Pembentukan P2K3 Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja. Disebutkan pada pasal 2 bahwa tempat kerja dimana pengusaha/pengurus mempekerjakan 100 (seratus) tenaga kerja namum menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3. Pada pasal 3 disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan dari perusahaan yang bersangkutan. Tugas P2K3 ialah memberikan saran dan Pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3. Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain : 1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. 2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai : Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3 termasuk bahayakebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam : Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higieneperusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di perusahaan. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja. Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja. (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987). Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) : Peran Ketua Wewenang 1. Menentukan Kebijakan K3. 2. Menentukan Personel yang Diperlukan untuk Penerapan K3 di tempat secara efisien, efektif dan penuh tanggung jawab 3. Melakukan evaluasi kinerja K3 Perusahaan dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja K3 Perusahaan untuk mencapai Tujuan K3 4. Menentukan kebutuhan-kebutuhan Pelatihan untuk seluruh personil yang di bawah kendali Perusahaan untuk menjamin terlaksananya Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Sekretaris 1. Representasi Manajemen dalam menerapkan sistem manajemen K3 Perusahaan. 2. Melaksanakan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko K3 Perusahaan. 3. Melakukan pemantauan, pengukuran dan laporan Tujuan dan Program-Program K3 yang telah ditetapkan. 4. Memfasilitasi komunikasi, partisipasi dan konsultasi penerapan Sistem Manajemen K3 Perusahaan. 5. Melakukan pemeriksaan, pengukuran dan laporan tingkat pelasksaanaan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Perusahaan. 6. Pengendalian dokumentasi penerapan Sistem Manajemen dapat diterapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Anggota 1. Menjamin sistem manajemen K3 berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko, tujuan dan program-program k3, prosedur, aturan dan persyaratan lainnya di bagian yang dipimpin masing-masing. 2. Melaksanakan konsultasi dan partisipasi dalam penerapan K3 apabila ada hal-hal penting dan mendesak berkaitan dengan K3. 3. Melakukan pengembangan-pengembangan penerapan K3 di bagian yang dipmpinnya untuk mencapai tujuan K3 selaras dengan kebijakan K3 Perusahaan. Penetapan Sumber Daya yang Diperlukan Kriteria Sumber Daya Manusia setiap jabatan Jabatan Ketua Kriteria 1. Orang yang menjabat sebagai Kepala Pabrik 2. Mengetahui keadaan dari pabrik tersebut Sekretaris 1. Orang yang ahli dalam bagian K3 2. Telah memiliki pengalaman 2-3 tahun dalam bidang K3 Anggota 1. Orang-orang yang terkait dari setiap area produksi. 2. Mengerti mengenai permasalahan yang ada pada setiap bidangnya. 3. Mengetahui apa saja yang ada dalam K3 Perlengkapan dan Alat Kerja Perusahaan diwajibkan menyediakan dan memberikan alat-alat perlengkapan kerja pada karyawan untuk melindungi diri pada saat melaksanakan tugas kerja, misalnya: · Bagian obat / chemical / laboratorium (memiliki SNI), harus menggunakan APD (jas laboratorium,sepatu boat,sarung tangan,karet,masker (respirator). · Tempat-tempat obat / drum bekas obat dipasang label sesuai jenis obat dan disusun menurut daftar urutan layout masing-masing. · Tempat obat / drum yang masih berisi harus ditempatkan pada layout yang sebenarnya (terdapat tempat khusus) sesuai dengan label jenis obat tersebut. Maksud dan tujuan labeling dan penyusunan layout agar tidak terjadi salah pemakaian jenis obat yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan Pada area produksi : · Divisi cutting / pemotongan Setiap karyawan wajib memakai masker (respirator) sebab polusi debu tinggi,khusus pekerja mesin potong/cutting menggunakan sarung tangan metalik/baja putih dan masker (respirator). · Divisi sewing / menjahit/mesin jahit Pekerja yg bekerja di mesin jahit secara umum harus menggunakan masker dan tidak diperbolehkan membawa minuman berwarna,makanan dan benda metal lain agar tidak terjadi kecelakaan dan gangguan kerja. · Divisi kebersihan Petugas kebersihan harus diberikan alat-alat kebersihan sesuai standard alat kebersihan. Contoh : sapu bertangkai, tempat sampah berada lengkap dengan sepatu boots dan masker. · Laundry Secara umum diwajibkan menggunakan peralatan yang sama yaitu menggunakan APD.Pekerja washing harus menggunakan sepatu boots karena pada proses pencucian dihadapkan dengan substansi kimia seperti hipo (soda api 100%) yang di gunakan untuk memperlunak. Jenis laundry yang di gunakan pun bermacammacam. Pada tahap washing ( pencucian ) menggunakan formula-formula khusus seperti bahan-bahan kimia khusus untuk membersihkan/mencuci pakaian yang sudah jadi. Semua SOP berjalan. · Finishing dan ekspor Pada dasarnya sama bedanya yaitu tidak boleh menggunakan alat-alat kosmetik atau kecantikan, makanan, minuman,dll karena di khawatirkan pakaian yang sudah jadi terkena noda atau terkontaminasi.