Uploaded by User43291

Fistula preaurikular

advertisement
Referat
FISTULA PREAURIKULAR
Oleh:
Rahmi Zagita Noerilita
NIM 1808436212
Pembimbing:
dr. Ariman Syukri, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2019
0
FISTULA PREAURIKULAR
I.
Definisi
Fistula preaurikular merupakan malformasi kongenital jinak pada jaringan
lunak preaurikular yang terjadi akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus
brakhialis pertama dan kedua dari hillocks of His. Fistula dapat ditemukan di
depan tragus yang pada keadaan tenang berbentuk bulat atau lonjong, dengan
ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari
kelenjar sebasea.1,2
II.
Anatomi
Secara garis besar, telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar dimulai dari daun telinga (aurikula/pinna),
meatus akustikus eksterna, hingga membran timpani bagian luar. Telinga tengah
meliputi kavum timpani yang di dalamnya terdapat ossikula auditorik. Telinga
dalam terdiri dari labirin koklea dan labirin vestibularis.3
Gambar 1. Potongan coronal telinga. Telinga terbagi menjadi 3 bagian yaitu: (1) telinga luar
terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksterna, (2) telinga tengah yang terdiri dari cavum
timpani dan ossikula auditorik, dan (3) telinga dalam yang terdiri dari labirin cochlear dan labirin
vestibular.3
1
Aurikula/pinna
Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan
dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian
luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan,
tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa.3
Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar.
Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian posterosuperiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin
tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut
antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks, dan
bagian di kedua krura ini disebut fossa triangularis. Di atas kedua krura ini
terdapat fossa skafa.3
Di depan antiheliks terdapat konka, yang terdiri atas dua bagian, yaitu simba
konka yang merupakan bagian antero-superior konka yang ditutupi oleh krus
helicis, dan kavum konka yang terletak di bawahnya berseberangan dengan konka
dan di bawah krus helicis terdapat tonjolan kecil berbentuk segi tiga tumpul yang
disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan terletak pada batas bawah antiheliks
disebut antitragus. Tragus dan antitragus dipisahkan oleh celah intertragus.
Lobulus merupakan bagian daun telinga yang terletak di bawah antiheliks yang
tidak mempunyai tulang rawan dan terdiri dari jaringan ikat dan jaringan lemak.
Di permukaan posterior daun telinga terdapat juga tonjolan dan cekungan yang
namanya sesuai dengan anatomi yang membentuknya, yaitu sulkus heliks, sulkus
krus helicis, fossa antiheliks, eminensia konka dan eminensia skafa.3
Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan fibrokartilago
elastik. Tulang rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian daun telinga
diantara krus helicis dan tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit dan
dihubungkan dengan struktur di sekitarnya oleh ligamentum dan otot-otot. Tulang
rawan daun telinga berhubungan dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian
yang disebut isthmus pada permukaan posterior dimana perlekatannya tidak
terlalu erat karena ada lapisan lemak subdermis yang tipis. Kulit daun telinga
ditutupi oleh rambut-rambut halus yang mempunyai kelenjar sebasea pada
akarnya. Kelenjar ini banyak terdapat di konka dan fossa skafa.3
2
Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan intrinsik.
Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang rawan daun telinga dan tulang
temporal. Ligamentum intrinsik berukuran kecil dan menghubungkan bagianbagian daun telinga satu sama lain.3
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari M. aurikularis anterior, M. aurikularis
superior dan M. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga
dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi
pada beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk
menggerakan daun telinganya ke atas dan ke bawah dengan menggerakkan otototot ini. Otot intrinsik terdiri dari M. heliksis mayor, M. heliksis minor, M.
tragikus, M. antitragus, M. obliqus aurikularis dan M. transversus aurikularis.
Otot-otot ini menghubungkan bagian-bagian daun telinga.3
Persarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus servikalis yaitu:
N. aurikularis magnus bersama dengan cabang kutaneus N. fasialis mempersarafi
permukaan anterior dan posterior. Nervus oksipitalis mempersarafi bagian atas
permukaan posterior daun telinga. Nervus aurikulotemporalis merupakan cabang
N. mandibularis memberikan persarafan daerah tragus, krus helicis dan bagian
atas heliks.3
Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan tertentu dapat
menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta
menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan dalam liang telinga, di
samping itu dapat mencegah air masuk ke dalam liang telinga.3
Gambar 2. Aurikula2
3
Meatus akustikus eksterna
Liang telinga yang sering disebut meatus, merupakan suatu struktur berbentuk
“S“ yang panjangnya kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga sampai
membran
timpani.
Oleh
karena
kedudukan
membran
timpani
miring
menyebabkan liang telinga bagian belakang atas lebih pendek kira-kira 6 mm dari
dinding anterior inferior. Bagian lateral liang telinga adalah tulang rawan yang
meluas kira-kira setengah panjang liang telinga. Bagian tulang rawan liang telinga
sedikit mengarah ke atas dan ke belakang dan bagian tulang sedikit ke bawah dan
ke depan. Penarikan daun telinga ke arah belakang atas luar, akan membuat liang
telinga cenderung lurus sehingga memungkinkan terlihatnya membran timpani
pada kebanyakan liang telinga. Dinding depan, dasar dan sebagian dinding
belakang dari liang telinga dibentuk oleh tulang rawan. Ujung sebelah dalam dari
jalur ini melekat erat dengan permukaan luar yang kasar dari bagian tulang liang
telinga. Bagian superior dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat yang
berlanjut dengan periosteum dari bagian tulang liang telinga.3
Liang telinga bagian tulang rawan sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat
adanya dua atau tiga celah tegak lurus dari santorini pada dinding tulang rawan.
Pada liang telinga bagian tulang ada bagian daerah cembung yang bervariasi dari
dinding anterior dan inferior tepat di medial persambungan antara bagian tulang
dan disebut isthmus. Sesudah isthmus, dasar liang telinga menurun tajam ke
bawah dan kemudian naik ke atas ke arah persambungan pinggir inferior anulus
timpanikus, membentuk lekukan yang disebut recensus tympanicus
inferior.
Sudut yang dibentuk dinding anterior dengan membran timpani juga memiliki
kepentingan klinis, dimana daerah ini dapat menjadi tempat penumpukan keratin
atau serumen yang nantinya dapat bertindak sebagai sumber infeksi. Hubungan
antara liang telinga dengan struktur sekelilingnnya juga mempunyai arti klinis
yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatan dengan
sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis.3
Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis.
Dehisensi pada liang telinga bagian tulang rawan (fissure of Santorini)
memungkinkan infeksi meluas dari liang telinga ke dalam parotis dan sebaliknya
pada ujung medial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk
4
lempengan tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal,
yang mana memisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior
liang telinga bagian tulang, di sebelah medial terpisah dari epitimpani oleh
lempengan tulang baji ke arah lateral suatu lempengan tulang yang lebih tebal
memisahkan liang telinga dari fossa kranii medial. Dinding posterior liang telinga
bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.3
Bentuk dari daun telinga dan liang telinga menyebabkan benda asing, serangga
dan air sulit memasuki liang telinga bagian tulang dan mencapai membran
timpani. Orifisium dan liang telinga yang kecil dari tumpang tindih antara tragus
dan antitragus merupakan garis pertahanan pertama terhadap kontaminasi dari
liang telinga dan trauma membran timpani. Garis pertahanan kedua dibentuk oleh
tumpukan massa serumen yang menolak air, yang mengisi sebagian liang telinga
bagian tulang rawan tepat di medial orifisium liang telinga. Garis pertahanan
ketiga yaitu bagian tulang rawan dan bagian tulang liang telinga, hal ini karena
dinding liang telinga yang cembung. Penyempitan ini membuat serumen
menumpuk atau benda asing sulit memasuki lumen liang telinga bagian tulang
dan membran timpani.3
III.
Embriologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus brakhial 1 dan
2 pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakhial adalah struktur mesoderm yang
dibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah
satu dengan lainnya oleh celah brakhial ektoderm ke arah luar dan oleh kantong
faringeal endoderm ke arah dalam. Arkus brakhial 1 dan 2 masing-masing
membentuk tiga tonjolan (hillocks); struktur ini disebut hillocks of His. Tiga
hillocks muncul dari tepi bawah arkus brakhial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus
brakhial kedua. Hillocks ini seharusnya bergabung selama beberapa minggu
kemudian pada masa embriogenesis.4-6
5
Gambar 3. Embriologi aurikula7
IV.
Etiopatogenesis
Fistula preaurikular terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus
brakhialis pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus
brakhialis tampak di permukaan janin. Setelah minggu ke enam, hyoid dan arkus
mandibular menyatu dan melintas di bawah kedudukan kanalis aurikularis
eksterna, lalu kemudian menutup. Daerah penyatuan terletak di leher pada regio
submandibular. Gangguan penutupan celah tersebut menyebabkan fistula
preaurikular kongenital, sehingga pada umumnya muara fistula terletak pada krus
helicis, sebagian yang lain meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut.
Fistula ini juga bisa terbuka ke atas pada dasar meatus akustikus eksternus dan di
bagian pinggir depan bawah dari M. sternokleidomastoideus pada daerah
belakang sudut rahang bawah.4-6
Fistula preaurikular biasanya sempit, panjangnya bervariasi (biasanya pendek)
dan salurannya biasanya kecil. Fistula preaurikular biasanya ditemukan pada
lateral, superior dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Pada
hampir semua kasus, salurannya terhubung ke perikondrium dari kartilago daun
telinga. Salurannya dapat mengarah ke kelenjar parotis.6
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi ini
adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31%),
Streptococcus viridians (15%), Peptococcus sp. (15%), dan Proteus sp. (8%).4
6
Epidemiologi
V.
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat sekitar
0.1-0,9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0,23%. Di Taiwan,
insidensinya sekitar 1,6-2,5%; di Skotlandia sekitar 0,06% dan di Hungaria sekitar
0,47%. Di beberapa bagian Asia dan Afrika, insidensinya sekitar 4-10%. Insidensi
fistula preaurikular pada orang kulit putih adalah 0-0,6% dan insidensinya pada
ras Amerika, Afrika dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupun perempuan
memiliki kemungkinan yang sama untuk menderita kelainan ini. Fistula
preaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat pada saat lahir.5
VI.
Klasifikasi
Congdon et. al8 mengklasifikasikan fistula preaurikular berdasarkan letak
muara fistula sebagai berikut:
a. Preauricular type
b. Marginal helicine type
c. Crural type
d. Posterior helicine type
e. Post auricular type
f. Helicon-lobular type
g. Central lobular type
Gambar 4. Klasifikasi fistula preaurikular8
7
VII.
Manifestasi klinik
Kelainan ini biasanya asimtomatik. Penderita dengan fistula preaurikular
kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi
fistel ini, baik infeksi yang pertama atau pun infeksi yang berulang dengan
keluhan-keluhan rasa sakit dan bengkak di depan telinga serta demam. Penyebab
infeksi tersering adalah manipulasi penderita terhadap muara fistula karena
timbulnya rasa gatal atau keluarnya sekret. Sekret yang tidak dapat dikeluarkan
juga merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri sehingga akan
timbul suatu infeksi dan selanjutnya menjadi abses. Dapat pula terjadi pioderma
atau selulitis fasial.2,4-6
Gambar 5. Fistula preaurikular terinfeksi6
VIII. Diagnosis
Anamnesis
Kebanyakan orang dengan kelainan ini biasanya asimtomatik. Hanya sepertiga
orang menyadari adanya kelainan ini. Dalam sebuah studi terhadap 31 pasien,
suatu lesi menjadi jelas, sekitar 9,2 tahun (rata-rata) sebelum mereka mencari
pertolongan medis.5
Beberapa pasien fistula preaurikular datang dengan drainase kronik yang
intermitten berupa material purulen dari tempatnya yang terbuka. Drainase fistula
8
ini menjadi mudah mengalami infeksi. Sekali mengalami infeksi, fistula ini sering
berkembang menjadi eksaserbasi akut yang rekuren. Pasien mungkin datang
dengan selulitis fasial atau ulserasi yang berlokasi pada bagian depan telinga.
Ulserasi ini sering diobati tanpa mengetahui sumber primernya dan fistula
preaurikular menjadi tidak tertangani. Perkembangan dari adanya infeksi, lesinya
mungkin dapat berkembang menjadi jaringan skar.4,5
Pemeriksaan fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil dekat tepi
anterior heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang aktif
dapat ditemukan adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai pengeluaran
sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa jaringan parut (scar). Pada
pemeriksaan fisik dapat pula ditemukan fistula branchiogenik dan atau penurunan
pendengaran.5
Choi et al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula
preaurikular dapat terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area
postaurikula memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi
(0%) daripada area preaurikular (2.2%).5
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus yang berasal
dari fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan untuk mengetahui jenis
mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat diberikan
terapi antibiotik yang sesuai.5
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari saluran
fistula. Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh mana saluran
fistula ini. Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara saluran fistula dengan arteri temporal superfsial, krus anterior
heliks, dan tragus.5
9
Gambaran histologi
Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari struktur tubular
yang sederhana atau gambaran melingkar yang memiliki dinding yang tipis dan
berkilau, atau putih dan menebal. Saluran fistula dapat melingkar atau dapat
berliku-liku, dan lumennya berisi debris. Fistula preaurikular sering penuh dengan
keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar. Secara mikroskopis, duktus dari
fistula dikelilingi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung banyak kista di
sepanjang salurannya. Jaringan ikat yang mengelilingi duktus dapat mengandung
folikel rambut; kelenjar sebasea dan kelenjar keringat; dan jaringan inflamasi,
diantaranya limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear.4,5
IX.
Diagnosis banding
Diagnosis banding dari fistula preaurikular adalah:
1) Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel pluripotensial pada
lapisan basal dari epidermis atau folikel. Faktor resiko yang paling sering
menyebabkan basal sel karsinoma adalah paparan sinar matahari. Daerah
Predileksi pada daerah kepala dan leher. Gambaran lesi biasanya muncul sebagai
papul berwarna merah atau pink yang perlahan membesar.9
Gambar 6. Papul berwarna merah muda translusen disertai telangiektasis dan erosi krusta.9
2) Kista inklusi epidermal
Kista inklusi epidermal adalah kista kutaneus yang paling sering terjadi. Kista
ini dapat terjadi di badan, dan paling sering terjadi di wajah, kepala, leher, dan
punggung. Kista inklusi epidermal berasal dari proliferasi dari sel epidermal.
10
Gambaran umum kista inklusi epidermal berupa benjolan berwarna kekuningan,
berbentuk nodul dengan berbagai ukuran. Dan memiliki pori di bagian
sentralnya.10
Gambar 7. Kista epidermoid yang besar dengan punctum prominen.10
3) First branchial cleft cyst
First branchial cleft cyst harus dibedakan dari fistula preaurikular, dimana
kelainan ini lebih sering berhubungan dengan meatus akustikus eksterna,
membran timpani atau angulus mandibularis.11
4) Trauma12
5) Massa kelenjar parotis13
X.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan kecuali
pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan
muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin.
Pada kasus dengan infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres
hangat.4-6
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan
salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya
mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan disebabkan oleh
adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk menentukan luas keseluruhan
saluran tersebut. Selama eksisi pembedahan, harus diingat bahwa salurannya
dapat berkelok-kelok dengan cabang-cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai
ke periosteum dari tulang temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-
11
cabang dari salurannya harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang.
Pengangkatan yang tidak lengkap menimbulkan sinus yang mengeluarkan cairan
sehingga membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan lebih radikal. Untuk
membantu pembedahan dapat disuntikkan larutan methylen blue ke dalam saluran
sebelum operasi sehingga jaringan yang berwarna bisa digunakan sebagai
petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus diketahui bahwa zat warna tersebut
mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang lebih kecil sehingga
diperlukan ketelitian selama diseksi untuk mencari saluran-saluran kecil yang
tidak terwarnai. 4-6,10,13
Gambar 8. Eksisi fistula preaurikular.6
Cara lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat
kontras ke dalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologik. Pada
pemeriksaan fistulografi tidak dapat menggambarkan jalur traktus yang
sebenarnya karena infeksi yang berulang menimbulkan tersumbatnya traktus oleh
jaringan fibrosis. Pembedahan dilakukan apabila inflamasi sudah membaik.4
Sewaktu pembedahan, eksisi komplit harus diingat bahwa bahaya terkenanya
kelenjar parotis atau nervus fasialis. Keduanya harus benar-benar diidentifikasi.
Pada beberapa penderita kelainan ini, salurannya dapat berjalan di medial atau
lateral dari nervus fasialis, oleh karena itu nervus fasialis harus dikenali pada
12
waktu diseksi. Atau juga salurannya sering berjalan di antara cabang nervus
fasialis dan harus dieksplorasi dengan sangat hati-hati sewaktu pembedahan.
Sebelum melakukan pembedahan, sangat penting untuk mengetahui letak anatomi
perjalanan
nervus
fasialis,
terutama
setelah
keluar
dari
foramen
stilomastoideus.4,13
Gambar 9. Eksisi fistula preaurikular.14
13
XI.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada fistula preaurikular adalah :4,5
1) Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan
abses.
2) Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian yang jauh dari tempat yang
terbuka.
3) Kekambuhan post operasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi saluran
fistula.
Beberapa faktor yang berkontribusi untuk terjadinya kekambuhan setelah
operasi adalah usaha pengangkatan sebelumnya pada saat dioperasi, operasi
dengan menggunakan anestesi lokal, pengangkatan yang tidak sempurna dari
saluran fistula, infeksi yang aktif pada saat operasi, drainase abses sebelum
operasi, kurangnya gambaran yang jelas dari traktus ketika dilakukan operasi,
kegagalan mengangkat kartilago aurikula pada dasar fistula atau kegagalan untuk
mengidentifikasi nervus fasialis karena letaknya yang dekat dengan fistula.4
XII.
Prognosis
Fistula preaurikular umumnya memiliki prognosis yang baik. Jika fistula
preaurikular ini ditangani dengan tepat, maka hasilnya akan memuaskan dan kecil
kemungkinan untuk residif.12
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Chami RG, Apesos J. Treatment of asymptomatic preauricular sinuses:
challenging conventional wisdom. Ann Plast Surg. 1989;23:406-11.
2. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga,
hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai penerbit FK
UI; 2012. h. 50.
3. Voll M, Wesker K. Ear and vestibular apparatus. Dalam: Voll M, Wesker K.
Atlas of anatomy head and neuroanatomy. Stutgart: Thieme publishing
group; 2007. h. 140-3.
4. Mardhiah A. Fistula preaurikular kongenital. Majalah Kedokteran Nusantara.
2005 Desember. [diakses tanggal 16 Desember 2019]. Tersedia di:
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15598/1/mkn-des2005%20%2810%29.pdf.
5. Scheinfeld NS. Preauricular Sinuses. 2010. [diakses tanggal 16 Desember
2019].
Tersedia
di:
https://emedicine.medscape.com/article/1118768-
overview.
6. Weerda H. Abnormalities. Dalam: Weerda H. Surgery of the auricle.
Stutgart: Thieme publishing group; 2007. h. 106-17.
7. Ozeki H. Development of the auricle and external auditory canal. Adv
Otorhinolaryngol. 2014;75:30-5.
8. Congdon ED, Rowhanavongse S, Vara-Misara P. Human congenital
auricular and juta-auricular fossae, sinuses and scars (including the so-called
aural and auricular fistulae) and the bearing of their anatomy upon the
theories of their genesis. Am J Anat. 1932;51:439-63.
9. Ramsey ML. Basal Cell Carcinoma. 2010. [diakses tanggal 17 Desember
2019].
Tersedia
di:
https://emedicine.medscape.com/article/1100003-
overview.
10. Hanson LJ. Epidermal Inclusion Cyst. 2010. [diakses tanggal 17 Desember
2019].
Tersedia
di:
https://emedicine.medscape.com/article/1061582-
overview.
15
11. Currie AR, King WWK, Vlantis AC, Li AKC. Pitfalls in the management of
preauricular sinuses. Br J Surg. 1996;83:1722-4.
12. Ostrower S. Preauricular cysts, pits and fissures. 2018. [diakses tanggal 18
Desember
2019].
Tersedia
di:
https://emedicine.medscape.com/article/845288-overview.
13. Bluestone CD, Rosenfeld RM. Preauricular pit or fistula. Dalam: Bluestone
CD, Rosenfeld RM. Surgical atlas of pediatric otolaryngology. Ontario: BC
decker Inc; 2002. h. 502-3.
14. Bozan N, Sakin YF, Gozen A, Ferhat Bozkus. The preauricular sinus/cyst: a
case report. 2016;23:353-4.
16
Download