Uploaded by User97964

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATRESIA ANI

advertisement
OLEH : METTI VERAWATI, S.Kep, Ns, M.Kes
ATRESIA ANI
 Sering terjadi dan menimbulkan keadaan emergency pada




hari-hari pertama neonatus, berupa gejala obstruksi
saluran pencernaan
Seringkali disertai kelainan lain seperti atresia esofagus,
spina bifida, atresia duodenum, kelainan jantung dll
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal
sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau
keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong,
520 : 2003).
Berhubungan dengan usia kehamilan ibu. (Suyanto, 2016)
EMBRIOLOGI
 Mg ke 4 intra uterine (embrio berukuran 4 mm) :
allantoin berhubungan dengan hind gut pada cloaca
 Waktu embrio ukuran 5 mm, septum urorektal
memisahkan bagian urogenital dengan bagian rektal dan
kelainan ini akan menimbulkan fistula yang
menghubungkan rektum dengan saluran urinari
 Pada perempuan saluran muller membatasi
saluran urogenital dengan rektum : fistula tidak
terbentuk kecuali pada kelainan kloaka
 Bag distal vagina terbentuk dari penonjolan
sinovaginalis yang berasal dari dinding dorsal
sinus urogenitalis : gangguan pertumbuhan ini
menghasilkan fistula rektovaginalis
 Pada minggu ke 8 ( embrio 36 mm )
Rektum telah terpisah dari tract urogenital.
Apabila terjadi kegagalan pada septum urorektal :
ketiga saluran (urogenital dan rektum ) akan
bermuara pada cloaca dan terbentuk fistula recto
claoca
PATOFISIOLOGI
 Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena
:
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan
septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab
atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
KLASIFIKASI
 Tipe Rendah
 Tipe Intermediet
 Tipe Tinggi
TIPE RENDAH
 Rektum melewati Musc. Puborektalis
 Anus terletak pada posisi yang normal dengan lubang yang sempit
(stenosis) atau tertutup oleh membran (imperforata anal membran )
 Anus bisa tertutup secara komplit ( atresia ) dan bisa pula mempunyai
lubang keluar atau fistula yang berjalan kedepan dan bermuara
diperineum, pangkal penis, vestibulum.
 Kadang ditemukan anus dengan letak didepan dari posisinya (anterior
anus)
 Rektum menembus m. Levator anus sehingga jarak antara kulit dan
ujung rektum paling jauh 1 cm. Dapat berupa stenosis anus yang hanya
membutuhkan dilatasi membran atau merupakan membran anus tipis
yang dapat dibuka segera setelah anak lahir. Agenesis anus yang
disertai fistula perineum juga dapat ditangani segera setelah anak lahir.
TIPE INTERMEDIET
 Rektum sampai di musc puborektalis tapi tidak
melewati, bisa berakhir buntu atau mempunyai fistula
antara rektum dengan bulbus uretra pada laki-laki
atau dengan bagian bawah pada perempuan.
TIPE TINGGI
 Atau Supralevator
 Ujung distal bisa buntu, tapi sering berakhir dengan
fistula kearah uretra atau VU pada laki-laki atau bag
atas vagina pada perempuan
 Rektum tidak mencapai m. Levator anus, dengan jarak
antara ujung buntu rektum sampai kulit perineum
lebih dari 1 cm. Biasanya disertai dengan fistula
kesaluran kencing atau genital.
GAMBARAN KLINIK
 Gejala obstruksi sal cerna : muntah-muntah
 Pada bayi laki-laki dengan fistula ke tract urinari :
adanya meconeum dalam urine
 Pada bayi perempuan : ada mekoneum dan udara
dari sal cerna : tidak ada obstruksi
 Tidak ada lubang anus
 Termometer tidak bisa masuk rektum
 Tidak ada mekonium atau mekonium keluar dari
orifisium abnormal
 Kelainan dengan fistula :
perempuan : diantara rektum dan
vagina/perineum
laki-laki : diantara rektum dan skrotum/perineum
Penatalaksanaan
 Prinsip pengobatan operatif pada malformasi anorektal
dengan tindakan bedah yang disebutkan diseksi postero
sagital atau plastik anorektal posterosagital.
 Kolostomi merupakan perlindungan sementara. Ada dua
tempat kolostomi yang dianjurkan dipakai pada neonatus
dan bayi yaitu transversokolostomi (kolostomi dikolon
transversum) dan sigmoidostomi (kolostomi disigmoid).
Bentuk kolostomi yang mudah dan aman adalah stoma
laras ganda (Double barrel).
Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis
• Kolostomi (pembuatan lubang anus di
bagian perut)
• Dilatasi Anal (pelebaran lubang anus)
• Eksisi membran anal (pelepasan selaput
anus)
• Anoplasty (perbaikan organ anus)
 Penatalaksanaan Non Medis
1. Toilet Training
Dimulai pada usia 2-3 tahun.
Menggunakan strategi yang sama dengan
anak normal.
2. Bowel Management
Menjaga kebersihan kantung kolostomi,
meliputi enema/irigasi kolon satu kali
sehari untuk membersihkan kolon.
3. Diet makanan termasuk pengaturan
asupan laktasi (ASI)
Preventif
 Penanganan secara preventif antara lain:
1. Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga
bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan
awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.
2. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena
jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak diketahui
mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses
atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
3. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa
untuk menghindari konstipasi
POHON MASALAH
KONSEP KEPERAWATAN
 Keperawatan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan
pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki
dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu
tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah
umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2.
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria
2. Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal,
Dysuria
3. Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra,
mikroorganisme masuk saluran kemih
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,
muntah, anoreksia
5. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan
post operasi
6. Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma
jaringan post operasi
7. Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola
defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
Gangguan eliminasi BAK b.d vistel
rektovaginal, dysuria
 Tujuan :
Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria evaluasi:
Pasien dapat BAK dengan normal, tidak ada perubahan
pada jumlah urine.
 Intervensi :
Kaji pola eliminasi BAK pasien
Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik
urine
Selidiki keluhan kandung kemih penuh
Awasi/observasi hasil laboratorium
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel
rektovaginal, dysuria
 Tujuan :
Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:
Nyeri berkurang
Pasien merasa tenang
 Intervensi :
kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
Ajarkan teknik relaksasi distraksi
Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,
muntah, anoreksia
 Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
Turgor pasien baik
Pasien tidak mual, muntah
Nafsu makan bertambah
 Intervensi :
Kaji KU pasien
Timbang berat badan pasien
Catat frekuensi mual, muntah pasien
Catat masukan nutrisi pasien
Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu
TINDAKAN KEPERAWATAN
 PRE OPERASI
1. Membantu mempertahankan stabilitas pasien sebelum
pembedahan
- Puasakan pasien
- Pasang NGT untuk dekompresi
- Perhatikan ukuran dan ketegangan abdomen
- Perhatikan adanya tanda-tanda distress pernafasan
- Monitor TTV
- Pemberian cairan IV
2. Observasi adanya perubahan kondisi/anomali lain :
- Perhatikan pengeluaran feses dari fistula
- Urine warna hijau
- Perhatikan area sekitar bersih
 POST OPERASI
1. Berikan perawatan post operasi yang baik, observasi
adanya komplikasi
2. Memberikan perawatan perineal anoplasti, mencegah
infeksi, meningkatkan penyembuhan
3. Melakukan perawatan kolostomi dan mencegah
kerusakan kulit
4. Mempertahankan nutrisi yang adekuat dan
keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Family suport, berikan HE
Download