Uploaded by nitanovitasari24

FIXISILAPORANMAKALAHPSIKOLOGI

advertisement
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala yang telah memberikan kekuatan lahir batin kepada kita
semua, dan atas berkat serta rahmatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aspek Psikologi yang Dilihat
dari Ilmu Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi”.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas Psikologi.
Penyusunan makalah ini di buat sedemikian rupa sehingga dapat
diterima dan dipahami oleh bapak dosen serta semoga dapat menjadi
acuan untuk masa depan.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun supaya menjadi lebih baik di masa
mendatang.
Akhirnya saya mengucapkan terimakasih atas segala dukungan,
arahan, bimbingan, dan bantuan dari pihak-pihak terkait sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Bandung, 10 Oktober
2017
Penyusun
P a g e 1 | 24
KATA PENGANTAR .............................................................................. 1
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................ 3
1.1 Latar belakang .......................................................................... 3
1.2 Tujuan ....................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.4
Manfaat ................................................................................. 4
BAB II..................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1
Definisi Ilmu Psikologi............................................................ 5
2.2
Sejarah Ilmu Psikologi ........................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................ 11
3.1 Ontologis Psikologi ................................................................ 11
3.2
Epistemologi Psikologi......................................................... 13
3.3 Aksiologi Psikologi ................................................................. 15
BAB III.................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 24
P a g e 2 | 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seperti halnya dengan disiplin ilmu lainnya,
dalam ilmu
psikologi tidak akan pernah dapat lepas dari filsafat ilmu. Makalah ini
mengkaji landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis dalam
penelitian Psikologi. Secara ontologis, objek formalnya adalah jiwa
yang dimanifestasikan dalam perilaku. Secara epistemologis,
penelitian psikologi berkembang pesat dengan pendekatan kuantitatif
sehingga psikologi menjadi ilmu terapan yang dapat memecahkan
problema manusia saat ini, seperti penggunaan alat tes bidang
pendidikan, bidang kesehatan, hukum dan lain-lain.
Namun pengkuantifikasian manusia ini, menjadikan penelitian
psikologi tidak utuh dan dingin dalam memandang manusia.
Sehingga lahirlah pendekatan kualitatif untuk lebih memahami
hakekat manusia. Sedangkan peranan filsafat ilmu dalam penelitian
psikologi adalah mendampingi pengguna hasil penelitian ilmu
psikologi secara kritis sehingga peneliti mampu menggunakannya
untuk kesejahteraan umat manusia. Pendekatan kuantitatif, dengan
segala kelebihan dan keterbatasannya, dapat diintegrasikan dengan
pendekatan kualitatif supaya lebih memahami manusia secara utuh.
P a g e 3 | 24
1.2 Tujuan
 Mengetahui aspek psikologi sebagai ilmu yang dilihat dari
Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi.
1.3 Rumusan Masalah
 Saja yang menjadi aspek psikologi sebagai ilmu yang dilihat dari
Ontologi?
 Saja yang menjadi aspek psikologi sebagai ilmu yang dilihat dari
Epistomologi?
 Saja yang menjadi aspek psikologi sebagai ilmu yang dilihat dari
Aksiologi?
1.4 Manfaat
 Dapat memahami apa saja yang menjadi aspek psikologi sebagai
ilmu yang dilihat dari Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi.
P a g e 4 | 24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ilmu Psikologi
Secara umum psikologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia. Psikologi
juga seringkali dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
gejala-gejala jiwa manusia. Jiwa manusia sendiri merupakan
suatu daya hidup yang bersifat abstrak yang menjadi penggerak
dan pengatur perilaku.
Jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain, seringkali
ilmu mengenai jiwa manusia dikatakan sebagai ilmu yang kurang
tegas. Hal ini berkaitan dengan jiwa manusia yang tidak tampak,
bersifat abstrak dan kompleks sehingga tidak mudah mempelajari
dan memahami jiwa manusia secara objektif. Oleh karena itu
banyak ahli membatasi ilmu psikologi pada bahasan tingkah laku,
bukan
jiwa.
Asumsi dasarnya
adalah satu-satunya
cara
memahami jiwa adalah melalui manifestasi jiwa yakni tingkah laku
yang dapat terobservasi langsung. (Sobur, 2003 : 19-20)
2.2 Sejarah Ilmu Psikologi
Perkembangan lahirnya ilmu psikologi dapat kita bagi
menjadi 3 fase perkembangan ilmu. Fase pra-ilmu, fase lahirnya
ilmu psikologi, fase perkembangan aliran-aliran psikologi. Berikut
ini penjelasan masing-masing fase :
2.2.1 Fase pra-ilmu
Sejak dahulu, para filsuf dan masyarakat secara umum
berusaha untuk mengerti mengapa manusia bertingkah laku.
P a g e 5 | 24
Salah satu persoalan yang sering diajukan sebagai pertanyaan
filosofis manusia yang sering dicari jawabannya melalui berfikir
filsafat adalah mengenai apakah itu manusia. Bagaimana
manusia berbeda daripada hewan? Siapa “aku” ini? Apakah jiwa
dan badan itu? Bagaimana hubungan antara jiwa dan badan?
Serta apa tujuan hidup manusia itu sendiri?. (Suhandi, 2004 : 1920)
Sejarah munculnya ilmu psikologi sebenarnya dapat
ditelusuri semenjak jaman Yunani Kuno, saat filsuf Aristoteles
tertarik
memikirkan
bagaimana
pikiran
manusia
bekerja.
Aristoteles meyakini bahwa pikiran atau jiwa manusia terpisah
dari tubuh. Pikiran atau jiwa ini dalam bahasa Yunani disebut
psyche. Istilah psikologi (psychology) berasal dari kata psyche
dan logia yang berarti ilmu.
Pada masa pertengahan, para ilmuwan lebih mempelajari
tingkah laku dari sudut pandang agama dibandingkan dari sudut
pandang ilmiah. Namun pemikiran para filsuf abad 17 dan 16
membantu perkembangan ilmu psikologi. Salah satu filsuf yang
cukup berpengaruh adalah René Descartes. Ia mengungkapkan
tubuh dan jiwa merupakan unsur yang terpisah namun saling
mempengaruhi satu sama lain. Descartes juga mempercayai
bahwa setiap manusia dilahirkan dengan potensi berfikir dan
menalar.
Pandangan ini didukung oleh para filsuf lain seperti
Thomas Hobbes, John Locke, David Hume dan George
Berkeley. Mereka meyakini bahwa pikiran manusia asalnya
kosong. Pikiran diisi oleh lingkungan melalui penginderaan
manusia dan pengalaman yang ia lalui selama hidup. (Tim
Penulis, 1995 : P-830) Hingga saat ini dapat kita lihat bahwa
P a g e 6 | 24
sampai disini psikologi belum menjadi ilmu yang terpisah dari
filsafat. Pembahasan mengenai tingkah laku manusia masih
berada dalam bahasan metafisika khususnya mengenai hakikat
manusia.
2.2.2 Fase Lahirnya Ilmu Psikologi
Pada pertengahan abad ke-19, dua ilmuwan asal Jerman
yakni Johannes P. Müller dan Herman L. F. von Helmholtz
mulai mempelajari sensasi dan persepsi manusia secara
sistematis. Mereka membuktikan bahwa aktivitas mental manusia
dapat dipelajari secara ilmiah.
Namun baru pada akhir abad ke-19 psikologi dikatakan
sebagai ilmu yang mampu berdiri sendiri. Lahirnya psikologi
sebagai ilmu adalah berkat jasa ilmuwan bernama Wilhelm
Wundt yang mendirikan laboratorium psikologi pertama di
Jerman tahun 1879. Bersama filsuf Amerika William James,
Wundt membangun penelitian-penelitian eksperimental yang
memisahkan psikologi dari induknya, yakni filsafat.
Namun saat itu psikologi masih merupakan bayi ilmu
beraliran struktualisme yang berupaya untuk mendeskripsikan,
menganalisa dan menjelaskan pengalaman sadar, khususnya
perasaan dan sensasi. Mereka mempelajari sensasi pada indera
manusia serta mengenali perasaan manusia melalui metode
introspeksi yakni menjelaskan kembali peristiwa kejiwaan yang
dirasakan seseorang sebagaimana hal itu dihayati. Metode ini kini
tidak lagi dipakai karena dianggap terlalu banyak kelemahannya
dari sisi metodologis. (Ahmadi, 2003 : 12)
Saat psikologi lahir menjadi ilmu, psikologi telah terlepas
dari filsafat dikarenakan telah melalui fase epistemologis ilmu.
P a g e 7 | 24
Artinya psikologi mampu memiliki metode dalam mempelajari
perilaku secara sistematis serta teknik-teknik menggali data
psikologis manusia yang dapat dibuktikan melalui penelitian
eksperimen-eksperimen di laboratorium.
2.2.3 Fase Perkembangan Aliran-aliran Psikologi
Semenjak psikologi lahir sebagai ilmu, muncul berbagai
penelitian-penelitian
mengenai
perilaku
manusia.
Aliran
behaviorisme muncul dan diperkenalkan oleh psikolog Amerika
bernama John B. Watson tahun 1913. Watson beranggapan
bahwa satu-satunya sumber informasi mengenai “jiwa” adalah
perilaku yang terobservasi langsung. Watson menentang metode
introspeksi. Para behavioris memandang pentingnya hubungan
perilaku manusia yang muncul dengan stimulus yang ada di
lingkungan.
Penelitian mengenai saliva anjing oleh Ivan P. Pavlov,
tikus-tikus B.F Skinner serta penelitian-penelitian behavioris
lainnya menyimpulkan bahwa perilaku manusia dapat berubah
tergantung keadaan lingkungan. Behaviorisme memandang
bahwa seluruh perilaku manusia dapat dikontrol melalui
perubahan lingkungan (conditioning).
Aliran lain yang menentang strukturalisme adalah gerakan
psikologi Gestalt. Istilah Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang
artinya pola atau bentuk. Aliran ini didirikan tahun 1912 oleh
psikolog Jerman bernama Max Wertheimer.
Psikologi Gestalt memandang bahwa manusia dan hewan
merupakan makhluk yang senaniasa menghayati dunia dalam
suatu pola yang terorganisir bukan dalam bentuk perilaku terpisah
seperti yang dipahami oleh behaviorisme dan strukturalisme.
Penelitian-penelitian psikologi Gestalt membuktikan bahwa
P a g e 8 | 24
manusia senantiasa memiliki pola dalam bertingkah laku,
menghayati dan mempelajari dunia tempat ia bernaung. (Boeree,
2000 : 419)
Aliran
psikologi
lain
yang
sangat
mengejutkan
kehadirannya dan hampir menguasai seluruh praktek psikologi
awal adalah aliran psikoanalisa. Aliran psikoanalisa ini ditemukan
pada awal abad 20 oleh dokter Austria bernama Sigmund Freud.
Psikoanalisa memandang bahwa perilaku manusia didasari oleh
adanya dorongan internal yang kebanyakan terkubur dalam alam
ketidaksadaran manusia yang terkadang menyebabkan konflik
yang
berujung
pada
gangguan
kepribadian.
Freud
mengembangkan teknik free association untuk menggali alam
ketidaksadaran dan konflik bawah sadar sehingga akhirnya
manusia mampu memahami dan menerima perasaan konflik
serta
menyelesaikannya.
Aliran
psikoanalisa
ini
terus
dikembangkan melalui teknik-teknik hipnosis dan proyektifa serta
menjadi terapi-terapi psikoanalisa yang berkembang subur pada
abad 20.
Pada pertengahan akhir abad 20, banyak ilmuwan yang
semakin tidak puas pada aliran-aliran psikologi yang ada. Banyak
dari mereka yang meragukan kevalidan aliran psikoanalisa dan
lelah dengan kekakuan aliran behaviorisme. Berkembanglah
aliran baru yaitu psikologi humanistik. Aliran ini dikembangkan
oleh psikolog Amerika Abraham H. Maslow dan Carl R. Rogers.
Para humanistik memandang bahwa manusia memiliki
kendali atas perilakunya, tidak tergantung oleh lingkungan
(sebagaimana
pandangan
behavioristik)
dan
tidak
pula
tergantung pada alam ketidaksadaran psikoanalisa. Psikologi
humanistik memandang bahwa manusia memiliki potensi untuk
P a g e 9 | 24
mengembangkan dirinya dan berfungsi secara optimal sebagai
pribadi yang unik. (Tim Penulis, 1995 : P 831-832)
Di penghujung abad 20 dan awal abad 21, perkembangan
aliran psikologi cukup pesat. Hal ini didukung oleh pandanganpandangan linguistik dan penemuan-penemuan neuroscience.
Muncul aliran psikologi kognitif yang memandang perilaku
manusia banyak dipengaruhi oleh faktor pikiran (kognisi).
Gerakan kognitif digawangi oleh Norbert Wiener, Alan Turing
dan Ludwig von Bertalanffy. Mereka menekankan pada proses
mental kognitif manusia yang menentukan suatu perilaku
terbentuk, baik perilaku konstruktif maupun destruktif. Muncul
pula dari gerakan ini berupa terapi-terapi kognitif, salah satunya
adalah Cognitive Behavior Therapy. (Sobur, 2003 :121 dan
Boeree, 2000 : 467)
P a g e 10 | 24
PEMBAHASAN
3.1 Ontologis Psikologi
Dasar ontologi dari ilmu berhubungan dengan materi yang
menjadi objek penelaahan ilmu. Oleh karena itu ontologis dari ilmu
psikologi berhubungan dengan objek penelaahan psikologi yakni
perilaku manusia. Ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat
diamati, diukur dan dicatat secara objektif. Ilmu psikologi mendasari
objek penelaahan ilmunya adalah tingkah laku manusia dikarenakan
perilaku dianggap lebih mudah diamati, diukur dan dicatat dengan
sistematis serta dapat terhindari dari subjektifitas. (Irwanto, 1989 : 34)
Mengkaji sebuah keilmuan dalam kategori filsafat ilmu, tidak
dapat memisahkan diri dari pembahasan tentang aspek ontologi.
Ontologi adalah aspek dalam filsafat ilmu yang mempelajari tentang
objek yang akan ditelaah oleh ilmu tersebut, bagaimana wujud hakiki
dari objek tersebut dan bagaimana hubungan antara objek tersebut
dengan daya tangkap manusia sendiri (berpikir, merasa dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Psikoanalisa memandang manusia sebagai sosok makhluk
yang hidup atas bekerjanya dorongan-dorongan (id) dan sangat
ditentukan oleh masa lalunya. Konsep ini dipandang terlalu
menyederhanakan kompleksitas dorongan hidup yang ada dalam diri
manusia, sehingga terkesan pesimistis dalam pengembangan diri
manusia. Sementara aliran behavioristik memandang manusia
sebagai sosok makhluk yang sangat mekanistik karena kelahirannya
tidak membawa apapun, sehingga kehidupannya sangat ditentukan
oleh lingkungan atau hasil pengkondisian lingkungan. Sedangkan
aliran humanistik memandang manusia sebagai sosok yang
P a g e 11 | 24
mempunyai potensi baik dan tidak terbatas, sehingga dipandang
sebagai penentu tunggal yang mampu memainkan peran Tuhan (playGod). Sementara psikologi transpersonal cenderung melihat pada
dimensi spiritual (pengalaman subjektif transendental) manusia yang
mempunyai kemampuan luar biasa diatas alam kesadaran.
Psikologi dilihat dari aspek Ontologis
Manusia mempunyai 2 (dua) unsur yaitu jasmaniah (materi) dan
rohaniah (non materi) yang secara umum dapat dijelaskan melalui
konsep
bio-sosio-psikis-spiritual
yang
dalam
perkembangan
psikologi barat tidak diakui keberadaannya. Perilaku manusia
terbentuk oleh hasil kolaborasi semua unsur, tidak ada reduksi antar
unsur sehingga pemahaman tentang manusia dapat menemukan titik
temu yang utuh.
Pada dasarnya perilaku manusia mencakup dua jenis perilaku,
yakni perilaku yang kasat mata dan tidak kasat mata. Perilaku yang
tampak langsung seperti makan, berbicara, berjalan, menangis dan
sebagainya. Sedangkan perilaku yang tidak tampak langsung
misalnya motivasi, emosi, proses berfikir, dan proses-proses mental
lainnya. Kedua perilaku ini dapat diamati, diukur dan dicatat dengan
pertimbangan bahwa perilaku-perilaku yang kasat mata merupakan
manifestasi dari perilaku yang tidak tampak.
Untuk mengetahui perilaku tidak kasat mata melalui observasi
perilaku yang kasat mata. Sebagai contoh, perilaku tidak kasat mata
yang kita perhatikan adalah emosi dilihat dari berbagai indikator
perilaku tampak seperti berbicara, berjalan, menangis/tersenyum,
dan perilaku makan. Asumsinya seorang yang sedang mengalami
emosi negatif akan berbeda perilaku kasat matanya dengan seorang
yang sedang mengalami emosi positif. Kita perhatikan tampilan
perilaku orang dengan kedua emosi berbeda. Maka hasilnya orang
P a g e 12 | 24
beremosi negatif misalnya cenderung berbicara pelan, berjalan
lambat, mudah menangis atau tidak nafsu makan. Sedangkan
tampilan perilaku orang beremosi positif misalnya cenderung
berbicara lebih keras dan berirama, berjalan dengan cepat dan
semangat, mudah tersenyum serta tertawa dan ia akan mudah untuk
makan.
Berdasarkan sedikit pengamatan pada beberapa indikator
perilaku tampak, kita akan mampu membedakan perilaku tidak
tampak (dalam hal ini proses mental) yang dialami seseorang.
Sebagai objek ilmu psikologi, perilaku manusia memiliki beberapa
ciri-ciri mendasar yaitu :
1. Perilaku pada dasarnya tampak dan dapat diamati namun
penyebab perilaku mungkin tidak dapat diamati secara langsung.
2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan. Ada perilaku sederhana
dan stereotipe seperti perilaku refleks. Namun ada juga perilaku
yang kompleks seperti perilaku sosial manusia.
3. Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu. Klasifikasi
perilaku yang umum dikenal adalah kognitif, afektif dan konatif
(psikomotor) yang masing-masing merujuk pada perilaku dengan
sifat rasional, emosional dan gerak-gerak fisik dalam berperilaku.
4. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walaupun sebagian
besar perilaku sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita
bertanya pada diri sendiri mengapa kita berperilaku seperti itu.
(Irwanto, 1989 : 4-5)
3.2 Epistemologi Psikologi
Psikologi dilihat dari aspek Episotomologi
Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses
yang terlihat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Oleh
P a g e 13 | 24
karena itu epistemologi psikologi membahas proses yang terlibat
dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai perilaku
manusia.
Sebagai disiplin ilmu, psikologi dipandang memiliki syarat
keilmuan dimana objek studi psikologi dipelajari secara sistematik
menggunakan
metode-metode
yang
menjamin
objektifitas
pengambilan kesimpulannya. Artinya, metode yang digunakan
mampu mengamati, mencatat dan mengukur perilaku seperti apa
adanya. Meskipun demikian, psikologi mengalami adanya sumber
kesalahan yang berasal dari subjek penelitian, alat yang dipakai dan
peneliti itu sendiri. Untuk itu telah dikembangkan metode-metode
penelitian yang lebih halus dan teliti sehingga lebih valid dan reliabel.
Pengembangan metode-metode psikologi senantiasa mengikuti
syarat-syarat keilmuan dan kebenaran ilmiah. Berikut ini beberapa
metode umum yang sering dipakai dan telah teruji kebenarannya
dalam ilmu psikologi :
Metode Eksperimen, suatu metode ilmiah yang biasa digunakan
penelitian-penelitian ilmiah. Tujuan metode eksperimen psikologi
adalah untuk melihat hubungan-hubungan yang jelas antara variabelvariabel yang diteliti. Umumnya hubungan yang diteliti bersifat
kausalitas (sebab akibat). Oleh karena itu dalam metode eksperimen,
terdapat usaha yang keras dalam mengendalikan semua variabel
diluar perilaku yang ingin diteliti sehingga didapat dengan benar
hubungan antar variabel tersebut.
Metode Observasi, metode ini dilakukan dengan mengamati
perilaku manusia tanpa peneliti membuat pengkondisian tertentu.
Tujuan
observasi
psikologi
adalah
untuk
mempelajari
dan
mendapatkan data mengenai perilaku dalam situasi dan kondisi yang
sebenarnya
tanpa
mengganggu
terjadinya
perilaku
tersebut.
P a g e 14 | 24
Observasi dilakukan dengan sistematik. Informasi atau data dari
perilaku yang diamati dicatat secara metodologis, diklasifikasi dan
akhirnya ditarik kesimpulan logis. Selain sistematik, observasi juga
dilakukan dengan tetap memperhatikan objektifitas pengamatan.
Artinya, peneliti tidak memasukkan perasaan, prasangka dan
anggapan-anggapan pribadinya.
Metode Survei, dalam metode ini subjek penelitian diamati
secara sistematik dan sekaligus ditanya baik menggunakan kuesioner
maupun pertanyaan-pertanyaan langsung yang bebas dan sudah
direncanakan peneliti.
Pertanyaan ini dirancang berdasarkan indikator-indikator perilaku
dari teori psikologi yang merumuskan variabel psikologis yang ingin
diteliti. Umumnya metode ini menggunakan teknik sampling.
Metode Klinis, metode ini mencakup wawancara mendalam,
penggunaan alat-alat tes diagnosa psikologis dan studi kasus.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya perilaku dan
kecenderungan-kecenderungan umum lainnya dalam diri individu. Bila
metode-metode
lain
dilakukan
untuk
mengambil
kesimpulan
berdasarkan perilaku sekelompok orang (nomothetik), maka metode
klinis justru ingin menjelaskan perilaku individu sebagai pribadi yang
unik (idiografik).
3.3 Aksiologi Psikologi
Aksiologi membahas mengenai manfaat yang diperoleh manusia
dari pengetahuan yang didapatkannya. Oleh karena itu aksiologi dari
ilmu psikologi dapat terlihat dari spesialisasi ilmu psikologi yang
diterapkan melalui profesi psikologi. Tujuan dari ilmu psikologi sendiri
adalah
mampu
memahami,
menjelaskan,
memprediksi
serta
P a g e 15 | 24
mengendalikan perilaku itu sendiri. Hal ini dilakukan agar manusia
dapat bertingkah laku menyesuaikan diri (adjustment) dalam rangka
kesejahteraan psikologisnya (well-being) di dalam situasi dan
lingkungan manapun.
Kegunaan ilmu psikologi yang dapat dimanfaatkan langsung
oleh manusia dalam berbagai macam aspek kehidupan diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Psikologi di bidang Industri dan Organisasi.
Ilmu psikologi banyak diterapkan di bidang industri dan
organisasi dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia di
dalamnya. Psikologi berguna dalam proses pengembangan sumber
daya manusia yang efektif dan efisien sehingga memberikan
keuntungan untuk semua pihak. Psikologi banyak berperan dalam
proses seleksi, recruitment dan penempatan karyawan yang sesuai
dengan kemampuan dan bakatnya. Selain itu ilmu psikologi berperan
dalam pengembangan keterampilan interpersonal, bimbingan karir
serta penciptaan iklim perusahaan yang lebih kondusif.
b. Psikologi di bidang Pendidikan.
Psikologi
berperan
penting
dalam
bidang
pendidikan,
khususnya dalam memahami dan menyusun metode pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan dan keadaan psikologis peserta didik.
Psikologi berguna dalam penelusuran kemampuan, bakat serta minat
siswa sehingga mampu mengarahkan jenis dan bagian pendidikan
yang sesuai. Selain itu psikologi memberikan pandangan penting
mengenai cara belajar, berfikir, mengingat dan atensi yang menjadi
faktor penting dalam proses belajar mengajar. Saat ini psikologi
membantu dalam pengembangan kurikulum serta metode pendidikan
yang sesuai dengan kapasitas siswa sehingga membantu bermacamP a g e 16 | 24
macam kesulitan belajar atau meningkatkan kemampuan belajar
siswa. Jasa psikologi kini
c. Psikologi di bidang Hukum dan Peradilan
Psikologi banyak berperan dalam menjelaskan keadaan
kejiwaan seseorang saat melakukan suatu tindak kriminal. Selain itu
psikologi, khususnya psikologi kriminal membantu memahami motif
dan status kesehatan mental seorang pelaku kejahatan sehingga
membantu dalam membuat keputusan yang tepat di pengadilan.
d. Psikologi di bidang kesehatan
Psikologi klinis dan kesehatan berperan penting dalam membantu
kesembuhan para pasien. Gangguan kesehatan dapat diakibatkan
tidak hanya virus atau bakteri namun dapat pula disebabkan adanya
gangguan
pada
membantu
pasien
psikis
seseorang,
misalnya
untuk menyelesaikan
stres.
Psikologi
permasalahan
psikis
seseorang sehingga mempercepat kesembuhan pasien. Penjaringan
data psikologis seseorang juga membantu para dokter atau psikiater
dalam memahami sebab psikologis mendalam dari penyimpangan
psikis pasien sehingga dapat membuat diagnosa, prognosa dan terapi
penyembuhan yang tepat. Psikologi juga berperan penting dalam
terapi psikologis yang berkenaan dengan gangguan kepribadian,
gangguan perilaku dan penyimpangan-penyimpangan psikologis
lainnya melalui psikoterapi dan konseling.
e. Psikologi di bidang Ekonomi
Psikologi berperan penting dalam memahami perilaku
konsumen. Ilmu psikologi banyak berperan dalam mengembangkan
ilmu manajemen dan pemasaran. Psikologi memberikan masukan
dalam mengenali pangsa pasar, bagaimana menarik perhatian
mereka dan mengembangkan perilaku membeli.
P a g e 17 | 24
f. Psikologi di bidang Politik
Psikologi berperan khusus dalam membantu mengenali perilakuperilaku individu, kelompok, organisasi atau massa. Ilmu psikologi
berperan dalam mengerahkan dan menggerakkan massa.
g. Psikologi di bidang keluarga dan anak
Ilmu psikologi sangat berperan dalam mengembangkan
hubungan psikologis yang sehat antara pasangan suami-istri,
keluarga serta hubungan orang tua-anak sehingga masing-masing
individu berkembang menjadi individu yang sehat mental. Psikologi
banyak berguna dalam memasyarakatkan pola asuh yang sehat pada
orang tua sehingga anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang
matang dan cemerlang. Masalah dalam keluarga, pasangan dan anak
dapat dibantu melalui jasa terapi keluarga, perkawinan dan terapi
perkembangan anak.
(Disarikan dari Atkinson, 2004 dan Ahmadi, 2003)
G. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Psikologi
Sekalipun ilmu psikologi telah memisahkan diri dari filsafat,
namun hubungan kedua ilmu ini sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan. Salah satu alasan utama relasi kedua ilmu ini sangat kuat
adalah karena objek disiplin ilmu psikologi merupakan bahasan yang
banyak dibicarakan oleh filsafat, yakni manusia.
Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam
penyelidikannya filsafat memang berangkat dari apa yang dialami
manusia, karena tidak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih
dahulu dengan indera, sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil
penginderaan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan
P a g e 18 | 24
menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran
yang tidak mungkin dialaminya. Bahkan, ilmu dengan amat tenang
menerima sebagai kebenaran bahwa pikiran manusia itu ada serta
mampu mencapai kebenaran, dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu
sampai dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai
kebenaran itu.
P a g e 19 | 24
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Psikologi telah menemukan objek disiplin ilmunya yakni
perilaku manusia dan telah mampu mengembangkan metodemetode yang teruji keabsahannya dalam menjaring data psikologis
manusia. Psikologi telah memiliki landasan epistemologis yang kuat.
Pada akhirnya psikologi terus bertumbuh dan mulai menunjukkan
nilai manfaat dari keilmuannya dengan adanya penerapan teknikteknik terapi dan masukan ilmu yang meluas di berbagai aspek
kehidupan. Psikologi telah menemukan landasan aksiologisnya.
Psikologi dilihat dari aspek Ontologis
Hakekat ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia yang hal itu adalah sesuatu yang empiris. Perilaku
merupakan gejala yang muncul di permukaan dan bersifat empiris.
Maka dari itu, hakekatnya psikologi adalah ilmu yang mempelajari
gejala-gejala keruhanian manusia yang tampak melalui perilaku
manusia. Dalam ilmu psikologi, manusia dibedakan dari segi
personalnya. Jadi manusia dibedakan dengan menggunakan ilmu ini,
apa yang membedakannya dengan manusia lainnya.
Karena manusia adalah makhluk yang multidimensional, maka
obyek psikologi ini secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu kognitif,
afektif
dan
psikomotorik.
Ketiga
ranah
tersebut
sebenarnya
merupakan pembagian dari aktivitas potensi manusia atau perilaku
manusia, yang meliputi, intelegensi dan bakat dalam ranah kognitif,
sikap dan prasangka dan lain sebagainya dalam ranah afektif, dan
ketrampilan atau keahlian manusia dalam ranah psikomotorik.
P a g e 20 | 24
Semua obyek kajian ilmu psikologi tersebut adalah merupakan
hakekat psikologi yang terangkum dalam perilaku manusia
sebagai akibat respon dari kegiatan ruhaniah manusia. Jadi setiap
manusia pada dasarnya dapat digunakan sebagai obyek
psikologi, baik manusia secara umum maupun manusia khusus
atau suprahuman. Karena setiap manusia berperilaku sebagai
indikasi bahwa ia menjalani kehidupan. Tidak ada manusia yang
tidak melakukan aktivitas sebagai wujud dari tingkah lakunya.
Maka dari itu, semua manusia dapat diselidiki. Hanya saja,
penyelidikan itu yang biasanya memakan waktu yang cukup lama,
apabila penyelidiknya masih pemula dan penyelidikan itu
dilakukan hanya dalam waktu tertentu. Dan kalau dilakukan hanya
dalam
waktu
tertentu,
maka
hasilnya
tidak
akurat.
Kesimpulannya, obyek dalam ilmu psikologi harus diamati secara
terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Karena obyek yang diamati manusia, maka hal itu dilakukan
dengan berbaur dengan obyek.
Psikologi dilihat dari aspek Epistomologi
Cara untuk memperoleh ilmu psikologi
dengan
menggunakan metode tertentu. Metode yang paling mudah
dipakai untuk memperoleh ilmu psikologi adalah pengamatan
langsung atau observasi. Hal itu dikarenakan obyeknya adalah
sesuatu yang empiris. Karena sesuatu yang empiris maka
sesuatu tersebut dapat diamati. Baik pengamatan langsung
perilaku yang dilakukan manusia secara mendalam, maupun
mengamati gejala-gejala yang terjadi di sekitar manusia yang
sedang diamati tersebut, sebagai respon dari perilaku yang ia
lakukan.
P a g e 21 | 24
Metode observasi merupakan metode ilmiah yang paling
mudah diterapkan. Karena psikologi berdiri sebagai ilmu
pengetahuan yang tersendiri, maka untuk memperolehnya harus
menggunakan metode ilmiah juga. Adapun metode pengamatan
langsung atau observasi adalah salah satu bagian dari metode
non-eksperimental.
Pengamatan
dapat
dilakukan
secara
terselubung maupun terencana dan dapat dilakukan di sekitar
lingkungan tempat tinggal atau pada kawasan tertentu. Pada
intinya yang diamati sesuai dengan obyek yang diinginkan.
Metode yang dipakai selain pengamatan secara langsung adalah
dengan
melalui
eksperimental,
baik
dilakukan
di
dalam
laboratorium maupun di luar laboratorium.
Psikologi dilihat dari aspek Aksiologi
Dalam ranah aksiologinya ilmu ini terikat nilai. Hal itu
dikarenakan, dalam penerapannya manusia selalu memandang
baik dan buruk. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa dalam
aksiologi ilmu ini masih terikat nilai.
Setiap ilmu pastilah bermanfaat bagi manusia. Karena
fungsi ilmu adalah berguna atau bernilai guna bagi manusia.
Tanpa adanya manfaat bagi manusia, maka ilmu tersebut
eksistensinya perlu dipertanyakan lagi. Demikian juga ilmu
psikologi yang merupakan ilmu yang membahas perilaku dan
potensi manusia. Ilmu psikologi ini mempunyai beberapa manfaat
atau nilai guna bagi manusia, antara lain:
1. Bernilai guna untuk mengetahui kejiwaan seseorang
baik yang jiwanya sehat atau yang dalam keadaan
terganggu/ sakit
2. Bernilai guna untuk mengenal perilaku setiap orang
yang terdapat di masyarakat
P a g e 22 | 24
3. Bernilai guna untuk mengetahui tingkat kecerdasan
atau intelegensi manusia yang jelas mempunyai
perbedaan antara manusia yang satu dengan yang
lainnya
4. Bernilai guna untuk mengetahui bakat yang dimiliki oleh
setiap orang
5. Bernilai guna untuk mengetahui minat seseorang
6. Bernilai guna untuk mengetahui daya ketrampilan
seseorang
7. Bernilai
guna
untuk
mengetahui
tahap-tahap
perkembangan manusia mulai masa pre-natal hingga
adolosense
Maka dari itu, hendaklah manusia berusaha untuk
memanfaatkan ilmu sebaik-baiknya demi kesejahteraan dan
kebahagiaannya. Janganlah memanfaatkan ilmu dalam hal-hal
yang menyimpang atau untuk tindak kejahatan.
P a g e 23 | 24
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Atkinson, Rita, dkk. 2004. Pengantar Psikologi Edisi ke-11 Jilid Satu.
Batam : Interaksara.
Boeree, George. 2000. Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai
Masa Modern. Yogyakarta : Prismasophie.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
Rajawali Press
P a g e 24 | 24
Download