KEPUTUSAN DIREKSI Tentang PERATURAN PERUSAHAAN Menimbang bahwa untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara Perusahaan dan Karyawan demi terciptanya ketenangan dan kepuasan bagi kedua belah pihak hingga dapat ditingkatkan produktivitas, serta mengingat akan wewenang yang ada padanya berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, maka Direksi (NAMA PERUSAHAAN) dengan ini memutuskan menetapkan Peraturan Perusahaan sebagaimana tercantum di bawah ini. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Perusahaan dan Karyawan 1. Yang dimaksud dengan Perusahaan dalam peraturan ini adalah PT.JAGAD SANITASI INDONESIA berkedudukan di Jakarta, didirikan berdasarkan Akta Notaris Sri Maryami Nomor 30, tanggal 24 Nopember 1994 di Surabaya sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir kali diubah dengan Akta Notaris ............, SH, MKn Nomor ... tanggal ......... berkedudukan di Jakarta, berkantor di Jalan Crown Palace B-18, Jl. Prof. Supomo No. 231, Jakarta Selatan, KEPMEN Kehakiman dan hak Azasi Manusia RI No. .............., dengan cabang-cabang di wilayah Indonesia. 2. Yang dimaksud dengan Lingkungan Perusahaan adalah keseluruhan tempat yang berada di bawah penguasaan Perusahaan termasuk di dalamnya lokasi Project dimana perusahaan sedang mengerjakan dan atau yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. 3. Yang dimaksud dengan Karyawan adalah mereka yang mempunyai hubungan kerja dengan Perusahaan berdasarkan Surat Pengangkatan yang sah dan menerima upah. 4. Yang dimaksud dengan Istri Karyawan adalah 1 (satu) orang istri dari perkawinan yang sah dan terdaftar pada Buku Besar Karyawan Perusahaan. 5. Yang dimaksud dengan Suami Karyawan adalah 1 (satu) orang suami dari perkawinan yang sah dan terdaftar pada Buku Besar Karyawan Perusahaan. 6. Yang dimaksud dengan Anak Karyawan adalah anak pertama dan kedua karyawan dari istri sah yang menjadi tanggungannya, belum bekerja dan belum menikah serta berusia dibawah 21 tahun dan terdaftar pada Buku Besar Karyawan Perusahaan. 1 7. Keluarga karyawan adalah suami/istri dan 2 (dua) orang anak seperti pada ayat 6. 8. Yang dimaksud dengan Pekerjaan adalah pekerjaan yang dijalankan oleh karyawan untuk Perusahaan dalam suatu hubungan kerja tertentu yang telah disepakati bersama dalam suatu ikatan hubungan kerja. 9. Yang dimaksud dengan Pimpinan Perusahaan adalah mereka yang karena jabatannya mempunyai tugas memimpin Perusahaan. 10. Yang dimaksud dengan Direksi adalah anggota direksi dari Perusahaan sebagaimana tercantum dalam Akta Perusahaan. 11. Yang dimaksud dengan Peraturan Perusahaan adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan kerja, syarat-syarat kerja, kondisi kerja serta hakhak dan kewajiban Karyawan. BAB II HUBUNGAN KERJA Pasal 2 Penerimaan karyawan 1. Pimpinan Perusahaan dalam menerima karyawan sesuai dengan keperluannya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Perusahaan dan tidak menyimpang dari Undang-undang dan Peraturan yang berlaku. 2. Persyaratan umum calon Karyawan adalah : a. Warga Negara Indonesia. b. Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun sesuai Akte Kelahiran atau Tanda Kenal Lahir. c. Mempunyai KTP ketika melamar. e. Berkelakuan baik. f. Lulus test yang diadakan oleh Perusahaan. 3. Persyaratan khusus sesuai dengan tuntutan dan spesifikasi pekerjaan yang harus dipenuhi atau ditempuh oleh calon Karyawan. Pasal 3 Masa Percobaan 1. Pada dasarnya Karyawan yang diterima, terlebih dahulu wajib menjalani masa percobaan atau masa pelatihan selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal mulai dipekerjakan. Selama masa percobaan atau masa pelatihan baik Perusahaan maupun Karyawan bebas sewaktu-waktu dengan pemberitahuan 1 x 24 jam dapat memutuskan hubungan kerja dengan tanpa syarat dan tanpa kewajiban memberi dan menuntut pesangon/ganti rugi dalam bentuk apapun. 2 2. Selama dalam masa percobaan atau masa pelatihan prestasi kerja dan kondite Karyawan tersebut dinilai berdasarkan ketentuan tata cara penilaian yang berlaku. Apabila pada akhir masa percobaan atau masa pelatihan Karyawan dinilai berhasil baik memenuhi persyaratan yang ditetapkan dapat diangkat menjadi karyawan tetap, dan sebaliknya apabila gagal akan diputuskan hubungan kerjanya atau tidak diteruskan program pelatihannya. 3. Masa percobaan 3 (tiga) bulan dimaksud diperhitungkan sebagai masa kerja. 4. Masa pelatihan 3 (tiga) bulan dimaksud tidak diperhitungkan sebagai masa kerja. Pasal 4 Pengangkatan, Penempatan dan Pemindahan Karyawan I. Pengangkatan dan penempatan 1. Karyawan yang melewati masa percobaan atau masa pelatihan dengan berhasil baik, diangkat menjadi karyawan tetap dengan Surat Keputusan Pengangkatan yang ditandatangani Pimpinan Perusahaan. 2. Karyawan yang diangkat ditempatkan pada jabatan/pekerjaan berdasarkan persyaratan jabatan, serta kemampuan yang dimilikinya, dan kebutuhan Perusahaan. 3. Dengan diangkatnya Karyawan tersebut menjadi karyawan tetap, maka yang bersangkutan dapat memperoleh secara penuh hak-hak dan kewajiban sebagaimana yang telah diatur oleh Peraturan Perusahaan. II. Pemindahan Karyawan 1. Berdasarkan kebutuhan organisasi, efisiensi dan produktivitas kerja, Perusahaan berwenang memindahkan Karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lainnya atau dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lainnya, atau dari satu lokasi ke lokasi lainnya dan ditetapkan dengan SK Mutasi dan/atau SK Direksi. 2. Ketentuan mengenai pemindahan ini diatur oleh Pimpinan Perusahaan. Pasal 5 Karyawan Kontrak 1. Sesuai dengan kebutuhan Perusahaan dapat menerima Karyawan Kontrak dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu dengan berpedoman pada UU nomor 13 tahun 2003. 2. Lamanya masa perjanjian kerja maksimal 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 1 tahun sesuai ketentuan peraturan ketenaga-kerjaan yang berlaku. 3 3. Perusahaan berhak melakukan pengecualian dalam dan untuk hal-hal tertentu bagi Karyawan Kontrak yang dituangkan dalam perjanjian kerjanya dengan tetap mengindahkan pada Peraturan Perundangan yang berlaku. Pasal 6 Tanda Pengenal Karyawan (Badge) 1. Setiap Karyawan, baik karyawan tetap maupun karyawan kontrak diberikan Tanda Pengenal Diri (badge) dan merupakan inventaris Perusahaan yang penggunaan dan masa berlakunya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan. 2. Tanda pengenal wajib dipakai oleh setiap Karyawan selama berada di lingkungan Perusahaan. 3. Tanda pengenal dimaksud harus dipakai/dilekatkan pada bagian depan sebelah kiri dari pakaian luar di antara bahu dan pinggang karyawan. BAB III PERATURAN KERJA DAN TATA TERTIB / DISIPLIN KERJA Pasal 7 Hari Kerja dan Waktu Kerja 1. Hari Kerja Untuk hari kerja kantor pusat ditetapkan dalam seminggu adalah hari kerja, yaitu hari Senin sampai dengan hari Sabtu. 2. Jam kerja adalah 40 jam dalam seminggu Jadwal jam kerja biasa setiap hari dalam seminggu adalah sebagai berikut: a. b. c. Hari Senin s/d Kamis Istirahat Hari Jum’at Istirahat Hari Sabtu : : : : : Jam Jam Jam Jam Jam 09.00 12.00 09.00 11.30 09.00 – – – – – 17.00 13.00 17.00 13.00 15.00 3. Keterlambatan sampai dengan 30 menit dari jadwal di atas akan mengakibatkan sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau Surat Peringatan. 4. Keterlambatan diatas 30 menit dari jadwal di atas akan mengakibatkan sanksi sebagaimana di pasal 7 ayat 4 di atas dan pemotongan uang makan dan/atau transport. 5. Hari kerja dan jam kerja untuk kantor cabang disesuaikan dengan kondisi operasional di masing- masing cabang yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang berlaku yaitu 40 jam kerja seminggu. 4 6. Jadwal jam kerja setiap hari dalam seminggu yang menyimpang dari ayat 2 tersebut akan dimintakan ijin penyimpangan waktu kerja kepada Kantor Instansi yang membidangi ketenagakerjaan. 7. Hari Libur a. Hari libur resmi adalah hari-hari libur resmi berdasarkan ketetapan pemerintah. b. Hari libur Perusahaan adalah hari kerja yang ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan sebagai hari libur. c. Upah pada butir a dan b tersebut diatas, dibayar penuh. Pasal 8 Kewajiban-kewajiban Karyawan 1. Karyawan wajib a. Hadir pada waktu kerja yang ditetapkan, kecuali pada hari istirahat mingguan / hari libur resmi / hari libur Perusahaan atau pada saat karyawan menjalankan hak cutinya. b. Memakai tanda pengenal karyawan (badge). c. Menyatakan kehadiran/mengisi daftar hadir pada waktu kedatangan dan pulang dengan alat pencatat waktu (time recorder)/ Manual d. Meminta ijin tertulis dari Pimpinan Perusahaan apabila datang sesudah jam kerja atau meninggalkan pekerjaan sebelum waktu kerja berakhir. 2. Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai pekerjaan kepada Perusahaan. 3. Melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab sesuai bidang pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan. 4. Melaksanakan semua perintah/instruksi yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan sehubungan dengan pekerjaannya. 5. Menyimpan semua keterangan yang dianggap sebagai rahasia Perusahaan yang didapat oleh karena jabatannya maupun pergaulan di lingkungan Perusahaan. 6. Wajib selalu menjaga kesopanan dan kesusilaan serta norma-norma pergaulan yang berlaku di dalam masyarakat. 7. Memelihara kebersihan di dalam lingkungan kerjanya masing-masing serta kerapihan dirinya. 8. Menjaga dan berusaha mencegah kemungkinan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan. 5 9. Menjaga dan memelihara barang-barang milik Perusahaan yang dipercayakan kepadanya atau digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya. 10. Menghormati pimpinan, keluarga pimpinan dan sesama rekan karyawan. 11. Melaporkan segera kepada Bagian Administrasi & Keuangan setiap perubahan data pribadinya, antara lain : a. Alamat rumah / nomor telepon b. Status keluarga (perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian) c. Status pendidikan d. Dan lain-lainnya Pasal 9 Larangan Bagi Karyawan Karyawan dilarang melakukan tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan di dalam lingkungan Perusahaan sebagai berikut : 1. Larangan Umum: a. Membawa senjata api, senjata tajam atau barang-barang yang membahayakan. b. Minum minuman keras, mabuk ditempat kerja, membawa dan menyimpan serta menyalahgunakan narkotika/obat-obatan terlarang lainnya. c. Melakukan perbuatan asusila. d. Berjudi, berkelahi serta bertengkar. e. Memasuki ruangan lain yang bukan bagiannya kecuali atas atau seijin atasan langsung. f. Datang ke tempat kerja, apabila Karyawan dinyatakan oleh Dokter mengidap penyakit menular atau alasan medis lainnya yang berbahaya, baik untuk dirinya atau sesama karyawan atau lingkungan kerjanya. 2. Karyawan dilarang mencatatkan kehadiran karyawan lain, merubah jam kerja pada kartu hadir baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin absensi. Kartu hadir yang ditulis manual harus diparaf/disahkan oleh atasan yang bersangkutan. 3. Merokok di tempat tertentu di lingkungan Perusahaan yang dilarang. 4. Mempergunakan barang-barang milik Perusahaan dan/atau perlengkapan milik Perusahaan untuk kepentingan pribadi. 5. Selama jam kerja menerima tamu pribadi tanpa seijin dari atasannya. 6. Tidur pada jam kerja. 7. Dalam menjalankan tugas berusaha memungut, menerima bayaran/materi dari pihak lain untuk kepentingan pribadi. 6 8. Dalam jam kerja mengedarkan daftar sumbangan, menyebarkan edaranedaran tanpa seijin Pimpinan Perusahaan. 9. Membawa barang-barang milik Perusahaan keluar perusahaan, alat-alat kantor, dokumen- dokumen atau fotocopy dokumen keluar Perusahaan tanpa izin tertulis dari Pimpinan Perusahaan. 10. Meminjamkan atau mengkaryakan barang-barang milik Perusahaan yang dipercayakan kepadanya. 11. Mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan lain, kecuali dengan ijin tertulis dari Direksi. 12. Mengcopy dan memperbanyak program komputer IT untuk kepentingan diri sendiri atau pihak lain di luar Perusahaan. 13. Mengcopy dan memperdagangkan rencana proyek Perusahaan. 14. Mengcopy dan memperbanyak dokumen legal/hukum Perusahaan untuk kepentingan diri sendiri atau pihak lain di luar Perusahaan. 15. Hal-hal/perbuatan-perbuatan lainnya yang menurut Pimpinan Perusahaan dapat mendatangkan bahaya atau kerugian-kerugian yang menimpa orang, barang dan kepentingan Perusahaan. Pasal 10 Tindakan In-disipliner 1. Setiap pelanggaran dan/atau perbuatan in-displiner yang dilakukan Karyawan atas tata tertib kerja sebagaimana tercantum di Pasal 7 ayat 2 4, Pasal 8 dan pasal 9 di atas, maupun ketentuan-ketentuan/peraturanperaturan Perusahaan lainnya, akan diberikan sanksi-sanksi sesuai dengan berat ringannya perbuatan yang dilakukan. 2. Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa : I. Peringatan a. Peringatan Lisan Diberikan oleh atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk kasus kesalahan ringan yang masih dapat diperbaiki. b. Peringatan Tertulis Berdasarkan laporan tertulis dari atasan langsung karyawan yang bersangkutan, bagian Personalia berhak memberikan Surat Peringatan Tertulis. Peringatan tertulis dapat berupa : a). Surat Peringatan I b). Surat Peringatan II 7 c). Surat Peringatan III (terakhir) c. d. Penindakan pelanggaran disiplin berupa Surat Peringatan Tertulis seperti tercantum pada butir 2 (dua) diatas, tidak selalu harus mengikuti urutannya satu demi satu, akan tetapi dapat diberikan langsung Surat Peringatan II atau Surat Peringatan III (terakhir) tergantung pada berat/ringan, jenis dan pengulangan pelanggaran yang dilakukan oleh Karyawan. Masing-masing Surat Peringatan mempunyai masa berlaku selama 6 (enam) bulan dan apabila ternyata yang bersangkutan masih melakukan pelanggaran lagi setelah mendapat Surat Peringatan III (terakhir), maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya yang dilaksanakan sesuai prosedur dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. II. Sanksi Administratif Berupa pencabutan jabatan, pembebanan ganti rugi, penundaan kenaikan upah, pencabutan fasilitas-fasilitas tertentu seperti, namun tidak terbatas pada, uang makan dan/atau uang transport dan sanksi lainnya yang dipandang baik, layak dan perlu oleh Perusahaan. III. Skorsing 1. Skorsing adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Perusahaan secara terpaksa dengan alasan : a. Pemberian Surat Peringatan III (terakhir) yang diberikan kepada karyawan tidak membawa hasil. b. Untuk mencegah meluasnya pengaruh negatif yang diakibatkan oleh perilaku Karyawan terhadap karyawan lainnya karena yang dapat diduga melakukan kesalahan/pelanggaran berat atau Pimpinan Perusahaan atau harta milik Perusahaan. c. Dalam masalah dan situasi tertentu masih dibutuhkan perolehan penemuan bukti- bukti materiil atas kesalahan yang bersangkutan. 2. Ada 2 (dua) macam skorsing yaitu : a. Skorsing sebagai hukuman dengan batasan waktu skorsing paling lama 1 (satu) bulan. b. Skorsing dalam rangka penyelesaian sesuai prosedur dan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku. 3. Kepada Karyawan yang terkena tindakan skorsing dibayarkan upah perbulannya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 8 IV. Hal lain Karyawan yang terbukti melanggar pasal 9 ayat 9 s/d 15 di atas, maka perusahaan berhak memperoleh /menuntut ganti rugi investasi dari biaya rekruitmen, seleksi dan peltihan, maupun sistem yang dibangun oleh perusahaan pada perangkat keras, perangkat lunak, kode sumber ( source code), sirkuit dan sistem kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. BAB IV FASILITAS KERJA Pasal 11 Peralatan Kerja 1. Perusahaan menyediakan peralatan kerja yang sesuai untuk digunakan Karyawan dalam pelaksanaan tugasnya. 2. Peralatan kerja adalah barang inventaris Perusahaan untuk dipakai pada saat bekerja dan untuk keperluan dinas. 3. Karyawan dilarang membawa peralatan kerja keluar kantor tanpa ijin tertulis dari Pimpinan Perusahaan. 4. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan tindakan pelanggaran disiplin kerja. Pasal 12 Seragam Kerja 1. Perusahaan dapat menyediakan pakaian seragam untuk karyawan yang wajib dipakai oleh Karyawan. 2. Ketentuan mengenai pakaian seragam diatur dalam Surat Keputusan Direksi. 3. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan pelanggaran disiplin kerja. 4. Seragam kerja adalah barang inventaris Perusahaan untuk dipakai pada saat bekerja dan untuk keperluan dinas. Pasal 13 Perjalanan Dinas 1. Untuk kepentingan Perusahaan seorang Karyawan dapat ditugaskan ke luar kota atau ke luar negeri berdasarkan Surat Perintah Dinas. 2. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut perjalanan dinas dimaksud ditetapkan didalam suatu peraturan tentang kebijakan dan Prosedur Perjalanan Dinas. 9 Pasal 14 Latihan dan Pendidikan Karyawan 1. Untuk meningkatkan dan menambah kemampuan karyawan serta untuk memenuhi kebutuhan Perusahaan akan tenaga-tenaga terampil, Perusahaan sewaktu-waktu dapat mengadakan seleksi latihan yang dibiayai oleh Perusahaan. 2. Penentuan mengenai sifat atau jenis latihan/pendidikan, tempat serta jangka waktunya diatur tersendiri dalam Surat Keputusan Direksi. Pasal 15 Hak Milik Intelektual dan Kerahasiaan Selama dan sesudah masa bekerja di tempat dan/atau untuk perusahaan (NAMA PERUSAHAAN), baik terikat dalam suatu perjanjian kerja, pemagangan, pelatihan dan/atau perjanjian kerjasama, Pekerja / Pemagang / Peserta Pelatihan / Mitra menyetujui bahwa: a. Hasil dari riset dan pengembangan yang dilakukan selama dalam masa perjanjian ini, baik sebagian maupun keseluruhan, termasuk didalamnya namun tidak terbatas pada ide, konsep, metode, sistem, gambar, perangkat, kode sumber (source code), scripting, coding, modul (bagian dari piranti), alur kerja maupun hasil piranti lunak (software) dan/atau piranti keras (hardware) yang digunakan dan/atau dihasilkan, menjadi milik eksklusif dari (NAMA PERUSAHAAN) dan dikategorikan sebagai Hak Milik Intelektual (NAMA PERUSAHAAN); b. Pekerja / Pemagang / Peserta Pelatihan / Mitra setuju untuk tidak akan memperlihatkan, mengirimkan, menggandakan (duplikasi) dan/atau memberikan manfaat bisnis kepada pihak ketiga dan/atau untuk umum, Hak Milik Intelektual dan/atau informasi dari (NAMA PERUSAHAAN), setiap teknik diungkapkan oleh informasi tersebut, yang memiliki informasi atau teknik, atau informasi bersama-sama dikembangkan oleh (NAMA PERUSAHAAN), kecuali mendapat persetujuan tertulis dari (NAMA PERUSAHAAN) atau kecuali sejauh bahwa informasi tersebut telah menjadi (tanpa kesalahan dari (NAMA PERUSAHAAN)) bagian dari domain publik. c. Bahwa Pekerja / Pemagang / Peserta Pelatihan / Mitra berkewajiban untuk tidak menggunakan Hak Milik Intelektual dan/atau informasi dari (NAMA PERUSAHAAN) dalam periode 2 (dua) tahun setelah berakhirnya perjanjian ini ini, kecuali mendapat persetujuan tertulis dari (NAMA PERUSAHAAN); d. Bahwa penggunaan Hak Milik Intelektual dan atau informasi dari (NAMA PERUSAHAAN) setelah jangka waktu point c di atas, wajib diberitahukan oleh Pekerja / Pemagang / Peserta Pelatihan / Mitra secara tertulis kepada (NAMA PERUSAHAAN). 10 e. Bahwa kegagalan dalam menjaga kerahasiaan tersebut yang dapat menyebabkan timbulnya, termasuk namun tidak terbatas pada kerugian finansial, material, nama baik maupun kesempatan usaha lainnya, dapat menyebabkan pihak yang merasa dirugikan untuk menuntut kerugian tersebut secara hukum; BAB V CUTI DAN IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN Pasal 16 Cuti Tahunan 1. Karyawan setelah menjalani masa kerja 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan upah penuh dengan berpedoman pada Peraturan Perundangundangan yang berlaku. 2. Karyawan yang hendak menggunakan cuti tahunannya wajib memberitahukan secara tertulis kepada Perusahaan dengan mengisi formulir permohonan cuti yang telah disediakan dan disetujui atasan masing-masing selambat-lambatnya seminggu sebelum cuti dimaksud. 3. Cuti tahunan wajib digunakan dalam waktu 6 (enam) bulan setelah haknya timbul. 4. Apabila hak cuti tahunan tidak dilaksanakan seperti dimaksud ayat 3 pasal ini, maka hak cutinya dinyatakan hangus, kecuali atas kepentingan Perusahaan dapat ditunda paling lambat sampai dengan 6 (enam) bulan berikutnya dengan pertimbangan Pimpinan Perusahaan. 5. Perusahaan dapat mengatur cuti tahunan sebagai berikut : a. Sebanyak-banyaknya 6 (enam) hari dinyatakan sebagai cuti massal. b. Sisanya dapat digunakan oleh masing-masing Karyawan menurut kepentingan yang waktunya disesuaikan dengan kepentingan Perusahaan. 6. Dalam hal adanya kepentingan Karyawan yang mendesak setelah bekerja minimal 1 (satu) tahun penuh, karyawan dapat meminta persetujuan tertulis dari pimpinan Perusahaan untuk mempercepat cutinya. 7. Selama menjalankan cuti tahunan atau cuti lainnya, karyawan tidak dibenarkan bekerja pada perusahaan lain. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan tindakan pelanggaran disiplin. Pasal 17 Cuti Besar 1. Karyawan yang telah mempunyai masa kerja selama 6 (enam) tahun terus-menerus dalam perusahaan, berhak atas cuti besar selama 22 (dua puluh dua) hari kerja. 11 2. Cuti besar ini berlaku 5 (lima) tahun sekali dimana dalam pelaksanaannya Perusahaan berhak mengatur/menentukan waktu pengambilan cuti besar tersebut dengan memperhatikan masa berlakunya cuti besar. Pasal 18 Cuti Haid dan Cuti Melahirkan/Keguguran 1. Karyawati yang kesehatannya terganggu karena haid, tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan hari kedua waktu haid, dengan mendapatkan upah penuh. Dalam hal ini, yang bersangkutan harus memberitahukan pada atasan langsung dan menyertakan surat keterangan dokter. Cuti haid yang tidak diambil, secara otomatis akan hangus. 2. Karyawati yang akan melahirkan anak diberi cuti melahirkan selama satu setengah bulan sebelum saatnya melahirkan dan satu setengah bulan sesudah melahirkan. Perkiraan waktu melahirkan dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter yang sah. 3. Kepada Karyawati yang mengalami keguguran kandungan atau menggugurkan kandungan karena alasan medis yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter, diberikan cuti maksimal selama satu setengah bulan sejak terjadinya keguguran tersebut. 4. Karyawati yang hendak mengambil hak cuti melahirkan seperti ayat 2 pasal ini, wajib menyampaikan surat permohonan istirahat selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum waktu istirahat itu dimulai. Surat permohonan dimaksud harus disertai dengan Surat Keterangan Dokter. 5. Cuti melahirkan/keguguran kandungan diberikan dengan tetap mendapat upah penuh. Pasal 19 Cuti Sakit 1. Cuti sakit diberikan berdasarkan keterangan Dokter Perusahaan atau Dokter lainnya, yang disahkan oleh Dokter Perusahaan terhadap Karyawan yang terganggu kesehatannya, atau penyakitnya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan orang lain. 2. Karyawan yang menderita sakit atau tidak masuk kerja melaporkan sakitnya kepada Perusahaan c.q Dept. HRGA selambat-lambatnya pada hari kedua sakitnya dengan menyerahkan Surat Keterangan Dokter pada saat masuk kerja kembali. 3. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit tanpa memberikan surat dokter, secara otomatis akan mengurangi jatah cuti tahunan. 12 4. Penyalahgunaan cuti sakit oleh Karyawan merupakan tindak pelanggaran disiplin kerja. Pasal 20 Cuti Proyek Cuti yang diberikan kepada karyawan yang ditugaskan pada proyek Perusahaan yang berada di luar wilayah kerja regular karyawan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Cuti proyek adalah cuti pengganti (in lieu) atas Hari Minggu / libur yang tidak dinikmati karyawan selama bekerja di proyek perusahaan. 2. Lamanya cuti proyek adalah 8-9 hari, disesuaikan dengan jumlah hari Minggu / libur yang tidak dinikmati karyawan dalam kurun waktu 2 (dua) bulan. 3. Karyawan yang telah berkeluarga wajib untuk mengambil cuti proyek paling lambat sekali setiap 2 (dua) bulan. 4. Karyawan yang mengambil cuti proyek akan diberikan tunjangan transportasi proyek, pergi dan pulang. Hal tersebut akan diatur lebih lanjut sesuai dengan aturan dalam proyek yang sedang berjalan. 5. Karyawan wajib mengambil cuti proyek dalam kurun waktu 2 bulan. Pasal 21 Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan 1. Cuti di luar tanggungan Perusahaan adalah izin meninggalkan pekerjaan tanpa mendapatkan upah. 2. Karyawan yang perlu menjalani pemeriksaan kesehatan di luar negeri diberi izin meninggalkan pekerjaan untuk suatu jangka waktu tertentu, dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pimpinan Perusahaan sebagai cuti di luar tanggungan Perusahaan. Pasal 22 Izin Meninggalkan Pekerjaan dengan Gaji Penuh 1. Karyawan diberikan izin meninggalkan pekerjaan untuk keperluan-keperluan tersebut di bawah ini: a. Pernikahan Karyawan, diberikan izin 3 (tiga) hari kerja. b. Pernikahan anak sah Karyawan, diberikan izin 2 (dua) hari kerja. c. Istri sah karyawan melahirkan/keguguran, diberikan izin 2 (dua) hari kerja. d. Anggota keluarga (suami/istri, orang tua/mertua atau anak karyawan sah) meninggal dunia diberikan izin 3 (tiga) hari kerja. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia diberikan cuti selama 2 (dua) hari. 13 e. Mengkhitankan/membaptiskan anaknya, diberikan izin 2 (dua) hari kerja. f. Mendapat musibah (kebakaran, kebanjiran atau hal-hal lain) lamanya akan ditetapkan berdasarkan pertimbangan Pimpinan Perusahaan. 2. Karyawan yang belum pernah menunaikan ibadah haji diberikan izin 1 (satu) kali untuk menunaikan ibadah haji dengan jumlah hari ijin sesuai persetujuan Perusahaan, dan memperhatikan kewajaran serta sesuai dengan perhitungan dan ketetapan Departemen Agama Republik Indonesia yaitu 2 hari sebelum berangkat naik haji dan 2 hari setelah tiba di tanah air. 3. Dalam hal karyawan harus menjalankan kewajiban yang ditetapkan oleh Pemerintah/Undang- Undang, antara lain panggilan sidang/saksi dan lainlain yang waktunya setiap 1 (satu) kali ditentukan berdasarkan kebutuhan, wajib mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada Pimpinan Perusahaan dengan disertai bukti-bukti yang sah. 4. Izin di luar ketentuan-ketentuan di atas merupakan cuti di luar tanggungan perusahaan dan tidak mendapatkan upah. Besarnya upah yang tidak dibayar adalah 1/22 x upah sebulan untuk setiap hari cuti diluar tanggungan Perusahaan kecuali hal-hal yang telah diatur dalam UU nomor 13 tahun 2003. Pasal 23 Meninggalkan Pekerjaan Tanpa Izin / Mangkir 1. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan secara tertulis atau tanpa izin Perusahaan dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayar. Besarnya upah yang tidak dibayar adalah 1/26 upah sebulan untuk setiap hari mangkir. 2. Karyawan yang mangkir : a. Selama 3 (tiga) hari kerja berturut-turut atau 3 (tiga) hari kerja tidak berturut-turut dalam satu bulan diberikan surat Peringatan Tertulis I. b. Selama 4 (empat) hari kerja berturut-turut atau 4 (empat) hari kerja tidak berturut-turut dalam satu bulan diberikan surat Peringatan Tertulis II. c. Selama 5 (lima) hari kerja tidak berturut-turut dalam satu bulan diberikan surat Peringatan Tertulis III. 3. Apabila Karyawan tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut atau lebih tanpa keterangan tertulis disertai bukti-bukti yang sah dan telah dipanggil secara tertulis sebanyak 2 (dua) kali, maka karyawan tersebut dianggap telah mengundurkan diri dan diproses sesuai UU Nomor 13 tahun 2003 dan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 14 BAB VI PENGUPAHAN Pasal 24 Sistem Pengupahan 1. Kebijakan dan pengaturan upah karyawan merupakan hak dan wewenang penuh Pimpinan Perusahaan. 2. Penetapan upah karyawan dilakukan berdasarkan atas : a. Bobot pekerjaan b. Golongan jabatan c. Kemampuan yang dimiliki sesuai persyaratan jabatan 3. Upah diberikan dalam jumlah serendah-rendahnya sesuai dengan ketentuan upah minimum yang ditetapkan Pemerintah. 4. Upah dibayarkan sebulan sekali pada akhir bulan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum akhir bulan berjalan. 5. Berdasarkan kemampuan Perusahaan, Pimpinan perusahaan dapat mengadakan peninjauan upah, dan sebagai dasar untuk peninjauan upah tersebut adalah upah pokok. Pasal 25 Lembur 1. Yang dimaksud kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan melebihi jam kerja normal yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan/peraturan ketenagakerjaan. 2. Perhitungan upah kerja lembur adalah menurut UU nomor 13 tahun 2003 jo. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI kep/72/MEN/84, tanggal 31 Maret 1984 tentang Dasar Perhitungan Upah Kerja Lembur. 3. Kerja lembur didasarkan hanya atas Surat Perintah Kerja Lembur yang dibuat dan dilaporkan oleh atasan yang bersangkutan. 4. Tanpa suatu alasan yang sah yang dapat diterima dan dibenarkan oleh Pimpinan Perusahaan/ Atasan Karyawan tidak dapat menolak kerja lembur, terutama apabila Perusahaan menghadapi hal-hal sebagai berikut: a. b. c. d. Force majeur atau keadaan darurat seperti : kebakaran, gempa bumi, banjir, huru hara, kerusakan peralatan kerja dan sebagainya. Bertumpuknya pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan pada saat itu akan mendatangkan bahaya terhadap Perusahaan atau orang. Dalam hal ada pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan merugikan serta mengganggu kelancaran produksi dan/atau jalannya Perusahaan. Dalam hal ada kerja regu secara bergilir dan petugas regu berikutnya berhalangan untuk bekerja. 15 e. Apabila pekerjaan itu menyangkut kepentingan nasional atau pemerintah setempat (pemilu atau sebagainya) 5. Atasan yang bersangkutan perlu mengawasi pelaksanaan kerja lembur di unit kerjanya. 6. Yang berhak atas upah lembur hanya karyawan yang tidak mendapatkan tunjangan tetap. 7. Karyawan yang melaksanakan lembur selama 4 (empat) jam atau yang jam lemburnya melalui jam makan normal (jam 12.00 atau jam 19.00 malam) akan diberi uang makan oleh Perusahaan sebesar uang makan yang berlaku. 8. Karyawan yang melaksanakan lembur pada hari Minggu/hari libur resmi lainnya akan diberi uang transport, sebesar uang transport yang berlaku. 9. Pada dasarnya jam lembur dihitung sesuai jumlah jam kerja lembur yang sesungguhnya dengan pembulatan sebagai berikut : a. Kurang dari 30 menit tidak dihitung b. Lembur 30 menit atau lebih dihitung 1 jam. 10. Standar Upah Lembur (SUL) per jam : a. Karyawan bulanan : 1/173 x upah sebulan b. Karyawan harian : 3/20 x upah sehari. 11. Tarif dan perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut : a. Upah kerja lembur pada hari / jam kerja biasa - Jam pertama : 150% x SUL perjam - Jam kedua dan seterusnya : 200% x SUL perjam b. Upah kerja lembur pada hari istirahat mingguan / hari raya resmi - Tujuh jam pertama : 200% x SUL perjam - Jam kedelapan : 300% x SUL perjam - Jam kesembilan dst : 400% x SUL perjam Pasal 24 Upah Pasal 26 Upah Selama Sakit 1. Istirahat sakit dapat diberikan kepada Karyawan yang menderita sakit sedemikian beratnya, sehingga tidak dapat melakukan tugas dengan semestinya berdasarkan Surat Keterangan dari Dokter Perusahaan. 2. Selama masa istirahat sakit, Perusahaan membayar upah sebagai berikut: a. Untuk 4 (empat) bulan pertama dibayar 100% dari upah b. Untuk 4 (empat) bulan kedua dibayar 75% dari upah. c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga dibayar 50% dari upah. d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh perusahaan. 16 3. Apabila setelah lewat 12 (duabelas) bulan, Karyawan belum juga sembuh, Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya sesuai dengan UU Nomor 13 tahun 2003 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VII BANTUAN SOSIAL/KESEJAHTERAAN Pasal 27 Tunjangan Makan Perusahaan memberikan tunjangan makan untuk setiap hari masuk kerja kepada setiap Karyawan yang dirupakan dalam bentuk natura atau disesuaikan dengan aturan proyek yang sedang berjalan. Pasal 28 Tunjangan Hari Raya Keagamaan 1. Perusahaan memberikan tunjangan hari raya keagamaan 1 (satu) kali setahun kepada Karyawan yang telah mempunyai masa kerja sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan dan akan dibayarkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum hari raya Idul Fitri. 2. Besarnya tunjangan hari raya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. PER- 04/MEN/1994. 3. Bagi Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 12 (duabelas) bulan atau lebih diberikan tunjangan sebesar 1 (satu) bulan upah. 4. Bagi Karyawan yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (duabelas) bulan akan diberikan tunjangan hari raya keagamaan sebesar perbandingan jumlah bulan masa kerjanya (secara proporsional). Pasal 29 Penghargaan Akhir Tahun Berdasarkan kemampuan Perusahaan dan atas kebijakan Pimpinan Perusahaan, pada akhir tahun dapat diberikan penghargaan akhir tahun yang bentuk dan besarnya akan ditetapkan tersendiri. Pasal 30 Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Perusahaan mempertanggungkan karyawan di dalam program jaminan sosial untuk tenaga kerja yang diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 1992 dan Peraturan Perundang-undangan Nomor 14 Tahun 1993. 17 Pasal 31 Bantuan Kematian Biasa Yang Bukan Kecelakaan Kerja Apabila Karyawan meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, maka Perusahaan akan memberikan sumbangan kepada ahli warisnya dengan ketentuan sebagai berikut a. Upah dalam bulan yang sedang berjalan. b. Bantuan ikut duka cita yang jumlahnya ditentukan berdasarkan kebijakan Perusahaan. c. Uang duka atau uang pengabdian karyawan yang besarnya serendahrendahnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku tentang penetapan uang pesangon, uang penghargaan dan anti kerugian sebagaimana diatur dalam UU nomor 13 tahun 2003. d. Santunan dari asuransi atau jaminan sosial tenaga kerja di mana karyawan diikutsertakan sesuai ketentuan UU nomor 3 tahun 1992. Pasal 32 Bantuan Kematian dan Kelahiran Perusahaan memberikan bantuan kematian, hadiah kelahiran dan hadiah pernikahan bagi karyawan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bantuan Kematian Bagi Keluarga Karyawan Perusahaan memberikan bantuan biaya penguburan kepada Karyawan yang keluarganya (istri/suami/anak sah) meninggal dunia sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah). b. Hadiah Kelahiran bagi karyawan yang anaknya baru lahir dan karyawan tersebut telah bekerja di perusahaan selama 12 bulan berturut-turut. Untuk mendapatkan hadiah tersebut, karyawan wajib menyerahkan salinan surat keterangan lahir. Adapun hadiah yang diberikan adalah sebesar Rp. 500.000,00. c. Hadiah Pernikahan bagi karyawan yang baru saja melangsungkan pernikahan dan karyawan tersebut telah bekerja di perusahaan selama 12 bulan berturut-turut. Untuk mendapatkan hadiah pernikahan, karyawan wajib menyerahkan salinan akte nikah. Adapun hadiah yang diberikan adalah sebesar Rp. 500.000,00. Pasal 33 Tunjangan Bagi Karyawan Yang Ditahan Pihak Berwajib. 1. Karyawan yang ditahan oleh pihak yang berwajib bukan oleh karena pengaduan perusahaan tidak mendapat upah. 18 2. Keluarga karyawan yang menjadi tanggungannya diberikan bantuan sebagai berikut : a. Untuk 1 orang tanggungan 25% dari upah per bulan b. Untuk 2 orang tanggungan 35% dari upah per bulan 3. Untuk 3 orang tanggungan 40% dari upah per bulan 4. Untuk 4 orang tanggungan 50% dari upah per bulan Bantuan tersebut diberikan untuk jangka waktu paling lama 6 bulan takwim. 5. Dalam hal Karyawan ditahan oleh pihak berwajib bukan atas pengaduan pihak perusahaan, permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dapat diajukan setelah Karyawan ditahan sedikitnya selama 60 (enam puluh) hari takwim berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 6. Kepada Karyawan yang ditahan laporan/pengaduan perusahaan, maka : oleh pihak berwajib karena a. Sejak ditahan sampai adanya keputusan pihak berwajib, Karyawan yang bersangkutan menerima upah yang besarnya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan berlaku paling lama 6 (enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan. Apabila Karyawan dibebaskan karena dinyatakan tidak bersalah, yang bersangkutan dapat diterima bekerja kembali dengan tidak mengurangi hak-haknya dan Perusahaan membayar upah penuh yang seharusnya diterima Karyawan tersebut terhitung sejak ditahan. b. Bila yang bersangkutan dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman oleh pihak berwajib, kepadanya dapat diputuskan hubungan kerjanya oleh Perusahaan yang dilaksanakan sesuai UU nomor 13 tahun 2003 dan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PEMELIHARAAN KESEHATAN Pasal 34 Tunjangan Pengobatan/Rawat Jalan 1. Pengertian Umum Perusahaan memberikan bantuan biaya pengobatan untuk Karyawan beserta keluarganya (istri dan 2 anak sah dibawah umur 21 tahun, belum menikah dan belum/tidak bekerja). 2. Karyawan wanita yang berkeluarga dianggap lajang, kecuali janda atau suami tidak mendapatkan jaminan kesehatan dari tempat suami bekerja, hal tersebut harus dilampirkan bukti tertulis dari pimpinan perusahaan tempat suami berkerja. 3. Penggantian biaya pemeriksaan dan pengobatan dokter ditetapkan sebesar 80% dari jumlah yang tercantum dalam bukti pembayaran/kuitansi dengan tidak lebih rendah dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dan 19 sesuai dengan plafon/ jatah maksimal dari setiap karyawan yang telah ditentukan oleh direksi Perusahaan. 4. Biaya-biaya pengobatan yang diganti oleh perusahaan adalah : a. Pemeriksaan pada dokter umum atau dokter ahli. b. Pembelian obat-obatan di apotek sesuai resep dokter. c. Pemeriksaan laboratorium/rontgen atas perintah dokter dengan ayat 3) (sesuai 5. Perusahaan tidak memberikan penggantian biaya pengobatan/perawatan yang diakibatkan oleh tindakan/perbuatan dalam hal-hal tersebut di bawah ini : a. Percobaan bunuh diri. b. Berkelahi, perbuatan-perbuatan kerusuhan yang melanggar ketertiban umum dan Undang- Undang. b. Penyakit kelamin, aids, penggunaan obat-obat terlarang dan narkotika, minuman keras dan zat-zat addictive lainnya atau penggunaan obatobatan tanpa petunjuk dokter. c. Untuk tujuan kecantikan/estetika/kosmetik. 6. Batas maksimum fasilitas kesehatan a. Penggantian biaya pengobatan Karyawan beserta keluarganya diberikan sampai batas sebesar maksimum plafon yang diputuskan oleh direksi perusahaan b. Kelebihan jatah pengobatan pada akhir tahun tidak dapat diuangkan. c. Bagi Karyawan baru jumlah maksimum biaya pengobatan ditetapkan secara proporsional sesuai dengan masa kerjanya sesuai tahun kalender / bulan berjalan. Pasal 35 Tunjangan Perawatan/Rawat Inap di Rumah Sakit 1. Perusahaan memberikan bantuan biaya perawatan rumah sakit untuk Karyawan tetap beserta keluarganya berdasarkan keterangan Dokter Perusahaan atau Dokter dari luar dengan diketahui dokter perusahaan, kecuali yang diakibatkan oleh tindakan/perbuatan sebagaimana tercantum dalam pasal 34 ayat 5. 2. Yang tercantum dalam biaya perawatan di rumah sakit tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. Biaya pemeriksaan/pengawasan dokter selama pasien rawat inap di rumah sakit. Biaya pembelian obat-obatan atas dasar resep dokter selama pasien rawat inap di rumah sakit. Biaya pemeriksaan laboratorium/rontgen selama pasien rawat inap di rumah sakit. Biaya operasi. 20 3. Operasi yang dilakukan dalam rangka program keluarga berencana seperti vasectomy, sterilisasi digolongkan ke dalam biaya perawatan di rumah sakit. 4. Penempatan Karyawan rawat inap di rumah sakit disesuaikan dengan tingkat dari rank Karyawan yang besarnya akan ditetapkan berdasarkan ketentuan tersendiri. 5. Sebagai patokan penentuan tarif kamar rumah sakit adalah rumah sakit yang ditunjuk oleh Perusahaan. 6. Penggantian untuk biaya perawatan rumah sakit ditentukan dengan batasan/plafon tunjangan perawatan masing2 karyawan sesuai dengan ranking karyawan. 7. Karyawan yang dirawat di kelas kamar yang lebih tinggi dari kelas yang diperuntukkan baginya, maka kelebihan biaya yang timbul karena perbedaan kelas menjadi tanggungan Karyawan yang bersangkutan. 8. Apabila Karyawan dirawat di rumah sakit dimana tarif kamar lebih rendah dari tarif kamar rumah sakit rujukan, maka selisih biayanya tidak dapat di klaim . Pasal 36 Bantuan Biaya Melahirkan Perusahaan memberikan bantuan biaya melahirkan kepada Karyawan/istri karyawan melalui operasi Caesar yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter kandungan yang merawatnya, menerangkan bahwa operasi caesar diperlukan karena adanya kelainan dan tidak ada alternatif lain untuk kesehatan ibu dan anak. Keterangan dokter tersebut harus disampaikan ke Bagian Administrasi & Keuangan sebelum operasi dilaksanakan. Pasal 37 Penggantian Bantuan Biaya Pengobatan, Perawatan dan Kelahiran 1. Untuk mendapatkan penggantian biaya-biaya seperti yang tercantum pada pasal 34, 35, 36 dan 37 Karyawan wajib mengisi formulir penggantian biaya pengobatan dan menyerahkannya kepada Bagian Administrasi & Keuangan beserta bukti pembayaran/kuitansi asli yang jelas termuat : a. Nama dan alamat dokter/apotik/laboratorium/optik/rumah sakit. b. Nama pasien. c. Tanggal pemeriksaan/pengobatan/perawatan. b. Jenis tindakan (misalnya : pemeriksaan, penambalan, operasi, hasil lab, dll). c. Copy resep dokter untuk obat dan lain-lain. d. Jumlah pembayaran. e. Tanda tangan dari atasan yang bersangkutan sebagai tanda mengetahui/menyetujui. 21 2. Kuitansi harus segera diserahkan kepada Bagian Administrasi & Keuangan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah tanggal pemeriksaan /pengobatan/ pembayaran perawatan. Kuitansi yang lebih dari 1 (satu) bulan dianggap telah kadaluarsa. Khusus untuk Karyawan yang sedang bertugas di luar kota untuk beberapa waktu lamanya, kuitansi diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan dari tanggal kuitansi. 3. Bagian Administrasi & Keuangan berhak meminta keterangan lebih lanjut kepada Karyawan yang bersangkutan maupun kepada pihak ketiga apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas atau meragukan sehubungan dengan permintaan penggantian bantuan biaya tersebut. 4. Penyerahan tanda bukti pembayaran/kuitansi yang ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dianggap keterangan palsu dari Karyawan dan dapat mengakibatkan dikenakan sanksi terhadap Karyawan yang bersangkutan. 5. Penggantian biaya pemeriksaan/pengobatan di luar negeri hanya dapat diberikan bilamana terlebih dahulu telah mendapatkan ijin dan persetujuan dari Direksi. Pasal 38 Rehabilitasi Perusahaan akan sedapat mungkin menempatkan karyawan yang mengalami kecelakaan atau cedera di kantor, wilayah, atau unit kerja yang memungkinkan karyawan bekerja dengan keterbatasan akibat kecelakaan tersebut, atau tindakan lain yang tidak bertentangan dengan UU no. 13 Tahun 2003. Pasal 39 Program Keluarga Berencana 1. Program keluarga berencana adalah merupakan salah satu bagian untuk menunjang peningkatan kesejahteraan karyawan. Untuk itu perlu peran serta secara aktif dari pihak Karyawan maupun Perusahaan. 2. Bahwa untuk melaksanakan program keluarga berencana tersebut, Perusahaan akan membantu sesuai dengan kemampuan yang ada. BAB IX KELUH KESAH DAN PENGADUAN KARYAWAN Pasal 40 Penyelesaian Keluh Kesah dan Pengaduan 1. Jika seorang Karyawan menganggap bahwa perlakuan terhadapnya bertentangan dengan Peraturan Perusahaan, Karyawan yang bersangkutan dapat menyampaikan keluhan atau pengaduannya kepada atasannya secara langsung untuk diselesaikan secara musyawarah. 22 2. Jika penyelesaian belum memuaskan baginya, maka Karyawan tersebut dengan sepengetahuan atasannya dapat meneruskan keluhan/pengaduannya kepada atasan yang lebih tinggi dan apabila penyelesaian kurang memuaskan baginya, maka Karyawan tersebut dapat meneruskan keluhan/pengaduannya kepada Manager Administrasi & Keuangan atau Personalia yang dalam hal ini mewakili Pimpinan Perusahaan. 3. Bila upaya penyelesaian di perusahaan belum juga dapat tercapai, dimintakan bantuan ke Kantor Instansi yang membidangi ketenagakerjaan. BAB X PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Pasal 41 Umum 1. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar jangan sampai terjadi pemutusan hubungan kerja. 2. Bila segala upaya telah ditempuh tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan, maka perusahaan akan menyelesaikannya berdasarkan UU nomor 13 tahun 2003. 3. Putusnya hubungan kerja dapat terjadi oleh macam-macam sebab sebagai berikut : a. Pelanggaran peraturan tata tertib kerja dan/atau perbuatan tindakan pidana/hukum Negara. b. Melakukan pelanggaran berat/Mengundurkan Diri. c. Menderita sakit berkepanjangan dan/atau ketidakmampuan bekerja karena kesehatan. d. Tidak mampu mencapai standar prestasi kerja yang ditentukan. e. Alasan mendesak. f. Mencapai usia 55 tahun/pensiun. g. Alasan lainnya yakni : i. Tidak memenuhi persyaratan kerja dalam masa percobaan ii. Mengundurkan diri iii. Meninggal dunia iv. Berakhirnya masa kontrak kerja dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu 4. Karyawan yang putus hubungan kerjanya dengan perusahaan dengan alasan apapun yang masih mempunyai hutang yang menjadi tanggungannya harus melunasinya sekaligus. Pemutusan hubungan kerja tidak membebaskan Karyawan yang bersangkutan dari kewajibannya melunasi hutang-hutang tersebut. 23 5. Karyawan yang putus hubungan kerjanya dengan perusahaan wajib mengembalikan semua harta benda/alat perlengkapan kerja yang dipercayakan kepadanya dalam melaksanakan tugas selama berdinas. 6. Besarnya pesangon dan uang masa penghargaan kerja menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013. 7. Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 paling sedikit sebagai berikut : 1. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah; 2. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah; 3. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; 4. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah; 5. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah; 6. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah; 7. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah. 8. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah; 9. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah. 8. Perhitungan uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut : a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah; b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah; c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah; d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah; e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan upah; f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; 24 g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah; h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah. 9. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana meliputi penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; Pasal 42 Pelanggaran Peraturan Tata Tertib Dalam hal pemutusan hubungan kerja karena pelanggaran peraturan tata tertib dan disiplin kerja dengan keputusan pemberian pesangon, uang penghargaan dengan ganti rugi akan dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Perundanganundangan yang berlaku. Pasal 43 Pelanggaran Berat/Mengundurkan Diri I. Pelanggaran Berat 1. Pelanggaran-pelanggaran yang digolongkan kesalahan berat yang dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja adalah : a. Penipuan, pencurian dan penggelapan barang/uang milik pengusaha atau milik teman sekerja atau milik teman pengusaha. b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan atau kepentingan Negara. c. Mabuk, minum-minuman keras yang memabukkan, madat, memakai obat bius atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau obat-obatan perangsang lainnya di tempat kerja yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan. d. Melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian di tempat kerja. e. Melakukan tindakan kejahatan misalnya : menyerang, mengintimidasi atau menipu pengusaha atau teman sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik dalam lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan. f. Menganiaya, mengancam secara fisik atau mental, menghina secara kasar pengusaha atau keluarga pengusaha atau teman sekerja. g. Membujuk direksi atau pimpinan perusahaan atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta Peraturan Perundangan yang berlaku. 25 h. Dengan sengaja atau ceroboh merusak atau merugikan membiarkannya dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan. atau i. Dengan sengaja atau kecerobohan atau membiarkan diri atau teman kerjanya dalam keadaan bahaya. j. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik perusahaan dan atau keluarga pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara k. Memalsukan atau meniru tanda tangan orang lain dengan alasan atau tujuan apapun. l. Melakukan kesalahan yang bobotnya sama setelah mendapat peringatan terakhir yang masih berlaku. m. Menerima suap atau menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi. n. Melakukan kecerobohan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. o. Memalsukan dokumen, surat-surat berhubungan dengan perusahaan. bukti, kuitansi-kuitansi yang 2. Bahwa kesalahan berat dimaksud wajib didukung dengan bukti sebagai berikut : a. Pekerja tertangkap tangan b. Ada pengakuan pekerja yang bersangkutan c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di Perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh 2 saksi 3. Pekerja yang melakukan kesalahan berat sebagaimana ayat 1 tersebut diatas akan diputuskan hubungan kerjanya sebagaimana Peraturan Perundangundangan yang berlaku (UU nomor 13 tahun 2003). 4. Pekerja yang diputuskan sesuai dengan ayat 3, tidak berhak mendapatkan pesangon dan uang penghargaan. Melainkan hanya mendapatkan uang penggantian hak sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003, pasal 156 ayat 4. II. Mengundurkan Diri 1. Bagi pekerja yang mengundurkan diri wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambatlambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri b. Tidak terikat dalam ikatan dinas c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri 2. Pekerja yang mengundurkan diri akan diberikan haknya sebagaimana Peraturan Perundang- undangan yang berlaku. 26 III. Besaran Uang Pisah Masa Kerja Mengundurkan Diri 1. 2. 3. 4. 5. Masa Masa Masa Masa Masa kerja kerja kerja kerja kerja 5 – 10 tahun diberikan 3 bulan upah > 10 – 15 tahun diberikan 5 bulan upah > 15 – 20 tahun diberikan 7 bulan upah > 20 – 25 tahun diberikan 9 bulan upah > 25 tahun diberikan 11 bulan upah Pasal 44 Sakit Berkepanjangan Dan Ketidakmampuan Bekerja Karena Alasan Kesehatan Dalam hal karyawan menderita sakit yang lamanya melebihi 12 (dua belas) bulan terus menerus berdasarkan Surat Keterangan Dokter, perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan berpedoman kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 45 Tidak Dapat Mencapai Standar Prestasi Kerja Karyawan yang tidak mampu mencapai standar prestasi kerja yang ditetapkan, walaupun kepadanya telah diberikan pembinaan tetapi tidak mendatangkan hasil yang diharapkan, maka karyawan tersebut dapat diputuskan hubungan kerjanya dengan berpedoman kepada peraturan Perundang- undangan yang berlaku. Pasal 46 Alasan Mendesak Pemutusan hubungan kerja dapat dilaksanakan karena alasan-alasan yang mendesak seperti adanya kebijakan pemerintah, force majeur dan/atau alasanalasan lain yang mengakibatkan perusahaan terpaksa mengadakan pengurangan karyawan, maka karyawan tersebut dapat diputuskan hubungan kerjanya sesuai UU nomor 13 tahun 2003 dan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 47 Alasan Lainnya Alasan Lainnya : 1. Mengundurkan diri Karyawan yang akan mengundurkan diri harus mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya. Dalam hal ini perusahaan akan memutuskan hubungan kerjanya dengan mengikuti Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu mendapatkan uang penggantian hak dan uang pisah. Besarnya uang pisah sesuai yang diatur dalam Peraturan Perusahaan ini. 27 2. Meninggal dunia a. Hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan secara hukum berakhir pada saat karyawan meninggal dunia. b. Dalam hal karyawan meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, berlaku ketentuan-ketentuan seperti diatur dalam UU nomor 13 tahun 2003 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. c. Dalam hal karyawan meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja diberikan bantuan sesuai ketentuan pasal 30 peraturan perusahaan ini. 3. Berakhirnya perjanjian kerja karyawan kontrak a. Karyawan yang hubungan kerjanya berdasarkan kontrak kerja untuk waktu tertentu dan dilaksanakan sesuai UU nomor 13 tahun 2003, maka hubungan kerjanya putus pada saat berakhirnya masa berlaku kontrak kerja tersebut. b. Dalam pemutusan hubungan kerja yang diakibatkan karena berakhirnya masa kontrak kerja, perusahaan tidak berkewajiban untuk memberikan imbalan/pesangon diluar apa yang tercantum dalam surat perjanjian kontrak. c. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan perjanjian waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 61 ayat (1) UU. No. 13 tahun 2003, pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. BAB XI PENSIUN Pasal 48 Karyawan Pensiun 1. 2. Karyawan yang telah menapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, maka hubungan kerjanya dengan perusahaan berakhir pada tanggal ulang tahun yang ke-55 (lima puluh lima) sehingga dengan demikian putuslah hubungan kerjanya dan segala sesuatunya diatur sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Apabila karyawan dimaksud masih diperlukan karyanya, maka berdasarkan persetujuan direksi, karyawan yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali atas dasar suatu kontrak kerja khusus untuk jangka waktu yang ditentukan. Pasal 49 Peraturan Prosedural 28 Peraturan-Peraturan Yang Bersifat Prosedural merupakan peraturan-peraturan pelengkap yang akan disusun berdasarkan peraturan yang dikemukakan dalam pasal-pasal. BAB XII PENUTUP Pasal 50 Interpretasi dan Amandemen 1. Perusahaan berhak untuk menafsirkan semua ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam pasal-pasal maupun ayat-ayat dari peraturan perusahaan ini sesuai dengan makna, arti dan maksud tujuannya dalam pembinaan hubungan industrial Pancasila. 2. Hal-hal yang memerlukan aturan pelaksanaan dari peraturan perusahaan ini, akan ditetapkan dengan surat keputusan direksi dengan tidak bertentangan dari peraturan perusahaan ini dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 51 Penutup 1. Hal-hal yang belum tercantum di dalam peraturan perusahaan ini akan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku. 2. Peraturan perusahaan ini berlaku untuk 2 (dua) tahun terhitung sejak disahkannya oleh Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi Republik Indonesia. 3. Peraturan perusahaan ini akan diumumkan dan dibagikan kepada seluruh karyawan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 4. Apabila terdapat ketentuan-ketentuan dalam peraturan perusahaan ini kurang/bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka batal demi hukum dan yang berlaku adalah Peraturan Perundangundangan yang berlaku. Ditetapkan di ……………………………….., Peraturan ini berlaku semenjak tanggal ……………… DIREKTUR UTAMA (NAMA PERUSAHAAN) Nama Direktur Utama 29