LAPORAN PRAKTIKUM DIETETIK VI KASUS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS) Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dietetik Penyakit Infeksi dan Defisiensi Dosen : Iin Fatmawati, S.Gz, M.PH Disusun oleh Kelompok 2 : Amanda Hani 1710714020 Ghina Shyifa Khairullah 1710714031 Nizma Assafarina Fatihah 1710714037 Javiera Putri Motali 1710714041 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2018 1 1. ASSESMEN GIZI A. ANAMNESIS 1. Identitas Pasien Nama : Ny. M No RM Umur : 78 thn Ruang Sex :P Tgl Masuk : 10 Oktober 2013 Pekerjaan : Tidak bekerja : : ICU Tgl Kasus : 14 Oktober 2013 Pendidikan : Tidak sekolah Alamat Agama Diagnosis medis : Sepsis, PPOK eksaserbasi akut, dengan : Islam : Pakem, Sleman gagal nafas tipe II, susp. TB pulmo, CAP cr IV, obs. Hipoglikemia ec. DM2NO, polisitemia sekunder, ARDS, CHF cf III, CP decomp 2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit Keluhan Utama Sesak nafas, lemas, mual muntah, demam Riwayat Penyakit 6 BSMRS merasa nyeri seperti ditusuk jarum dan panas pada kedua kaki. 5 Sekarang HSMRS mengeluh sesak nafas. 1 HSMRS mengantuk sepanjang hari, merasa tebal dan kesemutan di seluruh tubuh. Sesak nafas semakin berat disertai mual muntah dan dibawa ke RS Panti Nugroho dengan diagnosis medis NON STEMI dan hiposaturasi. Namun karena keadaan tidak membaik kemudian dirujuk ke RS Sardjito. Riwayat Penyakit Jantung, hipertensi, DM Dahulu Riwayat Penyakit Hipertensi Keluarga 3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi Data Sosio ekonomi Penghasilan : menengah ke bawah Jumlah anggota keluarga : 4 (tinggal dengan anak dan cucu) Suku : Jawa Aktifitas fisik Alergi makanan Jumlah jam kerja : - Jumlah jam tidur sehari : 8 jam Jenis olahraga : - Frekuensi : - Makanan : - Penyebab : - 2 Jenis diet khusus :- Alasan : - Yang Menganjurkan : Masalah Nyeri ulu hati (ya/tidak ), Mual (ya/tidak ), Muntah (ya/tidak), gastrointestinal Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak), Anoreksia (ya/tidak ) Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak ) Penyakit kronik Jenis penyakit : - Modifikasi diet : - Jenis dan lama pengobatan : Kesehatan mulut Sulit menelan (ya/tidak), Stomatitis (ya/tidak), Gigi lengkap (ya/tidak) Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Frekuensi dan jumlah : - Perubahan berat Bertambah/berkurang: - kg badan disengaja /tidak disengaja Mempersiapkan Fasilitas memasak lamanya: - : masak sendiri atau dimasakkan anak dengan kayu bakar makanan Fasilitas menyimpan makanan : Riwayat / pola makan Makanan pokok : 2-3 x/hari. nasi (2-3x/hari) 1 centong Lauk hewani : sering tapi tidak tentu setiap hari. ayam (3x/minggu) 1 paha, telur (2x/minggu) 1 butir. Lauk Nabati : setiap hari. tahu (1x/hari) 1 potong, tempe (1x/hari) 1 potong. Sayuran : setiap hari lembayung (3x/minggu) ½ sendok sayur, bayam (2x/minggu) 1 sendok sayur, kacang panjang (2x/minggu) ½ sendok sayur, sayur singkong (1x/minggu) 1 sendok sayur, sayur pepaya (1x/minggu) 1 sendok sayur Buah : 2-3x/minggu pepaya (2-3x/minggu) 4 potong kecil Selingan : roti kelapa (3x/minggu) Minuman : setiap hari. Yang sering dikonsumsi : teh (1x/hari), air putih (4 gelas/hari), susu anlene (1x/hari) 3 Dihadapkan pasien umur 78 tahun masuk RSUP dr.Sardjito pada tanggal 10 Oktober 2013. Pasien merupakan rujukan dari RSUD Panti Nugroho Pakem dengan keluhan utama sesak nafas, lemas, mual muntah, dan demam. Di RS Panti Nugroho pasien didiagnosis mengalami NON STEMI dan hiposaturasi. Karena keadaan tidak kunjung membaik, pasien dipindahkan ke RS Sardjito dan langsung masuk ke ICU. Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui pasien mengalami sepsis disertai dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) eksaserbasi akut sehingga menyebabkan gagal nafas tipe II dan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) sehingga perlu penggunaan ventilator. Selain itu pasien juga diduga mengalami TB pulmo dan CAP (Community Acquired Pneumonia) tingkat IV. Pasien juga mengalami Hipoglikemia yang mengarah pada kejadian DM2NO (Diabetes Melitus Tipe 2 Non Obesitas) dan polisitemia sekunder (peningkatan berlebih jumlah sel darah merah). Pasien memiliki riwayat penyakit CHF cf III (Gagal Jantung Kongestif kelas 3) yang menyebabkan terjadinya CP decomp (Cardiopulmonary Decompensation). Keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah lemah, sesak nafas, mual muntah, dan demam. Kejadian sesak nafas, lemas, dan mual muntah merupakan salah satu ciri khas dari CHF dan PPOK. Kejadian PPOK dapat disebabkan karena lingkungan pasien yang kurang baik salah satunya disebabkan karena pasien sering memasak dengan kayu bakar selama bertahun-tahun. Sedangkan demam adalah salah satu ciri khas dari sepsis menandakan adanya infeksi di dalam darah. Sepsis sering disebut sebagai keracunan darah. Dalam hal ini tubuh akan merespon terjadinya keracunan akibat infeksi sehingga ada respon inflamasi sistemik yang ditandai dengan (Griffiths, 2009) : 1. Suhu > 38ºC atau < 36ºC 2. Takikardia (HR > 90 kali/menit) 3. Takipneu (RR > 20 kali/menit) atau PaCO2 < 32 mmHg 4. jumlah hitung leukosit <4 atau >12x10^9 / L atau kemunculan neutrofil >10%. PPOK sendiri adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif non reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. PPOK eksaserbasi akut berarti timbul keadaan yang semakin buruk dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Gejala terjadinya PPOK eksaserbasi akut adalah sesak nafas yang bertambah parah, produksi sputum meningat, dan terjadi perubahan warna sputum (PDPI, 2003). Gagal nafas diartikan sebagai kegagalan / tidak adekuatnya pertukaran gas di alveoli ditandai dengan rendahnya kadar oksigen dan 4 meningkatnya kadar CO2 di arteri. ARDS adalah peradangan akut pada sebagian besar atau kedua belah paru yang ditandai dengan kegagalan pernapasan dan pasien sering membutuhkan bantuan ventilator (Khairsyah, 2010). Polisitemia sekunder adalah keadaan mengentalnya darah karena produksi sel darah merah oleh sumsum tulang terlalu banyak sebagai respon dari kurangnya oksigen akibat penyakit seperti PPOK (Price, 2006). Berdasarkan hasil food history, makanan pasien sudah cukup baik dan seimbang. Namun konsumsi buah masih kurang adekuat dan porsi makan pasien yang sedikit. Hal ini berkaitan dengan kemampuan fisiologis pasien yang sudah tidak mampu mengkonsumsi makanan keras. Sehingga pasien menjadi picky eater karena hanya mau makan yang lunak. Pasien juga rutin minum susu Anlene setiap hari untuk mencegah osteoporosis. Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan tidak ada gangguan penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan. Namun menjelang sakit keluarga pasien mengaku pasien mengalami mual dan muntah berlebih berkaitan dengan sesak nafas yang terjadi. Sehingga pasien tidak dapat makan apa-apa. B. ANTROPOMETRI TB/PB Panjang Ulna Tinggi lutut (TL) Berat Badan LLA 156 cm (konversi TL) 25 cm 51 cm 50,4 kg (konversi TL) 29 cm Dikarenakan pasien tidak dapat turun dari tempat tidur (bedrest), maka pengukuran hanya dapat dilakukan dengan mengukur lingkar lengan atas, tinggi lutut, dan panjang ulna. Adapun tinggi badan dan berat badan dapat diestimasi dari panjang ulna dan tinggi lutut sebagai berikut : a. Tinggi Badan Estimasi dari tinggi lutut cara Chumlea : TL = 51 cm Tinggi badan (cm) = 62,682 + 1,889 x TL = 159,021 cm Faktor koreksi etnis jawa wanita usia lansia = 2,78 cm (Fatmah, 2008) Tinggi badan (cm) = 159,021 cm – 2,78 cm = 156,241 cm b. Berat Badan Ideal BB ideal = (TB-100) – 10%(TB-100) = (156-100) – 10%(156-100) = 56 – 5,6 5 = 50,4 kg Berdasarkan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA), maka dapat diketahui status gizinya dengan perhitungan sebagai berikut : % deviasi dari standar = = pengukuran sebenarnya x 100% nilai standar 290 x 100% 303 = 95,7 % Karena prosentase 95,7%, maka dikatakan pasien memiliki status gizi baik (Dudek, 2001). Nilai standar LILA (NHANES II cis Anggraeni (2012)) : Umur Persentile 50% (mm) (tahun) Laki-laki Perempuan 15 – 15,9 251 252 16 – 16,9 267 261 17 – 17,9 268 266 18 – 24,9 287 268 25 – 29,9 298 276 30 – 34,9 305 286 35 – 39,9 307 294 40 – 44,9 310 297 50 – 54,9 302 306 55 – 59,9 304 309 60 – 64,9 297 308 65 – 69,9 290 305 70 – 74,9 285 303 Hasil perhitungan klasifikasinya : Gizi baik : > 85% Gizi kurang : 70,1 – 84,9% Gizi buruk : <70% C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA Pemeriksaan darah Nilai Normal 10 Oktober 2013 14 Oktober 2014 7,35 – 7,45 7,324 (L) 7,49 (H) pCO2 35,00 – 45,00 68,5 (H) 39,3 pO2 83,00 – 108,00 59,8 (L) 91,3 HCO3- 22 – 26 mEq / L 34,8 (H) 30,4 (H) -2,5 – (+2,5) mEq / L 6,1 (H) 7,2 (H) 95,00-98,00 88,1 (L) 96,7 pH BE Sat O2 6 AaDO2 506,4 139,1 PO2 / FIO2 >300 mmHg 71,3 (L) Hb 12 – 16 g/dL 16,7 (H) 14 AL 4,00-11,00 x 10^3/uL 11,10 (H) 24,14 (H) AT 150-450 x 10^3/uL 88 (L) 32 (L) AE 4,50-6,50 x 10^6/uL 6,43 5,48 HCT 40,0-54,0 % 50,3 39,6 (L) Neut 1,8 – 8 x 10^3 / uL 9,85 (H) Lymph 0,9 – 5,2 x 10^3 / uL 0,47 (L) Mono 0,16 - 1 x 10^3 / uL 0,68 0,045 – 0,45 x 10^3 / uL 0,09 0 – 0,2 x 10^3 / uL 0,01 Eo Baso PPT/K 20,9 / 14,8 14 / 14,1 APPT/K 38,2 / 31,8 48 / 35,9 1,71 1,15 INR Na 136-145 mmol/L 140 136 K 3,3-5,1 mmol/L 3,7 3,67 Cl 98-106 mmol/L 97 (L) 103 GDS 74 – 140 78 194 (H) BUN 5-25 mg/dL 31,9 (H) Kreat 0,7-1,2 mg/dL 0,60 (L) Alb 3,40-4,80 g/dL 3,14 (L) SGOT 0,0-38,0 u/L 3,6 SGPT 0,0-41,0 u/L 25 Pemeriksaan Gula Darah 10 / 10 13 / 10 14 / 10 15 / 10 16 / 10 17 / 10 78 302 194 202 298 273 Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, diketahui pasien mengalami asidosis respiratorik, terlihat dari adanya peningkatn pCO2 dan penurunan pH darah. Hal ini terkait adanya penyakit PPOK yang diderita pasien sehingga menyebabkan pemasukan O2 dan pelepasan CO2 di darah tidak optimal. Sehingga terjadi penumpukan CO2 di darah dan 7 menyebabkan asidosis respiratorik. BE (Base excess) yang tinggi menandakan diperlukan penambahan basa ke dalam 1 liter darah/cairan ekstraseluler agar pH kembali ke 7.4 pada pCO2 40 mmHg, SO2 100%, suhu 37oC. Hal ini juga mengindikasikan adanya asidosis dalam darah. PO2 / FIO2 yang kurang dari 200 menandakan adanya ARDS. Karena kadar pO2 berada pada rentang 40-60 mmHg, maka diketahui pasien mengalami hipoksemia sedang. Nilai saturasi O2 yang rendah dalam darah menandakan kelarutan O2 yang rendah yang berarti pasien dalam keadaan hipoksia. Peningkatan Hb dan HCT adalah salah satu ciri khas dari pasien PPOK atau CHF dimana merupakan kompensasi dari berkurangnya O2 yang masuk kedalam darah atau biasa disebut polisitemia sekunder. Peningkatan AL (angka leukosit) menandakan adanya infeksi atau radang akut. Penurunan AT (angka trombosit) menandakan kemungkinan terjadinya pendarahan atau hambatan pembekuan darah. Peningkatan kadar neutrofil dan penurunan lymphosit menandakan adanya proses infeksi atau peradangan akut dan merupakan tanda terjadinya sepsis (Sutedjo, 2009). Kadar gula dalam darah sangat tinggi bahkan melebihi 200mg/dL yang menandakan pasien mengalami diabetes melitus tipe 2. Pada hari pertama pasien mengalami hipoglikemia sehingga gula darahnya turun mendekati batas bawah. D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK 1. Kesan Umum : compos mentis, lemah (GCS = E4M5V6) 2. Vital Sign : Tanggal 10 / 10 11 / 10 12 / 10 13 / 10 14 / 10 Tensi 160/90 120/80 160/90 130/80 150/90 Nadi 130 130 140 110 110 Respirasi 31 20 25 17 15 Suhu 38,6 39 39,1 38,1 36,7 3. Kepala/ abdomen/extremitas dll : ekstremitas hangat, menggunakan ventilator, kateter, infus, EKG, NGT. 4. UOP = 950 ml, Cairan masuk = 1520 ml, IWL = 480 ml, Balance cairan = + 120 ml. Secara umum, keadaan pasien menurut pemeriksaan fisik klinis sudah menunjukkan kondisi keseluruhan yang cukup baik (compos mentis) meskipun terlihat lemah. Menurut Anonim (2011), laju respirasi pasien kurang stabil karena terkadang lambat dan terkadang 8 sangat cepat (normal : 20-30 kali per menit). Denyut nadi pasien tergolong cepat (normal : 60-100 kali per menit). Dengan denyut nadi yang sangat tinggi menandakan jantung sedang bekerja berat (Tartawaka, 2004). Menurut Breman (2009), Suhu tubuh pasien termasuk tinggi pada hari-hari awal dirawat (normal : 36-37oC). Hal ini terkait kompensasi akibat sepsis. Tensi pasien tergolong tinggi (hipertensi) karena lebih dari 120/80 mmHg. Berdasarkan balance cairan, pasien mengalami balance positif yang menandakan adanya penumpukan cairan pada tubuh yang biasanya ditandai dengan adanya edema. E. ASUPAN ZAT GIZI Hasil Recall 24 jam diet : Rumah/rumah sakit * Tanggal : 14 Oktober 2013 Diet RS : Parenteral : Ringer laktat 500 cc / 24 jam Implementasi Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g) 973,55 40,675 28,25 131,35 - - - - Standar RS (8 x 150 ml) 1168,26 48,81 33,9 157,62 % Asupan 83,33% 83,33% 83,33% 83,33% Asupan oral RS (8 x 125 ml) Parenteral Pada pasien kritis, pemenuhan energi berkisar antara 50-80% karena hanya perlu memenuhi kebutuhan basal saja. Berdasarkan standar RS, diketahui pasien sudah berhasil memenuhi sekitar 80% energi. Jika dipaksakan memberikan makanan lebih banyak lagi, dimungkinkan pasien mengalami aspirasi pulmo karena seiring dengan kenaikan energi pada makanan enteral juga disertai dengan peningkatan cairan. Karena pasien mengalami edema pulmo, maka cairan harus dibatasi supaya tidak memperparah penumpukan cairan. Akan tetapi asupan oral ini dapat dikatakan masih kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan pasien selama sakit. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Rontgen Thorax Hasil Cardio : Cardiomegali (LVH) Pulmo : Oedema pulmo, efusi pleura bilateral 9 Cardiomegali adalah salah satu tanda dari adanya dekompensasi jantung terhadap kurangnya oksigen yang mengalir dalam darah. Sehingga otot jantung bekerja lebih keras dan memiliki ukuran yang lebih besar. Kejadian oedema pulmo menandakan adanya penumpukan cairan dalam tubuh sehingga menumpuk di paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan proses respirasi terganggu. G. TERAPI MEDIS Jenis Obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi Ceftriaxone 1 gr/8 Antibiotik bakteri gram Dapat jam (IV) positif dan gram negatif. Solusi menyebabkan Jangan hipersensitivitas demam), gunakan (gatal, bersamaan dengan obat anemia, mual atau makanan muntah, ada reaksi dengan kalsium, kalsium. berikan suplemen zink dan Fe. Ciprofloxacin 200 Antibiotik bakteri gram Sakit kepala, gangguan detak - mg/12 jam (IV) positif dan gram negatif jantung, tinggi candidiasis, renal failure, reaksi alergi, edema. Nebul Atrovent + Atrovent : agen Urticaria, takikardia, urinary Perlu Pulmicort 2 : 2 / 8 antikolinergik retention, jam (parasimpatolitik), headache mouth diperhatikan dryness, asupan cairan bronchodilator Pulmicort : sebagai Infeksi respirasi, rinitis, otitis broncodilator, obat asma, media, terapi propilastik batuk, diare, gastroenteritis, muntah, infeksi telinga MP (Methyl Anti inflamatory Reaksi alergi, detak jantung Pengaturan Prednisolone) 30 glucocorticoid. mg/8jam (IV) tidak teratur, edema, cairan diperlukan kembung, hepatomegali. Paracetamol 1 gr Agen analgesik (NGT) antipiretik, dan Keringat berlebih, rasa panas, Pengaturan mengurangi poliuria, rasa sakit, demam perut cairan kembung, diperlukan reaksi alergi Ranitidin 50 mg/12 Mengurangi sekresi asam Sakit jam (IV) lambung bingung, kepala, konstipasi, depresi, Perlu pengaturan serat, diare, suplemen zink, Fe mual muntah, perut kembung, atralgia, mialgia, leukopenia, anemia, alergi, 10 trombositopeina Rapid insulin Mengatur continuous (IV) gula ke dalam darah Ambroxol 3xcl Stimulasi (oral) silia sehingga pemasukan hipoglikemia aktifitas saluran Pengaturan jumlah, jenis, dan jam makan sel Reaksi alergi, nafas anafilaksis, bengkak, Pengaturan diare, menghasilkan muntah, cairan mual diperlukan hipersaliva, mukosa dan mengurangi konstipasi, heartburn, gatal, batuk (bromhexin) angioedema, dysuria Dobutamin 3 Agen inotropik stimulasi Menaikkan/menurunkan Hati-hati mg/BB/jam (IV reseptor asupan cont) jantung, vasodilator adrenergik tekanan darah mual, pusing, dengan kalium dan sakit dada, nafas pendek, natrium trombositopenia, hipokalemia Heparin 5000 Anti koagulan, pengencer Demam, mata berair, pusing, Pengaturan cairan dan IU/12 jam (SC) darah, meringankan kerja mual muntah, gatal natrium jantung RL 500 cc / 24 jam Sumber hidrasi, elektrolit, Gatal, menyeimbangkan cairan edema, batuk, Pengaturan cairan dan hipervolemia, retensi cairan, elektrolit cardiac arrest, kram, hiperelektrolit Nokoba Antagonist analgesic Hipotensi, dyspnea, takikardia, Perhatikan edema cardiac arrest Furosemide Diuretic, edema pulmo, kesetimbangan elektrolit mengurangi Iritasi GIT, diare, anoreksia, Perhatikan konstipasi, mual asupan muntah, cairan alergi, pusing, anemia 11 2. DIAGNOSIS GIZI NI 5.4 Penurunan kebutuhan KH berkaitan dengan gangguan metabolisme KH (DM tipe 2), penggunaan ventilator akibat gagal napas (PPOK, CAP, dan ARDS), dan kejadian asidosis respiratorik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah >200, pH darah rendah (7,324), pCO2 tinggi (68,5), pO2 rendah (59,8), HCO3- tinggi (34,8 mEq / L), BE tinggi (6,1 mEq / L), saturasi O2 rendah (88,1), dan PO2 / FiO2 rendah (71,3 mmHg). NI 5.1 Peningkatan kebutuhan protein albumin berkaitan dengan sepsis dan adanya edema pulmo ditandai dengan angka leukosit tinggi (11,10 x 10^3 / uL), angka neutrofil tinggi (9,86 x 10^3 / uL), kadar albumin rendah (3,14), dan foto thoraks positif edema pulmo. 12 3. INTERVENSI GIZI A. PLANNING 1. Tujuan Diet: - Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi yang adekuat supaya mempercepat proses penyembuhan dan tidak memperberat penyakit yang diderita. - Mencapai dan mempertahankan kadar gula darah mendekati normal - Mencapai dan mempertahankan kadar albumin normal 2. Syarat / Prinsip Diet: - Energi cukup, 25 kkal/kgBB - Karbohidrat rendah, 50% dari total energi. Membatasi karbohidrat sederhana yang tinggi indeks glikemik. - Protein tinggi, 20% dari total energi. Setara dengan 1,5 g/kgBB perhari. Meningkatkan konsumsi albumin. - Lemak cukup, 30% dari total energi. - Pemberian nutrisi dalam bentuk enteral. - Cairan dibatasi untuk menghindari terjadi edema, 30 ml/kgBB, atau sesuai UOP + IWL (cairan keluar target balance cairan seimbang) 3. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi a. Tinggi Badan Estimasi dari tinggi lutut cara Chumlea : TL = 51 cm Tinggi badan (cm) = 62,682 + 1,889 x TL = 159,021 cm b. Berat Badan Ideal BB ideal = (TB-100) – 10%(TB-100) = (156-100) – 10%(156-100) = 56 – 5,6 = 50,4 kg c. Perhitungan Energi Rumus Perkeni (2006) BMR : 25 kkal / kgBB x 50,4 kg = 1260 kkal FA = 126 kkPal F.Usia : 15% x 1260 kkal (70 thn) = 189 kkal F.Stres : 10% x 1260 kkal (sepsis, PPOK) = 126 kkal : 10% x 1260 kkal (bed rest) 13 Total Energy : 1260 kkal + 126 kkal - 189 kkal + 126 kkal = 1323 kkal Protein kkal = 20% x 1323 kkal = 264 = 66,15 g Lemak = 30 % x 1323 kkal = 396,9 kkal = 44,10 Karbohidrat = 50 % x 1323 kkal g = 661,5 kkal = 165,375g d. Kebutuhan cairan Berat badan : 50 kg Kebutuhan cairan : 30 ml x 50 kg = 1500 ml Perhitungan menggunakan UOP : UOP = 950 ml IWL = 480 ml Kebutuhan cairan : 950 ml + 480 ml = 1530 ml 4. Terapi Diet , Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian Terapi Diet : Diet DM Bentuk Makanan : Cair Padat Cara Pemberian : Enteral 5.Rencana Monitoring dan Evaluasi Parameter Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target Asupan zat Jumlah asupan Setiap hari Pemenuhan sebesar 90- gizi 100% dari kebutuhan 14 6.Masalah Konsultasi Masalah gizi (dari problem Tujuan Materi konseling Ket gizi) Sikap dan Mengubah perilaku Pasien dan keluarga diberi Perilaku terhadap diet RS (mau pengetahuan dan pemahaman menerima diet RS) mengenai penyakit sehingga - dapat merubah sikap dan perilakunya. B. IMPLEMENTASI 1. Rekomendasi Diet Zonde DM (8x makan) Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat (g) (Kkal) (g) (g) (g) Wortel 40 13,4 0,4 0,24 3,16 Tempe 25 50,25 5,2 2,94 4,15 Tepung Beras 5 17,65 0,35 0,025 4 Susu FCM 25 18,3 0,96 0,96 1,3 Susu Skim 10 35,9 3,56 0,1 5,2 Gula Pasir 5 15,67 - - 3,76 125 - - - - 152,26 10,47 4,27 21,9 Air TOTAL Cara membuat a. Potong wortel dan tempe bentuk dadu b. Rebu wortel dan tempe samppai matang dan blender setelah dingi 15 c. Encerkan tepung beras, susu skim dan susu FCM hingga rata d. Campurkan tempe dan wortel yang telah dibender dengan tepung beras susu skim, susu FCM dan gula pasir. e. Tambahkan air hingga 125 ml, rebus dan aduk hingga matang. f. Saring dan sajikan. 2. Kajian Rekomendasi Diet Rekomendasi diet Kebutuhan/ planning % rekomendasi/ kebutuhan Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g) 1218,08 kkal 83,76 34,16 175,2 1323 kkal 66,15 44,15 165,375 92,06 126,62 77,37 105,94 Pembahasan : ISI YA 16 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2002. ALA, 2008. Acute Respiratory Distress Syndrome. American Lung Association Lung Disease Data : 2008. American Dietetic Assossiation. 2006. Nutrition Dignosis : A Critical Step in the Nutrition Care Process. Anggraeni, Adisty Cynthia. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2012. Anonim. Nutritional Management in the Rehabilitation Medicine: Calculation of Nutritional Needs. Diakses dari http://childrenrehabilitation.wordpress.com pada tanggal 11 Juni 2013. Arif M, et.al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III, Media Ausculapius : Jakarta. Bernard GR, Artigas A, Brigham KL, Carlet J, Falke K, Hudson L, Lamy M, Legall JR, Morris A, Spragg R. The American-European Consensus Conference on ARDS. Definitions, mechanisms, relevant outcomes, and clinical trial coordination. Am J Respir Crit Care Med 1994;149:818–824. Carleton, O’Donnell. 1995. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia. www.emedicine.com Dudek, SG. 2001. Nutrition Essential for Nursing Practice. Philadelphia : Lippincott. Escott-Stump, Sylvia. Nutrition and Diagnosis-Related Care. North California : Lippincott William & Wilkins. 2012. Fatmah, Hardinsyah, Boedihartono, Rahardjo, TBW., Model Prediksi Tinggi Badan Lansia Etnis Jawa Berdasarkan Tinggi Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi duduk. Maj.Kedokt.Indon.,Volum:58, Nomor:12, Desember, 2008. Griffiths, Ben. 2009. Sepsis, SIRS, and MODS. New York : Elsevier. Grober, Uwe. Mikronutrien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012. Hadisaputro, Soeharyo. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books. 2009. Hartono. Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : Penerbut Buku Kedokteran EGC. Joshi, Shubhangini A. Nutrition and Dietetics 2nd edition. India : Tata McGraw-Hill. 2004 Katz, David L., Friedman, & Rachel S.C. Nutrition in Clinical Practice 2nd edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. 2008. Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI. 2011. Khairsyah, Oea. 2010. Gagal Nafas. Padang : RS.M. Djamil. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGC Soegondo, Sidartawan. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI. Sutedjo AY. 2004. Buku saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratoriuum, Amara Books, Yogyakarta,. Supariasa, I Dewa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2006. The Acute Respiratory Distress Syndrome Network. Ventilation with lower tidal volumes as compared with traditional tidal volumes for acute lung injury and the acute respiratory distress syndrome. N Engl J Med 2000;342:1301–1308. Tim Dosen. 2011. Penilaian Status Gizi. UGM : Yogyakarta. Waspadji, Sarwono. 2010. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta : FKUI. 17 Waspadji, Sarwono. 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta : FKUI. 18 19