Uploaded by Kavadya Syska

12571845

advertisement
KLASIFIKASI ENZIM MIKROBA
KLASIFIKASI ENZIM MIKROBA
• Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator) yang
dihasilkan oleh sel.
• Enzim berfungsi seperti katalisator anorganik, yaitu
untuk mempercepat reaksi kimia.
• Setelah reaksi berlangsung, enzim tidak mengalami
perubahan jumlah, sehingga jumlah enzim sebelum dan
setelah reaksi adalah tetap.
• Enzim mempunyai selektivitas dan spesifitas yang tinggi
terhadap reaktan yang direaksikan dan jenis reaksi yang
dikatalisasi.
MEKANISME BEKERJANYA ENZIM
• Enzim meningkatkan kecepatan reaksi dengan cara
menurunkan energi aktivasi.
• Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk
mengaktifkan suatu reaktan sehingga dapat bereaksi
untuk membentuk senyawa lain.
• Energi potensial hasil reaksi menjadi lebih rendah dari
pada pereaksi, sehingga kesetimbangan reaksi menuju
ke hasil reaksi.
• Adanya enzim menyebabkan energi aktivasi menjadi
lebih rendah, tetapi enzim tidak mempengaruhi letak
kesetimbangan reaksi.
• Saat berlangsungnya reaksi enzimatik terjadi ikatan
sementara antara enzim dengan substratnya (reaktan).
• Ikatan sementara ini bersifat labil dan hanya untuk waktu
yang singkat saja.
• Selanjutnya ikatan enzim-substrat akan pecah menjadi
enzim dan hasil akhir.
• Enzim yang terlepas kembali setelah reaksi dapat
berfungsi lagi sebagai biokatalisator untuk reaksi yang
sama.
E+S
ES
E+P
• Keterangan: E : Enzim, S: Substrat (reaktan), ES: ikatan
sementara, P: Hasil reaksi
STRUKTUR ENZIM
• Pada umumnya enzim tersusun dari protein.
• Protein penyusun enzim dapat berupa protein sederhana
atau protein yang terikat pada gugusan non-protein.
• Banyak enzim yang hanya terdiri protein saja, misal
tripsin.
PENGGOLONGAN ENZIM
• Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat
bekerjanya, substrat yang dikatalisis, daya
katalisisnya, dan cara terbentuknya.
• Umumnya pemberian nama enzim didasarkan
atas nama substrat yang dikatalisis atau daya
katalisisnya dengan penambahan kata –ase.
– Misal proteinase adalah enzim yang dapat
mengkatalisis pemecahan protein.
1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat
bekerjanya
a. Endoenzim
• Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang
bekerjanya di dalam sel.
• Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis
di dalam sel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna
untuk proses kehidupan sel, misal dalam proses respirasi.
b. Eksoenzim
• Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang
bekerjanya di luar sel.
• Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis,
untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih
rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel.
• Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel
tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
PENAMAAN ENZIM
•
•
•
•
•
•
Oxidoreductases (EC1)
Transferases (EC2)
Hydrolases (EC3)
Lyases (EC4)
Isomerases (EC5)
Ligases (EC6)
EC1 sd EC6: subclass dalam penamaan enzim (enzyme nomenclature)
2. Penggolongan enzim berdasarkan
daya katalisis
A. Oksidoreduktase
• Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang
merupakan pemindahan elektron, hidrogen atau
oksigen.
– Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer oksidase dan
hidrogen peroksidase (katalase).
• Ada beberapa macam enzim elektron transfer oksidase,
yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase dan
dehidrogenase.
• Enzim- enzim tersebut mengkatalisis reaksi-reaksi
sebagai berikut:
• Oksidase mengkatalisis 2 macam reaksi:
• O2 + (4e- + 4 H+)
• O2 + (2e- + 4 H+)
2 H 2O
H 2O2
• Oksigenase (transferase oksigen):
• O2 + 2 substrat
2 substrat-O
• Hidroksilase : substrat + ½ O2
• 2 koenzim-H + ½ O2
2 koenzim + H2O
• Dehidrogenase:
– NaNO3 + (e-+ H+)
– Na2SO4 + (e-+ H+)
– Na2CO3 + (e-+ H+)
NaNO2
H 2S
CH4
• Hidrogen peroksidase:
• 2 H 2 O2
substrat-O
2 H 2 O + O2
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
b. Transferase
• Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan
molekul dari suatu molekul ke molekul yang lain.
• Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai
berikut:
– Transaminase adalah transferase yang memindahkan
gugusan amina.
– Transfosforilase adalah transferase yang
memindahkan gugusan fosfat.
– Transasilase adalah transferase yang memindahkan
gugusan asil.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
c. Hidrolase
• Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis,
dengan contoh enzim adalah:
– Karboksilesterase adalah hidrolase yang
menghidrolisis gugusan ester karboksil.
– Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak
(ester lipida).
– Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis
protein dan polipeptida.
Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan
substratnya yaitu :
1. Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan
golongan karbohidrat.
Kelompok karbohidrase masih dipecah lagi menurut
karbohidrat yang diuraikannya :
a.
Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu
polisakarida) menjadi maltosa (suatu disakarida).
b. Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa
c. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi
glukosa dan fruktosa.
d. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa.
e. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa (suatu polisakarida)
menjadi selobiosa (suatu disakarida)
f. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asampektin.
2. Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan
ester.
Contoh-contohnya :
a. Lipase, yaitu enzim yang menguraikan
lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b. Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu
ester hingga terlepas asam fosfat.
3. Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang
menguraikan golongan protein.
Contoh-contohnya:
a. Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan
peptida menjadi asam amino.
b. Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan
gelatin.
c. Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari
susu.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
d. Liase
• Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis
pengambilan atau penambahan gugusan dari
suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis,
sebagai contoh adalah:
– L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang
mengkatalisis reaksi pengambilan air dari malat
sehingga dihasilkan fumarat.
– Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang
mengkatalisis reaksi pengambilan gugus karboksil.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
e. Isomerase
• Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis
reaksi isomerisasi, yaitu:
– Rasemase, merubah l-alanin
D-alanin
– Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat
D-xylulosa5-fosfat
– Cis-trans isomerase, merubah transmetinal
cisrentolal
– Intramolekul ketol isomerase,
merubah D-gliseraldehid-3-fosfat
dihidroksi
aseton fosfat
– Intramolekul transferase atau mutase,
merubah metilmalonil-CoA
suksinil-CoA
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
f. Ligase
• Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2
molekul dengan dibebaskannya molekul
pirofosfat dari nukleosida trifosfat,
– sebagai contoh adalah enzim asetat=CoASHligase
yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP
Asetil CoA + AMP + P-P
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya
katalisis
g. Enzim lain dengan tatanama berbeda
• Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut
cara di atas,
– misalnya enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim
yang termasuk enzim permease.
• Permease adalah enzim yang berperan dalam
menentukan sifat selektif permiabel dari membran sel.
Dasar Fermentasi Kimia
A. Mikroba yang mencerna sellulosa dan substrat
lain juga memberikan sedikitnya 3 kegiatan
utama
1) Syntesis protein berkualitas tinggi dalam bentuk
tubuh mikroba:
a) i.e., Bacteria & protozoa, yang bisa
dicerna dan diserap oleh ternak
2)Syntesis protein dari sumber NPN (non-protein
nitrogen) :
a) Fermentative microbes can, for example, utilize urea to
synthesize protein.
b) In some situations, ruminants are fed urea as a inexpensive
dietary supplement.
c) They also secrete urea formed during protein metabolism into
saliva, which flows into the rumen and serves as another
nitrogen source for the microbes.
3)Synthesis of B vitamins:
a) Mammals can synthesize only a few B vitamins and require
dietary sources of the others.
b) Fermentative microbes can synthesize all the B vitamins, and
deficiency states are rarely encountered in some animals.
B. Substrates for fermentation,
1) Carbohydrates:
a) Carbohydrate utilization by the ruminant (See
the Figure).
b) Most carbohydrates are utilized by rumen
microorganisms, thus, very little glucose can
be absorbed by ruminants.
c) VFA account for ≈ 70% or more of animal's
energy needs by:
a) Oxidation of VFA via TCA cycle.
b) Conversion of propionate to glucose, then
oxidize glucose.
2) Nitrogenous substances
a) Protein/N utilization by the ruminant:
b) Sources of rumen nitrogen:
(1) Feed - Protein N (SBM, CSM, grain,
forage, silage, etc.) and nonprotein N (NPN;
usually, means urea, but from 5% of N in
grains to 50% of N in silage and immature
forages can be NPN).
(2) Endogenous (recycled) N - Saliva and
rumen wall.
c) Ruminal protein degradation/fermentative
digestion
– Enzymes of microbial origin:
1. Proteases and peptidases of mcroorganisms (MO)
cleave peptide bonds and release AA.
2. AA deaminated by microbes, and release NH3 and
C-skeleton.
3. MO use NH3, C-skeleton, and energy to synthesize
their own AA.
4. Formation of NH3 is very rapid, and very little AA left
in the rumen.
Enzyme Activities
• The enzyme activities confirmed to exist in the rumen
are diverse, including those that degrade plant cell wall
polymers (e.g., cellulases, xylanases, β-glucanases,
pectinases), amylases, proteases, phytases and those
that degrade specific plant toxins (e.g., tannases).
• The variety of enzymes present in the rumen arises not
only from the diversity of the microbial community but
also from the multiplicity of fibrolytic enzymes produced
by individual microorganisms (Doerner and White, 1990;
Malburg and Forsberg, 1993; Flint et al., 1994; Ali et al.,
1995; Yanke et al., 1995).
• The activities of ruminal protozoa contribute significantly to
the digestion of plant cell wall polymers and their absence
from the rumen may have a negative effect on the extent of
fibre digestion (Coleman, 1986; Bonhomme, 1990; Williams
and Coleman, 1991).
• All of the major fibrolytic enzyme activities can be detected in
the rumen protozoal population, but study of these enzyme
systems has been hampered by difficulties in culturing the
protozoa.
• Production of a full slate of enzymes : The major bonds in
plant cell wall polymers have been defined and extensively
mapped. Clearly, degradation of plant cell walls occurs as a
result of concerted and complex interactions.
• Hydrolysis of the recalcitrant substrates encountered by
ruminal microbes to their constituent monomers requires
numerous enzyme types and specificities
• Ruminal fungi are able to degrade the most resistant
plant cell wall polymers (Forsberg and Cheng, 1992;
Wubah et al., 1993; Trinci et al., 1994) and the cellulases
and xylanases they produce are among the most active
fibrolytic enzymes described to date (Gilbert et al., 1992;
Trinci et al., 1994).
• Growth of the fungi, however, is apparently restricted to
the recalcitrant sclerenchymal fraction of plant cell walls;
this may be due to their much slower growth rate relative
to bacteria (Forsberg and Cheng, 1992).
• Fungi also possess the unique capacity to penetrate the
cuticle at the plant surface and the cell walls of lignified
tissues (Akin, 1989).
Major enzyme activities required for hydrolysis of plant cell wall polymers and present in the rumen
Substrate polymer
Cellulose
Cellulose (non-reducing end)
Cellobiose
Soluble cellooligomers
Cellulose or xylan
Target bond for hydrolysis
Enzyme effecting hydrolysis
β-1,4-glucose linkage
Endo-β-1,4-glucanase
β-1,4-glucose linkage
Exo-β-1,4-glucanase
β-1,4-glucose linkage
β-1,4-Glucosidase
β-1,4-glucose linkage
Cellulodextrinase
β-1,4-glucose linkage
Xylocellulase
or xylose linkage
Xylan
β-1,4-xylose linkages
Endo-β-1,4-xylanase
Xylobiose
β-1,4-xylose linkage
β-1,4-Xylosidase
Arabinoxylan
α-1,3-linkage α-LArabinofuranosidase
Glucuronoxylan
α-1,3 or α-1,2 linkage
α-Glucuronidase
Acetylxylan
Acetylester bond OAcetyl xylan esterase
Ferulic acid cross bridge or linkage Feruloylester bond
Ferulic acid esterase
p-Coumaric acid cross bridge
p-Coumaryl ester bond or linkage p-Coumaric acid esterase
Laminarin
β-1,3-glucanase β-1,3-hexose linkage
Lichenin
β-1,3- and β-1,4Mixed linkage β-1,3hexose linkages
β-1,4-glucanase
Polygalacturan
α-1,4-Galacturonide linkages
Pectate lyase
Pectin
α-1,4-Galacturonide linkages
Pectin lyase
Pectin
Methylester bond
Pectin methylesterase
Benefits and Costs of Ruminant Digestion
A.Benefits?
1) Because of a pre-gastric fermentation, can use feeds too
fibrous for nonruminants.
2) Can use cellulose, the most abundant carbohydrate present, as
a major nutrient.
3) Can synthesize high-quality microbial protein from low-quality
protein, nonproteinN, and recycled nitrogenous end products.
4) Can provide all components of vitamin B complex, provided the
presence ofadequate Co for vitamin B12 synthesis.
☛Thus, ruminants can compete successfully with
nonruminant grass eaters, and also occupy niches where
the grass quality would be too low to support nonruminants
B.Disadvantages?
1. Spend a large part of its day chewing, i.e., chewing food
4-7hr/day or chewing the cud about 8 hours a day.
2. Need complicated mechanisms to keep the
fermentation vat working efficiently, e.g.:
a) Regular addition of large quantities of alkaline saliva.
b) Powerful mixing movements in the fore stomach.
c) Mechanisms for the elimination of the gases of
fermentation (eructation) for:
1. the regurgitation of the cud (rumination),
2. absorption of end products, and
3. onward passage of portions of the ferment to the omasum.
MINERAL
MINERAL
Mineral untuk ruminansia
• Mineral : bahan anorganik dalam bahan pakan atau
jaringan tubuh.
• Fungsi : membantu proses metabolisme.
• Mineral esensial : 15 macam, dibagi 2 kategori:
– mineral makro : mineral yang diperlukan dalam jumlah
banyak dan dinyatakan dalam persen dari pakan.
– mineral mikro (esensial atau trace) : mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut dan dinyatakan
dalam ppm (part per million) atau milligram per kilogram.
• Mineral diduga esensial bagi ternak, misalnya : flour
(F), silikon (Si), titanium (Ti), vanadium (V), chromium
(Cr), nickel (Ni), arsenic (As), bromine (Br), strontium
(Sr), Cadmium (Cd) dan Tin (Sn).
• Ternak memiliki kebutuhan yang spesifik terhadap mineral.
• Ketidakseimbangan mineral atau defisiensi mineral bisa
mengakibatkan penuruan performance, penurunan ketahanan
terhadap penyakit dan kegagalan reproduksi yang akhirnya
mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.
• Defisiensi atau ketidakseimbangaan mineral terjadi ketika
kebutuhan tidak terpenuhi karena kandungan mineral dalam
bahan pakan yang rendah, ketersediaan mineral dialam yang
rendah, atau adanya gangguan mineral lain atau substansi lain
terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ternak.
Kebutuhan Mineral oleh Mikroba Rumen
Mikroba rumen memiliki kebutuhan spesifik terhadap mineral makro dan mikro
untuk memenuhi kebutuhan komponen struktural sel dan untuk komponen enzim
dan ko-faktor lainnya.
Kebutuhan mineral untuk ternak ruminansia dapat dibagi kedalam dua kelompok:
• mineral makro (Ca, Na, Cl, K, P, S, Mg) dan
• mineral mikro (Cu, I, Fe, Zn,Co, Se,Mn).
Fungsi utama mineral makro Na, Cl, dan K adalah sebagai agent elektro-kimia
yang berperan dalam proses menjaga keseimbangan asam-basa dan mengontrol
tekanan osmotik air sehingga didistribusikan ke seluruh tubuh.
Sedangkan mineral lain mungkin memiliki fungsi struktural, misalnya Ca dan P
adalah komponen esensial pada tulang dan gigi.
Mineral S berperan dalam proses sintesis protein mikroba di dalam rumen
sangatlah penting
Kebutuhan Mineral oleh Mikroba Rumen
• Defisiensi mineral pada mikroba rumen pertama sekali
menyebabkan penurunan efisiensi pertumbuhan mikroba
(rendahnya ratio sel terhadap VFA yang dihasilkan) dengan
adanya atau tanpa penurunan terhadap kecernaan.
• Defisiensi mineral yang semakin meningkat akan menurunkan
kecernaan hijauan bersama dengan berkurangkan jumlah
mikroba dan kemudian intake akan menurun.
• Feed intake akan turun dengan menurunnya P/E ratio bila
ternak mengalami cekaman panas.
• Perbaikan terhadap defisiensi mineral ini akan memberikan
pengaruh sebaliknya.
Peran Mineral Organik dalam Sintesis Protein Mikroba
• Mineral mikro yaitu mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit dan umumnya terdapat pada jaringan
dengan konsentrasi yang kecil (Arifin, 2008).
• Beberapa mineral mikro yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Co, I, dan
Se serta mineral Cr ( McDonald et al., 1998; Spears,
1999; Sutardi, 2002).
• Mineral mikro memiliki kisaran kadar dalam ransum
antara keracunan dan kekurangan yang sangat sempit.
• Absorpsi mineral yang berlebihan pada pakan dengan
kadar mineral tinggi menyebabkan keracunan dan
menurunkan performan produksi ternak.
• Pembatasan kadar mineral mikro dalam ransum dapat
menyebabkan defisiensi akibat adanya antagonisme
antar mineral.
• Mineral anorganik yang digunakan sebagai sumber
mineral ransum tidak dapat diserap tubuh ternak karena
berubah menjadi senyawa kompleks akibat terjadi
interaksi antar mineral atau senyawa lain pada pakan
• Mineral yang terdapat dalam pakan alami berada pada
suatu bentuk kompleks dengan senyawa organik
• Penggunaan kompleks mineral organik sebagai sumber
unsur mineral bagi ternak semakin meningkat karena
lebih tinggi potensi ketersediaan biologisnya
dibandingkan sumber mineral anorganik
• Penggunaan mineral organik merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan mineral
• Penggunaan mineral organik lebih bermanfaat karena
mudah larut dan diserap serta bebas dari gangguan
antagonisnya
The nutrition and metabolism of many minerals is greatly influenced by the amounts of
other nutrients in the diets. This chart illustrates some of the interactions which have
been noted between mineral elements. Organic constituents of the diet also strongly
affect the nutrition of mineral elements (Couresty of W.J. Miller, Univ. of Georgia)
• The supply of minerals needed to meet rumen microbe
requirements should match the amount of energy
available for fermentation.
• In vivo, about 5 g of P and 1.8 g of S/kg OMD should be
available (a) in the rumen
• Dietary Mg concentration should be in the range 1.5-2.5
g/kg OMD (organic matter digestible)
Mineral Makro
• Fungsi :
–
–
–
–
membentuk tulang,
komponen dari organ tubuh,
kofaktor enzim, dan
menjaga tekanan osmotic.
• Kelompok mineral makro :
–
–
–
–
–
–
–
calsium (Ca),
phospor (P),
potasium (K),
Magnesium (Mg),
sulfur (S),
natrium (Na) dan
Chlorida (Cl).
Kalsium dan Pospor
• Kalsium dan pospor diperlukan untuk pembentukan dan merawat tulang. Rasio
Ca-P pada ternak ruminansia dianjurkan 1:1 sampai 1:2, rasio yang terlalu lebar
misalnya 8:1 akan menurunkan produksi ternak.
• Komposisi kalsium dan pospor dari bagian mineral tubuh sebersar 70%. Fungsi
kalsium untuk membentuk tulang, proses pembekuan darah, kontraksi ototsyaraf, keseimbangan asam-basa dan aktifitas sejumlah ensim.
• Kebutuhan Ca-P pada ternak sapi dihitung berdasarkan kebutuhan untuk hidup
pokok dan produksi,
• Untuk kebutuhan hidup pokok 1,54 gram Ca dan 2,80 gram P untuk setiap 100
kg berat badan ternak.
• Untuk pertumbuhan dihitung Ca sebanyak 7,1 gram dan P sebanyak 3,9 gram
untuk setiap pertambahan protein 100 gram.
• Untuk produksi susu diperlukan Ca sebanyak 1,23 gram dan P sebanyak 0,95
gram untuk setiap Kg produksi air susu.
• Pospor berfungsi untuk pembentukan tulang, penggunaan energi, sistem
ensim, kesimbangan asam basa, translokasi lemak dan struktur sel.
• Sumber P adalah tepung ikan, tepung kerang, tepung tulang dan kapur.
Pastura tropis rendah kandungan pospornya.
• Hijauan yang tua dan limbah pertanian kandungan P nya juga rendah
sehingga banyak ternak sapi yang menderita defisiensi P.
Gejala defisiensi P pada ruminansia :
• Tingkat pertumbuhan menurun (berhenti)
• Pica atau Nafsu makan yang aneh (makan apa saja yang tidak lazim kayu,
tanah, tulang)
• Tidak ada estrus (birahi),
• Tingkat konsepsi (perkawinan) yang rendah pada ternak jantan
• Tulang lemah, rapuh dan kelemahan pada sendi-sendi
Untuk suplemen P dapat digunakan preparat dikalsium fosfat atau natriun
fosfat atau amonium polifisfat.
Sumber P dalam pakan adalah bungkil bungkilan, produk hewani (tepung
tulang-daging), dan tepung ikan.
Rasio Calcium : Phosphor
• Kalsium dan Phosphor terdapat daalam tubuh dalam
perbandingan 2:1 (2 bagian kalsium dan 1 bagian
Phosphor)
• Kalsium dan Phospor diserap oleh tubuh sesuai dengan
ketersedian dalam bahan pakan.
• Ransum dengan ratio kurang dari 1,5:1 terbukti
berpengaruh jelek terhadap produksi ternak, sedangkan
ransum dengan kisaran ratio 1,5:1 sampai 7:1 terbukti
memberikan pengaruh yang baik pada ternak.
• Pada ratio melebihi 8:1 bisa menekan performan ternak.
Garam atau Natrium (Na) atau Sodium
• Sodium (Na), potassium (K), magnesium (Mg) dan
klorida (Cl) berfungsi bersama-sama dengan fosfat
dan bikarbonat menjaga homeostatis proses osmosis
dan pH badan.
• Sodium dan clorine penting untuk semua ternak.
• Dalam pakan ditambahkan garam untuk
memaksimumkan tingkat pertumbuhan dan produksi.
• Jika kandungan garam tinggi maka konsumsi air juga
akan meningkat.
Potasium atau Kalium (K)
• Kalium (K) merupakan mineral intraseluler yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat dan protein, keseimbangan asambasa, pengaturan tekanan osmose,
dan keseimbangan air.
• Kekurangan mineral ini akan mengganggu aktifitas ternak dan peran mineral
makro lainnya.
• Pada ternak ruminansia kebanyakan K menyebabkan defisiensi Na (NaCl)
demikian juga sebaliknya.
• Pada ternak yang banyak makan hijauan, kadar K dalam hijauan lebih tinggi
dari Na.
• Sapi akan lebih banyak mengkonsumsi NaCl jika ransum banyak mengandung
hijauan.
• Pakan konsentrat lebih sedikit mengandung K dari pada hijauan.
• Hijauan yang berkualitas rendah kandungan K nya juga rendah.
• Pada pemberian konsentrat yang tinggi, misal pada proses penggemukan maka
unsur K harus diperhatikan, karena K dalam konsentrat kandungannya rendah.
• Bahan yang banyak mengandung K adalah tetes.
• Kebutuhan K pada ruminansia berkisar 0,5-0,8% dari BK ransum.
Magnesium (Mg)
• Magnesium merupakan bagian dari jaringan tubuh dan cairan tubuh
lainnya.
• Bahan pakan yang mengandung Mg antara lain dedak gandum
(Pollard), konsentrat nabati sumber protein (Bungkil kedelai) dll.
• Pada ternak ruminansia Mg terdapat pada tulung dengan kandungan
0,5-0,7%.
• Dalam jaringan daging kandungannya 190 mg/kg, sedangkan pada
syaraf 100 mg/kg.
• Fungsi Mg sebagai katalisator enzim dalam metabolisme karbohidrat
dan protein, oksidasi sel dan mempengaruhi aktivitas neuromuskular.
• Kebutuhan Mg pada anak sapi diperkirakan sebesar 12-30 mg/kg berat
badan.
• Untuk induk sapi bunting dibutuhkan 9 mg/kg berat badan, sedang
untuk induk laktasi diperlukan sebsesar 21 gr/kg berat badan per hari.
• Dalam pakan ternak Mg terdapat pada hijauan pakan ternak dan
konsentrat.
Gejala-gejala defisiensi Mg pada sapi sebagai
berikut:
– Sapi menegangkan leher (opistotonus) dengan
mengangkat kepala setinggi tingginya.
– Anak sapi sering menggerakkan telinga ke belakang
dengan posisi agak kebawah dan sensitif terhadap
rangsangan dari luar (suara atau fisik), terjadi tremor
urat daging, konvulsi kemudian mati.
– Gras tetany, sapi mengalami gejala seperti penyakit
tetanus yaitu kejang-kejang karena aktivitas daging
yang meningkat (tremor).
Mengatasi kekurangan Mg
– Memupuk pastura dengan preparat Mg (Calsined
magnesite), dosis pemupukan 17 kg/ha.
– Penambahan preparat Mg pada konsentrat dengan dosis
MgO2 sebanyak 5 gr/400 gram pakan per hari
– Penambahan MgO2 pada molase blok dengan dosis 50
gr/hari untuk sapi dewasa dan 7-15 mg untuk anak sapi.
– Penambahan preparat Mg pada air minum
– Pemberian dosis tunggal 400 ml larutan yang mengandung
25% Mg sulfat atau Mg laktat pada intravenus.
– Pemberian kapsul Mg alloy sebesar 226 gram pada sapi
yang menderita tetani.
Belerang (S)
• Sulfur merupakan bagian dari protein yang terdapat pada asam amino cystine,
cystein dan methionine.
• Disamping itu S juga terdapat pada vitamin biotin, thiamin dan polisakarida
yang banyak mengandung sulfat. Dan sebagian kecil dalam darah.
• Disamping sebagai materipembangun S juga berfungsi pada metabolisme
protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan darah, endokrin, keseimbangan
asam basa.
• Kebutuhan ternak ruminansia akan S belum jelas, diperkirakan 0,10-0,32%.
• Pakan alami biasanya sudah mencukupi kebutuhan ternak akan sulfur.
• Sumber S pada pakan ternak adalah hijauan dan jagung atau silase jagung.
• Namun dalam kasus defisiensi S ternak menunjukan gejala klinis penurunan
nafsu makan, dan pertambahan berat badan, kelemahan umum, lakrimasi,
sampai dapat terjadi kematian.
• Sesuai dengan fungsinya maka defisiensi S menyebabkan gangguan sintesis
protein mikroba, gejala kekurangan protein, penurunan kecernaan selulosa, dan
penimbunan asam laktat yang terlihat dalam darah dan urin.
• Kadar S yang aman adalah 0,1-0,2%, tergantung jenis makanan.
Calsium (Ca)
• Ca merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh. Mineral ini
dibutuhkan untuk pembentukan tulang, perkembangan gigi, produksi air
susu, telur, transmisi impuls syaraf, pemeliharaan eksitabilitas urat daging
yang normal (bersama-sama dengan K dan Na), regulasi denyut jantung,
gerakan urat daging, pembekuan darah dan mengaktifkan menstabilkan
enzim (misalnya: amilase pankreas).
• Defisiensi Ca menyebabkan riketsia, pertumbuhan terhambat, tidak ada
koordinasi otot.
Rickets, Gejala rickets di jumpai pada sapi muda yaitu tulang hewan muda
terganggu.
• Tanda tanda klinis yang nampak adalah:
– tulang menjadi lemah, lembek (kurang padat), sendi sendi
membengkak, pembesaran ujung tulang, kaki kaku, tulang punggung
melengkung, bungkul pada tulang rusuk.
• Jika rickets dibiarkan maka akan terjadi kelainan pada kaki yang
melengkung hal ini disebabkan oleh tensi urat daging dan bobot badan
yang di pikul oleh tulang kaki yang lemah.
Osteomalasia, Kekurangan Ca pada ternak dewasa akan menyebabkan
osteomalasia, yaitu akibat demineralisasi dari tulang hewan yang sudah
dewasa.
• Kandungan Ca (dan P) dalam tulang sifatnya dinamis, artinya pada
saat produksi ternak tinggi akan mengambil Ca dari tulang.
• Gejala klinis : kelemahan tulang dan gampang rusak kalau kena
tekanan.
• Kadar Ca bahan pakan sangat bervariasi yang disebabkan oleh jenis
tanaman, bagian dari tanaman dan umur tanaman.
• Hijauan pakan ternak yang lebih tua kadar Ca nya akan menurun.
• Leguminosa atau kacang-kacangan lebih banyak mengandung Ca
dari pada rumput.
• Biji-bijian untuk konsentrat kadar Ca nya rendah.
• Sumber Ca adalah kalsium karbonat, batu kapur giling, tepung
tulang, dikalsium forpat, kalsium sulfat, tepung ikan, tepung kerang,
tepung tulang.
Beberapa enzim yang mengandung ion logam sebagai kofaktornya
Ion logam
Enzim
Zn 2+
Alkohol dehidrogenase
Karbonat anhidrasa
Karboksipeptidasa
Mg2+
Fosfohidrolasa
Fosfotransferasa
Fe2+ / Fe3+
Sitokrom
Peroksida
Katalasa
Feredoksin
Cu2+/ Cu+
Tirosina
Sitokrom oksidasa
K+
Piruvat kinasa (juga memerlukan Mg2+)
Na+
Membrane sel ATPasa ( juga memerlukan K+ dan Mg2+)
Mineral Mikro (Trace Mineral)
• Trace minerals or mineral mikro dibutuhkaan
untuk:
–
–
–
–
–
–
pembentukan darah,
struktur hormon,
reproduksi normal,
pembentukan vitamin,
pembentukan enzim,
dan integritas sistem imun.
Mineral Mikro (Trace Mineral)
• Trace mineral (mineral mikro) ada 8 jenis :
– cobalt (Co) , coper (Cu),
– Iodine (I), besi (Fe),
– mangan (Mn), selenium (Se),
– cobalt (Co) dan zink (Zn).
• Cobalt juga diperlukan tetapi sudah terdapat pada vitamin B12. tembaga dan
besi sering sudah cukup pada bahan pakan sehingga tidak perlu penambahan.
• Trace mineral merupakan bagian dari molekul organik.
• Besi merupakan bagian dari hemoglobin dan citocrom.
• Yodium adalah bagian dari thyroxine.
• Tembaga, mangan, selenium, dan zink membantu proses enzim.
• Khusus untuk zink merupakan bagian dari struktur DNA.
• Kebutuhan trace mineral dipenuhi dari bahan pakan yang di konsumsi ternak.
• Pada kasus khusus tanah yang ditumbuhi bahan pakan defisiensi trace mineral
yang menyebabkan kandungan trace mineral dalam bahan pakan rendah.
Mangan (Mn)
• Mn diperlukan untuk aktivator enzim, dan trasfer pophat dan
decarboxilase, mencegah perosis, dan pertumbuhan tulang.
• Sumber Mn adalah hijauan dan bahan konsentrat seperti jagung.
• Didalam tubuh ternak Mn dijumpai pada hati, ginjal, pankreas,
dan pituatary, dan sedikit pada jantung, urat daging dan tulang.
• Pada ruminansia Mn berfungsi sebagai sintesa karbohidrat,
mucoplyssacharide, sistem ensim, misalnya pyruvate
carboxylase, arginine synthetase dll.
• Kebutuhan Mn pada ruminansia belum banyak diketahui tetapi
kekurangan Mn menyebabkan gejala klinis bentuk tulang dan
postur yang abnormal.
• Kelainan bentuk tulang antara lain kaki bagian bawah,
pembengkakan sendi, humerus yang relatif pendek, dan tulang
yang relatif rapuh.
Mangan (Mn)
• Defisiensi Mn juga dapat menggagu proses reproduksi ternak jantan
dan betina.
• Pada ternak jantan menyebabkan, gangguan spermatogenesis,
degenerasi testis, dan epididimus, dan berkurangnya hormon
kelamin yang menyebabkan sterilitas.
• Pada ternak betina dapat terlihat ertrus yang tidak menentu (tidak
ada), dan tidak terjadi konsepsi (pembuahan) dan kalaupun terjadi
pembuahan dapat menyebabkan keguguran.
• Di daerah tropis yang banyak terdapat gunung berapi biasanya
jarang terjadi kasus kekurangan Mn. Hal ini disebabkan Mn dalam
hijauan dan pakan konsentrat sudah cukup untuk kebutuhan ternak.
• Sumber Mn adalah hijauan, konsentrat dan premix mineral buatan
pabrik.
Copper (Cu)
• Copper berperan dalam enzim dan ultilisasi besi dalam
pigmentasi kulit dan pembentukan hemoglobin.
• Beberapa enzim yang membutuhkan copper antara lain
ceruloplasmin, cytochrome, oxidase, lusine oksidase,
tryrosinase, plastocyanin, dan baemocyanin.
• Penyerapan copper dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
keasaman lambung, penggunaan calsium carbonat dan ferros
sulfid akan menurunkan penyerapan Copper.
• Copper yang tidak terserap akan dikeluarkan lagi melalui tinja
(feces).
• Pada kenyataannya dari copper yang dikonsumsi lebih dari
90% disekresikan kembali oleh ternak.
• Sumber copper adalah pakan alami.
Copper (Cu)
• Fungsi esensial dalam tubuh antara lain:
– Pembentukan hemoglobin, penyerapan Fe dan mobilisasi Fe dari tempat
penyimpannya.
– Membantu metabolisme tenunan pengikat
– Kofaktor ensim memerlukan Cu utnuk aktifitas biologisnya. Enzim tersebut
antara lain: cytochrome oxidase, ascorbic acid axidase dll.
• Dalam tubuh ternak Cu dapat ditemui pada hati, otak, jantung, urat daging, dan
lemak.
• Pakan dengan kandungan Cu 10 ppm dianggap cukup untuk sapi pedaging.
• Gejala defisiensi Cu antara lain: terganggunya pigmentasi, menderita fibrosis
miokardium, tulang pipih dengan tulang rawan melebar, mudah mengalami fraktur
atau aoetoporosis. reduced growth and milk yield, severe diarrhea, stiff joints,
changes in hair coat color and texture (greying), loss of hair, and reduced
reproductive performance.
•
•
•
Hampir semua hijauan dapat mensuplai kebutuhan Cu ternak sebanyak 3-4 kali yang
dibutuhkan.
Namun tanaman yang banyak mengandung pitat dan lignin dapat menurunkan
penyerapan Cu.
Preparat Cu yang dapat digunakan adalah CuCO3, CuSO4 dll.
• Recently, Kentucky workers have reported that
higher levels of copper can reduce mastitis
severity and duration.
• Molybdenum and cooper are antagonistic with a
maximum of 6 ppm molybdenum in the total
ration dry matter.
• Higher levels of copper has been reported in the
field to improve hoof hardness.
• Jersey cattle are more sensitive to copper toxicity
than other dairy breeds.
Iodium (I)
•
Mineral iodium terdapat dalam tubuh ternak kelenjar tiroid, darah, daging dan susu.
•
Jaringan lain yang mengandung iodium adalah lambung, kelenjar saliva, ovarium,
kelenjar pituatary, kulit, plasenta, dan rambut.
•
Iodium diperlukan untuk sintesis hormon oleh kelenjar thyroid yang mengatur
metabolisme energi.
•
Hormon tiroid memegang peran dalam termoregulasi, proses metabolisme antara,
reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, sirkulasi dan fungsi urat daging.
•
Penyerapan iodium pada susu kecil dan dikonsentrasikan pada kelenjar thyroid.
•
Kebutuhan iodium belum jelas, diperkirakan sekitar 0,05-0,8 ppm.
•
Defisiensi iodium menyebabkan kelenjar gondok membengkak, kehilangan bulu,
kekurangan hormon tiroksin yang ditandai dengan kelemahan umum, basal
metabolisme menurun, pertumbuhan lambat, pedet lahir mati.
•
Pada hewan betina menyebabkan gangguan estrus sedang pada jantan menyebabkan
menurunnya libido.
•
Sumber iodium adalah pakan alami seperti tepung ikan dan hijauan makanan ternak.
• Iodine is required for the synthesis of thyroid hormones
which regulates the rate of metabolism.
• Excessive iodine causes secretion of mucus from lungs
and bronchial tubes, nervous-ness, rapid pulse and
breathing, and coughing.
• Deficient cattle exhibit enlarged thyroid glands (goiter),
especially in newborn calves which can be weak or
dead.
• Approximately 10 percent of dietary iodine is secreted
in milk which can be a human concern if multiple
sources of iodine are added to the ration.
Zinc (Zn)
• Zinc mengaktifkan enzim dan merupakan komponen dari
metaalloenzim.
• Zn (seng) berperan dalam pengaktif dan komponen beberapa
enzim seperti carbonic anhydrase, carboxys peptidase,
alkohol dehidogenase yang berperan dalam metabolisme
asam nukleat, sintesis protein dan metabolisme karbohidrat.
• Dalam kulit dan jaringan tubuh lainnya serta tulang juga
terdapat Zn.
• Gejala klinis pada ruminansia:
– tidak peduli terhadap lingkungannya, pembengkakan kaki dan
dermatitis pada leher, kepala dan kaki, gangguan penglihatan,
banyak bersalivasi (ludah), penurunan fungsi rumen, luka sulit
sembuh, dan gangguan reproduksi ternak jantan.
• Sumber Zn adalah dedak padi dan dedak gandum.
• Namun demikian defisiensi Zn jarang terjadi karena
dalam pakan ternak sudah tersedia cukup kandungan Zn.
• Didalam leguminosa terdapat kandungan Zn 60 ppm,
biji-bijian mengandung 10-30 ppm Zn, sumber protein
nabati mengandung 50-70 ppm Zn,
• Sumber protein hewani mengandung 100 ppm.
• Kebutuhan Zn ternak ruminansia sulit diperkirakan
namun secara umum kebutuhan tersebut 20-40 mg/kg
berat kering pakan.
Selenium (Se)
• Se berperan pada proses metabolisme yang normal dan
ada kaitannya dengan vitamin E.
• Vitamin E dapat menggantikan kebutuhan mineral Se.
• Kelebihan Se akan menyebabkan keracunan ternak.
• Sumber pakan yang mengandung Se antara lain jagung
(20 ppm), dan dedak gandum (55 ppm).
• Dalam tubuh ternak berupa seleno-protein yang
terdistribusi secara luas dalam tubuh.
• Se juga berperan dalam penyerapan lipid dalam saluran
pecernaan, atau pengangkutan melalui dinding usus.
Selenium (Se)
• Dalam tanaman Se terdapat dalam bentuk selenium amino acid
bersama-sama dengan protein.
• Kandungan Se tanaman sangat tergantung dari kandungan Se dalam
tanah.
• Pada tanaman selenium terdapat pada leguminosa dan rumput.
• Kebutuhan Se pada sapi yang sedang tumbuh adalah 0,10 mg/kg
ransum kering, untuk sapi jantan dan induk yang sedang bunting
0,05-0,10 mg/kg ransum kering.
• Kekurangan Se menyebabkan daging sapi berwarna putih, gangguan
jantung, dan paralisis.
• Kelebihan Se menyebabkan keracunan dengan gejala bulu ekor
rontok, hilangnya nafsu makan, kuku coplok, dan bisa mati karena
kelaparan, haus dan gangguan pernafasan.
• Selenium was initially studied as a toxic element leading to sudden death and
signs of distress.
• Chronic selenium toxicity (alkali disease) includes lameness, sore feet,
deformed hooves, and hair loss from the tail.
• Selenium deficiency is common in many areas of North America.
• Selenium is an integral component of glutathione peroxidase.
• Deficiencies result in white muscle disease in young calves, cardiac and
skeletal muscle degeneration, heart failure, and paralysis of the hind legs.
• Marginal deficiencies can cause retained placenta, an increase in mastitis
duration and severity, and reduced reproductive performance.
• Whole blood selenium levels should be over 100 ppb (parts per billion) while
blood serum should be over 70 ppb.
• Calcium and sulfur in the ration can reduce selenium absorption.
• Injected selenium has a half live of 14 days.
• Feeding supplemental selenium requires several weeks to months before blood
levels increase.
• Supplemental vitamin E complements selenium, but does not replace it.
Molibdenum (Mo)
• Mo didapati pada seluruh urat daging-tulang dan sedikit
pada hati, ginjal dan bulu ternak.
• Fungsi dari Mo dalam komponen esensial dari beberapa
enzim misalnya: xanthine oksidase, aldehyda oksidase dll.
• Kebutuhan Mo bagi ternak ruminansia belum diketahui
secara jelas.
• Kekurangan Mo jarang ditemukan, tetapi kelebihan Mo
justru menyebabkan defisiensi Cu dan menjadi racun yang
menyebabkan diare, anoreksia, anemia, ataksia, dan
kelainan bentuk tulang, depegmintasi kulit atau bulu.
• Sumber pakan yang mengandung Mo adalah hijauan segar,
sedang pada hijauan kering kandungan Mo menurun.
Cobalt (Co)
•
Dalam tubuh ternak Co ditemukan pada hati, mata, ginjal, kelenjar adrenal,
limpa dan pankreas dan sedikit pada sumsum tulang darah, susu dan empedu.
•
Didalam rumen sapi Co digunakan mikroba untuk pembentukan B12.
•
Vitamin B12 dibutuhkan untuk metabolisme propionate.
•
Pada makanan ternak kandungan Co pada rumput lebih rendah dari pada
leguminoisa.
•
Kebutuhan Co pada pakan sebesar 0,1 ppm dari bahan kering pakan.
•
Suplemementasi Co yang lebih tinggi bisa ditemukan di lapangan (0,3 sampai 2
ppm).
•
Pada tanah yang berpasir kandungan Co rendah sehingga tanaman yang
tumbuh di tanah tersebut juga rendah kandungan Co.
•
Jika ternak makan tanaman yang tumbuh ditanah berpasir tersebut akan
mengalami defisiensi Co.
•
Pada tanah yang banyak diberi kapur juga kadar Co rendah.
Cobalt (Co)
• Gejala defisiensi Co :
– nafsu makan menurun, pertumbuhan terganggu, pertambahan berat
badan berkurang, diikuti nafsu makan yang semakin berkurang,
cepat kurus, anemia parah, dan hewan dapat mati.
– Dari segi reproduksi terdapat 3 gejala klinis akibat defsiensi Co
yaitu: penundaan ovulasi-estrus, estrus tidak teratur, dan gejala
estrus tidak jelas.
• Untuk mencegah defisiensi Co dapat dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut:
– Pemupukan pastura dengan preparat Co
– Penyuntikan viatmin B12
– Penambahan Co pada pakan dengan dosis 2 gram/ton pakan.
– Mencekok sapi dengan mineral yang mengandung Co
– Pemberian Co dalam bentuk Cobaltik Oksida dan tanah lempung
Fe
• Dalam tubuh Fe didapati pada hati, limpa, ginjal, jantung, sumsum
tulang, darah dan selsel lainnya.
• Fungsi Fe dibutuhkan pada pembentukan hemoglobin, mioglobin,
enzim satilase, dan peroksidase.
• Fe berperan dalam tarnspor oksigen dalam sel dan respirasi sel.
• Kebutuhan anak sapi berkisar 100 ppm sedangkan sapi dewasa 50
ppm dari bahan kering pakan.
• Kelebihan Fe akan di simpan dalam hati, limpa dan sumsum tulang.
• Kadar Fe yang diperlukan dalam pakan ternak sebesar 100 μg/g
cukup untuk semua jenis ternak.
• Defisiensi Fe banyak terdapat pada anak sapi karena dalam air susu
kadarnya rendah, juga bisa disebabkan oleh pendarahan yang
disebabkan parasit.
Fe
• Gejala klinis dari defisiensi Fe :
– anemia, (selaput lendir menjadi pucat), kadar hemoglobin menurun,
tingkat kejenuhan transferin menurun, kurang memperhatikan
lingkungan, nafsu makan dan pertambahan berat badan menurun,
serta anthrophy pada papil-papil lidah.
• Pada prakteknya kebanyakan rumput mengandung Fe 100-250
ppm dan leguminosa mengandung 200-300 ppm, sehingga
kasus kekurangan Fe jarang terjadi karena kandungan Fe
hijauan lebih tinggi dari yang dibutuhkan ternak.
• Bahan yang mengandung Fe tinggi adalah tepung daging dan
ikan dengan kadar Fe 400-600 ppm, biji-bijian 30-80 ppm dan
bungkil 100-400 ppm.
• Jika diperlukan suplemen Fe dapat menggunakan Fe sulfat, fero
karbodat, feri klorida dll
• Iron is involved in cellular respiration and oxygen transport as
components of hemoglobulin, myoglobulin, and enzyme systems.
• Early signs of iron deficiency include anemia and low blood
hemoglobin.
• Later deficiency signs include weight loss and reduced appetite.
• Fancy veal calves are fed milk which is low in iron and results in
pale colored meat (white veal).
• Ferric oxide is added to trace mineral premixes as a coloring
agent (has low iron availability).
• Forages can be high in iron (over 500 ppm), but may be low in
availability due to soil contamination or association with fiber.
Mineral yang Mungkin Esensial
• Fluor (F) sangat baik digunakan oleh tulang dan gigi.
• Pada jaringan lunak F paling banyak terdapat pada ginjal.
• Kasus keracunan F disebabkan oleh kontaminasi makanan dan
minuman.
• Air dengan kadar F 3-15 ppm akan berakibat racun dan pakan yang
mengandung F sebesar lebih dari 2 ppm.
• Tanaman pada kondisi normal mengandung F sebesar 1-2 ppm.
• Sapi yang mengkonsumsi pakan yang mengandung F sebesar 100
ppm akan menyebabkan keracunan akut, sedang kandungan 30 ppm
dalam jangka lama akan menyebabkan flourosis kronis.
• Gejala keracunan :
– eksitasi, tingginya kadar F dalam darah dan urin, kaku, anorexia,
salvias berlebihan, muntah, spasmus urinasi dan defekasi, lemah,
depresi yang berat dan kelainan jantung.
• Sumber F adalah tepung tulang, tepung darah (hasil ikutan ternak),
dan tepung ikan.
Beberapa enzim yang mengandung ion logam sebagai kofaktornya
Ion logam
Enzim
Zn 2+
Alkohol dehidrogenase
Karbonat anhidrasa
Karboksipeptidasa
Mg2+
Fosfohidrolasa
Fosfotransferasa
Fe2+ / Fe3+
Sitokrom
Peroksida
Katalasa
Feredoksin
Cu2+/ Cu+
Tirosina
Sitokrom oksidasa
K+
Piruvat kinasa (juga memerlukan Mg2+)
Na+
Membrane sel ATPasa ( juga memerlukan K+ dan Mg2+)
Mineral
Zinc
Trace Mineral Function
•
Protein synthesis
•
Vitamin A utilization
•
•
•
Manganese
Copper

Abnormal skin and hooves

Bone and joint problems

Poor wound healing

Fertility problems
•
Abnormal bones and joint
development
•
Impaired ability to make or
repair joint cartilage
•
Abnormalities in skin, hair and
hooves
•
Reproduction challenges
•
Bone and joint disease
•
Tendon and ligament problems
•
Poor coat color
•
Early embryonic losses
Epithelial tissue integrity
Immune System
Reproduction
•
Bone and Cartilage Synthesis
•
Enzyme Systems
•
Reproduction
•
Immune Response

Collagen synthesis and maintenance

Enzyme function

Trace Mineral Deficiency
Red blood cell maturation

Reproduction

Immune response
Mineral
Trace Mineral Function

Cobalt

Iron


Selenium
Required by ruminants for synthesis
of Vitamin B12 by bacteria in the gut
Fiber fermentation by bacteria
Trace Mineral Deficiency

Low Vitamin B12 levels

Poor Growth

Low body condition

Anemia is the final stage of iron
deficiency

Can be caused by blood loss

Muscular cramping

Poor stress tolerance
Oxygen transport in hemoglobin
Component of Glutathione
Peroxidase

Thyroid hormone metabolism

Impaired immunity

Immune response

Subpar performance

Thyroid hormone synthesis

Enlarged thyroid gland; goiter

Thermoregulation

Hair loss and dry scaly skin
Iodine
MINERAL RELATIONSHIPS
Another aspect of mineral supplementation is to maintain an optimum relationship with
other minerals that can impact availability and/or absorption. The following mineral ratios
can be used to evaluate mineral balance (based on the total ration dry matter).
Zinc to Manganese
Zinc to Copper
Copper to Molybdenum
Iron to Copper
Potassium to Sodium
Sodium + Potassium
Calcium + Magnesium
Dietary cation-anion
balance or DCAD
Dry cows
Lactating cows
1:1
4:1
6:1
20:1
5:1
< 2:1
<-100 meq/kg
> 250 meq/kg
Table 1. Minerals and Vitamins in Forage and Required by Sheep
Class of Sheep and Their Requirements
(in diet Dry Matter)
Mature Ewe
Young Lamb
Nutrient
Good Forage
Early Pregnancy Nursing Twins Fast Gain
Calcium, %
0.45
0.25
0.4
0.55
Phosphorous, %
0.40
0.2
0.3
0.25
Potassium, %
2.0
0.5
0.8
0.6
Magnesium, %
0.25
0.12
0.18
0.12
Sulfur, %
0.25
0.15
0.25
0.15
Sodium, %
0.0005
0.10
0.15
0.10
Iron, PPM
100
40
40
40
Copper, PPM
8
10
10
10
Manganese, PPM
70
40
40
40
Zinc, PPM
30
30
30
30
Selenium, PPM
0.15
0.3
0.3
0.3
Vit A, IU/lb DM
50,000
1000
1200
500
Vit D, IU/lb DM
500
100
100
100
Vit E, IU/lb DM
10
7
7
7
Methods of Supplementation
• Free choice feeding of minerals is probably the easiest and most widespread practice of supplying minerals, however with this method of
supplementation, wide variation of intake can exist.
• Free choice intake is dependent on several factors: palatability of the
mineral preparation, water quality and hardness, mineral content of the
feeds, types of feeds, physical location of the mineral and individual animal
preferences.
• Mixing salt with the cattle mineral supplement will generally encourage
consumption and tends to prevent excessive intakes.
• However, where a high salt content exists in the feed or water this practice
may not hold true.
• A common mix is one part loose fortified salt to one part mineral.
• This mixture is fed in a mineral feeder.
• Remove all salt blocks.
• After the cows are accustom to this mix, you could use one part loose
fortified salt to two parts mineral to encourage higher intakes of mineral.
Thumb rules for cattle free choice mineral intakes
1. Mineral intakes should normally be about 60 gm (2 oz.) per head
per day.
2. Salt intakes should normally be about 45 gm to 60 gm (1.5 oz. to 2
oz.) per head per day.
3. When feeding dry hay or silage, voluntary intakes generally drop.
4. Cereal greenfeed and cereal silage can contain very high levels of
Sodium which reduces salt intakes.
5. With hard water (total dissolved solids of greater than 2000 mg/l)
mineral intakes are usually lower.
6. Location of salt will affect intakes. Higher intakes will occur if salt
is placed in an active alley way or near the water source.
Download