TEORI BELAJAR MOTORIK Becik Gati Anjari NIM 120551539339 Ifa Choirunnisa NIM 120551539347 S2 PKJ 2012 Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Teori belajar motorik yang dikembangkan oleh Adams. dan selanjutnya teori schema yang dikembangkan oleh Schmidt. Prinsip-prinsip dasar kedua teori ini tentang sistem pengontrolan gerak : terbuka atau tertutup. Dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Fitts & Possner (1967) menyatakan bahwa proses belajar ada tiga fase/tahapan pembelajaran yaitu: tahap kognitif (Cognitive phase), tahap asosiatif (Associative phase) dan tahap otomatisasi (Autonomous phase). Pembelajaran motorik di SMK sangat ditekankan karena banyak mempelajari mata pelajaran produktif lebih menekankan pada aspek psikomotor peserta didik. Psikomotor adalah kemampuan yang menekankan kepada keterampilan motorik atau gerakan motorik, keterampilan otot, dan beberapa kegiatan yang menghendaki koordinasi syaraf otot. Kata kunci: teori belajar motorik LATAR BELAKANG Era globalisasi yang semakin meningkat, yang diikuti oleh perkembangan teknologi menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan manusia, hal ini harus diimbangi oleh meningkatnya faktor pemenuhan kebutuhan tersebut, dalam hal ini faktor utama yang menjadi sumber pokok terbesar dari segala faktor pemenuhan kebutuhan adalah sektor industri. Dengan demikian sektor pendidikan memenuhi tantangan tersebut sehingga mampu mengikuti peradaban seperti yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Indonesia sendiri telah mengambil beberapa kebijakan dalam memenuhi tantangan ini. Salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana orientasi pendidikannya mengarah kepada pembentukan peserta didiknya untuk menjadi tenaga kerja yang siap untuk dipekerjakan di industri. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan yaitu 1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan kerja yang ada, 2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, gigih dalam berkompetensi dan beradaptasi, 3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari, 4) membekali peserta didik dengan kompetensi – kompetensi yang sesuai 1 2 dengan program keahlian yang dipilih. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari sekolah umum yaitu terdapat mata pelajaran produktif atau praktek. Mata pelajaran praktek adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi yang disepakati oleh lembaga yang mewakili dunia usaha atau industri. Pelajaran praktek diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Pelajaran produktif (praktek) mempunyai jumlah jam yang banyak dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran normatif atau adaptif (teori) (GBPP,2004;8). Menurut Rachmat Syahni yang dikutip Risma (2012: 2) pembelajaran di SMK sebesar 70 % diisi dengan praktek dan hanya 30 % teori, dikarenakan lulusan SMK dituntut memiliki keahlian tertentu. Mata pelajaran produktif lebih menekankan pada aspek psikomotor peserta didik. Psikomotor adalah kemampuan yang menekankan kepada keterampilan motorik atau gerakan motorik, keterampilan otot, dan beberapa kegiatan yang menghendaki koordinasi syaraf otot. PEMBAHASAN Pengertian Keterampilan Motorik Keterampilan Motorik merupakan sebuah proses dimana seseorang mengembangkan seperangkat respons kedalam suatu gerak yang terkoordinasi, terorganisasi, dan terpadu. ( Lutan, 1988 ) Pengertian Kemampuan Motorik Kemampuan Motorik merupakan proses perantara antara stimulus dan respons. ( Fleishman, 1967 ) Perbedaan dan Persamaan Keterampilan Motorik dengan Kemampuan Motorik 1. Perbedaan: Kemampuan Motorik adalah sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak.Pengaruh faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik dasar seeorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi ketrampilan. Selain itu, keterampilan banyak tergantung pada kemampuan dasar. ( Lutan, 1988 ) 3 2. Persamaan: Sama-sama membicarakan proses dan gerak/respons. Pengembang Teori Belajar Motorik Yang pertama ialah teori belajar motorik yang dikembangkan oleh Adams. dan selanjutnya teori schema yang dikembangkan oleh Schmidt. Prinsip-prinsip dasar kedua teori ini tentang sistem pengontrolan gerak : terbuka atau tertutup. 1. Teori Adams Umpan balik dimanfaatkan untuk kemudian dicocokkan dengan rujukan. Konsep utama dari teori Adams yakni mekanisme rujukan atau rujukan benar salahnya suatu gerakan. Artinya, gerakan yang telah dilakukan seseorang dibandingkan dengan suatu kriteria. Dalam teori Adams mekanisme rujukan ini beroperasi dalam sistem tertutup, tapi kemudian sebagai sebuah sistem terbuka yang mengirimkan semua informasi yang dibutuhkan untuk memulai suatu gerakan.Apa yang dimaksud dengan formasi jejak perseptual dalam teori Adams? Ambil contoh, manakala seseorang telah melakukan suatu tugas gerak, katakanlah menggeser sebuah slide hingga jarak tertentu pada posisi mendatar lurus, maka dihasilkan rangsang umpanbalik intrinsik. Rangsang ini meninggalkan bekas atau jejak dalam sistem persyarafan (karena itu disebut jejak perseptual). Dengan diulang- ulanginya respons beberapa kali, maka seseorang semakin mendekati target yang. ditetapkan dan pada setiap trial membekaslah jejak yang berbeda, sehingga terjadi semacam koleksi jejak. Selain itu, berkat penyediaan.umpanbalik berupa pengetahuan tentang hasil (PH), maka seseorang semakin mendekati target, dan setiap trial menyediakan umpanbalik berupa gerakan yang benar atau 4 tepat. Setiap kali seseorang mencoba, maka semakin kuat jejak perseptual yang berarti semakin berkurang kemungkinan kesalahan yang terjadi. Yang menarik dari teori Adams ini ialah bahwa error yang dihasilkan selama latihan berlangsung negatif efeknya terhadap belajar. Hal ini disebabkan karena, jika suatu error dilakukan, umpan balik yang diperoleh darinya tentu akan sangat berbeda dengan apa yang didapat dari gerakan yang benar, dan karena itu pula maka jejak perseptual akan mengalami sedikit cacat. Karena itu, implikasi terpenting ialah, bimbingan harus diberikan dalam belajar gerak untuk menghindari.kesalahan. Menurut Schmidt (1988) keterbatasan teori Adams yakni hanya terbatas pada fenomena gerakan lambat. Selain itu, salah satu kelemahan utama teori Adams yakni bertentangan dengan beberapa bukti tentang deferensiasi atau pemutusan syaraf afferent. Bukti penelitian menunjukkan, bahwa organisasi yang dalam keadaan tak memperoleh umpanbalik sensoris dari anggota badannya masih mampu untuk melakukan respons dengan terampil (meskipun sedikit menurun), dan bahkan mempelajari kegiatan baru (misalnya, Taub & Berman, 1968). Pandangan tersebut disanggah kembali oleh Adams (1976b) dengan suatu pendapat bahwa bisa jadi hewan mengalihkan sumber lain umpan balik seperti penglihatan sebagai pengganti dari hilangnya sensasi dari anggota tubuh Yang memberikan respons. Teori Adams mengabaikan eksistensi pembangkit pola sentral, suatu struktur yang nampaknya berkemampuan untuk menimbulkan satu aksi yang kompleks tanpa memanfaatkan umpanbalik. 2. Teori Schema 5 Pada tahun 1975, karena tidak puas dengan teori Adams yang bertahan sampai 16 tahun sebagai rujukan, Schmidt mengembangkan teori baru yang kini di Amerika diterima cukup bagus sebagai teori belajar motorik. Yang menjadi sorotan Schmidt, teori Adams mengabaikan sistem terbuka. dan karena itu teori Schema menekankan sistem terbuka. Meskipun disebut baru, Schmidt sendiri mengakui basis teori Schema ialah beberapa konsep yang sudah dirintis oleh teori Adams. Yang masih dipandang efektif dipertahankan: dan yang dianggap rapuh ditinggalkan. Perbedaan lain yang nyata antara teori Schema dengan teori Adams, yakni teori "baru" itu menekankan pokok fikiran tentang proses belajar balk yang terdapat dalam gerakan lambat maupun cepat.Konsep sentral dalam teori schema ialah dua keadaan memori, yaitu,. (1) memori recall yang bertanggung jawab untuk memproduksi gerakan, dan (2) memori rekognisi yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi respons. Dalam rangka menjelaskan proses belajar keterampilan(motorik, Schmidt (1988) mengemukakan beberapa unsur dari teorinya. Pertama, setelah suatu gerakan dibuat oleh generalisasi program motorik; maka seseorang dalam waktu singkat menyimpan empat hal: (1) kondisi awal (misalnya posisi tubuh, perpindahan titik berat badan, dan sebagainya); siswa menyimpan parameter. yang disiapkan bagi generalisasi pro-gram motoroik; (3) hasil gerakan dalam pengertian PH disimpan; dan (4) siswa menyimpan konsekuensi sensoris dari gerakan (misalnya bagai¬mana rasanya gerakan, bagaimana suaranya, dan seterusnya). Keempat sumber itu disimpan siswa dalam "benaknya" selama periode tertentu hingga kemudian dia dapat membayangkan atau mengabstraksi relasi antara keempat unsur itu. Kedua relasi yang terjadi, atau schema, dianggap telah terbentuk.Schema-yang dimaksud, pertama disebut scheme recall, yang bertanggung jawab terhadap produksi gerak. Yang kedua adalah, schema rekognisi, yang dianggap bertanggung jawab untuk mengevaluasi hasil gerakan. Sebelum gerakan dilakukan, individu memilih hasil gerakan dan menentukan kondisi awal. Kemudian, dengan schema rekognisi, individu dapat mengestimasi konsekuensi sensoris yang akah terjadi apabila gerakan itu dihasilkan. Hal ini disebut konsekuensi sensoris yang diperkirakan. Keseluruhan sistem terlukis dalam Gambar di bawah ini : 6 Diagram tersebut melukiskan proses yang terjadi sejak kondisi awal dan hasil akhir. Bagi gerakan yang cepat, kondisi awal dan hasil yang diinginkan dimasukkan sebagai bahan masukan bagi sistem dan kemudian diteruskan.ke parameter dankonsekuensi sensoris yang diperkirakan.Setelah gerakan di "nyalakan" oleh program, informasi sensoris dari anggota tubuh dan lingkungan diterima kembali dan kemudian dibandingkan dengan keadaan yang diharapkan; setiap error yang terjadi diberil label dan kemudian dikirimkan.kembali ke mekanisme pemrosesan informasi sebagai reinforcement subjektif. Dalam gerakan lambat, reinforcement subjektif dipergunakan untuk menghasilkan suatu tindakan. Dalam situasi demikian, sumber-sumber umpanbalik yang diekspektasikan mewakili kriteria benar salahnya gerakan, dan umpanbalik dibandingkan terhadap mereka untuk kemudian menghasilkan informasi tentang error yang terjadi selama gerakan berlangsung. Individu yang bersangkutan . Selanjutnya menggerakkan sebuah yang terjadi sekecil mungkin. Jadi, meskipun gerakan lambat secara aktif dihasilkan, rupanya juga diatur oleh memori rekognisi dan schema rekognisi.Teori scheffia merupakan, alternatif teori Adams dalam memahami fenomena belajar motorik. Jika dibandingkan dengan teori Adams, teori schema yang dikembangkan Schmidt lebih memperhitungkan macam-macam tips gerak (lambat dan cepat), kapabilitas deteksi error, dan penjelasan tentang bagaimana dihasilkan suatu ketrampilan belajar.Tentu saja, teori-schema juga masih belum mampu mencakup semua penjelasan mengenai gejala 7 belalar, sehingga dibutuhkan upaya untuk memperkayanya dengan konsep baru. Meskipun demikian, teori itu dapat dipakai sebagai kerangka untuk memahami gejala belajar motorik. Tahap Pembelajaran Motorik Dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Fitts & Possner (1967) [1] [2]menyatakan bahwa proses belajar ada tiga fase/tahapan pembelajaran yaitu: tahap kognitif (Cognitive phase), tahap asosiatif (Associative phase) dan tahap otomatisasi (Autonomous phase). Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Tahapan proses keterampilan motorik menurut Fitts & Possner (1967) Tujuan belajar adalah untuk secara bertahap mengotomatisasi keterampilan melalui tahapan tersebut. Pada tahap kognitif peserta didik berkonsentrasi pada melakukan suatu keterampilan. Fokusnya adalah pada menemukan apa yang harus dilakukan. Pada tahapan ini biasanya ada variabilitas yang tinggi dari sejumlah besar kesalahan dalam kinerja/penampilan (performance), karena pelajar sedang mencoba berbagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving). Oleh karena itu, pentingnya penggunaan instruksi verbal dan model (demonstration). Tahap asosoiatif. pada tahap ini, pelajar mampu mendeteksi dan memperbaiki kesalahan kinerja/penampilan (performance). Pelajar berfokus pada dinamika keterampilan dalam rangka untuk memperhalus dan memperbaiki gerakan.[5]Pelajar juga menunjukkan konsistensi lebih dan efisiensi dalam kinerja/penampilan karena untuk perbaikan keterampilan menjadi lebih halus. Dalam fase ini, umpan balik dan instruksi harus lebih tepat dan fokus pada aspek-aspek dari gerakan pelajar untuk memperbaikinya. Tahap yang ketiga yaitu tahap otonom, pada tahap ini dapat dicapai setelah latihan ekstensif. Pada tahap ini, pelajar tidak harus berkonsentrasi pada keterampilan dan mampu melakukan keterampilan tanpa memperhatikan gerakan itu sendiri. Dalam tahap ini pelaku hanya membuat kesalahan kecil namun sekarang mampu mendeteksi dan mengoreksi diri mereka dan menghasilkan kinerja yang optimal. ROBB (1972), membagi tahap-tahap belajar motorik sbb: Tahap pembentukan rencana 8 Tahap latihan Tahap pelaksanaan Hurlock (1990), cara praktis belajar gerak: Belajar dengan coba ralat Belajar dengan cara meniru Belajar dengan cara dibimbing Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar motorik (Suryabrata,1983) Bahan yang dipelajari Faktor lingkungan: lingkungan alam maupun sosial Faktor instrumental Kondisi individu siswa Singer (1980) dalam proses belajar motorik perlu mempertimbangkan 3 hal: Faktor proses belajar: bagaimana siswa mengolah informasi shg terjadi gerakan Faktor personal: ketajaman berpikir, persepsi, ukuran fisik, pengalaman, emosi, kapabilitas, motivasi, jenis kelamin dan usia Faktor situasi: alami dan social Psikomotorik Taksonomi Bloom ini membagi adanya 3 domain, ranah atau kawasan potensi manusia belajar. Psikomotorik yang merupakan ranah yang berkaitan dengan gaya belajar motorik kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu : a. Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. b. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakangerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan 9 Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. d. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah: 1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka? 2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? 3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari? Pembelajaran Motorik pada SMK Awalnya, sekolah, lembaga, perguruan tinggi dan universitas harus mengadopsi teori pembelajaran atas mana hal itu didasarkan pada pendekatan ruang kelas. Berbagai teori belajar yang ada dan hati-hati harus dilakukan saat pemilihan. Kualitas pengajaran diukur oleh seberapa efektif dan ekstensif pendekatan pengajaran guru memilih teori belajar. Namun, karena para guru biasanya tidak tahu mana pendekatan yang paling efektif, pengukuran mengajar diserahkan kepada mahasiswa (Benke dan Hermanson, 1988). Hubungan antara pendekatan pengajaran guru dan belajar siswa dapat dilihat sebagai salah satu dimediasi melalui proses dimana keyakinan guru mempengaruhi strategi pengajaran mereka yang pada gilirannya akan mempengaruhi gaya belajar siswa. 10 Belajar dalam Pendidikan Kejuruan (VE) adalah definisi yang sama dengan yang lain bidang pendidikan. Perbedaan VE adalah siswa lebih mengekspos ke pendidikan yang berorientasi kerja. Hal ini dimungkinkan untuk mengatakan VE yang merupakan kegiatan pendidikan yang berorientasi untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan baik posting pekerjaan tertentu, pekerjaan atau kegiatan profesional di pasar tenaga kerja (ILO, 1975). Hal ini juga menghubungkan proses teknologi, inovasi transfer dan pengembangan. Dalam VE pelatihan adalah unsur yang paling penting yang diterapkan dalam kurikulum. Pelatihan kejuruan memiliki komponen pedagogik serta jenis pendidikan lainnya. Pendekatan pedagogis difokuskan dalam proses belajar mengajar. 11 DAFTAR RUJUKAN Lutan, Rusli. ( 1988 ). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud. Winarno, E, M. (1994 ). Belajar Motorik. Malang: Buku Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Universitas Negeri Malang, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.