Uploaded by anasusanti823

Laporan 3 Pengukuran biotik ekosistem

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN FAKTOR BIOTIK EKOSISTEM
Dosen Pengampu:
Dr. Wiwi Wikanta, M.Kes.
Sitta Amaliah, S.Si, M.Si.
Oleh :
Rizki Handayani
20161113028
Agnes Anjani
20161113039
Ismy Tsaniyah
20161113042
Prili Eka Nur Syafitri
20161113034
Ahmad Fauzy
20161113038
Ellyyatus Suryaningsih
20161113046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
I.
II.
Judul
: Pengukuran Faktor Biotik Ekosistem
Dasar Teori
Menurut Setiowati, dkk., (2007) ekosistem merupakan hubungan timbal balik
antara suatu komunitas makhluk hidup (factor biotik) dan lingkungannya (factor
abiotik). Lingkungan biotik adalah keseluruhan organisme yang berpotensi
memengaruhi kehidupan organisme yang lain, sedangkan lingkungan abiotik adalah
keseluruhan unsur tak hidup baik bersifat fisika maupun kimia (fisika-kimia) yang
berpotensi mengenali kehidupan organisme tertentu (Ramlawati, dkk., 2017).
Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau
merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya. Dalam
ekosistem terdapat dua aspek penting yaitu energy dan siklus materi. Untuk
mendapatkan energy dan materi yang diperlukan untuk kehidupanya, semua
komunitas biotik bergantung pada lingkungan abiotic. Organisme produsen
memerlukan energy cahaya, osigen, air dan garam-garam mineral yang diambil dari
lingkungan abiotic (Latuconsina, 2019). Materi dan energy berasal dari lingkungan
abiotic akan kembali ke lingkungan abiotic. Dengan demikian, konsep ekosistem
menyangkut hubungan dalam suatu komunitas dan juga semua hubungan antara
komunitas dan lingkungan abiotiknya (Irwan dalam Latuconsina, 2019).
Ekosistem padang rumput adalah salah satu kelompok ekosistem daratan
(terestrial) yang terbentuk secara alami, mempunyai ciri khas seperti ditumbuhi
tumbuhan jenis rumput, memiliki curah hujan terbatas dan tidak merata diperkirakan
25-30 cm/tahun. Kondisi tersebut dikarenakan area padang rumput yang luas,
sehingga tumbuhan susah untuk mengambil dan mengelola air sehingga tanaman
pohon menjadi sulit tumbuh maupun berkembang. Komponen biotik merupakan suatu
komponen ekosistem berupa makhluk hidup yang tinggal dalam suatu ekosistem,
contohnya manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme lain termasuk komponen
biotik. Tiap komponen memiliki peranan masing-masing yang erat kaitannya dalam
pemenuhan kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan terjadinya keseimbangan
di dalam ekosistem. Di dalam ekosistem, komponen biotik memiliki peranan (relung)
dan tugas tertentu. Komponen biotik dalam ekosistem berdasarkan peranannya
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai produsen, konsumen, dan pengurai
(dekomposer).
III.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis organisme (tumbuhan dan hewan) pada ekosistem darat?
2. Bagaimana cara mengukur karakteristik struktur komunitas dalam suatu
ekosistem secara kualitatif dan kuantitatif (kepadatan, kerapatan, frekuensi,
dominansi) berdasarkan metode pengukuran tertentu?
IV.
Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis organisme (tumbuhan dan hewan) pada ekosistem
darat
2. Untuk mengukur karakteristik struktur komunitas dalam suatu ekosistem
secara kualitatif dan kuantitatif (kepadatan, kerapatan, frekuensi, dominansi)
berdasarkan metode pengukuran tertentu
V.
Hasil
a) Tabel 1. Data Faktor Abiotik Ekosistem
Hasil pengukuran pada kuadran /
plot keFaktor
No
Ekosistem
Iklim
3
1
2
Suhu
1
Padang
rumput
Kelembapan
Angin
Penguapan
40o C
42 o C
41 o C
70
76
73
61 cm/s
182 cm/s
61,6 cm/s
6,7
6,7
6,4
b) Table 2. Hasil Pengamatan Biotik Ekosistem
No
Nama jenis / spesies organisme
Jumlah individu
1
Rumput hijau
2
Rumput Kering
218
3
Perdu kecil
14
1.909
c) Tabel 3. Hasil Pengamatan Vegetasi Ekosistem Padang Rumput
No Plota
Kuadran
I
II
III
IV
V
Nama Spesies
Jumlah Individu
Rumput hijau
365
Rumput kering
77
Perdu kecil
6
Rumput hijau
339
Rumput kering
50
Perdu kecil
3
Rumput hijau
493
Rumput kering
37
Perdu kecil
1
Rumput hijau
305
Rumput kering
28
Perdu kecil
3
Rumput hijau
407
Rumput kering
26
Perdu kecil
1
No
1
d) Table 4. Hasil Analisis Vegetasi
Nama
Spesies /
K
jenis
tumbuhan
Ζ© 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒
Rumput hijau
πΎπ‘Ÿ =
𝐾=
π‘™π‘’π‘Žπ‘  π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜
365 + 339 + 439 + 305 + 407
𝐾=
2M
K = 954,5
2
Rumput
Kering
𝐾=
Ζ© 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒
π‘™π‘’π‘Žπ‘  π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜
Perdu kecil
𝐾=
Ζ© 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒
π‘™π‘’π‘Žπ‘  π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜
6+3+1+3+1
𝐾=
2M
K=7
Total
Ζ© 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒
Ʃ𝐾
F
x 100%
1.909
𝑋 100%
1.070,5
Kr = 178,3%
πΎπ‘Ÿ =
Ζ© 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒
Ʃ𝐾
x 100%
πΎπ‘Ÿ
77 + 50 + 37 + 28 + 26
109
𝐾=
=
𝑋 100%
2M
1.070,5
K = 109
3
πΎπ‘Ÿ =
Kr*
Ζ© K = 1.070,5
Kr = 10,1%
πΎπ‘Ÿ =
Ζ© 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒
Ʃ𝐾
x 100%
πΎπ‘Ÿ
=
7
𝑋 100%
1.070,5
Kr = 0,65%
Ζ©Kr = 189,05%
INP
Fr*
𝐹
Fr
π½π‘šπ‘™ π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘šπ‘’π‘˜π‘Žπ‘›π‘›π‘¦π‘Ž 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
=
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘™π‘Ÿβ„Ž π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘–π‘›π‘”
25
𝐹=
25
F=1
πΉπ‘Ÿπ‘’π‘˜π‘’π‘’π‘›π‘ π‘– 𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
=
π‘₯ 100%
Ζ©F
𝐹
Fr
π½π‘šπ‘™ π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘šπ‘’π‘˜π‘Žπ‘›π‘›π‘¦π‘Ž 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
=
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘™π‘Ÿβ„Ž π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘–π‘›π‘”
25
𝐹=
25
F=1
πΉπ‘Ÿπ‘’π‘˜π‘’π‘’π‘›π‘ π‘– 𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
=
π‘₯ 100%
Ζ©F
𝐹
Fr
π½π‘šπ‘™ π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘šπ‘’π‘˜π‘Žπ‘›π‘›π‘¦π‘Ž 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
=
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘™π‘Ÿβ„Ž π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘–π‘›π‘”
10
𝐹=
25
F = 0,4
πΉπ‘Ÿπ‘’π‘˜π‘’π‘’π‘›π‘ π‘– 𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
=
π‘₯ 100%
Ζ©F
Ζ©F = 2,4
Ζ©Fr = 84,16 %
1
π‘₯ 100%
2,4
Fr = 41,6%
Fr =
1
π‘₯ 100%
2,4
Fr = 41,6%
Fr =
0,4
π‘₯ 100%
2,4
Fr = 0,96%
Fr =
INP = Kr + Fr
INP = 178,3%+
41,6%
INP = 219,9%
INP = Kr + Fr
INP = 10,1 +
41,6%
INP = 51,7%
INP = Kr + Fr
INP = 0,65% +
0,4%
INP = 1,05%
e) Table 5. Hasil Analisis Flora
No
Kuadran
/ plot
Total
jumlah
spesies
Tumbuhan
E
H’
H’= - Ζ© (Pi x ln Pi)
H’= − ∑ (
1
I
𝐸=
365
448
ln
365
77
448
448
)+ (
ln
77
)+ (
448
6
448
ln
6
)
448
448
𝐸=
H’= -Ζ© (- 0,166) + (-0,302) + (-0,039) + (-0,057)
2
II
0,525
ln 3
E = 0,229
H’= 0,525
𝐻′ = − ∑ (
𝐻′
ln 𝑆
339
ln
392
339
)+ (
392
50
ln
392
50
)+ (
392
3
ln
392
3
)
392
392
𝐻 ′ = − Ζ© (−0,082) + (−0,262) + (−0,037)
𝐻′
ln 𝑆
0,381
𝐸=
ln 3
𝐸=
E = 0,346
′
H = 0,381
𝐻′ = − ∑ (
3
III
531
493
ln
531
493
)+ (
531
37
ln
531
′
37
)+ (
531
𝐻 = − Ζ© (−0,185) + (−0,262) + (−0,011)
H ′ = 0,458
1
ln
531
1
)
351
𝐸=
𝐸=
𝐻′
ln 𝑆
0,458
ln 3
E = 0,416
𝐻′ = − ∑ (
4
IV
336
305
ln
336
305
)+ (
336
28
ln
336
28
)+ (
336
3
ln
336
3
)
336
𝐸=
′
𝐻 = − Ζ© (−0,087) + (−0,207) + (−0,042)
H ′ = 0,336
𝐻′ = − ∑ (
5
V
434
407
ln
434
407
)+ (
434
26
ln
434
′
𝐻′
ln 𝑆
0,336
ln 3
E = 0,305
26
)+ (
434
𝐻 = − Ζ© (−0,060) + (−0,168) + (−0,013)
H ′ = 0,241
𝐸=
1
ln
434
1
)
434
𝐸=
𝐸=
𝐻′
ln 𝑆
0,241
ln 3
E = 0,219
VI.
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran factor abiotic ekosistem padang
rumput didapatkan data factor iklim yaitu, suhu, kelembapan angin dan penguapan
yang masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan. Pada suhu diperoleh hasil secara
berurutan adalah 41o C, 42o C dan 41o C diperoleh rata-rata 41,33o C. Pada
kelembapan setelah 3 kali pengulangan didapatkan hasil berturut-turut 70, 76 dan 73
sehingga didapatkan rata-rata yaitu 73. Pada penguapan setelah dilakukan 3 kali
pengulangan didapatkan hasil secara berurutan 6,7, 6,7 dan 6,4 diperoleh rata-rata
19,8.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa suhu pada padang rumput
dapat dikatakan tinggi. Hal tersebut dikarenakan cahaya matahari bebas masuk ke
padang rumput tersebut, tidak ada pepohonan yang menghalangi intensitas cahaya
yang mengenai padang rumput dan ditambah lagi dengan waktu pengamatan adalah
siang hari yang mana intensitas cahaya matahari sedang pada tahap maksimum
sehingga menyebabkan suhu tinggi. Pada kelembapan, udara panas umumnya banyak
mengandung uap air daripada udara dingin. Tejadinya penguapan air dari permukaan
tanah dan tumbuhan akibat meningkatnya suhu pada area terbuka menyebabkan
terjadinya peningkatan kandungan uap air di udara, sehingga kelembaban udaranya
tinggi.
Kecepatan angin setelah 3 kali pengulangan didapatkan hasil 61 cm/s, 182
cm/s dan 61,6 cm/s. Factor yang menyebabkan adanya gerakan massa udara adalah
adanya perbedaan tekanan udara dari satu tempat ke tempat yang lain merupakan hasil
dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-tempat
yang berada dipermukaan bumi. Pada data penguapan didapatkan hasil 6,7 pada
pengulangan pertama dan kedua sedangkan pada pengulangan ketiga didapatkan 6,4.
Pada tempat terbuka seperti padang rumput akan langsung terkena sinar matahari
tanpa ada sesuatu yang menghalangi sehingga penguapannya pun juga tinggi.
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran factor biotik ekosistem padang
rumput didapatkan hasil terdapat banyak organisme (hewan dan tumbuhan) pada
ekosistem padang rumput tersebut. Organisme hewan yang dapat dijumpai pada
padang rumput di ketiga kuadran adalah kumbang (Coleoptera) sebanyak 58 ekor,
semut (Formicidae) sebanyak 143 ekor, belalang (Caelifera) sebanyak 19 ekor, labalaba (Araneae) sebanyak 9 ekor, kelabang (Scolopendra) sebanyak 2 ekor, lalat
(Diptera) sebanyak 2 ekor, kutu daun (Aphidoidea) sebanyak 3 ekor dan tawon
(Vespa affinis) sebanyak 1 ekor. Selain dijumpai beberapa jenis hewan, juga dijumpai
beberapa spesies tumbuhan pada ketiga kuadran yaitu rumput sebanyak 2275, bunga
sebanyak 85, tumbuhan A sebanyak 44 dan tumbuhan B sebanyak 10.
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan
serta peranannya dalam komunitas. Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu
cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.
Untuk mengetahui jenis vegetasi yang dominan di suatu lokasi dapat dilihat dengan
mengetahui nilai tertinggi INP. Pada tahap analisis vegetasi (tumbuhan) dihitung INP
pada rumput diperoleh hasil INP = 125,15%, INP bunga sebesar 27,27%, INP
tumbuhan A sebesar 24,79% dan INP tumbuhan B sebesar 22,74%. Perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa rumput merupakan jenis vegetasi yang dominan pada
padang rumput yang diamati dalam praktikum.
Beragamnya nilai INP ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan tempat
tumbuh seperti kelembaban, suhu dan tidak mampu atau kalah berkompetisi, seperti
perebutan akan zat hara, sinar matahari dan ruang tumbuh dengan jenis-jenis lainnya
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan. Menurut Odum (1971) jenis yang dominan
mempunyai produktivitas yang besar. Keberadaan jenis dominan pada lokasi
penelitian menjadi suatu indicator bahwa komunitas tersebut berada pada habitat yang
sesuai dan mendukung pertumbuhannya.
Pada tahap analisis vegetasi flora dihitung tingkat keanekaragaman dan
keseragaman. Pada kuadran I tingkat keanekaragaman setelah dihitung menggunakan
perhitungan Shanon Wiener diperoleh sebesar 0,161, hal ini menunjukkan bahwa
tingkat keanekaragaman pada kuadran I kecil sedangkan keseragaman pada kuadran I
diperoleh hasil 0,116 yang menunjukkan bahwa keadaan keanekaragaman berada
pada kategori buruk. Pada kuadran II tingkat keanekaragamannya 0,315 yang artinya
menunjukkan bahwa tingakt keanekaragaman pada kuadran I berada pada kategori
kecil sedangkan tingkat keseragamannya diperoleh 0,346 yang artinya keseragaman
berada pada kategori buruk. Pada kuadran III keanekaragaman tumbuhan diperoleh
nilai 0,188 yang artinya keanekaragamannya kecil sedangkan keseragamannya
diperoleh hasil 0,13 yang artinya keseragaman tumbuhan berada pada kategori buruk.
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk mengukur stablitas
ekosistem, yaitu kemampuan untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada
gangguan terhadap komponen-komponennya. Keanekaragaman spesies yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu ekosistem memiliki kompleksitas tinggi, karena interaksi
spesies yang terjadi dalam ekosistem itu sangat tinggi. Suatu komunitas dikatakan
memiliki keanekaragaman tinggi, apabila disusun oleh banyak spesies. Berdasarkan
hasil perhitungan keanekaragaman dan keseragaman pada vegetasi tumbuhan dapat
diketahui bahwa masing-masing masih dalam tingkat rendah atau kecil, hal tersebut
menunjukkan bahwa pada ekosistem padang rumput tersebut memiliki kompleksitas
rendah karena interaksi spesies yang terjadi di dalamnya rendah.
Pada tahap analisis animal vegetasi dihitung tingkat keanekaragaman dan
keseragaman. Pada kuadran I tingkat keanekaragamannya setelah dihitung
menggunakan perhitungan Shanon Wiener diperoleh sebesar 1,384 yang mana angka
ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman hewan di kuadran I adalah rendah.
Sedangkan keseragaman setelah dihitung diperoleh hasil sebesar 0,666 yang artinya
bahwa kategori keseragaman dalam kuadran I adalah buruk.
Pada kuadran II tingkat keanekaragaman setelah dihitung diperoleh hasil 0,693
yang artinya bahwa keanekaragaman hewan pada kuadran II tersebut kecil atau
rendah sedangkan tingkat keseragamannya setelah dihitung diperoleh jumlah 0,999
yang artinya tingkat keseragaman hewan hewan tersebut buruk. Pada kuadran III
keanekaragaman hewan setelah dihitung diperoleh hasil 0,366 yang artinya tingkat
keanekaragaman pada kuadran tersebut rendah atau kecil sedangkan tingkat
keseragamannya diperoleh 0,53 yang artinya buruk.
Berdasarkan hasil analisis animal vegetasi diperoleh hasil keanekaragaman
dan keseragaman pada kuadran I, II dan III rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
padang rumput memiliki kompleksitas yang rendah. Jumlah keanekaragaman spesies
tidak banyak yang ditemukan dikarenakan daya dukung pada ekosistem padang
rumput tidak memungkinkan lebih banyak hewan yang bisa hidup. Seperti diketahui
bahwa factor biotik tidak akan lepas dari factor abiotiknya, jadi factor abiotic dalam
ekosistem padang rumput juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
suatu spesies baik tumbuhan maupun hewan.
VII.
Diskusi
1. Kelompokkan organisme yang diperoleh dari table hasil pengamatan di atas ke
dalam kelompok produsen, konsumen dan pengurai! Buatlah grafik batang
dari masing-masing kelompok organisme tersebut!
Jawab:
Grafik 1. INP Vegetasi Flora (Tumbuhan)
Indeks Nilai Penting
140,00%
120,00%
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Rumput
Bunga
Tumbuhan A
Indeks Nilai Penting
Tumbuhan B
Grafik 2. Keanekaragaman dan Keseragaman Kelompok Konsumen
Konsumen
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Nilai Keanekaragaman
Nilai Keseragaman
Grafik 3. Keanekaragaman dan Keseragaman Kelompok Produsen
Produsen
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Keaneragaman
keseragaman
Kuadran 1
0,161
0,116
Kuadran 2
0,315
0,346
Kuadran 3
0,188
0,13
2. Gambar bagan rantai dan jaring-jaring makanan, tingkat trofik factor biotik
ekosistem tersebut dan tunjukkan aliran energinya!
Jawab:
Rumput
Belalang
Semut
Tumbuhan A
Tumbuhan B
Karangan
bunga
Kutu
rumput
Kelabang
Tawon
Laba-laba
Kumbang
3. Apa yang dimaksud dengan istilah kepadatan/ kerapatan/ density/ kelimpahan/
abundansi, frekuensi dan penutupan/ kerimbunan/ dominansi serta nilai
penting spesies dalam suatu komunitas?
Jawab:
a. Kepadatan / kerapatan/ density/ kelimpahan/ abundansi adalah ukuran
besarnya populasi dalam suatu ruang atau volume. Ukuran ini dipengaruhi
oleh factor internal dan eksternal. Pada factor internal contohnya seperti
terumbu karang rusak padahal terumbu karang adalah rumah bagi
anemone, ketika terumbu karang rusak anemone akan pindah atau mati
sehingga kerapatan pada habitat tersebut akan berkurang ukurannya dan
sebaliknya.
b. Frekuensi adalah ukuran dari regularitas terdapatnya suatu spesies
frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu
spesies, apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini
menunjukkan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan
tersebut.
c. Penutupan / kerimbunan/ dominansi adalah proporsi antara luas tempat
yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi
dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas
bidang dasar.
d. Nilai penting spesies dalam suatu komunitas adalah parameter kuantitatif
yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies
dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam
suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi,
sehingga spesies yang paling dominan tentu saja memiliki indeks nilai
penting yang paling besar.
4. Jelaskan bagaimana dukungan factor abiotic terhadap factor biotik pada
ekosistem tersebut!
Jawab:
Tiap komponen memiliki peranan masing-masing yang erat kaitannya dalam
pemenuhan kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan terjadinya
keseimbangan di dalam ekosistem padang rumput yang kami amati. Factor
abiotic misalnya cahaya akan mendukung terjadinya proses fotosintesis pada
rumput (sebagai factor biotik) yang ada pada padang rumput tersebut sehingga
terjadi keseimbangan dalam ekosistem tersebut. Rumput akan bisa hidup
dengan dukungan dari factor abiotic seperti CO2, cahaya, air dan lainnya
sehingga ekosistem tersebut tetap dalam keadaan stabil.
5. Berdasarkan data di atas, hewan atau tumbuhan apa yang memiliki nilai K, F,
D dan INP tertinggi, dan sebaliknya? Mengapa?
Jawab:
Tumbuhan
Tertinggi
Terendah
Nilai K
Rumput
Nilai K
Tumbuhan B
Nilai F
Rumput
Nilai F
Bunga, Tumbuhan A
dan tumbuhan B
Nilai INP
Rumput
Nilai INP
Tumbuhan B
K rumput tertinggi karena kehidupan rumput di padang rumput didukung oleh
daya dukung lingkungan maupun dari factor abiotiknya sehingga rumput
tumbuh dalam ekosistem tersebut dalam jumlah yang besar. Frekuensi
penyebaran rumput dalam ekosistem tersebut paling banyak. Rumput memiliki
INP tertinggi yaitu sebesar 125,15% dikarenakan spesies rumput tersebut
memiliki pengaruh penting daripada tumbuhan lainnya dalam ekosistem
padang rumput tersebut.
6. Berdasarkan data di atas, apa kesimpulan yang dapat dirumuskan tentang
kondisi ekosistem tersebut?
Jawab:
Kondisi ekosistem padang rumput berdasarkan hasil praktikum bisa dikatakan
kurang stabil dikarenakan konsumen terbilang rendah dalam ekosistem padang
rumput tersebut hal ini berarti bahwa kebutuhan konsumen untuk hidup di
ekosistem tersebut tidak terpenuhi / daya dukung lingkungan tidak memenuhi
syarat untuk konsumen tetap bertahan hidup sehingga jumlah konsumen
menjadi rendah.
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat berbagai macam jenis organisme yang ditemukan pada ekosistem
padang rumput baik flora maupun faunanya misalnya belalang, lalat, tawon,
rumput, bunga dan lain-lain yang artinya bahwa ekosistem tersebut
mendukung hewan dan tumbuhan tersebut baik dari segi makanan maupun
dukungan dari factor abiotic untuk tetap hidup di ekosistem padang rumput.
2. Mengukur karakteristik struktur komunitas dalam ekosistem padang rumput
secara kuantitatif menggunakan rumus dari kerapatan dan frekuensi
didapatkan nilai untuk kerapatan dengan total 827,8 dan frekuensi 2,98.
DAFTAR PUSTAKA
Latuconsina, Husain. 2019. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber
Daya Hayati Perairan. Yogyakarta: Gajah Mada Uiversity press.
Setiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta Timur: Azka press.
Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Download