Uploaded by nizmasafa

KEL 2 Laporan PPOK

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM DIETETIK VI
KASUS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Dietetik Penyakit Infeksi dan Defisiensi
Dosen : Iin Fatmawati, S.Gz, M.PH
Disusun oleh Kelompok 2 :
Amanda Hani
1710714020
Ghina Shyifa Khairullah
1710714031
Nizma Assafarina Fatihah
1710714037
Javiera Putri Motali
1710714041
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2018
1
1. ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. M
No RM
Umur
: 78 thn
Ruang
Sex
:P
Tgl Masuk : 10 Oktober 2013
Pekerjaan
: Tidak bekerja
:
: ICU
Tgl Kasus : 14 Oktober 2013
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat
Agama
Diagnosis medis : Sepsis, PPOK eksaserbasi akut, dengan
: Islam
: Pakem, Sleman
gagal nafas tipe II, susp. TB pulmo, CAP cr IV, obs.
Hipoglikemia ec. DM2NO, polisitemia sekunder, ARDS,
CHF cf III, CP decomp
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Sesak nafas, lemas, mual muntah, demam
Riwayat Penyakit
6 BSMRS merasa nyeri seperti ditusuk jarum dan panas pada kedua kaki. 5
Sekarang
HSMRS mengeluh sesak nafas. 1 HSMRS mengantuk sepanjang hari,
merasa tebal dan kesemutan di seluruh tubuh. Sesak nafas semakin berat
disertai mual muntah dan dibawa ke RS Panti Nugroho dengan diagnosis
medis NON STEMI dan hiposaturasi. Namun karena keadaan tidak
membaik kemudian dirujuk ke RS Sardjito.
Riwayat Penyakit
Jantung, hipertensi, DM
Dahulu
Riwayat Penyakit
Hipertensi
Keluarga
3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi
Data Sosio
ekonomi
Penghasilan : menengah ke bawah
Jumlah anggota keluarga : 4 (tinggal dengan anak dan cucu)
Suku : Jawa
Aktifitas fisik
Alergi makanan
Jumlah jam kerja : -
Jumlah jam tidur sehari : 8 jam
Jenis olahraga : -
Frekuensi : -
Makanan : -
Penyebab : -
2
Jenis diet khusus
:-
Alasan : -
Yang Menganjurkan : Masalah
Nyeri ulu hati (ya/tidak ), Mual (ya/tidak ), Muntah (ya/tidak),
gastrointestinal
Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak), Anoreksia
(ya/tidak )
Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak )
Penyakit kronik
Jenis penyakit : -
Modifikasi diet : -
Jenis dan lama pengobatan : Kesehatan mulut
Sulit menelan (ya/tidak), Stomatitis (ya/tidak), Gigi lengkap (ya/tidak)
Pengobatan
Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Frekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat
Bertambah/berkurang: -
kg
badan
disengaja /tidak disengaja
Mempersiapkan
Fasilitas memasak
lamanya: -
: masak sendiri atau dimasakkan anak dengan
kayu bakar
makanan
Fasilitas menyimpan makanan : Riwayat / pola
makan
Makanan pokok : 2-3 x/hari.
nasi (2-3x/hari) 1 centong
Lauk hewani : sering tapi tidak tentu setiap hari.
ayam (3x/minggu) 1 paha, telur (2x/minggu) 1 butir.
Lauk Nabati : setiap hari.
tahu (1x/hari) 1 potong, tempe (1x/hari) 1 potong.
Sayuran : setiap hari
lembayung (3x/minggu) ½ sendok sayur, bayam (2x/minggu) 1
sendok sayur, kacang panjang (2x/minggu) ½ sendok sayur, sayur
singkong (1x/minggu) 1 sendok sayur, sayur pepaya (1x/minggu) 1
sendok sayur
Buah : 2-3x/minggu
pepaya (2-3x/minggu) 4 potong kecil
Selingan : roti kelapa (3x/minggu)
Minuman : setiap hari.
Yang sering dikonsumsi : teh (1x/hari), air putih (4 gelas/hari), susu anlene
(1x/hari)
3
Dihadapkan pasien umur 78 tahun masuk RSUP dr.Sardjito pada tanggal 10 Oktober
2013. Pasien merupakan rujukan dari RSUD Panti Nugroho Pakem dengan keluhan utama
sesak nafas, lemas, mual muntah, dan demam. Di RS Panti Nugroho pasien didiagnosis
mengalami NON STEMI dan hiposaturasi. Karena keadaan tidak kunjung membaik, pasien
dipindahkan ke RS Sardjito dan langsung masuk ke ICU. Berdasarkan hasil anamnesis,
diketahui pasien mengalami sepsis disertai dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
eksaserbasi akut sehingga menyebabkan gagal nafas tipe II dan ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome) sehingga perlu penggunaan ventilator. Selain itu pasien juga diduga
mengalami TB pulmo dan CAP (Community Acquired Pneumonia) tingkat IV. Pasien juga
mengalami Hipoglikemia yang mengarah pada kejadian DM2NO (Diabetes Melitus Tipe 2
Non Obesitas) dan polisitemia sekunder (peningkatan berlebih jumlah sel darah merah).
Pasien memiliki riwayat penyakit CHF cf III (Gagal Jantung Kongestif kelas 3) yang
menyebabkan terjadinya CP decomp (Cardiopulmonary Decompensation). Keluhan yang
dirasakan oleh pasien adalah lemah, sesak nafas, mual muntah, dan demam. Kejadian sesak
nafas, lemas, dan mual muntah merupakan salah satu ciri khas dari CHF dan PPOK. Kejadian
PPOK dapat disebabkan karena lingkungan pasien yang kurang baik salah satunya
disebabkan karena pasien sering memasak dengan kayu bakar selama bertahun-tahun.
Sedangkan demam adalah salah satu ciri khas dari sepsis menandakan adanya infeksi di
dalam darah.
Sepsis sering disebut sebagai keracunan darah. Dalam hal ini tubuh akan merespon
terjadinya keracunan akibat infeksi sehingga ada respon inflamasi sistemik yang ditandai
dengan (Griffiths, 2009) :
1. Suhu > 38ºC atau < 36ºC
2. Takikardia (HR > 90 kali/menit)
3. Takipneu (RR > 20 kali/menit) atau PaCO2 < 32 mmHg
4. jumlah hitung leukosit <4 atau >12x10^9 / L atau kemunculan neutrofil >10%.
PPOK sendiri adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara
di saluran napas yang bersifat progresif non reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis
kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. PPOK eksaserbasi akut berarti timbul
keadaan yang semakin buruk dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Gejala terjadinya
PPOK eksaserbasi akut adalah sesak nafas yang bertambah parah, produksi sputum meningat,
dan terjadi perubahan warna sputum (PDPI, 2003). Gagal nafas diartikan sebagai kegagalan /
tidak adekuatnya pertukaran gas di alveoli ditandai dengan rendahnya kadar oksigen dan
4
meningkatnya kadar CO2 di arteri. ARDS adalah peradangan akut pada sebagian besar atau
kedua belah paru yang ditandai dengan kegagalan pernapasan dan pasien sering
membutuhkan bantuan ventilator (Khairsyah, 2010). Polisitemia sekunder adalah keadaan
mengentalnya darah karena produksi sel darah merah oleh sumsum tulang terlalu banyak
sebagai respon dari kurangnya oksigen akibat penyakit seperti PPOK (Price, 2006).
Berdasarkan hasil food history, makanan pasien sudah cukup baik dan seimbang.
Namun konsumsi buah masih kurang adekuat dan porsi makan pasien yang sedikit. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan fisiologis pasien yang sudah tidak mampu mengkonsumsi
makanan keras. Sehingga pasien menjadi picky eater karena hanya mau makan yang lunak.
Pasien juga rutin minum susu Anlene setiap hari untuk mencegah osteoporosis. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi dan tidak ada gangguan penurunan berat badan dan penurunan nafsu
makan. Namun menjelang sakit keluarga pasien mengaku pasien mengalami mual dan
muntah berlebih berkaitan dengan sesak nafas yang terjadi. Sehingga pasien tidak dapat
makan apa-apa.
B. ANTROPOMETRI
TB/PB
Panjang Ulna
Tinggi lutut (TL)
Berat Badan
LLA
156 cm (konversi TL)
25 cm
51 cm
50,4 kg (konversi TL)
29 cm
Dikarenakan pasien tidak dapat turun dari tempat tidur (bedrest), maka pengukuran
hanya dapat dilakukan dengan mengukur lingkar lengan atas, tinggi lutut, dan panjang ulna.
Adapun tinggi badan dan berat badan dapat diestimasi dari panjang ulna dan tinggi lutut
sebagai berikut :
a. Tinggi Badan Estimasi dari tinggi lutut cara Chumlea :
TL = 51 cm
Tinggi badan (cm)
= 62,682 + 1,889 x TL
= 159,021 cm
Faktor koreksi etnis jawa wanita usia lansia = 2,78 cm (Fatmah, 2008)
Tinggi badan (cm)
= 159,021 cm – 2,78 cm
= 156,241 cm
b. Berat Badan Ideal
BB ideal
= (TB-100) – 10%(TB-100)
= (156-100) – 10%(156-100)
= 56 – 5,6
5
= 50,4 kg
Berdasarkan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA), maka dapat diketahui
status gizinya dengan perhitungan sebagai berikut :
% deviasi dari standar =
=
pengukuran sebenarnya x 100%
nilai standar
290 x 100%
303
= 95,7 %
Karena prosentase 95,7%, maka dikatakan pasien memiliki status gizi baik (Dudek, 2001).
Nilai standar LILA (NHANES II cis Anggraeni (2012)) :
Umur
Persentile 50% (mm)
(tahun)
Laki-laki
Perempuan
15 – 15,9
251
252
16 – 16,9
267
261
17 – 17,9
268
266
18 – 24,9
287
268
25 – 29,9
298
276
30 – 34,9
305
286
35 – 39,9
307
294
40 – 44,9
310
297
50 – 54,9
302
306
55 – 59,9
304
309
60 – 64,9
297
308
65 – 69,9
290
305
70 – 74,9
285
303
Hasil perhitungan klasifikasinya :
Gizi baik
: > 85%
Gizi kurang
: 70,1 – 84,9%
Gizi buruk
: <70%
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan darah
Nilai Normal
10 Oktober 2013
14 Oktober 2014
7,35 – 7,45
7,324 (L)
7,49 (H)
pCO2
35,00 – 45,00
68,5 (H)
39,3
pO2
83,00 – 108,00
59,8 (L)
91,3
HCO3-
22 – 26 mEq / L
34,8 (H)
30,4 (H)
-2,5 – (+2,5) mEq / L
6,1 (H)
7,2 (H)
95,00-98,00
88,1 (L)
96,7
pH
BE
Sat O2
6
AaDO2
506,4
139,1
PO2 / FIO2
>300 mmHg
71,3 (L)
Hb
12 – 16 g/dL
16,7 (H)
14
AL
4,00-11,00 x 10^3/uL
11,10 (H)
24,14 (H)
AT
150-450 x 10^3/uL
88 (L)
32 (L)
AE
4,50-6,50 x 10^6/uL
6,43
5,48
HCT
40,0-54,0 %
50,3
39,6 (L)
Neut
1,8 – 8 x 10^3 / uL
9,85 (H)
Lymph
0,9 – 5,2 x 10^3 / uL
0,47 (L)
Mono
0,16 - 1 x 10^3 / uL
0,68
0,045 – 0,45 x 10^3 / uL
0,09
0 – 0,2 x 10^3 / uL
0,01
Eo
Baso
PPT/K
20,9 / 14,8
14 / 14,1
APPT/K
38,2 / 31,8
48 / 35,9
1,71
1,15
INR
Na
136-145 mmol/L
140
136
K
3,3-5,1 mmol/L
3,7
3,67
Cl
98-106 mmol/L
97 (L)
103
GDS
74 – 140
78
194 (H)
BUN
5-25 mg/dL
31,9 (H)
Kreat
0,7-1,2 mg/dL
0,60 (L)
Alb
3,40-4,80 g/dL
3,14 (L)
SGOT
0,0-38,0 u/L
3,6
SGPT
0,0-41,0 u/L
25
Pemeriksaan Gula Darah
10 / 10
13 / 10
14 / 10
15 / 10
16 / 10
17 / 10
78
302
194
202
298
273
Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, diketahui pasien mengalami asidosis
respiratorik, terlihat dari adanya peningkatn pCO2 dan penurunan pH darah. Hal ini terkait
adanya penyakit PPOK yang diderita pasien sehingga menyebabkan pemasukan O2 dan
pelepasan CO2 di darah tidak optimal. Sehingga terjadi penumpukan CO2 di darah dan
7
menyebabkan asidosis respiratorik. BE (Base excess) yang tinggi menandakan diperlukan
penambahan basa ke dalam 1 liter darah/cairan ekstraseluler agar pH kembali ke 7.4 pada
pCO2 40 mmHg, SO2 100%, suhu 37oC. Hal ini juga mengindikasikan adanya asidosis
dalam darah. PO2 / FIO2 yang kurang dari 200 menandakan adanya ARDS. Karena kadar
pO2 berada pada rentang 40-60 mmHg, maka diketahui pasien mengalami hipoksemia
sedang. Nilai saturasi O2 yang rendah dalam darah menandakan kelarutan O2 yang rendah
yang berarti pasien dalam keadaan hipoksia. Peningkatan Hb dan HCT adalah salah satu ciri
khas dari pasien PPOK atau CHF dimana merupakan kompensasi dari berkurangnya O2 yang
masuk kedalam darah atau biasa disebut polisitemia sekunder. Peningkatan AL (angka
leukosit) menandakan adanya infeksi atau radang akut. Penurunan AT (angka trombosit)
menandakan kemungkinan terjadinya pendarahan atau hambatan pembekuan darah.
Peningkatan kadar neutrofil dan penurunan lymphosit menandakan adanya proses infeksi atau
peradangan akut dan merupakan tanda terjadinya sepsis (Sutedjo, 2009). Kadar gula dalam
darah sangat tinggi bahkan melebihi 200mg/dL yang menandakan pasien mengalami diabetes
melitus tipe 2. Pada hari pertama pasien mengalami hipoglikemia sehingga gula darahnya
turun mendekati batas bawah.
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : compos mentis, lemah (GCS = E4M5V6)
2. Vital Sign
:
Tanggal
10 / 10
11 / 10
12 / 10
13 / 10
14 / 10
Tensi
160/90
120/80
160/90
130/80
150/90
Nadi
130
130
140
110
110
Respirasi
31
20
25
17
15
Suhu
38,6
39
39,1
38,1
36,7
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll : ekstremitas hangat, menggunakan ventilator,
kateter, infus, EKG, NGT.
4. UOP = 950 ml, Cairan masuk = 1520 ml, IWL = 480 ml, Balance cairan = + 120
ml.
Secara umum, keadaan pasien menurut pemeriksaan fisik klinis sudah menunjukkan
kondisi keseluruhan yang cukup baik (compos mentis) meskipun terlihat lemah. Menurut
Anonim (2011), laju respirasi pasien kurang stabil karena terkadang lambat dan terkadang
8
sangat cepat (normal : 20-30 kali per menit). Denyut nadi pasien tergolong cepat (normal :
60-100 kali per menit). Dengan denyut nadi yang sangat tinggi menandakan jantung sedang
bekerja berat (Tartawaka, 2004). Menurut Breman (2009), Suhu tubuh pasien termasuk tinggi
pada hari-hari awal dirawat (normal : 36-37oC). Hal ini terkait kompensasi akibat sepsis.
Tensi pasien tergolong tinggi (hipertensi) karena lebih dari 120/80 mmHg. Berdasarkan
balance cairan, pasien mengalami balance positif yang menandakan adanya penumpukan
cairan pada tubuh yang biasanya ditandai dengan adanya edema.
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah/rumah sakit *
Tanggal : 14 Oktober 2013
Diet RS :
Parenteral : Ringer laktat 500 cc / 24 jam
Implementasi
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
KH (g)
973,55
40,675
28,25
131,35
-
-
-
-
Standar RS (8 x 150 ml)
1168,26
48,81
33,9
157,62
% Asupan
83,33%
83,33%
83,33%
83,33%
Asupan oral RS (8 x 125 ml)
Parenteral
Pada pasien kritis, pemenuhan energi berkisar antara 50-80% karena hanya perlu
memenuhi kebutuhan basal saja. Berdasarkan standar RS, diketahui pasien sudah berhasil
memenuhi sekitar 80% energi. Jika dipaksakan memberikan makanan lebih banyak lagi,
dimungkinkan pasien mengalami aspirasi pulmo karena seiring dengan kenaikan energi pada
makanan enteral juga disertai dengan peningkatan cairan. Karena pasien mengalami edema
pulmo, maka cairan harus dibatasi supaya tidak memperparah penumpukan cairan. Akan
tetapi asupan oral ini dapat dikatakan masih kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan
pasien selama sakit.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Rontgen Thorax
Hasil
Cardio : Cardiomegali (LVH)
Pulmo : Oedema pulmo, efusi pleura bilateral
9
Cardiomegali adalah salah satu tanda dari adanya dekompensasi jantung terhadap
kurangnya oksigen yang mengalir dalam darah. Sehingga otot jantung bekerja lebih keras dan
memiliki ukuran yang lebih besar. Kejadian oedema pulmo menandakan adanya penumpukan
cairan dalam tubuh sehingga menumpuk di paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan proses
respirasi terganggu.
G. TERAPI MEDIS
Jenis Obat
Fungsi
Interaksi dengan zat gizi
Ceftriaxone 1 gr/8
Antibiotik bakteri gram Dapat
jam (IV)
positif dan gram negatif.
Solusi
menyebabkan Jangan
hipersensitivitas
demam),
gunakan
(gatal, bersamaan dengan obat
anemia,
mual atau
makanan
muntah, ada reaksi dengan kalsium,
kalsium.
berikan
suplemen zink dan Fe.
Ciprofloxacin 200
Antibiotik bakteri gram Sakit kepala, gangguan detak -
mg/12 jam (IV)
positif dan gram negatif
jantung,
tinggi
candidiasis,
renal
failure, reaksi alergi, edema.
Nebul Atrovent +
Atrovent
:
agen Urticaria, takikardia, urinary Perlu
Pulmicort 2 : 2 / 8
antikolinergik
retention,
jam
(parasimpatolitik),
headache
mouth
diperhatikan
dryness, asupan cairan
bronchodilator
Pulmicort
:
sebagai Infeksi respirasi, rinitis, otitis
broncodilator, obat asma, media,
terapi propilastik
batuk,
diare,
gastroenteritis,
muntah,
infeksi telinga
MP (Methyl
Anti
inflamatory Reaksi alergi, detak jantung Pengaturan
Prednisolone) 30
glucocorticoid.
mg/8jam (IV)
tidak
teratur,
edema,
cairan
diperlukan
kembung, hepatomegali.
Paracetamol 1 gr
Agen
analgesik
(NGT)
antipiretik,
dan Keringat berlebih, rasa panas, Pengaturan
mengurangi poliuria,
rasa sakit, demam
perut
cairan
kembung, diperlukan
reaksi alergi
Ranitidin 50 mg/12
Mengurangi sekresi asam Sakit
jam (IV)
lambung
bingung,
kepala,
konstipasi,
depresi, Perlu pengaturan serat,
diare, suplemen zink, Fe
mual muntah, perut kembung,
atralgia,
mialgia,
leukopenia,
anemia,
alergi,
10
trombositopeina
Rapid insulin
Mengatur
continuous (IV)
gula ke dalam darah
Ambroxol 3xcl
Stimulasi
(oral)
silia
sehingga
pemasukan hipoglikemia
aktifitas
saluran
Pengaturan
jumlah,
jenis, dan jam makan
sel Reaksi
alergi,
nafas anafilaksis,
bengkak, Pengaturan
diare,
menghasilkan muntah,
cairan
mual diperlukan
hipersaliva,
mukosa dan mengurangi konstipasi, heartburn, gatal,
batuk (bromhexin)
angioedema, dysuria
Dobutamin 3
Agen inotropik stimulasi Menaikkan/menurunkan
Hati-hati
mg/BB/jam (IV
reseptor
asupan
cont)
jantung, vasodilator
adrenergik tekanan darah mual, pusing,
dengan
kalium
dan
sakit dada, nafas pendek, natrium
trombositopenia, hipokalemia
Heparin 5000
Anti koagulan, pengencer Demam, mata berair, pusing,
Pengaturan cairan dan
IU/12 jam (SC)
darah, meringankan kerja mual muntah, gatal
natrium
jantung
RL 500 cc / 24 jam
Sumber hidrasi, elektrolit, Gatal,
menyeimbangkan cairan
edema,
batuk, Pengaturan cairan dan
hipervolemia, retensi cairan, elektrolit
cardiac
arrest,
kram,
hiperelektrolit
Nokoba
Antagonist analgesic
Hipotensi,
dyspnea,
takikardia, Perhatikan
edema
cardiac arrest
Furosemide
Diuretic,
edema
pulmo, kesetimbangan
elektrolit
mengurangi Iritasi GIT, diare, anoreksia, Perhatikan
konstipasi,
mual
asupan
muntah, cairan
alergi, pusing, anemia
11
2. DIAGNOSIS GIZI
NI 5.4 Penurunan kebutuhan KH berkaitan dengan gangguan metabolisme KH (DM tipe 2),
penggunaan ventilator akibat gagal napas (PPOK, CAP, dan ARDS), dan kejadian asidosis
respiratorik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah >200, pH darah rendah
(7,324), pCO2 tinggi (68,5), pO2 rendah (59,8), HCO3- tinggi (34,8 mEq / L), BE tinggi (6,1
mEq / L), saturasi O2 rendah (88,1), dan PO2 / FiO2 rendah (71,3 mmHg).
NI 5.1 Peningkatan kebutuhan protein albumin berkaitan dengan sepsis dan adanya edema
pulmo ditandai dengan angka leukosit tinggi (11,10 x 10^3 / uL), angka neutrofil tinggi (9,86
x 10^3 / uL), kadar albumin rendah (3,14), dan foto thoraks positif edema pulmo.
12
3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet:
-
Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi yang adekuat supaya mempercepat
proses penyembuhan dan tidak memperberat penyakit yang diderita.
-
Mencapai dan mempertahankan kadar gula darah mendekati normal
-
Mencapai dan mempertahankan kadar albumin normal
2. Syarat / Prinsip Diet:
-
Energi cukup, 25 kkal/kgBB
-
Karbohidrat rendah, 50% dari total energi. Membatasi karbohidrat sederhana
yang tinggi indeks glikemik.
-
Protein tinggi, 20% dari total energi. Setara dengan 1,5 g/kgBB perhari.
Meningkatkan konsumsi albumin.
-
Lemak cukup, 30% dari total energi.
-
Pemberian nutrisi dalam bentuk enteral.
-
Cairan dibatasi untuk menghindari terjadi edema, 30 ml/kgBB, atau sesuai
UOP + IWL (cairan keluar  target balance cairan seimbang)
3. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi
a. Tinggi Badan Estimasi dari tinggi lutut cara Chumlea :
TL = 51 cm
Tinggi badan (cm)
= 62,682 + 1,889 x TL
= 159,021 cm
b. Berat Badan Ideal
BB ideal
= (TB-100) – 10%(TB-100)
= (156-100) – 10%(156-100)
= 56 – 5,6
= 50,4 kg
c. Perhitungan Energi Rumus Perkeni (2006)
BMR : 25 kkal / kgBB x 50,4 kg
= 1260
kkal
FA
= 126
kkPal
F.Usia : 15% x 1260 kkal (70 thn)
= 189
kkal
F.Stres : 10% x 1260 kkal (sepsis, PPOK)
= 126
kkal
: 10% x 1260 kkal (bed rest)
13
Total Energy : 1260 kkal + 126 kkal - 189 kkal + 126 kkal = 1323
kkal
Protein
kkal
= 20% x 1323 kkal
= 264
= 66,15 g
Lemak
= 30 % x 1323 kkal
= 396,9 kkal
= 44,10
Karbohidrat
= 50 % x 1323 kkal
g
= 661,5 kkal
= 165,375g
d. Kebutuhan cairan
Berat badan : 50 kg
Kebutuhan cairan
: 30 ml x 50 kg = 1500 ml
Perhitungan menggunakan UOP :
UOP = 950 ml
IWL = 480 ml
Kebutuhan cairan
: 950 ml + 480 ml = 1530 ml
4. Terapi Diet , Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet
: Diet DM
Bentuk Makanan
: Cair Padat
Cara Pemberian
: Enteral
5.Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter
Yang diukur
Pengukuran
Evaluasi/ target
Asupan zat
Jumlah asupan
Setiap hari
Pemenuhan sebesar 90-
gizi
100% dari kebutuhan
14
6.Masalah Konsultasi
Masalah gizi
(dari problem
Tujuan
Materi konseling
Ket
gizi)
Sikap dan
Mengubah perilaku
Pasien dan keluarga diberi
Perilaku
terhadap diet RS (mau
pengetahuan dan pemahaman
menerima diet RS)
mengenai penyakit sehingga
-
dapat merubah sikap dan
perilakunya.
B. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet
Zonde DM (8x makan)
Bahan makanan
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
(g)
(Kkal)
(g)
(g)
(g)
Wortel
40
13,4
0,4
0,24
3,16
Tempe
25
50,25
5,2
2,94
4,15
Tepung Beras
5
17,65
0,35
0,025
4
Susu FCM
25
18,3
0,96
0,96
1,3
Susu Skim
10
35,9
3,56
0,1
5,2
Gula Pasir
5
15,67
-
-
3,76
125
-
-
-
-
152,26
10,47
4,27
21,9
Air
TOTAL
Cara membuat
a. Potong wortel dan tempe bentuk dadu
b. Rebu wortel dan tempe samppai matang dan blender setelah dingi
15
c. Encerkan tepung beras, susu skim dan susu FCM hingga rata
d. Campurkan tempe dan wortel yang telah dibender dengan tepung beras susu skim, susu
FCM dan gula pasir.
e. Tambahkan air hingga 125 ml, rebus dan aduk hingga matang.
f. Saring dan sajikan.
2. Kajian Rekomendasi Diet
Rekomendasi diet
Kebutuhan/ planning
% rekomendasi/
kebutuhan
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
KH (g)
1218,08 kkal
83,76
34,16
175,2
1323 kkal
66,15
44,15
165,375
92,06
126,62
77,37
105,94
Pembahasan :
ISI
YA
16
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. 2002.
ALA, 2008. Acute Respiratory Distress Syndrome. American Lung Association Lung Disease
Data : 2008.
American Dietetic Assossiation. 2006. Nutrition Dignosis : A Critical Step in the Nutrition
Care Process.
Anggraeni, Adisty Cynthia. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu.
2012.
Anonim. Nutritional Management in the Rehabilitation Medicine: Calculation of Nutritional
Needs. Diakses dari http://childrenrehabilitation.wordpress.com pada tanggal 11 Juni
2013.
Arif M, et.al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III, Media Ausculapius : Jakarta.
Bernard GR, Artigas A, Brigham KL, Carlet J, Falke K, Hudson L, Lamy M, Legall JR,
Morris A, Spragg R. The American-European Consensus Conference on ARDS.
Definitions, mechanisms, relevant outcomes, and clinical trial coordination. Am J
Respir Crit Care Med 1994;149:818–824.
Carleton, O’Donnell. 1995. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia. www.emedicine.com
Dudek, SG. 2001. Nutrition Essential for Nursing Practice. Philadelphia : Lippincott.
Escott-Stump, Sylvia. Nutrition and Diagnosis-Related Care. North California : Lippincott
William & Wilkins. 2012.
Fatmah, Hardinsyah, Boedihartono, Rahardjo, TBW., Model Prediksi Tinggi Badan Lansia
Etnis Jawa Berdasarkan Tinggi Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi duduk.
Maj.Kedokt.Indon.,Volum:58, Nomor:12, Desember, 2008.
Griffiths, Ben. 2009. Sepsis, SIRS, and MODS. New York : Elsevier.
Grober, Uwe. Mikronutrien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
Hadisaputro, Soeharyo. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books. 2009.
Hartono. Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : Penerbut Buku
Kedokteran EGC.
Joshi, Shubhangini A. Nutrition and Dietetics 2nd edition. India : Tata McGraw-Hill. 2004
Katz, David L., Friedman, & Rachel S.C. Nutrition in Clinical Practice 2nd edition.
Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. 2008.
Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI. 2011.
Khairsyah, Oea. 2010. Gagal Nafas. Padang : RS.M. Djamil.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGC
Soegondo, Sidartawan. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI.
Sutedjo AY. 2004. Buku saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratoriuum, Amara Books, Yogyakarta,.
Supariasa, I Dewa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2006.
The Acute Respiratory Distress Syndrome Network. Ventilation with lower tidal volumes as
compared with traditional tidal volumes for acute lung injury and the acute respiratory
distress syndrome. N Engl J Med 2000;342:1301–1308.
Tim Dosen. 2011. Penilaian Status Gizi. UGM : Yogyakarta.
Waspadji, Sarwono. 2010. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta : FKUI.
17
Waspadji, Sarwono. 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta : FKUI.
18
19
Download