Membangun Budaya K3

advertisement
Membangun Budaya K3
• Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan
bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
• Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan
kerja, baik di darat, di dalam tanah, permukaan air, di
dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
1
STATISTIK KECELAKAAN
• Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160
juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2
juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
• Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek
(Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300
ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan
konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
- Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung
dari 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek.
- Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor
formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar
merupakan kerugian dunia usaha (DK3N, 2007).
2
• Angka-2 data tersebut di atas sangat memprihatinkan,
tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia
usaha dan kita semua untuk bersama-sama mencegah
dan mengendalikannya.
• Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja (K3).
3
4 TAHAPAN DALAM MEMBANGUN BUDAYA K3
• Tahapan Pertama: Reactive atau Natural Instincts, perlu
K3 setelah terjadi kecelakaan. Pada tahap ini zero
accident tidak mungkin dicapai.
• Tahapan kedua: Dependent, melaksanakan K3 karena
disuruh atau diawasi. Pada tahap ini zero accident sulit
dicapai.
• Tahapan ketiga: Independent, melaksanakan K3 hanya
untuk kepentingan diri kita sendiri. Pada tahap ini ada
kesempatan zero accident dicapai.
• Tahapan keempat: Interdependent, melaksanakan K3
bukan hanya utk diri sendiri, tetapi saling mengingatkan/
memperhatikan apabila ada sesama pekerja ada yang
lupa/lalai dalam menerapkan budaya K3. Pada tahap ini
terbuka lebar zero accident dapat dicapai.
4
APA YANG AKAN KITA LAKUKAN
• Mencari tahu ada pada tahapan berapa
kita saat ini, kemudian mengevaluasi
kinerja K3 kita,
• Meningkatkan kesadaran diri sendiri akan
pentingnya K3,
• Selalu mengutamakan K3 dalam kegiatan
se-hari 2 untuk mewujudkan zero accident
dan lingkungan kerja yang aman.
5
Optimalisasi Budaya K3 Bagi
Masyarakat Industri
• Filosofi dasar K3: melindungi keselamatan dan
kesehatan pekerja khususnya dan masyarakat industri
secara menyeluruh agar dapat menjalankan pekerjaannya melalui upaya pengendalian pada seluruh bentuk-2
potensi bahaya di tempat kerja.
• Apabila seluruh potensi bahaya terkendali dan memenuhi
standar aman, maka akan tercipta kondisi lingkungan
kerja yang aman, sehat, dan proses produksi lancar.
Pada akhirnya dapat menekan risiko kerugian, sehingga
produktivitas meningkat.
6
KEPEDULIAN TERHADAP K3
(SAFETY AWARENESS)
• Kepedulian terhadap K3 (Safety Awareness) juga
tergantung pada informasi tentang aspek K3, yang akan
sangat membantu kita untuk menentukan apakah
sesuatu telah selamat / aman atau belum.
• Pengetahuan / pengertian tentang aspek K3 sangat
membantu kita untuk secara sistematik menaksir /
mengkaji risiko dan memandang aspek K3 dari
perspektif pikiran sehat.
7
ASPEK SIKAP MENTAL / PERILAKU
(SAFETY BEHAVIOUR)
• KEPEDULIAN THDP K3 (SFETY AWARENESS): Punya
Pengetahuan atau selalu sadar terhadap aspek K3LL.
• Sadar Respek  Perilaku Selamat  Budaya K3LL
(Safety Awareness  Respect upon Safety Safety
Behaviour  Safety Culture)
• Aspek perilaku akan mempengaruhi persepsi kita terhadap
risiko dan menentukan bagaimana kita mengkaji bahwa
sesuatu itu:
Selamat atau Tidak Selamat.
8
Dampak Perkembangan Iptek
• Perkembangan Iptek di berbagai sektor berdampak
munculnya multipotensi bahaya.
• Untuk mengantisipasinya diperlukan peningkatan
upaya-2 K3 secara kontinyu melalui berbagai
pendekatan:
- secara teknis,
- teknologis,
- sistemik
dengan mempertimbangkan fenomena globalisasi dunia
usaha, industri maupun perdagangan.
9
PENGARUH GLOBALISASI
• Saat memasuki era globalisasi dunia usaha, industri &
perdagangan, ekspor/impor yang semula dihambat
dengan bea masuk/pajak, secara bertahap mulai
dihilangkan dan menuju pasar bebas.
• Globalisasi memerlukan beberapa prasyarat pada
perdagangan lintas negara, yaitu pemenuhan kepuasan
pelanggan dengan menerapkan Sistem Manajeman
Mutu - ISO 9001 series, Sistem Manajemen Lingkungan
dengan - ISO 14000 series, dan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - OHSAS
18001/18002 : 2008.
10
Tantangan / Peluang Dalam Era Globalisasi
• Untuk keberhasilan menghadapi tantangan/peluang dlm
perdagangan global, perlindungan tenaga kerja,
konsumen dan hak azasi manusia, dijadikan tolok
ukur.
• Pelaksanaan K3, sangat penting dalam mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja, termasuk peledakan,
kebakaran dan penyakit akibat kerja (PAK).
• K3 merupakan aspek perlindungan ketenagakerjaan
dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga kerja dan
masyarakat secara nasional.
• K3 wajib dilaksanakan sesuai
perundangan,
baik
standard
internasional.
dengan peraturan
nasional
maupun
11
Undang-undang No 1 tahun 1970
Sejak diberlakukan Undang-undang No 1 tahun 1970 ttg
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Menakertrans RI
sebagai pemegang policy nasional di bidang K3, telah
dilaksanakan berbagai upaya utk mendorong pelaksanaan
K3 dalam bentuk:
• Kampanye, Seminar, Lokakarya, Konvensi,
• Pembinaan dan peningkatan kompetensi personil K3,
• Pembentukan dan pemberdayaan lembaga K3 trmsk
P2K3 di tingkat nasional sampai ke tingkat perusahaan,
• Pemberian penghargaan K3,
• Perbaikan
system
K3
secara
berkesinambungan.
12
K3 sebagai Bagian Budaya Kerja
di setiap Kegiatan
• Pelaksanaan K3 menjadi tanggung jawab semua pihak,
khususnya masyarakat industri,
• Semua pihak yang terkait berkewajiban berperan aktif sesuai
fungsi dan kewenangannya untuk melakukan berbagai upaya
di bidang K3 secara terus menerus, berkesinambungan dan
menjadikan K3 sebagai bagian budaya kerja di setiap
kegiatan, sehingga dapat mencegah kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
• Diperlukan sumber daya manusia yg kompeten, handal &
berkualitas di bidang K3, sehingga dapat segera dicapai hasil
optimal.
13
Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3
(GEMA DAYA K3).
 K3 yg dilaksanankan secara konsisten dapat menjamin:
- keselamatan tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja,
- pengoperasian peralatan produksi yang aman,
- memperlancar proses produksi,
 Untuk mendukung hal tersebut di atas, pemerintah dengan SK
Menaker Nomor: Kep.13/MEN/1984, ttg Pola Kampanye
Nasional K3, yg setiap tahun dilaksanakan pada tanggal 12
Januari s/d. 12 Pebruari dikenal sebagai Bulan K3 Nasional.
 Sejak tahun 1993 s/d 2008 Kampanye Nasional K3 diubah
menjadi Gerakan Nasional Membudayakan K3 melalui
Keputusan Menaker Nomor Kep.463/MEN/1993.
 Pada tahun 2009 Gerakan Nasional Membudayakan K3 diubah
menjadi Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3
(GEMA DAYA K3).
14
Kecelakaan Nihil / Zero Accident
• Adalah Penghargaan K3 yang diberikan Pemerintah
kepada perusahaan yang telah berhasil dalam
melaksanakan program K3 dalam kurun waktu tertentu
sehingga
mencapai
kecelakaan
nihil
sesuai
Permenakertrans RI Nomor: Per-01/MEN/I/2007, ttg
Pedoman
Pemberian
Penghargaan
K3
yang
dikelompokkan dalam skala perusahaan :
 Besar
: jumlah karyawan > 100 orang
 Sedang : jumlah karyawan 50 - 100 orang
 Kecil
: jumlah karyawan < 50 orang
15
Provinsi Jawa Timur telah melaksanakan pra kegiatan
dalam rangka menindak lanjuti Keputusan Menakertrans
RI Nomor: Kep.372/ MEN/XI/2009, tentang Petunjuk
Pelaksanaan Bulan K3 Nasional Tahun 2010–2014 telah
melakukan kegiatan sbb:
• Penyuluhan dan pembinaan ke perusahaan dlm
rangka pembentukan P2K3 (2010)
• Penyebarluasan Informasi K3 guna peningkatan
pelaksanaan K3 di perusahaan (2011)
• Monitoring efektivitas pelaksanaan kegiatan P2K3
(2010)
• Peningkatan AK3 bagi pengurus P2K3 perusahaan yang
sudah mempunyai AK3 (2010)
• Bimtek penerapan SMK3 di perusahaan (2010)
16
• Bimtek penanggulangan kebakaran (2010)
• Penyuluhan & pembinaan thdp perusahaan di Kab/Kota
utk penilaian K3 dlm rangka pengajuan usulan
penghargaan K3, dilaksanakan bersama
pegawai
pengawas Kab/Kota (2010).
• Pembinaan & penilaian K3 bagi perusahaan peserta Zero
Accident oleh Tim Evaluasi dari Disnakertransduk Prov.
Jatim (Des.2010 s/d. Jan. 2011)
• Pada tanggal 11 Januari 2011 dilaksanakan kegiatan
dialog interaktif di JTV Surabaya, dimulai pukul 05.30 s/d.
06.30 WIB (Kadisnakertransduk Prov. Jatim didampingi
dari PT HM Sampoerna Surabaya)
17
• Pemasangan spanduk pada semua unit kerja dan UPT di
daerah di jajaran Disnakertransduk Prov. Jatim.
• Pada tanggal 12 Januari 2011 dilaksanakan upacara
bendera yang diikuti oleh seluruh pegawai di jajaran
Disnakertransduk dan diikuti banyak perusahaan di Jawa
Timur
• Pada bulan Maret 2011 oleh Gubernur Provinsi Jawa
Timur dan bulan Mei 2011 oleh Menakertrans RI bagi
perusahaan yang memenuhi criteria sesuai pedoman
pelaksanaan pemberian penghargaan K3 mengacu pada
Peraturan Menakertrans RI Nomor : Per-01/MEN/I/2007,
tanggal 11 Januari 2007.
18
Download