LP Fistula Ani oleh: Liana Sriulina Br Sinulingga FISTULA ANI A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS 1. DEFENISI Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil yang memanjang dari anus sampai bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses sampai anus atau daerah perianal. Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina . !ada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar na nah ataupun kotoran saat buang air besar (http:""###.medistra.com"inde$.php Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur %& ' & tahun, berkisar )*+ kasus tiap )&.&&& orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula . Sekitar & 2. ETIOLOGI pasien dengan ab ses akan terbentuk fistula. -ayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular . elenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. /ia#ali kelenjaranus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. 0bses ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di garis kripte. etidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut akan mengakibatkan proses peradangan yang meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula. Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus, seperti pada 1rritable Bo#el Syndrome (1BS , diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, 213*01/S, dan infeksi lain pada daerah ano*rektal. 3. MANIFESTASI KLINIK !asien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu : ertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk. atau nanah dari lubang fistula. us di kulit di sekitar lubang fistula. nus dan lubang fistula. ssa fluktuan bila masih berbentuk abses. anda tanda umum infeksi. !ada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih e$ternal opening atau teraba fistula di ba#ah permukaan. !ada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening. 4. ANATOMI FISIOLOGI 6sus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 7 kaki (sekitar ),7 m yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. /iameter usus besar sudah pasti lebih besar dari pada usus kecil. 6sus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. !ada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. sekum. atup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke olon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. 8empat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut*turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. olon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian ba#ah membelok ke kiri #aktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, yang menjelaskan alasan anatomis meletakkan penderita pada sisi kiri bila diberi enema. Bagian usus besar besar yang terakhir dinamakan rektum yang terbentang dari kolon sigmoid sampai anus (muara ke bagian luar tubuh . Satu inci terakhir dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. !anjang rektum dan kanalis ani sekitar 7,9 inci ()7 cm . 6sus besar dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang diterima. 0rteria mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum , dan arteria mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri ( sepertiga distal kolon transversum, ascendens dan sigmoid, dan sebagian proksimal rektum . Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis. 0lir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior dan ve na hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. !ersarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter eksterna yang berada diba#ah kontrol voluntar. 6sus besar mempunyai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. olon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. /efekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sfingter eksterna berada di ba#ah kontrol voluntar. /efekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot*otot sfingter eksterna dan levator ani. /inding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi akan menghilang. ektum dan anus merupakan lokasi dari penyakit*penyakit yang sering ditemukan pada manusia. /aerah anorektal sering merupakan tempat abses dan fistula. anker kolon dan rektum merupakan kanker saluran cerna yang paling sering terjadi. 5. PATOFISIOLOGI 2ipotesis yang paling jelas adalah kriptoglandular, yang menjelaskan bah#a fistula ani merupakan abses anorektal tahap akhir yang telah terdrainase dan membentuk traktus. analis anal mempunyai ;*) kelenjar kecil yang terproyeksi melalui sfingter internal dan mengalir menuju kripta pada linea dentata. elenjar dapat terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu, terperangkap juga feces dan bakteri dalam kelenjar. !enyumbatan ini juga dapat terjadi setelah trauma, pengeluaran feces yang keras, atau proses inflamasi. 0pabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal, maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingterik. 0bses lama kelamaan akan menghasilkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula, dimana fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rektum, dan lobang lain di perineum di kulit perianal. fistula: a. 1ntersphinteric fistula Bera#al dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus. b. 8ransphinteric fistula Bera#al dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna, kemudian mele#ati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu atau dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf <6= dalam tubuh, dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe c. Suprasphinteric fistula Bera#al dari ruangan diantara muskulus sfingter eksterna dan interna yang membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan muskulus levator ani lalu muncul satu atau dua inchi di luar anus. d. >kstrasphinteric fistula Bera#al dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke ba#ah, mele#ati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau ?rohn=s /isease. . PENATALAKSANAAN PENGO!ATAN MEDIK 8erapi onservatif -edikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren. 8erapi pembedahan: a. Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. /ianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi. b. Fistulektomi: @aringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. 8erapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka. c. Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. 8erdapat dua macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphinctersecara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan. d. 0dvancement Flap" -enutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidakterlalu besar. e. Fibrin 5lue" -enyuntikkan perekat khusus (0nal Fistula !lug"0F! ke dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. !enggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya ); . !asca Aperasi !ada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. 4amun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan ra#at inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama se#aktu buang air besar. !era#atan luka pasca operasi meliputi sit bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik , dan penggantian balutan secara rutin. Abat obatan yang diberikan untuk ra#at jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. 0ktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. !asien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. !asien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama*lama. #. PEMERIKSAAN PENUNJANG • Fistulografi, yaitu memasukkan alat ke dalam lubang"fistel untuk mengetahui keadaan luka. • !emeriksaan harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk menentukan adanya penyakit di rektum seperti karsinoma atau proktitis tbc, amuba, atau morbus ?rohn. • Fistulografi: 1njeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran C*ray oblik untuk melihat jalur fistula. • 6ltrasound endoanal " endorektal: -enggunakan transduser D atau )& -2 ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. 8ransduser #ater*filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter. • - 1: - 1 dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki rekurensi. ?8* Scan: ?8 Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau • irritable bo#el syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. !ada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal. Barium >nema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus. • 0nal -anometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien • tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani. $. KOMPLIKASI omplikasi dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda. omplikasi yang dapat langsung terjadi antara lain: • !erdarahan • 1mpaksi fecal • 2emorrhoid omplikasi yang tertunda antara lain adalah: • 1nkontinensia -unculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter yang terpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti letak tinggi dan letak posterior. /rainase dari pemanjangan secara tidak sengaja dapat merusak saraf*saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak. 0pabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidak rapat menutup, yang mengakibatkan bocornya gas dan feces. isiko ini juga meningkat seiring menua dan pada #anita. • 8erjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. >pitelisasi dari bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab persistennya fistula. isiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada #anita. • Stenosis kanalis !roses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal. !enyembuhan luka yang lambat. !enyembuhan luka membutuhkan #aktu kurang lebih )% minggu, kecuali ada penyakit lain yang menyertai (seperti penyakit ?rohn . %. PROGNOSIS !rognosis dari penyakit ini sangat baik setelah sumber infeksi dan fistula teridentifikasi. Fistula akan menetap bila tidak didrainase dengan benar. /engan tindakan yang tepat dan mengikuti anjuran , maka prognosis dari fistula ani baik. omplikasi pun dapat terhindarkan. !ada pasien yang telah menjalani fistulotomi standar, dilaporkan angka rekurensnya berkisar antara &*)E dan angka inkontinensia antara +*D . !asien yang menjalani penggunaan seton, angka rekurensnya &*)D dan angka inkontinensia antara &*)D . Sedangkan yang menjalani advancement flap, angka rekurensnya berkisar antara )*)& dan angka inkontinensia antara ;*E . !. TINJAUAN TEORITIS KEPERA&ATAN ). 1dentitas pasien dan penanggung ja#ab 1dentitas pasien diisi mencakup nama, umur, jenis kelamin, status pernikahan, 0gama, pendidikan, pekerjaan,suku bangsa, tgl masuk S, alamat. 6ntuk penangung ja#ab dituliskan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat. %. i#ayat esehatan -engkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien dira#at. 0pakah penyebab dan pencetus timbulnya penyakit, bagian tubuh yang mana yang sakit, kebiasaan saat sakit kemana minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau menggunakan fasilitas kesehatan. 0pakah ada alergi, apakah ada kebiasaan merokok, minum alkohol, minum kopi atau minum obat*obatan. +. i#ayat !enyakit !enyakit apa yang pernah diderita oleh pasien, ri#ayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah di derita oleh pasien yang menyebabkan pasien dira#at. 0dakah ri#ayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau ri#ayat penyakit lain yang bersifat genetik maupun tidak. . !emeriksaan Fisik a. 6mum 6mumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat adanya bisul pada daerah anus. b. 8anda*8anda 3ital 8ekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan pernafasan meningkat. c. !emeriksaan ) epala /an Leher epala /an ambut !emeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan #arna rambut serta pemeriksaan tentang luka. @ika ada luka pada daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit. % -ata -eliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan penglihatan. + 2idung -eliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret. -ulut ?atat keadaan adanya sianosis atau bibir kering. 7 8elinga ?atat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen. !ada penderita yang bed rest dengan posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga. ; Leher -engetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe. d. !emeriksaan /ada /an 8hora$ 1nspeksi bentuk thora$ dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi thora$ untukmencari ketidak normalan pada daerah thora$. e. 0bdomen Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang. f. 6rogenital 1nspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan fistula ani yang baru di operasi terpasang kateter untuk buang air kecil. g. -uskuloskeletal 0danya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bedrest dalam #aktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot. h. !emeriksaan 4eurologi 8ingkat kesadaran dikaji dengan sistem 5?S. 4ilainya bisa menurun bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk. i. !emeriksaan ulit a. 1nspeksi kulit !engkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membran mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. 8ampilan kulit yang perlu dikaji yaitu #arna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus , lesi, vaskularitas. Gang harus diperhatikan oleh pera#at yaitu : ) Harna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan produksi pigmen. Lesi yang dibagi dua yaitu : a Lesi primer, yang terjadi karena adanya perubahan pada salah satu komponen kulit b Lesi sekunder adalah lesi yang muncul setelah adanya lesi primer. 5ambaran lesi yang harus diperhatikan oleh pera#at yaitu #arna, bentuk, lokasi dan kofigurasinya. % >dema Selama inspeksi kulit, pera#at mencatat lokasi, distribusi dan #arna dari daerah edema. + elembaban 4ormalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas atau suhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak cocok, intake cairan yang inadekuat. Gang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, #arna, distribusi, apakah ada drainase atau infeksi. 7 ebersihan kulit ; 3askularisasi !erdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan echimosis. D !alpasi kulit Gang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit. 7. /ata Fokus ( kemungkinan ditemukan /A I /S /A: ekspresi #ajah tampak meringis saat tidur terlentang. ulit tampak kemerahan dan ada luka operasi yang terpasang handscoen drain. /S: pasien mengatakan ada bisul di daerah dubur dan terasa nyeri. '. ASU(AN KEPERA&ATAN /1054AS0 >!> 0H0804 . !re operasi: ). 4yeri pada daerah perianal berhubungan dengan adanya luka pada perianal. %. isiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang mungkin terkontaminasi. +. . ecemasan berhubungan dengan physiologi faktor akibat proses peradangan. urang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan tindakan yang akan didapatnya. !ost operasi: ). 4yeri area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi. %. !erubahan pola eliminasi konstipasi"diare berhubungan efek anestesi, pemasukan cairan yang tidak adekuat. +. isiko tinggi infeksi berhubungan dengan risiko prosedur invasive, luka yang mungkin terkontaminasi. INTER)ENSI ). 4yeri berhubungan dengan adanya luka pada perianal 8ujuan: 4yeri berkurang sampai hilang riteria hasil: klien menunjukkan toleransi terhadap nyeri, klien mengungkap kan nyeri berkurang. 1ntervensi: • aji frekuensi dan intensitas nyeri dengan skala ) ' )&. asional: perubahan karakteristik nyeri mengidikasikan adanya perkembangan kearah komplikasi. • !erhatikan tanda*tanda nonverbal sepertiJ takut bergerak, kegelisahan. bahasa tubuh"perilaku nonverbal dapat digunakan sebagai data yang menunjukkan adanya rasa nyeri"tak nyaman. • aji faktor*faktor yang mengganggu atau meningkatkan n yeri. asional: keadaan stress dapat meningkatkan rasa nyeri. • Berikan posisi yang nyaman (telungkup, miring , aktivitas pengalihan perhatian asional: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping. • Bersihkan area rectal dengan sabun yang lembut dan air sesudah bab dan ra#at kulit dengan salf, petroleum jelly. asional: menjaga kulit sekitar rektal dari asam isi perut, menjaga e$oriasi.. • Berikan rendaman duduk. asional: menjaga kebersihan dan memberikan rasa nyaman. • Abservasi area perianal fistel. asional: fistula mungkin berkembang dari erosi dan kelemahan dari dinding intestinal. • olaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik. asional: 0nalgetik membantu mengurangi nyeri. %. isiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang mungkin terkontaminasi. 8ujuan: infeksi tidak terjadi. riteria hasil: tanda vital dalam batas normal (peningkatan suhu tidak terjadi , leukosit normal tindakan: • aji area luka, catat adanya penambahan luas luka, karakteristik cairan yang keluar dari luka. asional: adanya pus mengindikasikan adanya infeksi • -onitor tanda*tanda vital, peningkatan suhu tubuh. asional: peningkatan suhu mengindikasikan adanya proses infeksi. • a#at luka dengan prinsip aseptik. asional: luka pada klien adalah luka kotor, prinsip aseptik mencegah terjadinya infeksi tambahan. • Berikan diet yang adekuat. asional: klien membutuhkan nutrisi yang cukup untuk penyembuhan lukanya. • olaborasi untuk pemberian antibiotik. asional: antibiotik membantu menghambat terjadinya infeksi. +. ecemasan berhubungan dengan faktor fisiologi akibat proses peradangan. 8ujuan: kecemasan berkurang riteria hasil: ekspresi #ajah klien tenang, mengungkapkan kesadarannya akan perasaan cemasnya. 1ntervensi • Bina hubungan saling percaya. asional: hubungan saling percaya merupakan dasar dari komunikasi therapeutik. • !erhatikan perubahan perilaku klien, kegelisahan, tak ada kontak mata, tampak kurang tidur. asional: indikator peningkatan stress"kecemasan. • /orong klien untuk mengungkapkan perasaannya, berikan feedback. asional: membina hubungan therapeutik. • /engarkan ungkapan klien dengan empati. asional: dengan menunjukkan sikap empati, diharapkan akan membantu mengurangi kecemasan klien. • Berikan informasi yang akurat. asional: dengan memberikan informasi yang akurat akan membantu menurunkan tingkat kecemasan. • ?iptakan ketenangan dan lingkungan yang nyaman. asional: membantu meningkatkan rela$asi, mengurangi kecemasan. • olaborasi untuk pemberian sedativa, seperti barbiturat, anti an$ietas seperti, dia epam. asional: sedativa"anti an$ietas membantu mengurangi kecemasan dan membantu istirahat. . urang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan tindakan yang akan didapatnya berhubungan dengan kurangnya informasi. 8ujuan: !engetahuan pasien bertambah hasil: mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan penanggulangannya. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan regimen. 1ntervensi • aji persepsi klien tentang proses penyakitnya. asional: menentukan tingkat pengetahuan klien dan kebutuhan informasi yang diperlukan. • 6langi penjelasan tentang proses penyakit, penyebab, tanda dan gejala penyakit serta penanggulangannya. asional: dengan memberikan penjelasan yang memadai klien tahu proses penyakit dan tindakan yang akan didapatnya, sehingga klien dapat menerima tindakan yang didapatnya. • 8ekankan pentingnya menjaga kebersihan kulit, seperti : tehnik cuci tangan yang baik dan pera#atan kulit perianal. asional: mengurangi penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit dan infeksi. P*st O+,-asi ). 4yeri pada area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi. 8ujuan: nyeri berkurang atau terkontrol riteria hasil: ekspresi #ajah klien rileks, cukup istirahat, mengungkapkan nyeri berkurang "dapat ditahan. 1ntervensi: • aji lokasi, intensitas nyeri dengan skala & ' ) &, faktor yang mempengaruhi. !erhatikan tanda*tanda nonverbal. asional: membantu menentukan intervensi selanjutnya. • -onitor tanda*tanda vital asional: perubahan tanda*tanda vital, peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan bisa diakibatkan karena nyeri. • aji area luka operasi, adanya edema, hematoma atau inflamasi. asional: pembengkakan, inflamasi dapat menyebabkan meningkatnya nyeri. • Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang, ajarkan tehnik relaksasi, pengalihan perhatian. asional: membantu mengurangi dan mengontrol rasa nyeri. • olaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik. asional: analgesik membantu mengurangi nyeri. %. !erubahan pola eliminasi konstipasi"diare berhubungan dengan efek anestesi, pemasukan cairan yang tidak adekuat. 8ujuan: pola eliminasi kembali berfungsi normal. 1ntervensi: • 0uskultasi bising usus. asional: adanya suara bising usus yang abnormal, merupakan tanda adanya komplikasi. • 0njurkan makanan"minuman yang tidak mengiritasi. asional: menurunkan resiko iritasi mukosa. • olaborasi medik untuk pemberian glyserin suppositoria. asional: membantu melunakkan feses. +. isiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive, luka yang mungkin terkontaminasi. 8ujuan: tidak terjadi infeksi, luka sembuh tanpa komplikasi. 1ntervensi: • aji area luka operasi, observasi luka, karakteristik drainage, adan ya inflamasi. asional: penambahan infeksi dapat mengambat proses penyembuhan. • -onitor tanda*tanda vital, temperatur, respirasi, nadi. asional: peningkatan temperatur, pernapasan, nadi merupakan indikasi adanya proses infeksi. • a#at area luka dengan prinsip aseptik. @aga balutan kering. asional: menjaga pasien dari infeksi silang selama penggantian balutan. • olaborasi untuk pemeriksaan cultur dari sekret"drainage, kedua dari tengah dan pinggir luka. asional: dengan mengetahui adanya organisme akan menentukan pemberian antibiotik. • Berikan antibiotik sesuai pesan medik. asional: antibiotik mencegah dan mela#an infeksi. • Bila perlu lakukan irigasi luka. asional: irigasi luka dengan antiseptik baik untuk mela#an infeksi http:""lianasriulina.blogspot.com"%&)+")&"lp*fistula*ani.html