KELOMPOK 1 Ditha Maharani P07120319001 Moch. Akmal Fajar P07120319006 Maulina Galuh Arifah P07120319013 Diva Azalia Karangan P07120319018 Syaneu Selviana Dewi P07120319023 Zakiyah Afifah P07120319029 Yehuda Gelar Pamungkas P07120319037 Khoirunnisa Rahmawati P07120319042 Juwita Putri Kartini P07120319048 Hanifah Pradistarini P07120319053 Atresia Ani 01 Faktor Penyebab 02 Menifestasi dan Gambaran Klinis 03 Penatalaksanaan 04 Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan Atresia Ani Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (Purwanto : 2001 RSCM) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Atresia ani diklasifikasikan sebagai berikut: anal stenosis yakni terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar, membranosus atresia (terdapat membran pada anus), anal agenesis adalah kondisi bayi memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum dengan anus, serta rektal atresia yaitu tidak memiliki rektum. FAKTOR PENYEBAB Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra salinan kromosom Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. Suatu kelainan bawaan. Menifestasi dan Gambaran Klinis Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal Perut kembung Gambaran klinis : Tipe Tingkatan Atresia Ani Ada tiga jenis atresia ani yaitu : 1. Atresia Ani letak tinggi (Supra levator), 2. atresia ani letak menengah (intermediate) dan 3. Atresia Ani letak rendah (fully translevator). Pada anak laki-laki dengan atresia ani letak tinggi (ekstralevator), mungkin ada saluran (fistula) yang menghubungkan usus besar baik dengan uretra (saluran dilalui urin dari kandung kemih) ataupun dengan kandung kemih itu sendiri. Pada anak perempuan, saluran dapat terhubung dengan vagina. Enam puluh persen anak-anak dengan atresia ani letak tinggi memiliki cacat lainnya, termasuk masalah dengan kerongkongan, saluran kemih, dan tulang. Pada Atresia Ani letak intermediet, akhiran rektum terletak di muskulus levator ani tetapi tidak menembusnya. Lesung anal dansfingter eksternal berada pada posisi yang normal. Pada Atresia Ani letak rendah, saluran berada dibawah otot levator ani (infralevator) sehingga tidak berhubungan dengan saluran genital dan saluran berkemih. Disebut kelainan letak rendah apabila jarak akhiran rektum dan kulit kurang dari 1 cm, sedangkan kelainan letak tinggi apabila jarak akhiran rektum dan kulit lebih dari 1 cm. Penatalaksanaan 1. Pembedahan Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. 2. Pengobatan Aksisi membran anal (membuat anus buatan) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) PENGKAJAIN IDENTITAS PASIEN Nama : Bayi x Tempat/Tgl lahir : Yogyakarta, 31 Mei 2020 Usia : 3 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Yogyakarta Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan :Pekerjaan :No. CM :Tanggal Masuk RS: Senin, 31 Agustus 2020 Diagnosa Medis : Kelainan Konginetal (Atresia Ani) RIWAYAT KESEHATAN • Keluhan Utama : Distensi abdomen • Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin. • Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran. • Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain • Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani POLA FUNGSI KESEHATAN 1. Pola persepsi terhadap kesehatan Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan 2. Pola aktifitas kesehatan/latihan Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi. 3. Pola istirahat/tidur Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain 4. Pola nutrisi metabolik Klien hanya minum ASI atau susu kaleng 5. Pola eliminasi Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium 6. Pola kognitif perseptual Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan baik pada orang lain Lanjutan 7. Pola konsep diri Identitas diri : belum bisa dikaji Ideal diri : belum bisa dikaji Gambaran diri : belum bisa dikaji Peran diri : belum bisa dikaji Harga diri : belum bisa dikaji 8. Pola seksual Reproduksi Klien masih bayi dan belum menikah 9. Pola nilai dan kepercayaan Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan 10. Pola peran hubungan Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri 11. Pola koping Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap adanya suatu masalah Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang–kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985). Pemeriksaan Fisik Head To Toe • Tanda-tanda vital Nadi : 110 X/menit. Respirasi : 32 X/menit. Suhu axila :37º Celsius. • Kepala Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom. • Mata Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat. • Hidung Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir. Pemeriksaan Fisik Head To Toe • Mulut Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis. • Telinga Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna • Leher Tidak ada webbed neck. • Thorak Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest, pernafasan normal • Jantung Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur Pemeriksaan Fisik Head To Toe • Abdomen Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus • Getalia Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis. • Anus Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadangkadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic. • Ektrimitas atas dan bawah Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat • Punggung Tidak ada penonjolan spina gifid • Pemeriksaan Reflek 1. Suching + , 2. Rooting + , 3. Moro + , 4. Grip +, 5. Plantar DIAGNOSA KEPERAWATAN 01 Dx pre operasi • Konstipasi berhubungan dengan aganglion. • Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah. • Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan. 02 Dx Post Operasi • Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan. • Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi. • Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan. • Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah. INTERVENSI KEPERAWATAN 1 DIAGNOSA PRE ANESTESI -Konstipasi b/d ganglion -Resiko kekurangan volume cairan b/d menurunnya intake, muntah -Cemas orang tua b/d kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan 2 Diagnosa post oprasi 3 Implementasi Keperawatan -Diagnosa Pre oprasi -Diagnosa Post Oprasi -Gangguan integritas kulit b/d kolostomi. -Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan THANK YOU Have a nice day