GANGGUAN MENTAL ORGANIK TUJUAN PEMBELAJARAN ■ Definisi Dan Etiologi Delirium ■ Klasifikasi Delirium ■ Patofisiologi Delirium ■ Manifestasi Klinis Delirium ■ Kriteria Diagnosis Delirium ■ Tatalaksana Delirium Definisi Gangguan Mental Organik Gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat di diagnosis tersendiri. Definisi Delirium ■ Gejala klinis delirium adalah adanya gangguan kesadaran dan kognisi, delirium bukan merupakan penyakit tetapi merupakan gejala, sehingga menentukan adanya delirium harus berdasarkan penyebabnya. Etiologi Delirium ■ Penyakit system saraf pusat ■ Penyakit sistemik ■ Intoksikasi obat ■ Penurunan aktivitas acetylcholine dalam otak Klasifikasi Delirium Delirium akibat kondisi medis umum Delirium akibat intoksikasi zat Delirium akibat putus zat Delirium akibat etiologi beragam Delirium yang tidak dapat dispesifikasikan Delirium akibat kondisi medis umum 1)Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian 2)Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia 3) Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari 4) Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium bahwa gangguan disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung suatu KMU Delirium akibat intoksikasi zat 1) Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian. 2) Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia 3) Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari. 4) Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, sebagai berikut: a. Simtom 1) dan 2) terjadi selama intoksikasi zat atau penggunaan medikasi b. Intoksikasi zat adalah etiologi terkait dengan delirium Delirium akibat putus zat 1) Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian. 2) Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia 3) Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari. 4) Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, sebagai berikut: a) Simtom A dan B terjadi selama atau segera setelah putus zat Delirium akibat etiologi beragam 1) Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian. 2) Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia 3) Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari. 4) Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, bahwa : Delirium memiliki lebih dari satu etiologi, misalnya lebih dari satu KMU, KMU + intoksikasi zat, atau efek samping obat. Delirium yang tidak dapat dispesifikasikan 1) Kriteria untuk tipe delirium tertentu tidak terpenuhi. Misalnya: manifestasi delirium diduga akibat KMU, penyalahgunaan zat tetapi tidak cukup bukti untuk menegakkan etiologi spesifik. 2) Delirium disebabkan oleh penyebab yang tidak tercatat pada seksi ini (deprivasi sensorik) Patofisiologi Manifestasi Klinis A. Delirium ■ Penurunan kesadaran ■ Abnormalitas mood, persepsi, dan perilaku ■ Gangguan siklus tidur ■ Onset mendadak, perjalanan singkat dan fluktuatif. Kriteria Diagnosis Delirium Pedoman Diagnostik: ■ Gangguan kesadaran & perhatian • Taraf berkabut hingga koma • Kemampuan memusatkan, perhatian menurun mempertahankan & mengalihkan ■ Gangguan fungsi kognitif secara umum • Distorsi persepsi: adanya ilusi & halusinasi visual • Hendaya daya pikir & abstrak, dengan / tanpa waham bersifat sementara & selalu ada inkoherensi ringan • Hendaya daya ingat segera & jangka pendek, jangka panjang relatif utuh. Gangguan psikomotor • Hipo/hiperaktivitas • Waktu bereaksi lebih panjang • Arus pembicaraan bertambah atau berkurang • Reaksi terperanjat meningkat ■ Gangguan siklus tidurbangun • Insomnia atau waktu tidur terbalik • Gejala memburuk pd malam hari • Mimpi buruk, berlanjut halusinasi Tata Laksana Delirium Terapi suportif farmakoterapi ■ Tujuan utama dalam pengobatan delirium → mengatasi penyebab yang mendasari ■ Tujuan pengobatan lain → dukungan fisik, sensorik, dan lingkungan Terapi suportif ■ Lingkungan pasien harus stabil, tenang, cukup cahaya ■ Pasien biasanya terbantu dengan dengan adanya teman atau saudara di ruangan yang sama ■ Teknik-teknik reorientasi atau isyarat ingatan seperti kalender, jam, foto keluarga dapat membantu pasien delirium merasa nyaman ■ Meminimalkan penurunan fungsi sensoris Farmakoterapi ■ Bila kondisi yang mendasari adalah keracunan antikolinergik → fisostigmin salisilat (Antilirum) 1-2 mg IV / IM, dengan dosis berulang 15-30 menit ■ Untuk gejala psikokis → haloperidol (Haldol) dosis awal 2-10 mg IM, diulang dalam 1 jam bila pasien masih teragitasi; segera setelah pasien tenang, pengobatan oral harus dimulai dengan total dosis harian 5-50 mg ■ Untuk gejala insomnia → benzodiazepin