BAB I PENDAHULUAN I. 1. Alasan Pemilihan Judul Setiap perusahaan (organisasi) apapun bentuknya senantiasa berupaya agar tujuan perusahaan yang bersangkutan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Efektivitas maupun efisiensi perusahaan tersebut sangat tergantung pada baik buruknya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Oleh kaena itu, sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting demi terrcapainya suatu tujuan perusahaan. Untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas, salah satu faktor pendukung adalah penerapan disiplin kerja yang sesuai dengan aturan yang telah di gerakkan para Manager. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu ketaatan dimana setiap karyawan dalam perusahaan maupun anggota dalam organisasi harus melakukan atau memperlihatkan perilaku sikap dan tindakan dalam proses produksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Tanpa disiplin, seseorang tidak akan mampu menyelesaikan apa yang telah di rencanakannya dan yang di targetkannya. Untuk mempertahankan dan meningkatkan disiplin perlu di berikan sanksi yang tegas terhadap yang melanggar peraturan, sebaliknya memberi penghargaan kepada yang patuh dan berprestasi baik. Adanya peraturan yang tegas dan adil di dalam suatu 1 perusahaan (organisasi) akan memacu para karyawan lebih berdisiplin sehingga produktivitasnya pun akan meningkat. Produktivitas secara umum dapat diartikan sebagai hubunagan antara keluaran (barang-baranga atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisisensi produktif. Dipandang dari sudut Manejerial, Produktivitas mencerminkan sebuah alat pengukur performa yang lebih luas, ia juga mengidentifikasikan sukses atau gagal dalam hal memproduksi barang dan jasa dalam jumlah atau kualitas tertentu. Selain itu produktivitas mencakup upaya palaksanaan sesuatu pekerjaan atau tugas dengan cara yang terbaik. Ia merupakan sebuah kriterium tentang prestasi kita yang dapat kita terapakan terhadap individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi. Menurut Tohardi (2002) mengemukakan, “bahwa produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada”.1 Dari definisi-defenisi tersebut di atas, menyimpulkan bahwa produktivitas kerja terdiri dari tiga aspek, yaitu pertama produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produktif, kedua produktivitas merupakan tingkat keefektifan dari manajemen industri di dalam penggunaan fasilitas-fasilitas untuk produksi dan ketiga, produktivitas adalah keefektifan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan. Tetapai intinya semua mengarah pada tujuan yang sama, bahwa produktivitas kerja adalah 1 Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Surabaya, 2007, hal. 106. 2 rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. Seseorang akan berusaha meningkatkan produktivitasnya apabila mendapat penghargaan yang setimpal dengan hasil kerja yang dicapai. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui keterampilan, pengetahuan, sikap dan kerja sama yang baik antara karyawan. Oleh karena itu, perusahaan haruslah selalu mengupayakan agar setiap karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan memenuhi disiplin agar dapat mendukung peningkatan produktivitasnya. Selain disiplin faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut Simanjuntak (1993), ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu: 1. Pelatihan Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu latihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi sekaligus untuk memberikan dasardasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil atau meniggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. 2. Mental dan kemampuan fisik karyawan 3 Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi,sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja karyawan 3. Hubungan antara atasan dan bawahan Hubungan atasa atasan dengan bawahan akan mempengaruhi kegiatan sehari-hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin-menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian, jika karyawan diperlukan secara baik, maka karyawan tersebut akan berpatisipasi dengan baik pula dalam proses produksi sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja. 2 Dengan demikian jika karyawan diperlakukan secara baik oleh atasan atau adanya hubungan antara karyawan dengan atasan dan karyawan dengan karyawan yang baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja. Disiplin kerja para pegawai sangat penting. Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena hal ini akan menyangkut tanggung jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya. 2 Edy Sutrisno, Op. Cit., hal. 109. 4 Disiplin kerja atau kebiasaan-kebiasan baik yang harus ditanamkan dalam diri karyawan sebaiknya bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih didasarkan atas kesadaran dari dalam diri karyawan. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh disiplin pegawai. Apabila di antara pegawai sudah tidak menghiraukan disiplin kerja, maka dapat dipastikan produktivitas kerja akan menurun. Mengingat pentingnya disiplin kerja dalam bekerja yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas karyawan serta merealisasikan tujuan perusahaan, maka penulis tertarik memilih judul yaitu: “Analisa Hubungan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu Sumatera Utara” . I. 2. Rumusan Masalah Sebelum sampai pada tahap pembahasan, perumusan masalah merupakan hal penting yang wajib dilaksanakan sebab tanpa adanya perumusan masalah maka data yang dikumpulkan serta disimpulkan yang diperoleh tidak ada manfaat dan tidak mengenai sasaran. Rumusan Masalah adalah “konteks dari penelitian, alasan mengapa penelitian diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian”.3 3 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : Erlangga, 2003, hal. 33. 5 Diantara berbagai masalah Sumber Daya Manusia yang ada di PT. PN IV Pabatu, penulis hanya membatasi pada masalah “apakah terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pegawai ”. I. 3. Luas dan Tujuan Penelitian Untuk menghindari kesimpangsiuran di dalam penulisan ini serta mengingat waktu dan pengetahuan yang terbatas, maka pembahasan yang disajikan sesuai, dengan kemampuan yang dimiliki hanya pada masalah kerja terhadap produktivitas kerja pegawawi. Tujuan Penelitian ini Mencakup : 1. Ingin mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan dalam bidang sumber daya manusia khususnya dalam hal disiplin kerja dan produktivitas kerja pegawai. 2. Ingin melihat pola disiplin pegawai yang diterapkan di PT. PN. IV Pabatu, dan coba menganalisis serta memberi kesimpulan 6 BAB II URAIAN TEORITIS II. 1. Pengertian Manajemen Personalia Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia atau Manjemen Personalia, terlebih dahulu kita membahas pengertian manajemen. Manajemen secara pengertian, sebagaimana dikemukakan “H. Malayu S.P. Hasibuan adalah “ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. 4 Menurut Suad Husnan, “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan dan pengawasan berbagai usaha anggota 4 H. Malayu. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Edisi. Revisi,Cet 8, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, hal 2. 7 organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.5 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan masalah dengan bekerja dengan melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan dan pengawasan,demi mencapai tujuan organisasi. Setelah membahas pengertian manajemen, berikutnya kita akan membahas tentang manajemen Sumber Daya Personalia. Bermacam-macam pendapat tentang pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, antara lain: adanya yang menciptakan Human Reseources, ada yang mengartikan sebagai Manpower Management serta ada yang menyetarakan dengan pengertian sumber daya manusia dengan personal (Personalia, Kepegawaian, dan sebagainya). Akan tetapi Manajemen Sumber Daya yang mungkin tepat adalah Human Resources Managemen (Manajemen Sumber Daya Manusia), dengan demikian secara sederhana pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah mengelola Sumber Daya Manusia. Menurut Kusdyah Rachmawati, Manajemen Sumber Daya Manusia: Merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, 5 Suad Husnan, Manajemen : Pokok-pokok Pengertian dan Soal Jawab, Edisi.Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 1989, hal. 2. 8 pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.6 Sedangkan menurut H. Hadari Nawawi Manajemen Sumber Daya manusia dapat didefenisikan sebagai sebaga berikut : 1. Manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). 2. Potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. 3. Potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.7 Menurut Dessler (1997) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah “sebagai suatu kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang yang menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian”.8 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia atau Personalia adalah ilmu yang mengatur hubungan peranan 6 Ike Kusdyah Rachmawati, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta 2008, hal. 3. Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta, 2008, hal. 40. 8 Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Surabaya, 2007, hal 4. 7 9 tenaga kerja sebagai suatu kebijakan dan praktek dengan cara pengembangan, menerapkan, menilai kebijakan-kebijakan, prosedur , program, metode yang ada hubungannya dengan individu dalam organisasi agar lebih efektif dan efesien membantu terwujudnya tujuan perusahaan karyawan dan masyarakat. Seperti ilmu yang lain yang menyangkut manusia, tidak ada suatu defenisi yang diterima secara universal mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia. Masing-masing para ahli dan penulis buku memberikan defenisi yang berbeda satu sama lain. Manajemen Sumber Daya Manusia lebih fokus membahas pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan itu meliputi masalah perencanaan, pengornisasian, pengarahaan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensansi, pengintergarsian, pemeliharaan, kedisplinan, dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Jelasnya, Manajemen Sumber Daya Manusia mengatur tenaga kerja manusia sedemikian rupa sehingga terwujud tujuan perusahaan, kepuasan karyawan dan masyarakat. II. 2. Arti dan Pentingnya Disiplin Disiplin menunjukkan suatu sikap atau kondisi hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian, bila 10 peraturan atau ketetapan perusahaan. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan perusahaan itu diabaikan atau sering dilangggar maka karyawan memiliki displin kerja yang buruk. Kedisplinan dapat juga diartikan sebagai kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku. Singodimejo (2002) mengatakan, disiplin adalah “sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya”.9 Pengertian disiplin adalah sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat yang berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemeritahaan atau etik, norma kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Setiap organisasi atau perusahaan pasti mempunyai standar prilaku yang harus dilakukan dalam hubungan dengan pekerjaan, baik secara tertulis maupun tidak, dan menginginkan para pegawai untuk mematuhinya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas. Displin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikannya kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujaun perusahaan, karyawan , dan masyarakat. Oleh karena itu, seseorang manajer selalu berusaha agar para bawahnya mempunyai 9 H. Edy Sutrisno, Op. Cit., hal. 90. 11 disiplin yang baik. Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinanya, jika Para bawahanya berdisplin baik. Kedisplinan harus ditegakkan dalam suatu perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan utnuk mewujudkan tujuannya. Jadi kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Peningkatan disiplin juga sangat berperan penting dalam Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai faktor penting dalam penigkatan produktivitas. Singkatnya, disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad tidak baiknya terhadap kelompok. Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. 1. Prosedur Disiplin Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga dipetoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta 12 dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi. Menurut Singodimedjo (2000), faktor yang memepengaruhi disiplin pegawai adalah sebagai berikut : 1. Besar kecilnya pemberian kompensasi 2. Ada tidaknya keteladnan pemimpin dalam perusahaan 3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan 4. Keberanian pemimpin dalam mengambil tindakan 5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan 6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan 7. Diciptakan kebiasan-kebiasan yang mendukung tegaknya disiplin.10 Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan satu organisasi, di antaranya: 1. Tujuan dan kepemimpinan 2. Teladan kepemimpinan 3. Balas jasa 4. Keadilan 5. Waskat 6. Sanksi dan Hukuman 7. Ketegasan 8. Hubungan kemanusiaan 10 H. Edy Sutrisno, Op. Cit., hal. 94. 13 1. Tujuan dan Kepemimpinan Tujuan dan kepemimpinan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan yang dibebankan) kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguhsungguh dan disiplin dalam menjalankan tugasnya. 2. Teladan Kepemimpinan Teladan pemimpin sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pemimpin dijadikan teladan atau panutan oleh para karyawannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur,adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pemimpin yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut naik. Jika teladan kepemimpinan kurang baik, para bawahan pun kurang disiplin. 3. Balas Jasa Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaanya. Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak memungkinkan baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta kelarga. 4. Keadilan 14 Keadilan akan ikut mendorong terwujudnya disiplin karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperhatikan sama manusia lainnya, keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan merangsang terciptanya disiplin kerja yang baik. 5. Waskat Waskat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya. 6. Sanksi dan Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan prilaku indisipliner karyawan akan berkurang. 7. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas menetapkan hukuman bagi 15 karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan. 8. Hubungan Kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik ada suatu perusahaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya Human Relationship yang searsi akan mewujudkan lingkunag dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan bagi karyawan. 2. Pelaksanaan Disiplin Disiplin yang baik adalah disiplin diri. Kecendrungan orang normal adalah melakukan apa yng menjadi kewajibannya dan menetapkan aturan permainan. Suatu waktu orang mengerti apa yang dibutuhkan diri mereka, di mana mereka mengharapkan untuk selalu melakukan tugasnya secara efektif dan efisien secara senang hati. Kini banyak orang yang mengetahui bahwa kemungkinan yang terdapat di balik disiplin adalah meningkatkan diri dari kemalasan. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin antara lain : 1. Peraturan jam masuk, pulang dan istirahat. 2. Peraturan dasar tentang perbaikan, dan bertingakah laku dalam pekerjaan. 16 3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain. 4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya.11 Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap anggotanya harus mengendalikn dorongan hatinya dan bekerja sama, demi kebaikan bersama. Dengan kata lain mereka harus cepat sadar, tunduk kepada aturan prilaku yang diadakan oleh kepemimpinan organisasi, yang ditujukan pada tujuan yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan disiplin kerja, peraturan dan ketetapan perusahaan hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh karyawan. Selain itu, hendaknya peraturan tersebut juga dikomunikasikan sehingga para karyawan tau apa yang menjadi larangan dan apa yang tidak. 3. Pelanggaran Disiplin Perilaku ketidak disiplinan yang sering kita jumpai dari pegawai adalah sebagai berikut; a. Melanggar peraturan jam istirahat dan jadwal kegiatan lainnya. b. Melanggar peraturan keamanan dan kesehatan kerja. c. Terlambat masuk kerja, mangkir terutama sebelum dan setelah hari raya besar. d. Bekerja dengan ceroboh atau merusak peralatan, pasokan atau bahan baku. 11 H. Edy Sutrisno, Op. Cit hal 100 17 e. Suka bertengkar, tidak mau bekerja sama atau berprilaku lain atau tidak menyenanggkan (menggangu) sesama karyawan. f. Terang-terangan menunjukkan ketidak patuhan, seperti menolak melaksanakan tugas yang seharusnya dilakukan. Para ahli menyebutkan beberapa pendekatan untuk meningkatkan masalah disiplin yang meliputi disiplin preventif, korektif dan progresif. Disiplin Preventif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai menaati standard dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksakan pada akhirnya akan menciptakan disiplin diri. Untuk mencapai tujuan ini beberapa metode yang perlu dilakukan adalah: 1. Pegawai mengetahui serta memahami standar 2. Standar harus jelas 3. Melibatkan pegawainya dalam menyusun standar 4. Standar atau aturan dinyatakan secara positif, bukan negatif 5. Dilakukan secara komperehensif yaitu melibatkan semua elemen yang ada yang terkait dalam organisasi terpadu 6. Menyatakan bahwa standard dan aturan yang di buta tidak semata-mata untuk kepentingan orang yang membuat peraturan. 18 Disiplin Korektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya, yang tujuannya adalah: 1. Memperbaiki prilaku yang melanggar aturan 2. Mencegah orang lain melakukan tindakan serupa 3. Mempertahankan standar kelompok secara konsisten dan efektif. Disiplin Progresif yaitu pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan hukuman yang lebih berat. Tindakan indisipliner bisa dilakukan melalui proses: 1. Teguran lisan, kalau masi terulang 2. Teguran tertulis ( yang menjadi catatan negate bagi pegawai ) kalau masi terulang 3. Skorsing satu minggu 4. Skorsing satu bulan, kalau masi terulang 5. Memecacat pegawai tersebut. 4. Penanggulangan Masalah Disiplin Beberapa cara untuk menaggulangi pelanggaran disiplin adalah : dengan tehnik mempertimbangkan sedini mungkin, tehnik disiplin pencegahan yang efektif dan tehnik mendisiplinkan diri. 1. Teknik disiplin dengan mempertimbangkan sedini mungkin Kemungkinan besar seorang manejer jarang bisa memberi alasan bahwa kegagalan dalam menyelesaikan suatu proyek atau pekerjaan disebabkan karena 19 bawahan yang gagal dalam tugas. Tanggung jawab dalam menyelesaikan jauh lebih banyak terletak pada manajer dibandingkan pada mereka yang menangani. Pelatihan yang kurang sempurna atau yang tidak sama sekali, tingkah laku yang kurang pantas, kebiasaan kerja yang kurang baik dan kesalahan-kesalahan lain dari bawahan hendaknya menjadi sasaran utama yang harus diatasi. 2. Teknik disiplin pencegahan yang efektif Seorang manajer yang menekankan apa yang harus dilakukan sebelum kejadian, cenderung mendapatkan hasil lebih baik dari bawahan mereka. Mereka menghindari masalah disiplin dengan menciptakan kondisi kerja yang akan lebih menarik bagi para karyawan untuk bekerja dengan baik. Para manajer yang dapat mendisiplinkan diri melalui pendekatanyang baik, akan dapat menciptakan kondisi kerja yang menentang bagi bawahan mereka. 3. Teknik disiplin dengan mendisiplinkan diri Tidak dapat disangkal lagi bahwa teknik disiplin yang paling penting di pelajari seorang manajer adalah teknik mendisiplinkan diri, disiplin diri membedakan seorang manajer yang sudah dewasa dan efektif dengan seorang manajer yang belum dewasa dan masi harus berjuang. Dan melalui disiplin diri itulah seseorang berusaha untuk mengendalikan reaksi mereka terhadap keadaan yang tidak mereka sukai tersebut. II. 3 Produktivitas Kerja 20 1. Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubunagn antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja dan bahan). Poduktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Menurut Sonny Sumarsono, “Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan per satuan waktu”. 12 Menurut Sedarmayanti, “Produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan”.13 Di bidang industri, produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif atau ukuran yang ditampilkan oleh daya produksi yaitu sebagai campuran dari produksi dan aktivitas. Produktivitas kerja memerlukan perubahan sikap mental yang dilandasi kerja hari ini harus lebih baik dari hari kemaren, dan cara kerja hari esok harus lebih baik dari hari ini. Peningkatan produktivitas dilakukan oleh pribadi yang dinamis dan kreatif. Dari defenisi-defenisi tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa produktivitas kerja terdiri dari tiga aspek yaitu : a. Produktivitas adalah keseluruhan fisik per unit dari usaha produktif. 12 Sony Sumarsono, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia & Ketenagakerjaan, Yogyakarta : 2003, hal. 62. 13 Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, Bandung, 1996, hal. 142. 21 b. Produktivitas adalah tinggkat keefektifan dari manajemen industri didalam penggunaan fasilitas-fasilitas untuk produksi. c. Produktivitas adalah keefektifan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan. d. Produktivitas adalah sikap yang mencerminkan semangat kerja untuk melakukan perbaikan. Tetapi intinya semua mengarah pada satu tujuan yang sama, bahwa produktivitas adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Untuk mencapai tingkat produktivitas tenaga kerja yang tinggi, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor antara lain : 1. Pekerjaan yang menarik 2. Upah yang baik 3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan 4. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan 5. Lingkungan atau suasana kerja yang baik 6. Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan perkembangan perusahaan 7. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi 8. Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi 9. Kesetiaan pimpinan pada diri si pekerja 22 dengan 10. Disiplin kerja yang keras 14 Ad.1. Pekerjaan yang menarik Biasanya apabila seseorang mengerjakan sesutau pekerjaan dengan senag atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaan akan lebih memuaskan dari pada ia mengerjakan pekerjaan yang tidak ia senangi. Demikian pula apabiala kita akan memberikan tugas pada seseorang, maka alangkah baiknya apabila kita mengetahui apakah orang tersebut senag atau tidak dengan pekerjaan yang akan kita berikan.hal ini dilakukan agar kita mendapatkan suatu hal yang lebih memuaskan. Jadi rasa senag dengan suatu pekerjaan juga merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan mutu hasil produksi. Ad.2. Upah yang baik Pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya, karena adanay uapah yang sesuai dengan jenis pekerjaannaya, maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang baik. Dengan terpenuhinya upah yang baik atau dengan kata lain upah yang tidak ditangguhtangguhkan oleh para manajer/pimpinan, maka rasa kecukupan untuk memenuhi hidup baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya akan semakin terasa. Selain itu ia akan merasa digutuhkan perusahaan, dan ia membutuhkan pekerjaan itu, sehingga ada timbal balik yang selaras. Ad.3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan 14 Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, Edisi Baru, Cetakan Ketiga : Rineka Cipta, Jakarta 2001, hal. 56. 23 Biasanya dalam melakukan pekerjaan kita merasa suatu kekuatiran bila kita gagal dalam melaksanakannya, karena kita harus selalu hati-hati tetapi bila melakukan pekerjaan itu terlampau hati-hati, maka akibatnya sama bila kita tidak hati-hati. Yang dimaksud keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan itu, bekerja pada pekerjaan yang memerlukan perlindungan tubuh ataupun juga memberi training sebelumnya untuk pekerjaan yang dilakukan. Dengan terpenuhnya jaminan atas pekerjaan, maka dalam bekerja tidak akan ada lagi perasaan was-was atau ragu-ragu. Ad.4. Penghayatan atas maksud dalam makna pekerjaan Adalah bila seseorang pekerja tetap telah tahu kegunaan dari pekerjannya bagi umum, dan juga sudah tahu betapa sangat pentingnya pekerjaan dia, maka dalam mengerjakan pekerjaanya sipekerja tadi akan lebih menigkatkan produktivitas pekerjaanya. Ad.5. Lingkungan atau susunan kerja yang baik Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak baik pada pekerja, pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya. Ad. 6. Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan Seorang pekerja akan merasa bangga bila perusahaan dimana ia bekerja mengalami kemajuan yang pesat, apalagi sampai terkenal dimata masyarakat. Hal ini pulalah yang mengangkat derajat kebanggan pada diri sipekerja akan pekerjaannya. 24 Timbulnya rasa bangga itu merupakan keuntungan juga bagi perusahaan, karena secara langsung atau tidak sipekerja tadi membawa promosi perusahaan dan menjadi citra perusahaan agar tetap baik dimata masyarakat. Untuk itulah, maka para pimpinan / manajer harus tahu menghargai perasaan sipekerja agar tetap menjaga citra baik didalam perusahaan atau diluar perusahaan. Ad.7. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi Dengan adanya keterlibatan dalam organisasi dimana para pekerja tetap bekerja, ia akan merasa dirinya benar-benar dibutuhkan dalam perusahaan, dan ia merasa memiliki perusahaan. Dengan timbulnya kecintaan dalam dirinya terhadap perusahaan, maka sipekerja tadi akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya. Ad.8. Pengertian dan simpati atas persoalan persoalan pribadi Seorang pimpinan yang bijaksana akan memperhatikan bawahannya sampaim pada urusan pribadinya. Dengan demikian para pekerja merasakan bahwa dirinya diberi perhatian besar oleh pimpinannya. Hal ini mendorong motivasi pekerja untuk bekerja lebih giat lagi melalui pendekatan secara kekeluargaan atau dari hati ke hati antara pimpinan dan bawahan. Ad.9. Kesetiaan pimpinan pada diri sipekerja Kesetian pada diri sipekerja merupakan juga dasar keperjayaan pekerja terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Kesetiaan pimpinan ini merupakan suatu wibawa dari perusahaan, karena bila sipimpinan hanya mengobrol janji-janji akan melakukan sesuatu, tetapi kenyataannya tidak, maka hal ini akan menimbulkan suatu 25 rasa yang tidak baik dalam diri sipekerja. Akibatnya sipekerja akan merasakan sikap atasannya itu bukan sebadai pimpinan yang baik dan jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka kehancuran perusahaan akan terancam. Ad.10. Disiplin kerja yang keras Kita sebagai manusia biasanya mempunyai sifat ego yang tinggi, antara lain, tak ingin dikekang oleh suatu peraturan atau suatu tata tertib yang ketat. Demikian pula para pekerja, biasanya mereka akan merasa enggan akan disiplin kerja yang keras dari perusahaan dimana ia bekerja, karena hal ini akan membuat sipekerja merasa terkekang. 3. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Upaya Peningkatan Produktivitas Adapun faktor-faktor penentu keberhasilan upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan menurut Sondang P. Siagian yaitu: 1. Perbaikan terus menigkat 2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan 3. Pemberdayaan sumber daya manusia 4. Filsafat organisasi.15 Ad. 1. Perbaikan Terus Menerus 15 Sondang Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, hal. 10. 26 Dalam upaya peningkatan produktivitas kerja, salah satu implikasinya ialah bahwa keseluruhan komponen organisasi harus melakuakn perbaikan secara terus menerus. Pandanagan ini bukan hanya merupakan salah satu kiat dalam mengelola organisasi dengan baik, akan tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat manajemen muktahir. Secara internal contoh perubahan yang harus ditanggapi ialah : a. Perubahan strategi organisasi. b. Perubahan kebijaksanaan tentang produk, misalnya dari satu produk unggulan menjadi diversifikasi produk. c. Perubahan dalam pemanfaatan tehnologi. d. Perubahan dalam peraktek-praktek sumber daya sebagai akibat diterbitkannya perturan perundang-undangan baru oleh pemerintah. Ad.2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan aspek lain yang sangat penting. Mutu dokumen, mutu penyelenggaran rapat adalah contoh-contoh lain yang tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan perhatian semua pihak dalam organisasi. Penigkatan mutu itu tidak hanya pentig secara internal, akan tetapi juga secara eksternal karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dalam lingkungannya yang pada gilirannya turut membentuk citra organisasi dimata berbagai pihak luar organisasi. 27 Ad.3. Pemberdayaan sumber daya manusia Pemberdayaan sumber daya manusia mengandung berbagai kiat seperti diuraikan sebagai berikut ini : a. Mengakui harkat dan martabat manusia b. Manusia mempunyai hak-hak yang bersifat asasi dan tidak ada manusia lain termasuk manajemen yang dibenarkan untuk melanggar hak-hak tersebut. c. Satu kiat yang terbukti ampuh dalam pemberdayaan sumber daya manusia dalam organisasi inilah, penerapan gaya manajemen yang partisipatif melalaui proses demokratis dalam kehidupan berorganisasi. d. Perkayaan mutu kekayaan. Ad.4. Filsafat organisasi Sesungguhnya titik tolak perumusan etos kerja bersifat filsafat yang pada mulanya mungkin dirumuskan oleh pada pendiri (founding fathers) organisasi yang bersangkutan. Salah satu bentuknya yang dewasa ini dikenal makin meluas dikalangan bisnis adalah “Total Quality Management” TQM, suatu kredo management yang menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam mengelola suatu organisasi. II. 4. Hubungan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Disiplin pegawai memainkan peraturan yang dominan, krusial dan krutikal dalam keseluruhan upaya untuk menigkatakan produktivitas para pegawai. Disiplin 28 kerja para pegawai sangat penting. Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena hal ini akan menyangkut tanggung jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya. Disiplin yang baik akan mempercepat pencapain tujuan organisasi, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat tujuan organisasi. Peraturan disiplin dibuat untuk mengatur tata hubungan kerja yang berlaku tidak hanya diperusahaan besar atau kecil, tetapi juga sebuah organisasi yang mempekerjakan banyak sumber daya manusia untuk melaksanakan pekerjaannaya. Pembuatan suatu peraturan disiplin dimaksudkan agar para karyawan dapat melakukan pekerjaan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan demikian bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu sering diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya bila karyawan tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa produktivitas pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh disiplin pegawai. Apabila diantara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplinan kerja, maka dapat dipastikan produktivitas kerja akan menurun. Padahal untuk mendapatkan produktivitas kerja sangat diperlukan kedisiplinan dari pegawai. II. 5. Studi – studi Terdahulu 29 Siska Putri melakukan pelatihan dengan judul, “Analisa Hubungan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Pemuda Medan”. Hipotesis dari penelitian ini adalah “Disiplin yang baik dan pemberian sanksi yang tepat akan meningkatkan produktivitas pegawai”. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Hasil penelitian dengan menggunakan metode korelasi menunjukkan bahwa : a. Hasil penjualan tabungan PT Bank Tabungan Negara meningkat dari tahun 2003-2005. b. Tingkat produktivitas kerja naik dari tahun 2003-2005. c. Peningkatan disiplin karyawan dengan produktivitas mempunyai hubungan yang positif yaitu r = 0,98 berarti hubungan antara disiplin dengan produktivitas cukup kuat dan bersifat positif atau berbanding lurus. Dengan koefisien determinan sebesar 96,04 % dimana keragaman yang ada pada y dapat dijelaskan oleh faktor lain. d. Sanksi atau hukuman pada PT. Bank BTN telah diberikan kepada pegawai sesuai tingkat kesalahan yang diperbuat oleh pegawai tersebut. e. Prosedur sanksi atau hukuman tersebut dikenakan juga pada pejabat pegawai, calon pegawai dalam masa percobaan pada tenaga kerja yang melakukan pelaggaran. 30 Excaudy Manik melakukan penelitian dengan judul, “Analisa Hubungan Disiplin Kerja Terhadap Poduktivitas Kerja Pada PT Naughty”. Hipotesis penelitian ini adalah Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap produktifitas kerja”. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pengamatan. 1. Observasi 2. Wawancara. Hasil penelitian digunakan dengan menggunakan metode Chi-square. 1. Pimpinan mempunyai keteladana dalam menentukan kedisiplinan pegawai diperusahaan, memberikan waskat dan sanksi yang tepat kepada karyawan, memberikan insentif yang adil serta membuat posedur kerja karyawan yang baik dalam perusahaan. 2. Berdasarkan perhitungan Gamma menunjukkan bahwa produktivitas kerja ditentukan oleh disiplin sebesar 88,36 % selebihnya 11,61 % ditentukan oleh variabel lain. 3. Nilai chi-square antara disiplin kerja dengan produktivitas sebesar 91,34 % dan ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja dalam perusahaan. II. 6. Kerangka Teoritis Disiplin menunjukkan suatu sikap atau kondisi hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Ditinjau dari hasil 31 pengamatan, disiplin kerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap produktivitas kerja. Ditinjau dari hasil penelitiaan, bahwa disiplin sangatlah besar pengaruhnya terhadap produktivitas pegawai. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua golongan yaitu 1. Faktor yang ada dalam diri individu, yaitu umur, tempramen, keadaan fisik individu, keluhan dan motivasi. 2. Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, peneranagan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga. Dengan demikian, jika pegawai diperlakukan secara baik oleh atasan, atau adanya hubungan antara karyawan yang baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat poduktifitas kerja. Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran Disiplin Kerja Produktivitas Kerja (X) (Y) II. 7. Hipotesis 32 Hipotesis adalah suatu penjelasan tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang akan taerjadi atau yang telah terjadi.16 Berdasarkan masalah yang dikemukakan, maka dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut : “terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pegawai ” . 16 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : Erlangga, 2003, hal 47. 33