BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Dalam suatu penelitian biasanya membutuhkan hasil penelitian sebelumnya sebagai referensi ataupun perbandingan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian lainnya dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut : nomor urut, nama peneliti, judul penelitian, lokasi penelitian, hasil penelitian dan perbandingan penelitian: Tabel 2.1 Penelitian Pendahuluan (State Of The Art) Nama Judul Mega Dini Pradani ANALISIS KOMUNIKASI ORGANISASI VERTIKAL MENGENAI MASALAH KOMPENSASI INSENTIF DI CV SEMOGA JAYA EXCELSO SAMARINDA Jurnal/tahun Nasional / 2014 Kesimpulan Komunikasi yang kurang efektif itu menimbulkan masalah dalam pemberian insentif sehingga menyebabkan para karyawan tidak puas dengan sistem manajemen perusahaan dan berimbas pada kualitas pelayanan yang menurun. Perbedaan penelitian diatas adalah, membahas tentang bagaimana perusahaan CV Semoga Jaya Excelso dalam pemberian insentif dengan komunikasi yang kurang efektif mengakibatkan ketidakpuasan karyawan mengenai sistem manajemen perusaahn yang berimbas pada kualitas pelayanan yang menurun. Persamaan penelitian di atas adalah, terfokus pada komunikasi vertikal yang digunakan pada perusahaan tersebut, terdapat komunikasi antara atasan dan bawahan dan bawahan kepada atasan. 7 8 Nama Judul Ida Ayu Brahmasari PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN POLA KOMUNIKASI TERHADAP DISIPLIN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT CENTRAL PROTEINAPRIMA TBK Jurnal/tahun Nasional / 2009 Kesimpulan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh budaya perusahaan, kepemimpinan situasional dan pola komunikasi pada disiplin ilmu dan pertunjukan karyawan. Hasil membuktikan bahwa budaya perusahaan, kepemimpinan situasional dan pola komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap disiplin ilmu dan pertunjukan karyawan. Perbedaan penelitian diatas adalah, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Brahmasari lebih menitik beratkan dalam membuktikan budaya perusahaan, kepemimpinan situasional dan pola komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kedisiplinan dan pertunjukan karyawan. Persamaan penelitian diatas adalah, kedua penelitian ini adalah sama-sama membahas permasalah kedisiplinan karyawan. dimana dalam penelitian yang dilakukan membahasa akan komunikasi vertikal dan kedisiplinan kerja karyawan. dengan adanya alur komunikasi antara atasan dan bawahan dan bawahan dan atasan. Nama Judul Tariszka- Semegine, Eva ORGANIZATIONAL INTERNAL COMMUNICATION AS A MEANS OF IMPROVING EFFICIENCY Jurnal/tahun International / 2012 Kesimpulan Organisasi telah mengakui bahwa tingkat komunikasi dalam organisasi menentukan efisiensi organisasi. Perhatian telah berubah ke arah studi berbagai bidang komunikasi organisasi. Sebagian besar studi berurusan dengan efek pada kinerja ditentukan oleh seberapa baik Staf ini dibekali dengan informasi, dan tingkat kepuasan dengan arah komunikasi (horisontal, vertikal). Perbedaan penelitian diatas adalah, penelitian yang dilakukan oleh TrizkaSemegine dan Eva membahasa akan organisasi telah mengakui bahwa tingkat komuniasi dalam organisasi menentukan efisiensi organisasi. Bahwa pada penelitian ini tidak membahas akan kedisiplinan kerja karyawan. 9 Persamaan penelitian diatas adalah, dimana hasil penelitian yang didapatkan bahwa staf di bekali dengan informasi dan tingkat kepuasan dengan arah komunikasi (horizontal dan vertikal), persamaan terdapat pada arah komunikasi vertikal yang dilakukan pada penelitian tersebut. Nama CynthiaJ.Guffey, MBA Dr. Marilyn M. Helms, DBA, CFPIM, CIRM Judul EF FECTIVE EMPLOYEE DISCIPLINE: A CASE OF THE INTERNAL REVENUE SERVICE (AMERIKA) Jurnal/tahun International / 2011 Kesimpulan Peran disiplin pegawai dari manajemen, karyawan, dan perspektif serikat diperiksa menggunakan Internal Revenue Service sebagai contoh studi kasus Konsep disiplin didefinisikan dan dibandingkan dengan hukuman. Juga, dua model disiplin - disiplin progresif dan disiplin positif - dibandingkan dan dikontraskan. Sebuah model disiplin hybrid yang digunakan di Internal Revenue Service dibahas; peran dan tanggung jawab dari manajemen, serikat pekerja, dan karyawan dalam proses disiplin termasuk juga. Perbedaan penelitian di atas adalah, penelitian ini lebih menitikberatkan terhadap peran disiplin karyawan, tetapi tidak membahas bagaimana alur komunikasi yang terjadi di perusahaan tersebut. Persamaan penelitian diatas adalah, penelitian ini sama-sama membahas akan permasalahan kedisiplinan, dimana perusahaan sangat memerhatikan tingkat kedisiplinan karyawan. Karena kedisiplinan karyawan dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Nama Judul Castilla, Emilio J BRINGING MANAGERS BACK IN: MANAGERIAL INFLUENCESS ON WORKPALCE INEQUALITY Jurnal/tahun International / 2011 Kesimpulan Penelitian ini mengidentifikasi dan tes untuk bukti tiga mekanisme yang berbeda dimana manajer berpotensi mempengaruhi penilaian kinerja karyawan di tempat kerja: (1) pengaruh jaringan sosial antara karyawan dan mantan manajer; (2) manajer-manajer (horisontal) homophily; (3) manajer-karyawan (vertikal) homophily. 10 Perbedaan penelitian di atas adalah, penelitian yang dilakukan oleh Castilla, Emilio J bahwa hasil dari penelitian tersebut mengidentifikasi dan tes untuk bukti tiga mekanisme yang berbeda, dimana manajer berpotensi mempengaruhi penilaian kinerja karyawan di tempat kerja. Persamaan penelitian di atas adalah, penelitian tersebut juga membahas akan komunikasi vertikal antara manajer-karyawan, dimana alur komunikasi tersebut juga dibahas dalam penelitian ini, dimana terdapat komunikasi vertikal antara atasan dan bawahan dan bawahan kepada atasan. 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Teori Komunikasi Kewenangan Dalam komunikasi organisasi terdapat teori yang berhubungan kedisiplinan. Menurut Chester Barnard dalam buku komunikasi organisasi mengemukakan bahwa, suatu sistem dua orang atau lebih yang dilakukan secara sadar atau lebih yang dilakukan secara sadar dan terkoordinasikan menitikberatkan konsep sistem dan konsep orang. Orang-orang, bukan jabatan-jabatan, merupakan suatu organisasi formal. Tekanan pada aspek-aspek koooperatif organisasi (sebagai suatu sistem kerja sama) bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan untuk bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula. Barnard menyimpulkan bahwa "fungsi pertama seorang eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi". Barnard juga menyatakan bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi kemauan untuk bekerja sama. Ia menyebutkan 4 (empat) syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang menerima suatu pesan yang bersifat otoritarif: 1. orang tersebut memehami pesan yang dimaksud; 2. orang tersebut percaya bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi; 3. orang tersebut percaya, pada saat ia memutuskan untuk bekerja sama, bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya; 4. orang tersebut memiliki untukmelaksanakanpesan. kemampuan fisik dan mental 11 Namun, Barnard menunjukan bahwa banyak pesan tidak dapat dianalisis, dinilai dan diterima, atau ditolak dengan sengaja.Tetapi kebanyakan arahan, pemerintah, dan pesan persuasif termasuk ke dalam zona acuh-tak-acuh (zone of indifference) seseorang. Dalam beberapa organisasi kekhawatiran akan tindakan-tindakan pemaksaan itu mungkin menghasilkan kemauan untuk menerima suatu pesan, sedangkan kerugian tersebut malah tidak menghasilkan nya. terlepas dari kaitan yang erat antara kewenangan dan komunikasi, Barnard menganggap teknik-teknik komunikasi (tertulis dan lisan ) penting untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga menganggap teknik-teknik tersebut sebagai sumber masalah organisasi. "teknik-teknik komunikasi," katanya ."menentukan bentuk dan ekonomi internal organisasi. ketiadaan teknik yang sesuai akan menghilangkan kemungkinan menerima tujuan sebagai suatu dasar organisasi". Maka, terutama Barnard-lah yang menjadikan komunikasi sebagai suatu bagian penting dari teori organisasi dan manajemen.Tampaknya ia sepenuhnya yakin bahwa komunikasi merupakan kekuatan organisasi (Pace dan Faules, 2010). 2.2.2 Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi (Mulyana, 2007). Menurut Djoko Purwanto dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Bisnis (2006), “Komunikasi adalah perekat yang memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik”. Para ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah pemahaman bersama antara orang-orang yang menyampaikan pesan dan orang yang menerima pesan. Bahkan fakta yang ada menunjukkan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communias yang artinya “bersama”. Komunikasi berusaha mencari “kebersamaan” dengan si penerima pesan. Karena itu dapat didefinisikan sebagai transisi informasi dan pemahaman melalui penggunaan simbol-simbol bersama dari satu orang atau kelompok kepada yang lainnya (Romli, 2014). Berdasarkan definisi-defisini komunikasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu interaksi yang terjadi dalam sebuah organisasi dimana 12 ada komunikator sebagai pemberi pesan, komunikan sebagai penerima pesan, dan ada pesan itu sendiri, hingga akhirnya mendapatkan kesamaan makna terhadap pesan tersebut. Kesamaan makna terhadap pesan yang dimaksud adalah menjadikan pesan tersebut bersifat informatif dan bahkan persuasif. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dengan arahan yang diberikan oleh atasan kepada bawahannya yang dilakukan dalam rapat dan briefing dalam sebuah organisasi, komunikasi akan sering terjadi di antara para anggota yang terlibat di dalamnya. Maka dari itu mereka hendaknya dapat komunikasi antara satu dan yang lainnya. 2.2.3 Komunikasi Organisasi Menurut Romli (2014) dalam buku nya yang berjudul Komunikasi Organisasi Lengkap, menyatakan bahwa Istilah komunikasi organisasi berasal dari bahasa latin organizer, yang secara harfiah berarti panduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang objek-objek, juga studi mengenai objek-objek itu sendiri. Menurut Everent M. Rogers yang di kutip dalam bukunya yang berjudul Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A System Approach, meedefinisika organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas wewenang. Konsep “pengorganisasian” dan konsep “Organisasi” begitu lazim dalam kehidupan. Memahami kehidupan organisasi lebih dari sekedar mendifinisikan perngorganisasian, organisasi dan komunikasi organisasi. Konsep-konsep ini dapat digunakan dalam berbaai cara dengan beragai konsekuensi (Pace & Faules, 2010). Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat di dalam mencapai tujuan organisasi itu. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, dalam Romli 2014). 13 2.2.4 Komunikasi Organisasi Internal Menurut Romli (2014) dalam buku nya yang berjudul Komunikasi Organisasi Lengkap, menyatakan bahwa Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota – anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahan dan antara sesama bawahan. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun skunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua sabagai berikut. a. Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan ke pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksiinstruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberi laporan-laporan, saran-saran, pengaduanpengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan. b. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal atau lateral yaitu komunikasi antara sesame seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama dalam organisasi atau mengalir di bagian yang sama didalam organisasi atau mengalir antar-bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja. 2.2.5 Komunikasi Organisasi Internal Vertikal A. Komunikasi ke Bawah Menurut Pace dan Faules (2010) dalam buku nya yang berjudul Komunikasi Organisasi StrategiMeningkatkan Kinerja Perusahaan,Komunikasi ke bawah dalam sebuah oganisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotirotas lebih rendah.Biasanya terdapat anggapan bahwa informasi 14 bergerak dari manajemen kepada para pegawai.Namun dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan: (1) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (2) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) Informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). Lengel dan Daft memberi beberapa pedoman bagi manajer: 1. Kirimkan pesan-pesan ekuivokal melalui medium yang kaya (yang memungkinkan negosiasi makna). 2. Kirimkan pesan-pesan ekuivokal melalui medium yang rendah (menyampaikan data yang sulit, pengarahan resmi, dsb). 3. Jadilah seorang penerima yang kritis (menyadari bahwa pesan dapat mewarnai pemahaman karena medium yang dipilih media yang rendah dapat menyaring informasi mengenai isu-isu kritis). 4. Gunakan medium karena pesan-pesan simboliknya (harus peka terhadap budaya media organisasi dan makna yang mungkin disampaikan oleh media tersebut). 5. Evaluasilah teknologi baru secara cermat (kemampuan dan keterbatasan). Menurut Romli (2014) dalam buku nya yang berjudul Komunikasi Organisasi Lengkap, Bahwa komunikasi dari atas ke bawahan merupakan komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hierarki organisasi. Bentuk aliran komunikasi dari atas ke bawah merupakan prosedur organisasi, instruksi tentang bagaimana melakukan tugas, umpan balik terhadap prestasi bawahan, penjelasan tentang tujuan organisasi lain sebagainya. Salah satu kelemahan komunikasi dari atas ke bawah adalah ketidakakuratan informasi karena harus melewati beberapa tingkatan. Pesan yang di sampaikan dengan suatu bahasa yang tepat untuk suatu tingkat, tetapi tidak tepat, untuk tingkat paling bawah yang menjadi sasaran informasi tersebut. 15 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Ke Bawah Muhammad (2014) menyatakan bahwa, Arus komunikasi dari atasan ke bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu: 1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dengan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Yang dimaksud tidak adanya keterbukaan ialah dimana pimpinan tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah dalam organisasi. 2. Kepercayaan pada pesan tulisan Para pimpinan menggunakan lebih percaya alat-alat pada elektronik pesan tulisan yang daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. Hal ini, menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara contohnya menggunakan telephone, pesan tertulis pada Blcakberry Messanger (BBM). Hasil penelitian Dahle menunjukan bahwa pesan itu akan lebih efektif bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Jadi bukan hanya dalam bentuk tertulis saja. komunikasi tatap muka juga lebih disenangi oleh karyawan daripada media cetak. 3. Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin, suratsurat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaa, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. 16 4. Timing Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya. 5. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada karyawan tidakklah semuanya diterima mereka. Tetapi mereka sering mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor. Menurut Mellinger, karyawan yang kurang percaya kepada supervisor mungkin memblok pesan supervisor. Hasil studi Tompkin (Goldhaber) mengenai komunikasi kebawah ini menyimpulkan bahwa : a. Kebanyakan karyawan tidak menerima banyak informasi dari organisasi. b. Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan. c. Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan dan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari pimpinan tingkat atas. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber-sumber yang penting lainnya. 17 Dalam menyampaikan suatu informasi, kepada para karyawan ada faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah dan juga terdapat tipe komunikasi ke bawah untuk mengetahui tipe komunikasi apa yang digunakan. Tipe Komunikasi ke Bawah Menurut (Muhammad (2014), beberapa tipe komunikasi ke bawah yaitu : 1. Instruksi tugas Dimana pesan yang disampaikan kepada karyawan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut bervariasi, seperti dengan perintah langsung, diskripsi tugas, dan prosedur manual. 2. Rasional Rasional pekerjaan dimaksudkan dengan pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi. Bila seorang pimpinan menganggap karyawannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi sebaliknya bila pimpinan menganggap karyawannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak. 3. Ideologi Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. 4. Informasi Pesan informasi bertujuan untuk memperkenalkan praktik organisasi seperti bagaimana cara kerja perusahaan, peraturan 18 organisasi seperti peraturan yang ada di dalam perusahaan tersebut, keuntungan yang dimaksudkan sebagai keuntungan informasi yang didapat, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional yang ada di dalam organisasi perusahaan, kepada karyawan. 5. Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Bentuk sederhana dari balikan ini yaitu, bila seseorang karyawan hasil pekerjaannya kurang baik balikannya berupa kritikan atu peringatan terhadap karyawan tersebut. Semua bentuk komunikasi kebawah dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut. Contohnya pesan dari pimpinan yang paling atas hanya berupa suatu pernyataan tentang hasil yang diinginkan. Maksud dari pencapaian hasil yang diinginkan ini ditambah pada tingkat hierarki yang lebih rendah berikutnya ditambah lagi dengan hal-hal detil bagaimana mencapai hasil yang diinginkan tersebut. Sampai dengan pesan tersebut lengkap untuk dilaksanakan. Di dalam tipe komunikasi kebawah atau (top down communication) ada metode komunikasi ke bawah yang mempengaruhinya, agar komunikasi dari pimpinan kepada karyawan dapat berjalan dengan lancar. Metode Komunikasi ke Bawah Menurut Muhammad (2014), Untuk menyampaikan informasi kepada bawahan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pace mengemukakan empat klasifikasi metode untuk itu yaitu : metode lisan, tulisan, gambar dan campuran dari lisan, tulisan dan gambar. Untuk menentukan mana metode yang tepat digunakan oleh pimpinan ada kriteria yang dapat digunakan seperti berikut ini : 19 1. Ketersediaan. Metode-metode yang sudah tersedia dalam suatu organisasi lebih cenderung untuk digunakan. Bila diperlukan dapat ditambah dengan metode lain untuk menjadikan lebih efektif. 2. Biaya. Pertimbangan biaya yang paling kurang akan cenderung dipilih untuk menyebarluaskan informasi yang bersifat rutin dan tidak mendesak. Tetapi bila informasi yang akan dikomunikasikan tidak bersifat rutin dan mendesak maka soal biaya tidak begitu dipertimbangkan yang penting informasi cepat sampai. 3. Dampak. Metode yang memberikan dampak atau kesan yang lebih besar akan sering dipilih atau digunakan daripada metode yang sedang atau kurang dampaknya. 4. Relevansi. Metode yang paling relevan dengan tujuan yang akan dicapai paling sering dipilih. Misalnya untuk memberikan informasi yang pendek mungkin lebih tepat digunakan metode lisan yang diikuti oleh memo. Tetapi jika tujuan untuk memberikan informasi yang kompleks dan rinci maka lebih tepat menggunakan metode laporan secara tertulis. 5. Respon. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh apakah respons terhadap informasi itu diinginkan atau diperlukan. Bila diinginkan maka metode lisan secara tatap muka lebih tepat digunakan mungkin dalam bentuk interpersonal atau dengan rapat. Menurut Muhammad (2014)Bentuk komunikasi yang biasa digunakan dalam tiap metode adalah sebagai berikut: 1. Metode Lisan a. Rapat b. Diskusi c. Telepon d. Kontak personal (face to face) 20 e. Laporan lisan 2. Metode Tulisan a. E-mail b. Majalah c. Surat Kabar d. Laporan tertulis 3. Metode Gambar a. Foto B. Komunikasi ke Atas Dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak. Mungkin berkomunikasi ke atas yaitu, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang di arahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas (Pace dan Faules, 2010). Menurut Romli (2014) dalam buku nya yang berjudul Komunikasi Organisasi Lengkap,Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyediakan umpan balik tentang seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya, praktik serta kebijakan organisasi. Komunikasi dari bawah ke atas dapat berbentuk laporan tertulis maupun lisan, kotak saran, pertemuan kelompok dan sebagainya. 21 Pentingnya Komunikasi ke atas Menurut Pace dan Faules (2010), Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan, yaitu: a) Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. b) Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka. c) Komunikasi ke atas memungkinkan omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya. d) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan keada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saransaran mengenai operasi organisasi. e) Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk mementukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran komunikasi dua arah. f)Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut 22 Prinsip-Prinsip Komunikasi Ke Atas Prinsip-prinsip komunikasi ke atas yang di kutip dari buku (Pace dan Faules, 2010), terdapat tujuh prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas. Prinsip-prinsip ini tampaknya dapat digunakan sampai sekarang, sama seperti ketika digunakan pada saat dirumuskan. a) Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncakan. Meskipun kerahasiaan dan keterusterangan memperkokoh semua program komunikasi efektif, penyelia dari manajer harus merangsang, mendorong, dan mencari jalan untuk mengembangkan komunikasi ke atas. b) Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan. Bawahan harus memberi dan meminta informasi dari tingkat yang lebih tinggi terlepas dari bagaimana segala sesuatu berjalan. Penyelia dan manajer harus mau menerima informasi kepada bawahan dan memberi tanggapan atas apa yang mereka nerima, terlepas dari apakah organisasi berfungsi lancer atau sedang mendapat gangguan. c) Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin. Tanpa menghilangkan kesempatan bagi setiap pegawai untuk melakukan kontak dengan dan didengar oleh manajer di setiap tingkat, informasi harus mengalir ke atas melalui organisasi mengikuti tahap-tahap yang biasa dan rutin. Masalah dan permohonan informasi harus berjalan atas melalui organisasi sampai menemui orang yang dapat melakukan tindakan, bila orang tersebut dapat memberikan informasi atau menyelesaikan masalah, aliran komunikasi ke atas tidak perlu berjalan lebih jauh lagi dari pada orang tersebut. d) Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah. Perbedaan dalam interpretasi dan persepsi atas peristiwa harus diperhitungkan. Jabatan seseorang dalam organisasi mendorongnya untuk memandang segala sesuatu secara berbeda dan memberi makna 23 yang berlainan pula atas yang dilihatnya itu. Perbedaan dalam nilainilai dan prioritas menghasilkan perbedaan dalam dugaan dan kesimpulan. Mendengarkan dengan tujuan untuk memahami apa yang dimaksud oleh seseorang adalah dasar bagi komunikasi ke atas yang efektif. e) Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup mendengarkan secara efektif. Penyelia manajer harus menyediakan waktu untuk mendengarkan bawahan secara objektif. Kebiasaan mendengarkan dengan jengkel, menunjukkan bahwa komunikasi ke atas sebenarnya tidak dikehendaki. Mendengarkan yang disampaikan bawahan, memudahkan dan mengurangi ketegangan bawahan, menunjukkan maksud menerima dan kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang bertentangan, kritik-kritik dan cara pandang yang berlainan. f) Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup tindakan untuk menanggapi masalah. Mendegarkan aktif dapat meaning munculnya gagasan-gagasan baru, tetapi kegagalan untuk melakukan tindakan hanya menciptakan kemarahan dan merusak ketulusan dalam komunikasi ke atas. Bila harus dilakukan perubahan-perubahan dalam kebijakan atau tindakan, sekedar mendengarkan tanpa melakukan sesuatu penyesuaian dapat menghapus gagasan komunikasi ke atas. Bila tidak ada tindakan yang dapat diambil, bawahan harus diberi tahudan diberi alasan mengapa perubahan-perubahan tidak dapat dilakukan. g) Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi. Metode komunikasi ke atas yang paling efektif adalah kontak tatap-muka setiap hari dan percakapan di antara penyelia dan bawahan. 24 2.2.6 Komunikasi Verbal dan Non-verbal pada Komunikasi Organisasi Internal Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Menurut Larry L.Barker (Mulyana, 2010), bahasa memiliki tiga fungsi yaitu: 1. Penamaan. Penamaan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehigga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2. Interaksi. Fungsi ini menekankan berbagai gagasan dan emosi (dapat mengundang simpati, kemarahan, kebingungan dan lain-lain). 3. Transmisi informasi. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan dan diterima oleh individu. Tanpa bahasa, tidak mungkin adanya pertukaran infomasi. Mulyana (2010), pesan non-verbal adalah semua isyarat yang bukan katakata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter komunikasi non-verbal mencakup semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; individu mengirim pesan non-verbal tanpa menyadari pesan tersebut bermakna bagi orang lain. Komunikasi non-verbal dapat terbentuk dari bahasa tubuh, intonasi, ekspresi wajah dan physical distance (jarak fisik) seperti jika lawan bicara berdiri dengan jarak yang dekat maka dapat diartikan bahwa ia tertarik dalam merespon perbincangan; jika berdiri dengan jarak yang cukup jauh mungkin itu sebuah tanda bahwa ia tidak tertarik dengan perbincangan yang sedang terjadi. Fungsi komunikasi non-verbal: 1. Perilaku non-verbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya dengan menganggukan kepala ketika individu berkata “Ya”. 2. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya dengan melambaikan tangan seraya dengan mengucapkan “Selamat jalan”. 25 3. Perilaku non-verbal dapat menggantikan perilaku verbal. Misalnya menunjuk suatu barang tanpa mengatakan sepatah kata apapun. 4. Perilaku non-verbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya seorang karyawan yang sering melihat jam tangannya saat mendekati jam pulang kantor, yang menunjukkan bahwa ia ingin segera pulang. 5. Perilaku non-verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya seorang bos melihat jam tangannya dua sampai tiga kali, padahal tadi ia mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan karyawannya. 2.2.7 Hambatan Komunikasi Menurut Suryanto (2015) dalam buku nya yang berjudul pengantar ilmu komunikasi, Menyatakan bahwa ada beberapa jenis hambatan komunis sebagai berikut: a. Fisik Meliputi kebisingan yang bersumber dari suara, seperti kebisingan lalulintas, music yang keras, badai atau angin, ombak, sensor atau gergaji mesin, mesin-mesin mobil di bengkel, hingga bau badan atau bau mulut. b. Jarak Anda tidak bebas berkomunikasi dengan seseorang karena dipisahkan oleh sebuah meja besar di depan anda. c. Psikologis Semua jenis gangguan yang bersumber dari faktor-faktor psikologis, seperti self-awareness, self-perception, persepsi, motivasi, hambatan mental yang menganggu kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. d. Sosiologis Hambatan-hambatan status sosial, stratifikasi sosial, kedudukan atau peran yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan. Faktorfaktor ini mengurangi tingkat kebebasan berkomunikasi. 26 e. Antropologis Melalui hambatan kultural, seperti perbedaan latar belakang budaya, kebiasaan, adat-istiadat, dll antara pengirim dan penerima yang mempengaruhi komunikasi. f. Hambatan Fisiologis Hambatan yang mencakup semua aspek fisik yang dapat mengganggu komunikasi. e. Semantik Hambatan yang muncul dalam kata-kata yang dapat mengganggu perhatian pengirim dan penerima terhadap pesan (Orbe an Bruess, 2005). Contoh, perbedaan Bahasa atau konsep terhadap pesan antara pengirim dan penerima. 2.2.8 Persepsi Soial Menurut Deddy Mulyana (2007) dalam buku nya yang berjudul Ilmu Komunikasi, menyatakan bahwa Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objekobjek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi sosial ini adalah sebagai berikut. a. Persepsi Berdasarkan Pengalaman Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadapat seseorang, objek, atau, kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. b. Persepsi Bersifat Selektif Terdapat faktor internal yang mempengaruhi atensi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal: faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), dan juga terdapat faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, 27 lelah, penglhatan atau pendengaran kurang sempurna, cacat tubuh). Semakin besar perbedaan aspek-aspek tersebut secara antarindividu, semakin besar perbedaan persepsi mereka mengenai realitas. c. Persepsi Bersifat Dugaan Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang mana pun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat pengindraan itu. Dengan demikian, persepsi adalah proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah makna lebih umum. d. Persepsi Bersifat Konteksual Dari semua pengaruh dalam persepsi, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Melihat suatu objek atau suatu kejadian, konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur koognitif, pengharapan dan oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi atas suatu pesan, baik verbal ataupun nonverbal, dan tidak ada makna dari suatu hubungan yang dapat diperoleh tanpa menempatkan dalam suatu konteks dan mengkontruksikan suatu pola interaksi. Ketiadaan pola berarti ketiadaan makna atau berarti kebingungan karena terlalu banyak makna. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. 2.2.8.1 Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi Menurut Deddy Mulyana (2007) dalam buku nya yang berjudul Ilmu Komunikasi, menyatakan bahawa beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut : a. Kesalah Atribusi Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab prilaku orang lain. Dalam usaha mengetahi orang lain, dapat menggunakan beberapa sumberinformasi. Misalnya mengamati 28 penampilan fisik mereka. Faktor seperti usia, gaya pakaian, dan daya Tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. b. Efek Halo Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo Effects) merujuk pada fakta bahawa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Gagasangagasan yang dianggap biasa bahkan using bila dikemukakan oleh orang awam boleh jadi akan di anggap brilian atau kreatif bila hal itu dikemukakan oleh tokoh nasional, sehingga cepat diliput pers. c. Stereotip Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereo-typing), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keaanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategorikategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objekobjek berdasarkan kategori-kategori yang di anggap sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. d. Prasangka Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu kelompok, misalnya ketika Laura menemuka bahwa Wasif, lelaki yang baru ia jumpai seorang muslim, ia akan menstereotipkannyabila memandang nya semata-mata berdasarkan persepsinya atas kepercayaan muslim mengenai wanita alihalih berdasarkan perilaku individual Wasif. e. Gegar Budaya Menurut Kalvero Oberg gagar budaya (culture shock) ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan symbol- 29 simbol hubungan sosial. Lundestedt menyatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. 2.2.9 Kedisiplin Kerja Kedisiplinan merupakan fungsi operasional manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja pegawai, semakin baik kinerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan merupakan faktor yang utama yang diperlukan sebagai alat peringatan terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Sehingga seorang pegawai dikatakan memiliki disiplin yang baik jika pegawai tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Berikut adalah pengertian-pengertian disiplin kerja menurut para ahli diantaranya yaitu : Singodimenjo dalam Edy Sitrisno (2011) bahwa: “Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Veithzal Rivai (2011) menyatakan bahwa: “Disiplin kerja adalah suatu alat yang dipergunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian seorang dalam memenuhi segala peraturan perusahaan.” Dari beberapa pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap kesadaran,kerelaan dan kesedian seseorang dalam mematuji dan menaati peraturan dan norma-norma social yang berlaku di lingkungan sekitar. 30 2.2.6.1 Faktor Disiplin Kerja Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011) faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah: 1. Besar kecilnya pemberian kompensasi Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikannya bagi perusahaan. 2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan. Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya sendiri ucapan, perbuata, dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan. 3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan. Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pastiuntuk dapat dijadikan pegangan bersama. 4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan. Bila ada seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan pelanggaran yang dibuatnya. 5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. 31 6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu dengan yang lain. 7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang nendukung tegaknya disiplin. Singodimejo (2002), mengatakan disiplin adalah sikap kesedian dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperhambat pencapaian tujuan perusahaan. Disiplin sangat diperlukan baik individu yang bersangkutan maupun oleh organisasi. 2.2.6.2 Bentuk Disiplin Kerja Tindakan pendisiplinan kepada pegawai haruslah sama pemberlakuaanya. Disini tindakan disiplin berlaku bagi semua, tidak memilih, memilah dan memihak kepada siapapun yang melanggar akan dikenakan sanksi pendisiplinan yang sama termasuk bagi manajer atau pimpinan, karena pimpinan harus memberi contoh terhadap para bawahannya. Menurut Mangkunegara (2011) mengemukakan bahwa bentuk disiplin kerja yaitu: 1. Disiplin preventif Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. 2. Disiplin korektif Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai dalam suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. 3. Disiplin progresif Merupakan kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. 32 2.2.7 Kerangka Konsep Teori Komunikasi Kewenangan Komunikasi Komunikasi Internal Komunikasi Organisasi Komunikasi Vertikal Komunikasi Ke Bawah Komunikasi Ke Atas Komunikasi Verbal Dan Non-Verbal Hambatan Komunikasi Persepsi dan Kegagalan Persepsi Kedisiplinan Kerja Karyawan Gambar 2.2.7 Kerangka Konsep Sumber: diolah dari hasil penelitian 33