VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Produksi pertanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh variabilitas iklim Jumlah Curah Hujan, Rata-rata Suhu Udara, serta Luas Areal tanaman kelapa. Jumlah Curah Hujan dan Rata-rata suhu udara mempengaruhi produksi kelapa sebesar 0,19 dan 2,80 persen. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) dan Jumlah Curah Hujan Minimum selama Tiga Bulan menunjukkan koefisien yang negatif namun tidak berpengaruh terhadap produksi kelapa. 2. Produksi usahatani kelapa memiliki tingkat Efisiensi Teknis sebesar 0,85 persen yang berarti usahatani yang dilakukan pada tingkat teknologi produksi yang dimiliki telah efisien secara teknis. Faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan produksi kelapa adalah Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, Populasi Tanaman, dan Jenis Benih kelapa. Faktor Umur Tanaman menunjukkan hal sebaliknya yaitu peningkatan Umur Tanaman akan menurunkan produksi kelapa sebesar -0,10 persen, demikian juga Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa. Tingkat Efisiensi Teknis petani kelapa berada pada kisaran 0,69 - 0,98 persen. Tingkat Efisiensi Alokatif berada pada kisaran 0,64 - 0,94 persen, dengan rata-rata 193 Efisiensi Alokatif sebesar 0,85 persen, sedangkan tingkat Efisiensi Ekonomi berada pada kisaran 0,48 - 0,89 persen, dengan Efisiensi Ekonomi rata-rata sebesar 0,72 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa secara Teknis, Alokatif, dan Ekonomi petani sudah mengelola usahataninya secara efisien pada tingkat teknologi produksi yang dimiliki. Jadi tidak ada perbedaan Efisiensi Teknis usahatani kelapa. 3. Pendapatan usahatani kelapa meningkat secara signifikan dengan peningkatan jumlah Luas Lahan, Populasi Tanaman, dan Pola Tanam, namun menurun secara signifikan dengan peningakatan Tingkat Upah Tenaga Kerja, Harga Sewa Angkutan dan Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. 4. Status ketahanan pangan petani kelapa di Sulawesi Utara tergolong tahan pangan (44 persen), namun demikian masih ditemukan rumahtangga petani kelapa yang rawan pangan (8,67 persen). Ketahanan pangan rumahtangga petani kelapa meningkat secara signifikan dengan peningkatan Pendapatan Usahatani Kelapa serta Pendapatan Lain, namun menurun secara signifikan dengan peningkatan Harga Beras, Harga Ikan, Harga Telur, Harga Sayur, Harga Minyak Goreng, serta Harga Biaya Listrik 5. Dampak Perubahan Iklim menunjukkan bahwa peubah iklim berpengaruh negatif terhadap produksi, pendapatan usahatani dan ketahanan pangan rumahtangga petani kelapa. Hasil analisis menunjukkan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi dan 194 pendapatan usahatani, sedangkan terhadap tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani kelapa menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. 7.2. Implikasi Kebijakan Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dirumuskan implikasi kebijakan sebagai berikut : 1. Keberhasilan produksi tanaman kelapa tidak terlepas dari unsur iklim sehingga perlu dikaji kembali hubungan antara produksi kelapa dan iklim dengan lokasi dan metode yang berbeda agar diperoleh model baru yang lebih representatif dengan memasukkan variabel iklim lainnya seperti jumlah hari hujan, panjang penyinaran matahari, kelembaban udara, serta efek gas rumah kaca. 2. Peremajaan tanaman kelapa perlu dilakukan mengingat umur tanaman kelapa yang diusahakan oleh petani telah berumur tua sehingga mempengaruhi produksi kelapa yang dihasilkan. Penggunaan varietas unggul dalam peremajaan tanaman kelapa harus menjadi perhatian. Teknologi peremajaan tebang bertahap, yaitu tanaman tua ditebang secara bertahap setelah tanaman baru ditanam di antara tanaman tua. Pengurangan populasi tanaman kelapa tua setelah tanaman pengganti menghasilkan atau secara bertahap sebesar 20% per tahun dapat dilakukan petani mengingat pengurangan produksi dari tanaman tua berlangsung secara perlahan. Jika hal ini disertai pengusahaan tanaman 195 sela, maka pengurangan pendapatan dari peremajaan tanaman kelapa tua menjadi tidak berarti. 3. Ketahanan pangan rumahtangga petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara meskipun tergolong tahan pangan, namun masih ditemukan rumahtangga yang rawan pangan, maka perlu kebijakan program khususnya untuk peningkatan pendapatan petani, agar akses petani kelapa terhadap pangan lebih terjamin. Peningkatan pendapatan petani kelapa menjadi faktor penentu dan hal ini dapat dicapai antara lain dengan melakukan diversifikasi usahatani kelapa baik secara horizontal maupun vertikal. Diversifikasi usahatani secara horizontal yaitu dengan mengintroduksi tanaman sela yang prospektif, sedangkan diversifikasi secara vertikal yaitu dengan menganekaragamkan produk usahatani kelapa seperti pembuatan VCO (virgin coconut oil), nata de coco, arang aktif, asap cair serta kerajinan rumahtangga dengan memanfaatkan tempurung dan sabut kelapa. 4. Diperlukan antisipasi yang memadai terhadap dampak perubahan iklim bagi petani dan usahatani kelapa. Meskipun petani memahami apa yang dimaksud dengan perubahan iklim yang dibuktikan dengan penjelasan yang diberikan mendekati dengan fenomena yang ditimbulkan akibat perubahan iklim. Namun tentunya petani akan lebih siap menghadapi perubahan iklim bila mereka memiliki informasi yang akurat dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Guna menterjemahkan perkiraan ilmiah perubahan iklim ke dalam bahasa petani dan melatih petani untuk 196 merespon perubahan iklim tersebut maka diperlukan pendekatan sekolah lapang iklim (SLI). Meningkatkan program pengembangan teknologi varietas kelapa unggul yang mampu bertahan dalam kondisi cekaman kekeringan dan kelebihan air, serta salinitas tinggi. Penerapan teknologi pengelolaan tanah dan tanaman untuk meningkatkan daya adaptasi tanaman, pengembangan teknologi hemat air dan penerapan teknologi pengelolaan air terutama pada lahan yang rentan terhadap kekeringan. 197