BIOGRAFI SANG PEMBUNUH TUHAN: FRIEDRICH NIETZSCHE Oleh: Rahma Amalia (1909010021) M.Yusuf.F (1909010009) A. PENDAHULUAN Memasuki millenium baru, abad ke-21, pemikiran filsafat Barat kontemporer telah berkembang dengan sangat pesat dan beragam. Munculnya berbagai aliran dalam filsafat di Barat abad ke-20 dan 21 sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat sebelumnya, terutama abad ke-19. Salah seorang filsuf abad ke-19 yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran filsafat abad ke-20 adalah G.W.F. Nietzsche yang lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 dan meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900, empat bulan sebelum masuknya abad ke-20. Nietzcshe terkenal sebagai filsuf yang menyuarakan kebebasan dalam berpikir. Atas nama kebebasan berpikir itu, Nietzsche telah “memproklamasikan” bahwa “Tuhan telah mati” (Gott is tot). Pemikiran Nietzsche menggoyang dan mendongkel filsafat Barat yang telah mapan, dogma teologi Kristen, serta kebudayaan Barat. Semua itu dibongkar oleh Nietzsche hingga ke akarnya. Pemikiran yang diutarakan oleh Nietzsche dengan nada keras seperti badai yang mengancam ketenangan atmosfir filsafat Barat. Ide filosofis yang disampaikannya menggelisahkan para filsuf dan teolog. Nietzsche menyangkal berbagai ide filsafat yang telah mapan yang menurutnya lahir sebagai akibat dari kemalasan berpikir. Segala bentuk kemapanan berpikir yang tampaknya benar dan tak mungkin digoncang, oleh Nietzsche dirontokkan seperti bangunan yang digoncang gempa. Gottfried Benn mengatakan bahwa Nietzsche adalah gempa bumi bagi generasi abad ke-19. Generasi abad ke-20, jika ingin menemukan dan mencari akar filsafat yang berkembang saat ini, maka mereka harus memahami filsafat Nietzsche (Sindhunata, 2000:6). Generasi abad ke-20 harus berterimakasih kepada Nietzsche karena ia telah mendahului satu pemikiran filosofis yang berkembang pada abad ke- 20. Nietzsche tampak telah ditakdirkan menjadi filsuf penutup abad ke-19, yang ditandai dengan tahun meninggalnya yang persis terjadi pada tahun 1900. Dari berbagai kajian terhadap pemikiran Nietzsche, yang paling banyak dibahas adalah tentang ateisme, yang berdasarkan pernyataannya bahwa “Tuhan telah mati”. Namun jika ditelusuri lebih seksama, maka akan ditemukan banyak sekali gagasan Nietzsche yang mempengaruhi abad ke-20 yang disebut juga abad kontemporer. Untuk mengetahui gagasan Nietzsche yang berpengaruh terhadap perkembangan filsafat abad ke-20, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. B. RIWAYAT HIDUP Friedrich Nietzsche dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1844 di Roecken, Jerman. Ayahnya bernama Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849), seorang pastor Lutheran yang keras. Ibunya bernama Franziska, nama gadisnya adalah Oehler (18261897). Nietzsche diberi nama untuk menghormati kaisar Prusia, Friedrich Wilhelm IV, yang memiliki tanggal lahir sama. Adik perempuannya, Elisabeth, dilahirkan pada tahun 1846. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1849 dan adik laki-lakinya, Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale. Sejak masih remaja, Nietzsche memiliki kemampuan istimewa. Ia seorang pembelajar bahasa yang berbakat dan juga seorang musisi yang terampil memainkan berbagai alat musik. Pada usia 18 tahun, ia mulai kehilangan kepercayaannya pada agama Kristen dan mulai mencari Tuhan serta kepercayaan baru. Sejalan dengan itu, gaya hidupnya pun berubah total, ia mulai hidup bebas, tidak beraturan, pesta pora, mabuk-mabukan dan memuaskan hasrat seksualnya. Beberapa waktu kemudian, ia kembali menjadi seorang agamis, yang mengatakan bahwa orang yang minum bir dan menghisap tembakau tidak memiliki pangan yang jernih dan pemikiran yang mendalam. Tahun 1865, ia membeli buku Schopenhauer, Die Welt als Wille und Vorstellung (1818) atau The World as Will and Idea (Dunia Sebagai Kehendak dan Ide). Buku ini memberikan semangat dan menghasilkan pemikiran spektakuler. Pada usia 23 tahun, ia bergabung dengan tentara untuk mengikuti sebuah perang. Tetapi, dikarenakan kesehatannya tidak mendukung, ia kembali lagi ke dunia ilmiah dan akademik. Tahun 1869, pada usianya 25 tahun, ia menjadi guru besar Filologi di Universitas Basel Swiss. Ia sangat mengagumi musikus Richard Wagner. Di sana, dia bersahabat dengan Richard Wagner dan istrinya, Cosima, seorang komponis masyhur. Kemudian, Nietzcshe membencinya karena Wagner dianggap tetap menjunjung tinggi agama. Tahun 1879, Nietzshe terpaksa pensiun karena sakit-sakitan, lalu pindah ke Swiss. Setelah itu, ia menggelandang di Swiss, Italia, dan Prancis. Pada tahun 1889, ia sakit jiwa di Torino, Italia, lalu dirawat oleh ibu dan kakaknya. Nietzsche meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900. Saat-saat terakhir hidupnya adalah saat yang paling tragis. Ia ditimpa sakit jiwa. Selama dua tahun terakhir masa hidupnya, ia sudah tidak dapat mengetahui apa-apa dan tidak dapat lagi berpikir. Bahkan, ia sudah tidak tahu lagi bahwa ibunya telah meninggal. C. ULASAN KARYA TERPENTING Karya-karya Nietzsche diantaranya yaitu: 1) Die Geburt Der Tragödie (Kelahiran Tragedi); 1872. 2) Unzeitgemässe Betrachtungen (Pandangan NonKontemporer); 1873-1876. 3) Menschliches, Allzumenschliches (Manusiawi, Terlalu Manusiawi); 1878-1880. 4) Morgenröthe (Merahnya Pagi); 1881. 5) Die Fröhliche Wissenschaft (Ilmu yang Gembira); 1882. 6) Also Sprach Zarathustra (Maka Berbicaralah Zarathustra); 1883-1885. 7) Jenseits Von Gut Und Böse (Melampaui Kebajikan dan Kejahatan); 1886. 8) Zur Genealogie Der Moral (Mengenai Silsilah Moral); 1887. 9) Der Fall Wagner (Perihal Wagner); 1888. 10) Götzen-Dämmerung (Menutupi Berhala); 1889. 11) Der Antichrist (Sang Antikristus); 1889. 12) Ecce Homo (Lihat Sang Manusia); 1889. a) Also Sprach Zarathustra (Maka Berbicaralah Zarathustra); 1883-1885. Nietzsche menganggap Seruan Zarathustra sebagai salah satu karyanya yang terpenting. Tidak diragukan lagi bahwa karya ini adalah mengenai pengatasan diri. Menggabungkan pesan-pesan dari kitab Injil, mitologi Yunani dijungkirbalikan. dan agama kuno bangsa Persia, yang sengaja Nietzsche menyusun naskah ini dalam waktu sekitar dua tahun. Bab satu ditulis hanya dalam tempo sepuluh hari. Nietzsche sendiri menganggap Seruan Zarathustra ini sebagai karyanya yang paling penting dan dianggap oleh banyak para komentator sebagai karya yang penuh dengan penjelasan yang detail tentang “Superman” dan “Will to Power”. Pada awalnya, ia hanya menulis tiga bab saja, merasakan bahwa akhir cerita ini harus disudahi ketika Zarathustra mendapatkan doktrin “siklus abadi” di atas gunungnya. Kemudian, ia pun menulis bab empat, dan ia menolak untuk menerbitkannya dengan alasan bab ini akan sangat menggoncangkan publik di saat itu. Naskah bab empat disirkulasikan di antara teman-temannya dalam bentuk draft, hingga akhirnya diterbitkan oleh adik perempuannya, Elizabeth, setelah Nietzsche terserang sakit jiwa. Seruan Zarathustra adalah karya yang paling populer di kalangan publik. Walaupun buku ini hanya disambut secara dingin ketika pertama kali diterbitkan, karya ini menjadi sangat terkenal setelah wafatnya Nietzsche dan tetap populer hingga menjadi buku yang paling laris terjual di zaman modern ini. Selama Perang Dunia II, pemerintah Jerman mencetak lebih dari 100.000 eksemplar dan didistribusikan pada tentaranya. Dalam tataran narasi, buku ini membicarakan tentang perjalanan dan ajaran- ajaran Zarathustra, seorang nabi, guru agama dari tokoh dalam sebuah mitos, yang datang ke dunia untuk mengajarkan ajaran tentang “Sang Superman”. Ajaran-ajaran Zarathustra berupa kombinasi antara cerita-cerita yang ada dalam ayat-ayat agama- agama kuno seperti dari kitab Perjanjian Lama dan Mitos-Mitos Yunani dan hanya ada di sana-sini. Karya ini, terfokus pada ajaran-ajaran Zarathustra mengenai sang Superman dan perjuangan dirinya untuk membawanya mengatasi pada segala doktrin aspek-aspek “Siklus Abadi”, dunia yang akhirnya sebuah keadaan yang diasosiasikan dengan transendensi. Buku ini menceritakan tinjauan Nietzsche tentang “Sang Superman”, suatu keadaan mengenai kehidupan yang murni dimana seseorang dapat mencintai alam dan bumi sebagai kebaikan yang tertinggi. Buku ini menguraikan keyakinan Nietzsche yang sangat mashur “Tuhan sudah mati”. Dalam Seruan Zatahustra, Nietzsche membayangkan sebuah dunia di mana Sang Superman dapat mengatasi ajaran-ajaran Nasrani yang sudah mati menuju ke siklus abadi. Gaya penulisan yang sangat eksperimental ini menjauhkannya dari popularitas, dari lingkaran akademik dan filsafat hingga akhir hayatnya Nietzsche. Buku yang bergaya sangat ambigu, tidak pas dengan gaya tulisan filsafat abad 19 dan abad 20 awal. Namun, diakhir abad 20 komunitas filsafat postmoderen merangkul karya ini serta format-formatnya yang menghapus batasan-batasan yang memadukan filsafat dengan kritik tentang agama dan masyarakat. Banyak teori-teori postmoderen tentang dekonstruksi berdasarkan pada karya-karya Nietzsche yang ada dalam Seruan Zarathustra, buku ini secara ajeg tetap menghasilkan karya-karya interpretasi akademik baru. Saat ini ada ratusan uraian-uraian serta penjelasan-penjelasan yang terperinci terhadap apa yang telah dibuktikan sebagai karya Nietzsche yang terkenal itu dan masih akan tetap mempengaruhi filsafat-filsafat kaum generasi baru. b) Will to Power Gagasan Will to Power secara sederhana merupakan hasil pendapatnya terhadap otoritas berlebihan dari kampanye perang yang melanda Eropa dan sekitarnya, juga penindasan, penjajahan, pengkotak-kotakan manusia, sampai kegagalan Kristen yang tak mampu menyelamatkan manusia dari dekadensi. Will to Power kemudian digunakan Nietzsche sebagai pisau analisa untuk membedah motivasi kehendak berkuasa. Hal ini beberangkat dari ajaran Schopenhauer dalam The World as Will and Interpretation. Schopenhauerisme beranggapan bahwa ada rembesan kehendak jahat yang merembet ke mana-mana tanpa peduli pada kemanusiaan. Namun pendapat Nietzsche atas kekuasaan telah lebih dulu dipicu trauma masa kecilnya. Ia tumbuh dalam lingkungan Kristen yang ketat serta figurfigur dominan kakek, ibu, serta saudara perempuannya. Nietzsche muda tampaknya mengalami pembunuhan karakter berulang-ulang oleh sikap normatif keluarganya. Jiwa mudanya dikekang. Hasratnya terpasung. Hal ini menjadikan Nietzsche tumbuh menjadi anak yang sinis dan butuh pelepasan radikal. Catatan-catatan masa kecil hingga beranjak dewasa ini sangat berharga sebab turut menentukan arah filsafat Nietzsche. Titik balik pemikiran Nietzsche atas semua gagasannya, secara umum, dimulai dalam kurun waktu perang Prusia di mana ia menjalankan kewajiban militernya. Sedangkan, Will to Power lahir usai menyaksikan onggokan tubuhtubuh mati menyampah pasca sebuah pertempuran hebat. Pengalaman perang di mana ia menjalankan tugasnya sebagai tentara inilah yang membuat Nietzsche melihat bahwa kekuasaan sekecil apa pun porsinya selalu mendorong seseorang untuk menambahkan kapasitasnya. Dari sini, penyelewengan kekuasaan yang menggoda tanpa antisipasi terhadap akibat buruk yang mungkin ditanggung oleh orang lain tampak begitu nyata. Menurut Nietzsche, Will to Life (keinginan untuk hidup) ada karena adanya Will to Power (kehendak untuk berkuasa). Bukan sebaliknya seperti yang digariskan Schopenhauer bahwa Will to Life ada karena adanya Will to Exist (keinginan untuk bertahan). Doktrin ini laris berat sepanjang jaman karena manusia selalu membutuhkan ekstase untuk menggugah kesadaran dari perang antar bangsa yang berlangsung tanpa kenal waktu di seluruh penjuru dunia. Jalan keluar yang ditawarkan terhadap keadaan dunia yang sangat buruk ini, menurut Nietzsche ada pada penyangkalan diri. Penyangkalan diri dalam konteks ini merupakan upaya pembebasan dari belenggu ambisi. Sebab ambisi baik untuk hidup, mati, ataupun yang paling ekstrim, seperti bunuh diri sendiri misalnya, akan membimbing manusia pada kehendak berkuasa. Ia beranggapan bahwa penerimaan terhadap penderitaan justru membimbing manusia pada subtilitas (keagungan) eksistensi kemanusiaannya. Nietzsche sendiri melewati penderitaan teramat panjang, digerogoti penyakit dengan penerimaan yang sama sekali tidak biasa. Penyangkalan dan pengasingan diri memberikannya kemanusiaannya agar tetap terjaga. kemampuan untuk mengendalikan D. DAFTAR PUSTAKA Munir, Misnal. 2011. Pengaruh Filsafat Nietzsche Terhadap Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer. Jurnal Filsafat. 21 (2): 135-136. Nietzsche, Friedrich. 2010. Seruan Zarathustra. Terjemahan Budi Anre. Tanpa Kota: Bodhidharma Pustaka. F. Namure, Ricardo. 2011. Konsep Manusia Super Menurut Nietzsche. Filsafat Manusia. Tanpa Volume (no): 2-3.