Uploaded by User39507

Pengertian Modal Dalam Usaha Pertanian

advertisement
BAB I
ISI
A. Pengertian Modal Dalam Usaha Pertanian
Modal adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktifitas
usaha. Bahkan pemerataan pada akses modal (kredit) bagi semua golongan
masyarakat diyakini sebagai salah satu alternatif untuk pemerataan pendapatan
(Yunus, 1981). Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan modal
(kredit), seseorang dapat mengoptimalkan sumberdaya yang ada pada dirinya
untuk meningkatkan keuntungan usahanya yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
Menurut Gilarso (1993), mengemukakan bahwa modal merupakan
sarana atau bekal untuk melaksanakan usaha. Secara ekonomi modal adalah
barang-barang yang bernilai ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan
tambahan kekayaan ataupun untuk meningkatkan produksi. Modal dalam
usaha pertanian bersamaan dengan faktor produksi lainya akan menghasilkan
produk. Modal ini semakin berperan dengan berkembangnya usaha pertanian
tersebut. Pada usaha pertanian sederhana peran modal yang diperlukan kecil,
namun semakin maju usaha pertanian modal yang diperlukan semakin besar.
B. Sumberdaya Modal
Sumber daya modal adalah barang-barang (sarana) yang dapat digunakan
untuk menghasilkan barang lain, misalnya: uang, bahan mentah, mesin,
perkakas, dsb (Soekartawi, 1989).Sumber daya modal dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1.
Menurut Sifatnya
a. Modal Lancar (fixed capital), yaitu modal yang hanya dapat
digunakan satu kali dalam proses produksi seperti bahan baku dan
bahan mentah.
b.
Modal Tetap , yaitu modal yang dapat digunakan lebih dari satu kali
dalam proses produksi, seperti mesin-mesin atau peralatan.
2.
Menurut Fungsinya
a.
Modal Individu, yaitu modal yang digunakan oleh individu sebagai
sumber pendapatan sekalipun pemiliknya tidak ikut dalam proses
produksi, seperti pemilik taxi.
b.
Modal Masyarakat, yaitu modal yang digunakan oleh masyarakat
dalam menghasilkan barang dan jasa, seperti kendaraan umum.
3.
Menurut Bentuknya
a.
Modal Abstrak, yaitu modal yang tidak berbentuk fisik (tidak
berwujud) tapi sangat menentukan hasil produksi seperti keahlian
seseorang.
b.
Modal Konkrit, yaitu modal yang wujud fisiknya dapat dilihat
(berwujud) seperti mesin-mesin.
4.
Modal Menurut Jenisnya
a.
Modal sendiri adalah modal yang dikeluarkan petani itu sendiri yang
berasal dari tabungan atau sisa dari hasil usahatani sebelumnya.
b.
Modal pinjaman adalah modal yang didapat petani diluar pendapatan
usahatani. Pinjaman usahatani yaitu berupa kredit formal dan kredit
non formal dan kemitrausahaan (Marunung 1998). Kredit formal
dapat dibedakan menjadi kredit program dan kredit non program
(kredit komersial). Kredit program umumnya bersifat sektoral untuk
mencapai sasaran yang di inginkan. Contoh kelembagaan kredit
formal antara lain bank, koperasi dan pegadaian. Kelembagaan kredit
informal pada umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit
seperti agunan dan persyaratan lainya. Hubungan antara peminjam
dengan pihak yang meminjamkan hanya di dasarkan sikap yang saling
mempercayai satu sama lain. Contoh sumber kredit non formal,
seseorang mempunyai kenalan pedagang, pelepas uang dan lain-lain,
didalam pasar kredit pedesaan tersebut terjadi segmentasi pasar,
karena kedua kredit menjadi sumber modal masyarakat pedesaan
tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang khas.
5.
Modal Menurut Pemiliknya
a.
Modal
perseorangan,
artinya
modal
tersebut
dimiliki
oleh
perseorangan. Misalnya, gedung dan kendaraan.
b.
Modal masyarakat, artinya modal tersebut dimiliki oleh banyak orang
dan untuk kepentingan orang banyak. Misalnya, jalan dan jembatan.
6.
Modal Menurut Bentuknya
a.
Uang, artinya modal berupa dana.
b.
Barang, artinya modal berupa alat yang digunakan dalam proses
produksi. Misalnya, mesin, gedung, dan kendaraan.
7.
Modal Menurut Sumbernya
a.
Modal sendiri, artinya modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Misalnya, saham dan tabungan.
b.
Modal pinjaman, artinya modal pinjaman dari pihak.
C. Peran Sumberdaya modal di bidang pertanian
Modal dalam usaha pertanian diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan,
baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu
secara langsung atau tak langsung dalam suatu proses produksi. Pembentukan
modal bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani,
serta menunjang pembentukan modal lebih lanjut (Soekartawi, 1989).
Penerapan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktifitas usaha
pertanian bukan hanya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi
juga modal untuk membeli input yang di butuhkan. Faktor modal memegang
peranan penting yang dipertimbangkan petani sebelum melakukan usahatani
(Hermanto, 1992). Modal diperlukan terutama untuk pengadaan sarana
produksi (benih, pupuk dan pestisida), yang dirasakan petani semakin tinggi
harganya.
Sumber dana yang berasal dari rumah tangga petani sering dipandang
tidak cukup untuk membiayai peningkatan usahataninya. Karena pada
umumnya rumah tangga petani di Indonesia adalah petani kecil dan bermodal
lemah. Menurut Mudiak (1988), perkembangan sektor pertanian tidak mungkin
terjadi tanpa akumulasi modal perubahan teknologi pertanian sebagai pemacu
pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas akan diikuti oleh perkembangan
kebutuhan modal.
D. Permasalahan Modal Bagi Petani
Permasalahan modal bagi petani sampai saat ini umumnya menjadi
masalah klasik yang sepertinya tidak pernahselesai. Persoalan itu terutama
terjadi pada pertanian yangdilaksanakan dengan skala kecil. Modal seolaholahmenjadi faktor pembatas optimasi pertanian yangdilakukan petani.
Sebagian besar usaha pertanian yangdilakukan petani masih mengandalkan
modal sendiri yangberasal dari asset petani dan pendapatan petani.
Padahal,kadangkala pendapatan dan asset petani harus digunakanuntuk
berbagai keperluan keluarganya mulai dari konsumsipangan, pakaian, sekolah
anak, kesehatan, dan biaya sosial.Pada kontek pendapatan dan asset yang
dimiliki petanirelatif berjumlah sedikit, tidak heran jika urusan modalpetani
dikaitkan dengan tengkulak atau rentenir dengantingkat bunga yang tinggi.
Permasalahan modal untuk pembiayaan pertanian skalakecil menjadi
komplek karena akses ke lembagapembiayaan formal sulit dapat dipenuhi
petani.Kelengkapan adminisntrasi usaha pertanian sulit dapatdipenuhi
sehingga banyak dinilai tidak layak bank(unbankable). Secara umum,
dihadapan lembagapembiayaan formal, usaha pertanian tidak memenuhisyarat
dan criteria 5-C, yaitu character, condition ofeconomy, capacity to repay,
capital, dan collateral) yangmerupakan aturan/mekanisme standar perbankan
dalampenyaluran permodalan. Dengan demikian, diperlukanadanya lembaga
keuangan atau pembiayaan untukpertanian yang mampu mengeliminir
keterbatasan 5-Cyang dihadapi petani.
E. Pernyelesaian Permasalahan Modal Bagi Petani
Dari sisi pengusaha, untuk menyelesaikan masalah sumberdaya modal
yang dihadapi petani yaitu dengan jalan kemitraan melalui konsep kerja sama.
Konsep kerja sama usaha melalui kemitraan ini adalah jalinan kerjasama yang
dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan petani kecil yang
didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama
terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Hal ini berarti bahwa hubungan
kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan
petani kecil mempunyai kedudukan yang setara mengenai hak dan kewajiban
masing-masing, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling
mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling
percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya.
Kemitraan dengan petani tersebut penting bagi perusahaan untuk
menjamin pasokan bahan mentah dengan kualitas terkontrol. Perusahaan mitra
menyediakan pinjaman modal kepada petani mitra untuk biaya awal budidaya.
Dalam perjanjian disebutkan komitmen kedua belah pihak untuk bekerja sama,
area pertanaman komoditas yang disepakati, standar kualitas produk, dan harga
yang akan dibayarkan atas hasil panen selama periode kemitraaan. Setelah satu
tahun, perjanjian akan ditinjau kembali.
Petani setuju menyerahkan hasil panennya pada perusahaan dan
mengikuti petunjuk teknis budi daya dari perusahaan untuk mendapat kualitas
produk sesuai kualifikasi. Perusahaan akan membeli semua hasil panen mereka
dengan harga yang disepakati sepanjang memenuhi standar kualitas. Produk
masih menjadi milik petani selama belum diserahkan kepada pihak perusahaan.
Struktur kemitraan di lapangan adalah antara petani yang diwakili oleh ketua
kelompok tani dengan pusat pengumpul (collecting center) dari perusahaan
mitra di desa tersebut. Petani akan menerima benih berkualitas dan bila perlu,
bantuan berupa pupuk serta pestisida disediakan melalui collecting center.
Fungsi utama collecting center adalah mengumpulkan hasil panen
komoditas dari petani mitra. Di sini produk akan dipilah sesuai kualifikasi.
Selanjutnya dilakukan pengemasan sebelum dikirim ke perusahan mitra
Dengan hubungan kerjasama melalui kemitraan ini diharapkan pengusaha
besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan dengan petani kecil, sehingga petani kecil akan lebih berdaya
dan tangguh di dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan.
Download