang telah menerima surat peringatan terakhir melakukan kesalahan lagi dan kesalahan itu termasuk salah satu kategori tersebut dalam pasal ayat 1, 2 dan 3 diatas, sementara surat peringatan terakhir yang diberikan kepadanya masih berlaku. 2) Jika pegawai melakukan kesalahan berat seperti tersebut dibawah ini, rumah sakit akan melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa surat teguran, surat peringatan biasa atau surat peringatan terakhir terlebih dahulu: a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dana tau uang milik rumah sakit. b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan rumah sakit. c. Mabuk, minum-minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja. d. Melakukan perjudian di lingkungan kerja atau perbuatan asusila di lingkungan rumah sakit. e. Melakukan perbuatan asusila dengan sesama pegawai atau dengan keluarga pegawai. f. Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman kerja atau pemilik rumah sakit di lingkungan kerja. g. Membujuk teman sekerja atau pemilik rumah sakit untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. h. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik rumah sakit yang menimbulkan kerugian bagi rumah sakit. i. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pemilik rumah sakit dalam keadaan bahaya di tempat kerja. j. Membongkar atau membocorkan rahasia rumah sakit kecuali untuk kepentingan negara. k. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan rumah sakit yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Bab V Renumerasi Pasal 19 Penggajian 1. Gaji yang diberikan kepada pegawai terdiri dari gaji pokok, tunjangan-tunjangan dan upah lembur apabila ada. 2. Penetapan sistem penggajian dilaksanakan oleh rumah sakit yang mengacu kepada keseimbangan jabatan, golongan, tugas dan jenis kerja. 3. Gaji dibayarkan setiap awal bulan. Pasal 20 Gaji Pokok 1. Gaji pokok pegawai ditetapkan rumah sakit setiap tahun dengan berpedoman pada table gaji pokok standar yang disusun menurut jabatan, golongan, masa kerja, dan masa jadi jabatan-golongan. Pasal 21 Tunjangan-tunjangan 1. Besar tunjangan yang diterima pegawai ditetapkan oleh rumah sakit. Jenis-jenis tunjangan: 1) Tunjangan jabatan structural: a. Direktur b. Kepala Bidang / Kepala Bagian c. Kepala Seksi / Kepala Sub Bagian d. Kepala Ruangan e. Penanggung Jawab Unit Kerja 2) Tunjangan khusus yaitu tunjangan makan. 3) Tunjangan hari raya keagamaan Setiap pegawai akan menerima tunjangan hari raya keagamaan yang pemberiannya dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari raya keagamaan dirayakan dengan ketentuan: a. Bagi pegawai yang beragama Islam diberikan pada hari raya Idul Fitri b. Bagi pegawai yang beragama Kristen Katolik dan Protestan diberikan pada hari raya Natal c. Bagi pegawai yang beragama Budha diberikan pada hari raya Waisak d. Bagi pegawai yang beragama Hindu diberikan pada hari raya Nyepi Pasal 22 Kenaikan Gaji Pokok dan Tunjangan 1. Pada prinsipnya, kenaikan gaji pokok dan tunjangan-tunjangan ditetapkan oleh Rumah Sakit dengan mempertimbangkan: 1) Gaji Pokok a. Masa kerja dan masa jadi jabatan-golongan. b. Penyesuaian terhadap laju inflasi tahunan yang ditetapkan pemerintah. 2) Tunjangan-tunjangan a. Hasil penilaian yang dilakukan Rumah Sakit terhadap kemajuan, sikap, dan prestasi kerja pegawai. b. Kondisi dan kemampuan keuangan Rumah Sakit. 2. Rumah Sakit tidak memberikan kenaikan gaji pokok dan tunjangan kepada pegawai dalam hal-hal yang sangat memaksa seperti: 1) Keadaan keuangan Rumah Sakit yang menurun. 2) Adanya alasan lain yang tidak memungkinkan Rumah Sakit untuk dapat menaikkan gaji pokok dan atau tunjangan-tunjangan. Pasal 23 Upah Lembur 1. Upah lembur diberikan kepada pegawai yang bekerja lembur seperti yang disebutkan dalam pasal 10, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pegawai yang bekerja melebihi 8 (delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu pada jam kerja biasa atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah atau bekerja pada hari istirahat mingguan, diberi upah lembur dengan tetap memperhatikan waktu kerja dan waktu istirahat berdasarkan keputusan Rumah Sakit. Bab VI Pembebasan Dari Kewajiban Untuk Bekerja Pasal 24 Pembebasan dengan upah dibayar penuh Berdasarkan persetujuan Rumah Sakit, pegawai dapat dibebaskan dari kewajiban untuk bekerja dengan upah dibayar penuh sebagai berikut: 1. Cuti Tahunan 1) Yang dimaksud dengan tahun pada cuti tahunan adalah tahun takwim (tahun kalender) 2) Pegawai yang telah bekerja 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak memperoleh cuti tahunan sejumlah 12 (dua belas) hari kerja. 3) Pegawai harus bekerja sedikitnya 6 (enam) bulan berturut-turut dalam 1 (satu) tahun takwim sebelum yang bersangkutan dapat mengambil hak cutinya. 4) Pegawai dengan masa kerja 1 (satu) bulan sampai 3 (tiga) bulan tidak mendapat cuti. 5) Pegawai dengan masa kerja 3 (tiga) bulan sampai 12 (dua belas) bulan dapat mengambil cuti sejumlah 6 (enam) hari kerja. 6) Cuti tahunan berlaku sampai dengan akhir bulan desember pada tahun berikutnya. Bila cuti tidak diambil dalam tempo tersebut, maka cuti akan terhapus dengan sendirinya sepanjang tidak ditentukan lain. 7) Bagi pegawai yang masa kerjanya sudah mencapai 5 (lima) tahun dan atau setiap kelipatannya maka akan diberikan cuti besar yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit. 2. Haid Pegawai wanita tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama, kedua masa haidnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Pegawai wanita melahirkan Dalam hal pegawai wanita yang bersuami melahirkan atau mengalami keguguran, kepadanya diberikan cuti khusus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 4. Istri pegawai melahirkan Dalam hal istri pegawai melahirkan, cuti khusus diberikan kepada pegawai yang bersangkutan selama 2 (dua) hari kerja. 5. Pernikahan pegawai Dalam hal pegawai menikah, kepadanya diberikan cuti khusus selama 3 (tiga) hari kerja berturut-turut. 6. Pernikahan anak pegawai Dalam hal anak pegawai menikah, pegawai yang bersangkutan diberikan cuti khusus selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut. 7. Khitanan dan pembabtisan anak Dalam hal khitanan atau pembabtisan anak, kepada pegawai diberikan cuti khusus selama 2 (dua) hari kerja. 8. Berkabung 1) Dalam hal meninggalnya istri/suami/anak/orang tua/mertua dari seorang pegawai, kepadanya diberikan cuti khusus selama 3 (tiga) hari kerja. 2) Dalam hal meninggalnya saudara kandung/saudara yang serumah, kepada pegawai yang bersangkutan diberikan cuti khusus selama 2 (dua) hari kerja 9. Bencana alam Dalam hal pegawai mengalami bencana alam, kepadanya diberikan cuti khusus selama 2 (dua) hari kerja. 10. Menunaikan ibadah agama 1) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1981 Pasal 6 Ayat 4, seorang pegawai yang bermaksud menunaikan ibadah agama dapat mengambil hak cuti yang diperlukan untuk menunaikan ibadah agama sesuai dengan ketentuan pemerintah. 2) Cuti tersebut diatas hanya dapat diberikan 1 (satu) kali selama masa kerja di Rumah Sakit. 3) Untuk keperluan tersebut pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permohonan tertulis sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya. Pasal 25 Izin Meninggalkan Pekerjaan 1. Dengan mempertimbangkan kelancaran pekerjaan, Rumah Sakit memberikan kesempatan dan waktu secukupnya dengan upah dibayar penuh kepada pegawai untuk melaksanakan hak pilihnya pada waktu pemilihan umum. 2. Dengan mempertimbangkan kelancaran pekerjaan, Rumah Sakit memberikan izin meninggalkan pekerjaan dengan upah dibayar penuh kepada pegawai yang terpilih untuk mewakili Rumah Sakit mengikuti kegiatan-kegiatan yang ditentukan Rumah Sakit. 3. Dalam hal pegawai diwajibkan memenuhi panggilan dari instansi-instansi pemerintah pada hari/jam kerja, dan panggilan itu bukan untuk kepentingannya dan atau kesalahannya, Rumah Sakit mempertimbangkan untuk memberikan izin meninggalkan pekerjaan dengan upah dibayar penuh. Pasal 26 Prosedur Prosedur cuti dan izin meninggalkan pekerjaan dalam Bab ini diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Bab VII Pendidikan dan Pelatihan Pasal 27 Umum 1. Untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap, mental dan motivasi kerja pegawai sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit, maka Rumah Sakit memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. 2. Setiap pegawai yang telah ditunjuk oleh Rumah Sakit untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan harus melaksanakannya, kecuali karena alasan-alasan yang dapat diterima Rumah Sakit. Pasal 28 Sistem Pendidikan dan Pelatihan 1. Jika Rumah Sakit membutuhkan, Rumah Sakit memberi kesempatan dan bantuan bagi pegawai yang berprestasi untuk mendapatkan pendidikan. 2. Rumah Sakit menunjuk atau mempertimbangkan usul/permintaan pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan diluar Rumah Sakit. 3. Rumah Sakit mengirimkan pegawai untuk pelatihan yang bersifat alih teknologi didalam maupun diluar lingkungan Rumah Sakit bagi pegawai tertentu sesuai dengan fungsi dan jabatannya Pasal 29 Biaya Pendidikan dan Pelatihan 1. Rumah Sakit menanggung biaya pendidikan dan atau pelatihan yang dianggap perlu sebagian dimaksud pasal 28 diatas. 2. Prosedur yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan dan atau pelatihan tersebut diatas diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Bab VIII Penilaian Kinerja Pegawai Pasal 30 Umum 1. Penilaian terhadap kinerja/performa pegawai berdasarkan standar kinerja yang disepakati dalam satuan kerja awal tahun yang meliputi: a) Standar kualitas : standar mutu pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai standar mutu yang ditetapkan. b) Standar kwantitas : nominal pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai dengan standar jumlah yang ditetapkan. c) Standar waktu : penyelesaian pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. d) Kepatuhan : kepatuhan pegawai menjalankan standar prosedur operasional yang berlaku di Rumah Sakit. e) Konsekuensi : konsekuensi yang diterima dalam bentuk penghargaan atau sanksi terhadap pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Standar kinerja ditetapkan diawal periode penilaian yang merupakan acuan dari pengisian form penilaian pencapaian satuan kerja individu sehingga memudahkan dalam proses penilaian kinerja pegawai diakhir periode. 3. Penilaian prestasi kerja dilakukan oleh aturan langsung dengan memperhatikan prestasi kerja pegawai yang bersangkutan secara objektif dengan mengikuti aturan / ketentuan yang berlaku. 4. Tata cara penilaian kinerja pegawai diatur lebih lanjut dalam ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit. Pasal 31 Konsekuensi Penilaian Kinerja Pegawai 1. Pegawai yang mendapatkan hasil penilaian kinerja sesuai dengan atau melebihi target komitmen kinerja pegawai yang telah ditentukan / disepakati, dapat diberi penghargaan sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Pegawai yang mendapatkan hasil penilaian kinerja lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target komitmen kinerja pegawai yang telah ditentukan, akan diberikan hal-hal sebagai berikut : a) Surat teguran dan konseling oleh atasan langsung b) Apabila pegawai sudah mendapatkan surat teguran dan konseling tetapi hasil penilaian kinerja pegawai masih lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target komitmen kinerja baru atau berikutnya, maka pegawai tersebut diberi Surat Peringatan I c) Pegawai yang telah mendapatkan Surat Peringatan I tetapi hasil penilaian kinerja pegawai masih lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target komitmen kinerja baru atau berikutnya, maka diberi Surat Peringatan II. d) Demikian juga bagi pegawai yang telah mendapat Surat Peringatan II tetapi tidak memenuhi target komitmen kinerja baru atau berikutnya, diberi Surat Peringatan III. e) Pegawai yang sudah mendapatkan Surat Peringatan III (terakhir), tetapi hasil penilaian kinerja pegawai masih tidak memenuhi target komitmen kerja baru atau berikutnya, maka pegawai tersebut diminta untuk mengajukan surat pengunduran diri. Pasal 32 Promosi 1. Rumah Sakit berwenang untuk memberikan promosi kepada pegawai terkait penilaian kinerja pegawai yang sesuai atau melebihi target komitmen kinerja yang telah ditetapkan / disepakati. 2. Pemberian promosi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Pasal 33 Mutasi dan Rotasi 1. Rumah Sakit berwenang melakukan mutasi dan atau rotasi kepada pegawai terkait pencapaian kinerja pegawai dan kebutuhan Rumah Sakit. 2. Pelaksanaan mutasi dan rotasi dan rotasi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Pasal 34 Demosi 1. Rumah Sakit berwenang untuk memberikan demosi kepada pegawai terkait hasil penilaian kinerja yang lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target komitmen kinerja yang telah ditentukan / disepakati, pelanggaran kode etik, tata tertib dan peraturan Rumah Sakit. 2. Bentuk demosi pegawai dapat berupa : a) Penurunan jabatan / golongan. b) Pemutusan hubungan kerja. 3. Pemberian demosi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Pasal 35 Penghargaan Setiap pegawai yang menurut penilaian Rumah Sakit termasuk salah satu kategori berikut ini memperoleh penghargaan dari Rumah Sakit : 1. Pegawai yang membuat suatu penemuan atau perbaikan yang dianggap sangat berfaedah bagi Rumah Sakit. 2. Pegawai yang telah memberikan jasa yang besar kepada Rumah Sakit maupun masyarakat dana tau negara. 3. Pegawai yang telah menunjukkan kemampuan kerja yang tinggi sehingga dapat dipandang sebagai teladan bagi pegawai lainnya. 4. Pegawai yang berdasarkan masa pengabdiannya telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Penentuan kriteria tentang arti penemuan atau perbaikan, jasa yang besar dan kemampuan kerja yang tinggi serta penghargaan masa kerja, diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Bab IX Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pegawai Pasal 36 Jaminan Sosial Pegawai 1. Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, Rumah Sakit berkewajiban untuk mengikutsertakan seluruh pegawai dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. 2. Pengurusan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan pegawai dapat dilakukan oleh Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan / prosedur BPJS Ketenagakerjaan. Pasal 37 Makanan Cuma-Cuma dan Pangan Tambahan Khusus 1. Pada prinsipnya Rumah Sakit memberikan satu kali makan secara cuma-Cuma kepada pegawai yang bekerja 7 (tujuh) jam berturut-turut dalam satu hari kerja. 2. Rumah Sakit memberikan pangan tambahan khusus kepada pegawai yang melakukan tugas dari jam 00.00 sampai dengan jam 08.00 dan atau melakukan tugas / pekerjaan berat dana tau melakukan pekerjaan khusus lainnya. 3. Kriteria atau jenis pekerjaan, dan atau jumlah dan jenis pangan tambahan khusus tersebut ditentukan oleh Rumah Sakit. Bab X Berakhirnya Hubungan Kerja Pasal 38 Umum Hubungan kerja pegawai dengan Rumah Sakit berakhir apabila salah satu dari hal dibawah ini terjadi : 1. Meninggal dunia 2. Mencapai batas umur pensiun 3. Sakit 4. Berakhirnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu 5. Pengunduran diri secara sukarela 6. Pelanggaran aturan tata tertib kerja Pasal 39 Meninggal Dunia Dalam hal pegawai meninggal dunia, hubungan kerja akan putus dengan sendirinya sejak tanggal meninggalnya pegawai yang bersangkutan. Pasal 40 Batas Umur Pensiun Batas umur pensiun pegawai adalah 55 (lima puluh lima) tahun. Pasal 41 Sakit Dalam hal pegawai absen karena sakit lebih dari 12 (dua belas) bulan terus menerus dan masih memerlukan perawatan secara medis tidak sanggup lagi melakukan pekerjaan di Rumah Sakit, maka hubungan kerja disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 42 Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu Hubungan kerja pegawai berdasarkan perjanjian kerja untuk waktu tertentu berakhir demi hukum apabila telah mencapai waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 43 Pengunduran Diri Secara Sukarela 1. Setiap pegawai yang mengundurkan diri secara sukarela harus mengajukan permohonan tertulis kepada Rumah Sakit selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri. 2. Pegawai yang bersangkutan harus melanjutkan pekerjaannya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sampai diserahkan kepada penggantinya sehingga tidak mengganggu kegiatan Rumah Sakit. 3. Hubungan kerja akan berakhir sejak tangal dikeluarkannya surat persetujuan dari Rumah Sakit kepada pegawai yang bersangkutan. 4. Pegawai yang tidak hadir bekerja selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa izin dari Rumah Sakit dan telah dipanggil oleh Rumah Sakit sebanyak 2 (dua) kali secara tertulis, dapat dikualifikasikan sebagai pengunduran diri secara sukarela. Pasal 44 Pelanggaran Atas Tata Tertib Kerja Dalam hal pegawai melakukan pelanggaran atas tata tertib kerja seperti yang tertuang pada pasal 18 ayat 5 dan setelah melalui proses yang ditentukan untuk itu, maka hubungan kerjanya akan berakhir sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 45 Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan 1. Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan setiap saat atas permintaan pegawai ataupun keputusan Rumah Sakit dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. 2. Kepada pegawai tersebut diatas tidak diberikan pesangon atau uang jasa maupun uang pengganti lainnya kecuali upah yang harus dibayar sampai hari terakhir bekerja. Bab XI Penutup 1. Jika ada hal-hal yang mengatur kepegawaian belum tercantum dalam peraturan kepegawaian ini, maka pedoman yang dipakai adalah peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Jika dalam peraturan kepegawaian ini ada pasal-pasal yang kurang atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka pasal-pasal tersebut batal demi hokum dan yang diberlakukan adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Peraturan kepegawaian ini berlaku sejak ditetapkan dengan surat keputusan direktur. Direktur PT. Chevani Anugrah Sejahtera Ditetapkan di Tebing Tinggi Pada tanggal: 01 Mei 2017 Direktur RS Chevani dr. Nelson Situmorang, Sp.B drg. Khairi Lufti Sinaga, M.KKK