malformasi anorektal - Al bukhari Subulussalam

advertisement
MALFORMASI ANOREKTAL
oleh
Berlian Miza
Ikram
Maulana Base
Pembimbing
dr. Dian Adi Syahputra, Sp.BA
BAGIAN/SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
1. Pendahuluan .................................................................................................. 1
2. Embriologi Hindgut ...................................................................................... 1
3. Etiologi .......................................................................................................... 1
4. Klasifikasi ..................................................................................................... 2
5. Tanda dan Gejala........................................................................................... 4
5.1 Laki-laki ......................................................................................... 5
5.2 Perempuan ..................................................................................... 6
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 7
7. Penatalaksanaan ........................................................................................... 9
7.1 Letak Tinggi ................................................................................ 10
7.2 Letak Rendah ............................................................................... 10
8. Kesimpulan ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
ii
1. PENDAHULUAN
Malformasi anorektal adalah salah satu anomali kongenital yang paling
sering ditemui yang melibatkan anus dan rektum serta saluran urogenitalia baik
pada anak laki-laki maupun pada perempuan.(1) Insidensi terjadinya malformasi
anorektal diperkirakan berkisar antara 1 dari 5.000 angka kelahiran. Sekitar 40 70 persen pasien dengan malformasi anorektal ini memiliki satu atau lebih
kelainan anomali dari sistem organ lain seperti tulang belakang, kaki, dan sistem
kardiovaskular.(2)
2. EMBRIOLOGI HINDGUT
Kloaka pada saat embrio merupakan suatu rongga yang membuka hindgut,
tailgut, allantois dan saluran mesonefrikum. Kloaka pertama kali dibentuk pada
sekitar usia kehamilan 21 hari, bentuk kloaka menyerupai huruf U, dengan bagian
anterior dari kloaka adalah allantois sedangkan bagian posterior dari kloaka
adalah hindgut. Kloaka dibatasi oleh septum yang dibentuk oleh plika Rathke
hingga menyatu dengan membran kloaka. Pada saat usia kehamilan 6 minggu
mulai terbentuknya rongga urogenital anterior dan rongga anorektal posterior.
Terjadinya proses perubahan yang cepat dari tuberkulum genital akan
menyebabkan perubahan bentuk kloaka ke bagian posterior. Pada usia kehamilan
7 minggu membran kloaka akan rusak sehingga terbentuknya dua bukaan yaitu
pada saluran urogenital dan pada saluran anus. Otot-otot yang mengelilingi
rectum berkembang pada saat yang sama yaitu pada usia kehamilan enam dan
tujuh minggu. Pada minggu ke sembilan usia kehamilan, semua struktur sudah
mulai terbentuk. Namun, pada tahap ini pembentukan genetalian eksterna laki-laki
atau perempuan belum terjadi.(3)
3. ETIOLOGI
Etiologi malformasi anorektal masih belum diketahui pasti. Penyebabnya
diduga multifaktor termasuk berhubungan dengan keturunan, dimana kejadiannya
sangat tinggi pada anggota keluarga dengan autosomal dominan, yaitu 1:100.
Kromosom 7q39 mempunyai tiga lokus atau gen penting yang menyebakan
terjadinya malformasi anorektal, diantaranya: gen SHH, N2 dan HLXB9.
1
2
Beberapa penelitian membuktikan bahwa mutasi pada HLXB9 berhubungan
dengan kejadian malformasi anorektal. Beberapa sindrom seperti Townes-Broks
sindrom, Currarino’s sindrom dan Pallister-Hall sindrom juga berhubungan
dengan kejadian malformasi anorektal.(4)
4. KLASIFIKASI
Ada beberapa kalsifikasi malformasi anorektal, pertama kali di keluarkan
oleh Wingspread 1984, kemudian klasifikasi Pena 1995 dan klasifikasi
krickenbeck 2005.(4)
Tabel 1. Klasifikasi Malformasi Anorektal Berdasarkan Wingspread 1984(5)
MALE
FEMALE
High (Tinggi)
Agenesis anorektal
Agenesis anorektal
Dengan:
Dengan:
1. Rectoprostatic uretrhal fistula
1. Rectovagina fistula
2. Tanpa fistula
2. Tanpa fistula
3. Atresia recti
3. Atresia recti
Intermediate (Tengah)
Rectobulbar urethral fistula
Rectovestibular fistula
Agenesis ani
Rectovaginal fistula
Tanpa fistula
Agenesis ani
Tanpa fistula
Low (Rendah)
Fistula anocutaneus
Fistula anovestibular
Stenosis ani
Fistula anocutaneus
Stenosis ani
Rare malformations
Cloaca Malformations
Rare malformations
3
Tabel 2. Klasifikasi Malformasi Anorektal Berdasarkan Pena (1995)(4)
Male
Female
Fistula Perineal (cutaneus)
Fistula Perineal
Fistula Rectouretra
Fistula vestibular
Bulbar
Prostatic
Fistula Rectovesica
Persisten cloaca
<3 cm common channel
>3 cm common channel
Anus imperforata tanpa fistula
Anus imperforata tanpa fistula
Atresia rectum
Atresia rectum
Tabel 3. Klasifikasi Malformasi Anorektal Berdasarkan Krickenbeck (2005)(4)
Major Clinical Group
Rare/regional variants
Fistula Perineal (cutaneus)
Pouch colon
Fistula Retrouretra
Atresia/stenosis recti
- Bulbar
Fistula rectovaina
- Prostatic
Fistula H-tipe
Fistula Rectovesica
Lainnya
Fistula vestibular
Tanpa fistula
Stenosis Ani
Klasifikasi Krickenbeck Berdasarkan Prosedur Tindakan Operasi
Prosedur Tindakan Operasi
Perineal operation
- Anterior sagittal approach
- Sacroperineal approach
- Posterior sagittal anorectoplasty
- Abdominosacroperineal pull-through
- Abdominoperineal pull-through
- Laparoscopic-assisted pull-through
4
C
Gambar 1. Malformasi anorektal dengan fistula rektouretra pada laki-laki. (A) Fistula
rektouretrobulbar; (B) Fistula rektouretroprostatik; (C) Fistula rektovesika(6)
Gambar 2. Malformasi anorektal dengan fistula pada perempuan. (A) Fistula
rektovestibular; (B) Kloaka anomali.(6)
5. TANDA DAN GEJALA
Dalam penegakan diagnosis malformasi anorektal adalah dengan
melakukan pemeriksaan yang menyeluruh meliputi poin-poin seperti berikut: (5)
1. Mengetahui usia gestasi, berat badan lahir, suhu, warna kulit, menangis,
respirasi, ada atau tidaknya riwayat jaundice, distensi abdomen, keadaan
hidrasi dan anomali kongenital lainnya, melakukan pemeriksaan untuk
menentukan jenis dan sifat anomali.
2. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan jenis dan sifat anomali.
5
3. Ada atau tidak adanya anomali organ lain yang terkait. Malformasi
anorektal biasanya disertai dengan anomali organ lain yang meliputi
kelainan pada tulang belakang, anorektal, jantung, trakeoesofagus, ginjal
dan saluran kemih serta ekstremitas.
5.1 Laki-Laki
Adanya garis tengah yang terbentuk diantara kedua bokong,
penonjolan anal dimple dan keluarnya mekonium melalui fistula di bagian
anterior dari sfingter menunjukkan keadaan fistula perineal. Terkadang juga
dapat disertai dengan adanya gambaran skin bridge, bucket handle atau
midline raphe yang ketiganya akan membentuk gambaran white atau black
ribbon (Gambar 3) dari subepitelial mekonium.(7)
Pada keadaan lain, adanya gambaran flat bottom tanpa disertai fistula
perineal namun ditemukan adanya mekonium didalam urin maka keadaan ini
menunjukkan adanya fistula di rektouretra. Kesimpulan mengenai ada atau
tidaknya fistula tidak dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan fisik saja.
Namun untuk memastikannya harus dilakukan observasi selama 24 jam segera
setelah kelahiran. Jika setelah 24 jam masih belum dapat dipastikan apakah
ada mekonium didalam urin maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan
cross-table lateral radiograph abdomen dan pelvis dengan posisi prone untuk
menegakkan diagnosis apakah terdapat fistula rektouretra atau tidak. Sebuah
marker radiopak ditempatkan di lubang anus untuk memperkirakan jarak
antara usus yang dilatasi dengan lubang anus.(7)
6
Gambar 3. Fistula rektoperineal dengan subepitelial mekonium
yang mencapai scrotal raphe. (6)
5.2 Perempuan
Pada anak perempuan, malformasi anorektal dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan perineum. Normalnya, ada tiga saluran yang terlihat yaitu
dibagian anterior terdapat uretra kemudian vagina, keduanya terletak di dalam
vestibulum dan dibagian posterior terdapat anus. Bila anus tidak berada
diposisi normalnya maka keadaan ini menunjukkan adanya fistula perineal.
Jika ketiga saluran ini terlihat di vestibulum maka keadaan ini menunjukkan
adanya fistula vestibular (Gambar 2a dan Gambar 4). Jika hanya terlihat dua
saluran saja, menggambarkan keadaan yang jarang yaitu fistula rektovagina
atau atresia rektum. Dan bila hanya terlihat satu saluran maka disebut dengan
kloaka (Gambar 2b). Namun bila tidak ditemukan adanya mekonium yang
keluar setelah 24 jam kelahiran menunjukkan suatu keadaan malformasi
anorektal tanpa fistula. (4,7)
7
Gambar 4. Penampilan dari malformasi anorektal dengan
fistula rektovestibular.(7)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Invertogram
Wangensteen dan Rice pertama kali menjelaskan mengenai kegunaan
radiography invertion pada tahun 1930 untuk menunjukkan jarak antara
gas bubble dalam usus terminal dengan perineum. Invertogram pada posisi
lateral dengan pinggul sedikit difleksikan dapat memberikan informasi
yang akurat mengenai adanya anomali. Marker yang dijadikan tanda untuk
menentukan adanya anomali yaitu Pubis Coccyx Line (PC Line) dan I
point (Puncak ischium) yang ada hubungannya dengan gambaran dark air
shadow pada usus terminal. Apabila dark air shadow melewati I point,
menunjukkan anomali letak rendah, sedangkan jika dark air shadow
melewati PC line tetapi belum mencapai I point maka menunjukkan
8
anomali intermediate. Namun bila gambaran dark air shadow belum
mencapai PC Line maka menunjukkan anomali letak tinggi.(4,5)
2. Prone Cross-Table Lateral View
Bayi dalam posisi genupectoral yaitu badan telungkup dengan pinggul
tertekuk kearah atas selama 3 menit. Radiografi prone lateral yang
berpusat di trochanters mayor yang memiliki beberapa keuntungan yaitu
posisi yang nyaman untuk bayi dibandingkan dengan invertogram.(4)
Gambar 5. Teknik pemeriksaan Cross-table lateral radiograph. (A)
Meletakkan sebuah ganjalan di bawah pinggul bayi untuk mengangkat bokong
agar memungkinkan perpindahan udara kearah superior dari rektum; (B)
Gambaran Cross-table lateral.(6)
3. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan USG telah digunakan untuk mengetahui jarak dari pouch
hingga perineum (pouch perineal distance). Hal ini dapat dilakukan
melalui transperineal atau infracoccygeal. Apabila melalui Infracoccygeal
9
dapat langsung menunjukkan puborectalis dengan gambaran hypoechoic
berbentuk U (U-shaped band).(4)
4. Computer Tomography Scan (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
Computer Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
pelvis digunakan untuk mengevaluasi keadaan struktur otot dasar panggul
dan pouch sebelum dan sesudah operasi. Pemeriksaan ini juga dapat
menentukan lokasi fistula dengan tepat serta hubungannya dengan otot
dasar panggul. MRI dan CT juga digunakan untuk menilai perkembangan
struktur otot dasar panggul dari berbagai jenis prosedur operasi. MRI
dianggap unggul dari CT karena menggambarkan jaringan lunak dengan
lebih baik dan kurangnya radiasi.(4)
7. PENATALAKSANAAN
Manajemen awal bayi baru lahir yang lahir dengan anomali anorektal
sangat penting dan dua pertanyaan penting yang harus terjawab selama 24 sampai
48 jam kehidupan. Pertanyaan pertama apakah ada anomali lain yang terkait
sehingga dapat mengancam hidup sehingga bayi harus ditangani dengan segera?
Kedua, haruskah bayi menjalani tindakan kolostomi atau tidak.(1)
Keputusan untuk dilakukannya anoplasty pada beberapa saat setelah bayi
lahir atau tidak dan menentukan perlu atau tidaknya tindakan kolostomi
ditentukan berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik bayi, keadaan perineum, dan
perubahan yang terjadi selama 24 jam pertama setelah kelahiran. Mekonium
biasanya tidak terlihat di perineum pada bayi dengan fistula rektoperineal sampai
16 – 24 jam. Distensi abdomen tidak akan terjadi selama beberapa jam pertama
kelahiran, oleh karena itu diperlukan tekanan intraabdominal yang tinggi untuk
mendorong mekonium keluar melalui fistula. Hal ini dikarenakan bagian paling
distal dari rektum dikelilingi oleh struktur-struktur otot sehingga rektum kolaps
dan kosong. Oleh karena itu, keputusan perlu atau tidaknya dilakukan tindakan
kolostomi atau anoplasty harus menunggu selama 16 – 24 jam kelahiran sehingga
tampak adanya bukti secara klinis.(1)
10
7.1 Letak Tinggi
Malformasi anorektal pada bayi laki-laki dapat dievaluasi melalui
inspeksi perineum. Kolostomi atau operasi definitif sebaiknya tidak
dilakukan sebelum 24 jam pertama kelahiran. Dikarenakan untuk
mendorong mekonium keluar melalui fistula membutuhkan tekanan
intralumen yang cukup sehingga diperlukan evaluasi selama 24 jam.
Pemeriksaan Cross-table lateral X-Ray dapat dilakukan bila mekonium
tidak tampak di perineum. Bila hasil menunjukkan gambaran gas rektum
diatas coccyx maka dilakukan tindakan kolostomi, begitupun bila
ditemukan adanya flat bottom maka dilakukan tindakan kolostomi.(5,6)
Malformasi
anorektal
pada
bayi
perempuan
bila
dalam
pemeriksaan Cross-table lateral X-Ray didapatkan letak rektum yang
tinggi maka dilakukan tindakan kolostomi. (6)
7.2 Letak Rendah
Malformasi anorektal pada bayi laki-laki dapat dievaluasi melalui inspeksi
perineum. Bila didapatkan adanya fistula perineal maka dilakukan
tindakan anoplasty. Bila tidak ditemukan adanya fistel maka dilakukan
Cross-table lateral X-Ray bila didapatkan gambaran gas rektum melewati
tulang coccyx tanpa disertai dengan anomali organ lain maka keadaan ini
dinamakan malformasi anorektal dengan letak rendah dan dilakukan
tindakan Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP) dengan atau tanpa
tindakan kolostomi.(6)
Malformasi anorektal pada bayi perempuan yang setelah dilakukan
pemeriksaan Cross-table lateral X-ray didapatkan gambaran gas rektum
melewati tulang coccyx maka dilakukan tindakan primary repair dengan
atau tanpa kolostomi.(6)
11
Bayi laki-laki dengan malformasi anorektal
Inspeksi perineum
20 –
24 jam
-
Tulang belakang
- Sacrum
USG Ginjal
- USG Spinal
Urinalisis
- Echocardiography
Singkirkan atresia Esofagus
Re-evaluasi dan Cross-table lateral X-Ray
Fistula perineal
Anoplasty
Gas rektum
melewati tulang
coccyx, tanpa
anomali organ
lain
Gas rektum
sebelum
mencapai tulang
coceigis, dengan
anomali organ
lain, flat bottom
PSARP dengan
atau tanpa
kolostomi
Kolostomi
Gambar 6. Algoritma manajemen malformasi anorektal pada bayi laki-laki yang baru
lahir.
12
Bayi perempuan dengan malformasi anorektal
Singkir
kan
anomali
organ
lain
- Sacrum
- USG Ginjal dan abdomen
- Singkirkan atresia esofagus - USG Spinal
- Echocardiography
- Vertebra lumbalis
Inspeksi perineum
Kloaka
- Evaluasi
saluran
kemih
- R/O
hydrocolpos
Fistula perineal
Fistula
vestibular
Tidak tampak
adanya fistula
Anoplasty atau
Dilatasi
24 jam
Cross-table
lateral X-Ray
Kolostomi
Drain
hydrocolpos,
Urinary
diversion
Kolostomi atau
primary repair
Letak
rektum
melewati
tulang
coccyx
Rektum
letak tinggi
Kolostomi
Gambar 7. Algoritma manajemen malformasi anorektal pada bayi perempuan yang baru
lahir.
13
8. KESIMPULAN
Malformasi anorektal pada umumnya melibatkan anus dan rektum, yang
sering disertai dengan kelainan di saluran urogenitalia dan berhubungan juga pada
keadaan anomali kongenital yang lainnya dimana diklasifikasikan berdasarkan
letaknya menjadi letak rendah, letak tengah atau letak tinggi tergantung dari letak
rektum. Pengobatan yang diperlukan pada malformasi anorektal sangat tergantung
dari jenis malformasinya, bila letak tinggi maka tindakan awal dengan kolostomi
yang dilanjutkan dengan tindakan PSARP sedangkan pada yang letak rendah
dengan tindakan PSARP tanpa atau dengan kolostomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Levitt MA, Peña A. Anorectal malformations. Orphanet Journal of Rare
Diseases. 2007;2(33).
2. Bhargava P, Mahajan JK, Kumar A. Anorectal malformations in children.
Journal Indian Association Pediatric Surgery. 2006;11(3):136-9.
3. Peña A, Levitt MA. Anorectal Maformations in Pediatric Surgery Ed.6th
Volume 1. Grosfeld JL, O'Neill JJA, Fonkalsrud EW, Coran AG, editors.
New York: Elsevier; 2006.
4. Gangopadhyay AN, Pandey V. Anorectal malformations. Journal of Indian
Association of Pediatric Surgeons. 2015;20(1):10-5.
5. Wakhlu AK. Management of Congenital Anorectal Malformation.
Pediatric Surgery. 1995;32.
6. Levitt MA, Peña A. Imperforate Anus and Cloacal Malformations Chapter
35 in Ashcraft's Pediatric Surgery Ed 6th. Holcomb GW, Murphy PJ,
Ostile DJ, editors. New York: Elsevier; 2014.
7. Levitt MA, Peña A. Anorectal Malformations Chapter 64 in Fundamentals
of Pediatric Surgery. Mattei P, editor. New York: Springer; 2011.
Download
Study collections