PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1. PANCASILA SEBAGAI SUATU KAJIAN ILMIAH 2. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT 3. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM ETIKA 4. KAJIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT LATAR BELAKANG Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, kemudian diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam sejarahnya, eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi negara Pancasila. Dengan lain perkataan, dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. CIRI PANCASILA SEBAGAI SUATU KAJIAN ILMIAH DAN TINGKATAN PENGETAHUAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA 1. CIRI PANCASILA SEBAGAI SUATU KAJIAN ILMIAH - berobjek - bermetode - bersistem - bersifat universal 2. TINGKATAN PENGETAHUAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA Tingkatan pengetahuan ilmiah sangat ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sebagai berikut : - Deskriptif suatu pertanyaan “bagaimana” - Kausal suatu pertanyaan “mengapa” - Normatif suatu pertanyaan “kemana” - Esensial suatu pertanyaan “apa” PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing. -Definisi Sistem -Definisi Filsafat Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah : 1. Keheranan 2. Kesangsian 3. Kesadaran akan keterbatasan Lanjutan Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut: 1. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian. -Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu. -Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat 2. Filsafat Sebagai Suatu Proses : Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat. TUJUAN PANCASILA Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional. Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa. 1. Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat: 2. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: 3. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara: Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut : Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta manusia, Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan manusia, Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia, Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan bersifat mutlak. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif. Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah sebagai berikut : 1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. 2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. 3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut : 1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri. 2. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia. 3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM ETIKA Dua kelompok etika adalah sebagai berikut : Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika sosial). NILAI, NORMA DAN MORAL 1. Pengertian Nilai Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. a. Hierarkhi Nilai Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu – masyarakat terhadap sesuatu obyek. Menurut Max Scheler nilai-nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu : 1. nilai kenikmatan 2. nilai kehidupan 3. nilai kejiwaan 4. nilai kerohanian Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu : 1. nilai material 2. nilai vital 3. nilai kerohanian 2. Pengertian Moral Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. 3. Pengertian Norma Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL DAN NILAI PRAKSIS 1. Nilai Dasar Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. 2. Nilai Instrumental Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. 3. Nilai Praksis Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental. HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSILOGI PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT Kajian Ontologis Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebabakibat. Yaitu sebagai berikut : Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat. Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala sesuatu. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain: Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ada – kesemestaan. Eksistensi subyek/ pribadi manusia. Eksistensi tata budaya. Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional. Kajian Epistemologis Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas ilmu pengetahuan. Menurut Titus (1984 : 20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu: Tentang sumber pengetahuan manusia, Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, Tentang watak pengetahuan manusia. Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara: Sumber Primer Sumber Sekunder Sumber Tersier Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis: Pengetahuan indrawi; Pengetahuan ilmiah; Pengetahuan filosofis; Pengetahuan religius. Kajian Aksiologi Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Nilai-nilai dasar dari Pancasila. Nilai instrumental. Nilai praktis. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut: Tuhan yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup manusia. Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan berbagai nilai. Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral. Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan nurani . Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap pendayagunaan nilai. Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya.