193 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1

advertisement
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Produksi pertanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara dipengaruhi
oleh variabilitas iklim Jumlah Curah Hujan, Rata-rata Suhu Udara, serta
Luas Areal tanaman kelapa. Jumlah Curah Hujan dan Rata-rata suhu
udara mempengaruhi produksi kelapa sebesar 0,19 dan 2,80 persen.
Nilai SOI (Southern Oscillation Index) dan Jumlah Curah Hujan
Minimum selama Tiga Bulan menunjukkan koefisien yang negatif
namun tidak berpengaruh terhadap produksi kelapa.
2. Produksi usahatani kelapa memiliki tingkat Efisiensi Teknis sebesar
0,85 persen yang berarti usahatani yang dilakukan pada tingkat
teknologi produksi yang dimiliki telah efisien secara teknis. Faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan produksi kelapa adalah Luas
Lahan, Curahan Tenaga Kerja, Populasi Tanaman, dan Jenis Benih
kelapa. Faktor Umur Tanaman menunjukkan hal sebaliknya yaitu
peningkatan Umur Tanaman akan menurunkan produksi kelapa sebesar
-0,10 persen, demikian juga Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim
berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa. Tingkat Efisiensi Teknis
petani kelapa berada pada kisaran 0,69 - 0,98 persen. Tingkat Efisiensi
Alokatif berada pada kisaran 0,64 - 0,94 persen, dengan rata-rata
193
Efisiensi Alokatif sebesar 0,85 persen,
sedangkan tingkat Efisiensi
Ekonomi berada pada kisaran 0,48 - 0,89 persen, dengan Efisiensi
Ekonomi rata-rata sebesar 0,72 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
secara Teknis, Alokatif, dan Ekonomi petani sudah mengelola
usahataninya secara efisien pada tingkat teknologi produksi yang
dimiliki. Jadi tidak ada perbedaan Efisiensi Teknis usahatani kelapa.
3. Pendapatan usahatani kelapa meningkat secara signifikan dengan
peningkatan jumlah Luas Lahan, Populasi Tanaman, dan Pola Tanam,
namun menurun secara signifikan dengan peningakatan Tingkat Upah
Tenaga Kerja, Harga Sewa Angkutan dan Persepsi Petani terhadap
Perubahan Iklim.
4. Status ketahanan pangan petani kelapa di Sulawesi Utara tergolong
tahan pangan (44 persen), namun demikian masih ditemukan
rumahtangga petani kelapa yang rawan pangan (8,67 persen).
Ketahanan pangan rumahtangga petani kelapa meningkat secara
signifikan dengan peningkatan Pendapatan Usahatani Kelapa serta
Pendapatan Lain, namun menurun secara signifikan dengan peningkatan
Harga Beras, Harga Ikan, Harga Telur, Harga Sayur, Harga Minyak
Goreng, serta Harga Biaya Listrik
5. Dampak
Perubahan
Iklim
menunjukkan
bahwa
peubah
iklim
berpengaruh negatif terhadap produksi, pendapatan usahatani dan
ketahanan
pangan
rumahtangga
petani
kelapa.
Hasil
analisis
menunjukkan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi dan
194
pendapatan usahatani, sedangkan terhadap tingkat ketahanan pangan
rumahtangga petani kelapa menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
7.2. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dirumuskan implikasi
kebijakan sebagai berikut :
1. Keberhasilan produksi tanaman kelapa tidak terlepas dari unsur iklim
sehingga perlu dikaji kembali hubungan antara produksi kelapa dan
iklim dengan lokasi dan metode yang berbeda agar diperoleh model baru
yang lebih representatif dengan memasukkan variabel iklim lainnya
seperti jumlah hari hujan, panjang penyinaran matahari, kelembaban
udara, serta efek gas rumah kaca.
2. Peremajaan tanaman kelapa perlu dilakukan mengingat umur tanaman
kelapa yang diusahakan oleh petani telah berumur tua sehingga
mempengaruhi produksi kelapa yang dihasilkan. Penggunaan varietas
unggul dalam peremajaan tanaman kelapa harus menjadi perhatian.
Teknologi peremajaan tebang bertahap, yaitu tanaman tua ditebang
secara bertahap setelah tanaman baru ditanam di antara tanaman tua.
Pengurangan populasi tanaman kelapa tua setelah tanaman pengganti
menghasilkan atau secara bertahap sebesar 20% per tahun dapat
dilakukan petani mengingat pengurangan produksi dari tanaman tua
berlangsung secara perlahan. Jika hal ini disertai pengusahaan tanaman
195
sela, maka pengurangan pendapatan dari peremajaan tanaman kelapa tua
menjadi tidak berarti.
3. Ketahanan pangan rumahtangga petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara
meskipun tergolong tahan pangan, namun masih ditemukan rumahtangga
yang rawan pangan, maka perlu kebijakan program khususnya untuk
peningkatan pendapatan petani, agar akses petani kelapa terhadap
pangan lebih terjamin. Peningkatan pendapatan petani kelapa menjadi
faktor penentu dan hal ini dapat dicapai antara lain dengan melakukan
diversifikasi usahatani kelapa baik secara horizontal maupun vertikal.
Diversifikasi usahatani secara horizontal yaitu dengan mengintroduksi
tanaman sela yang prospektif, sedangkan diversifikasi secara vertikal
yaitu dengan menganekaragamkan produk usahatani kelapa seperti
pembuatan VCO (virgin coconut oil), nata de coco, arang aktif, asap cair
serta kerajinan rumahtangga dengan memanfaatkan tempurung dan sabut
kelapa.
4. Diperlukan antisipasi yang memadai terhadap dampak perubahan iklim
bagi petani dan usahatani kelapa. Meskipun petani memahami apa yang
dimaksud dengan perubahan iklim yang dibuktikan dengan penjelasan
yang diberikan mendekati dengan fenomena yang ditimbulkan akibat
perubahan iklim. Namun tentunya petani akan lebih siap menghadapi
perubahan iklim bila mereka memiliki informasi yang akurat dari Badan
Meteorologi dan Geofisika. Guna menterjemahkan perkiraan ilmiah
perubahan iklim ke dalam bahasa petani dan melatih petani untuk
196
merespon perubahan iklim tersebut maka diperlukan pendekatan sekolah
lapang iklim (SLI). Meningkatkan program pengembangan teknologi
varietas kelapa unggul yang mampu bertahan dalam kondisi cekaman
kekeringan dan kelebihan air, serta salinitas tinggi. Penerapan teknologi
pengelolaan tanah dan tanaman untuk meningkatkan daya adaptasi
tanaman, pengembangan teknologi hemat air dan penerapan teknologi
pengelolaan air terutama pada lahan yang rentan terhadap kekeringan.
197
Download