PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DAN KONFORMITAS TERHADAP INTENSI MEMATUHI PERATURAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA MOTOR DI KOTA TANGERANG SELATAN Dosen Pembimbing: Ikhwan Lutfi M,Psi Disusun Oleh: Naufal Nurramadhan (11140700000108) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 LEMBAR PERSETUJUAN ii LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama : Naufal Nurramadhan NIM : 11140700000108 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control dan Konformitas terhadap Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas pada Pengendara Motor Di Kota Tangerang Selatan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, Agustus 2019 Naufal Nurramadhan NIM: 11140700000108 iii Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. “Karya ini saya persembahkan untuk orang tua terbaik dalam hidup saya. Terima kasih selalu mendukung secara moril dan materiil. Tanpa dukungan tersebut saya tidak akan bisa sejauh ini. Karya ini juga saya persembahkan untuk pengendara kendaraan bermotor dimana pun kalian berada. Semoga hal ini dapat berdampak bagi kita semua” iv ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Agustus 2019 (C) Naufal Nurramadhan (D) Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control dan Konformitas terhadap Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas pada Pengendara Motor di Kota Tangerang Selatan (E) xiii + 80 + 12 Lampiran (F) Menurut Tabibi dan Pfeffer (2014) pentingnya perasaan bersalah setelah tidak mematuhi peraturan lalu lintas adalah penting dan jauh lebih penting daripada kewajiban pribadi untuk mematuhi atau tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Perilaku sebelumnya memiliki efek independen pada intensi untuk mematuhi peraturan lalu lintas setelah variabel TPB diperhitungkan mendukung argumen bahwa perilaku sebelumnya adalah prediktor varian unik dalam niat di TPB dan konsisten dengan intensi saat ini. Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan intensi sebagai kemungkinan subjektif seseorang sebelum memunculkan perilaku, dalam penelitian ini adalah perilaku mematuhi peraturan lalu lintas.,intensi tersebut bisa dalam jumlah yang kecil atau besar sehingga dianggap sebagai probabilitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel pengendara motor yang berdomisili di Kota Tangerang Selatan berjumlah 198 orang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu accidental sampling. Alat ukur yang digunakan terdiri dari alat ukur yang dikonstruk dari hasil elisitas yaitu mencari salient belief dari sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control (Ramadhani, 2011), dimensi intensi (Ajzen, 1985) dan dimensi konformitas (Akert. dkk., 2016). CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, disimpulkan terdapat pengaruh signifikan sikap dan perceived behavioral control terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas dengan R-Square 24.7%. Berdasarkan hasil uji hipotesis minor terdapat dua variable yang signifikan yaitu sikap dan perceived behavioral control dengan pengaruh positif terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. (G) Daftar Bacaan: 23: 12 Buku + 7 Jurnal + 4 Artikel Kata kunci: sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, konformitas, intensi, kepatuhan v KATA PENGANTAR Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat dan karunia Allah SWT, karena-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam dilimpahkan dan dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul penutup dan pemberi syafaat yang mulia. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini: 1) Allah SWT, Karena-Nya lah saya bisa menyelesaikan skripsi ini 2) Dr. Zahrotun Nihayah M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, Bambang Suryadi, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Yufi Andriani selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Dr. Yunita Faela Nisa selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. 3) Ikhwan Lutfi M,Psi, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan yang diberikan. 4) Drs. Rachmat Mulyono M.Si, Psikolog. selaku dosen pembimbing akademik 5) Dosen dan pegawai yang telah memberikan ilmu yang berlimpah dan membantu proses administrasi. 6) Kedua orang tua atas segala dukungannya baik moril maupun materiil, dan 7) Seluruh teman-teman yang mendukung baik secara langsung maupun tidak. 8) Responden yang telah berkontribusi dalam berjalannya skripsi ini Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan makalah kedepannya. Akhirnya, penulis ucapkan terimakasih atas perhatiannya dan mohon maaf pula atas segala kekurangan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi seluruh pembaca. Aamiin. Waassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Ciputat, Agustus 2019 vi Penulis vii DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii ABSTRAK .............................................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Pembatasan & Perumusan Masalah ......................................................... 8 1.2.1 Pembatasan Masalah ......................................................................... 8 1.2.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 9 1.3 2 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................. 9 1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9 1.3.2 Manfaat Penelitian .......................................................................... 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11 2.1 Intensi ..................................................................................................... 11 2.1.1 Teori-teori tentang intensi ............................................................... 11 2.1.2 Definisi Intensi ................................................................................ 14 2.2 Definisi Kepatuhan ................................................................................. 15 2.3 Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas ................................................ 15 2.3.1 Pengertian Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas ....................... 15 2.3.2 Lintas Faktor-Faktor yang mempengaruhi Intensi Mematuhi Peraturan Lalu 16 2.4 Sikap ....................................................................................................... 16 2.4.1 Pengertian Sikap.............................................................................. 16 2.4.2 Aspek-aspek Sikap .......................................................................... 19 2.4.3 Beliefs (keyakinan) .......................................................................... 19 2.5 Norma Subjektif (Subjective norm) ........................................................ 19 2.5.1 Pengertian Norma Subjektif ............................................................ 19 viii 2.5.2 2.6 Aspek – aspek Norma subjektif ...................................................... 20 Perceived Behavioral Control ................................................................ 20 2.6.1 Pengertian Perceived Behavioral Control ....................................... 20 2.6.2 Aspek - aspek Perceived Behavioral Control.................................. 21 2.7 Pengukuran Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas ............................ 21 2.8 Conformity (konformitas) ....................................................................... 22 2.8.1 Pengertian Konformitas .................................................................. 22 2.8.2 Aspek-Aspek Konformitas .............................................................. 24 2.8.3 Pengukuran Konformitas ................................................................ 25 2.9 Kerangka Berpikir .................................................................................. 26 Hipotesis Alternatif ........................................................................................... 31 Hipotesis Nihil ................................................................................................... 32 BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 36 3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 36 3.1.1 3.2 Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel ................................... 36 Variabel Penelitian ................................................................................. 37 3.2.1 Variabel Penelitian .......................................................................... 37 3.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 39 3.4 Instrumen dan Cara Skoring ................................................................... 42 3.5 Uji Validitas Konstruk............................................................................ 46 3.5.1 Uji Validitas Konstruk Attitude Towards Behavior ........................ 47 3.5.2 Uji Validitas Konstruk Subjective Norms ....................................... 49 3.5.3 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavioral Control ................... 51 3.5.4 Uji Validitas Konstruk Conformity ................................................. 52 3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 55 3.7 Prosedur penelitian ................................................................................. 57 BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 59 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 59 4.2 Analisi Deskriptif ................................................................................... 61 4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian.................................................................. 62 4.4 Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................... 63 4.4.1 Uji Regresi Berganda ...................................................................... 63 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians ............................................................. 68 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................... 70 ix 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 70 5.2 Diskusi .................................................................................................... 70 5.3 Saran ....................................................................................................... 74 5.3.1 Saran Teoritis .................................................................................. 75 5.3.2 Saran Praktis ................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76 LAMPIRAN .......................................................................................................... 78 x DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Hasil riset pendahuluan ........................................................................ 40 Tabel 3.2 Hasil sortir studi pendahuluan ............................................................. 41 Tabel 3.3 Proporsi Nilai Skala ............................................................................. 43 Tabel 3.4 Blueprint Skala Attitude towards Behavior .......................................... 43 Tabel 3.5 Blueprint Skala Subjective Norms ........................................................ 44 Tabel 3.6 Blueprint Skala Perceived Behavioral Control .................................... 44 Tabel 3.7 Blueprint Skala konformitas ................................................................ 45 Tabel 3.8 Blueprint Skala Intensi ......................................................................... 45 Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Behavioral Belief ................................................ 48 Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Evaluation of Behavioral Belief ........................ 49 Tabel 3.11 Muatan Faktor Normatives Belief...................................................... 50 Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Motivation to Comply ....................................... 51 Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control ........................... 52 Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Informational Social Influence.......................... 53 Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Normatives Social Influence ............................. 54 Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................ 59 Tabel 4.2 Sebaran kepemilikan SIM .................................................................... 60 Tabel 4.3 Pengalaman ditilang ............................................................................. 60 Tabel 4.4 Pengalaman Kecelakaan ...................................................................... 61 Tabel 4.5 Pengalaman Melanggar Peraturan Lalu lintas ..................................... 61 Tabel 4.6 Analisis Deskriptif ............................................................................... 62 Tabel 4.7 Norma Skor Kategorisasi ...................................................................... 62 Tabel 4.8 Skor Kategorisasi ................................................................................. 63 Tabel 4.9 Tabel R square ..................................................................................... 64 Tabel 4.10 Anova Keseluruhan IV terhadap DV ................................................. 64 Tabel 4.11 Koefisien Regresi ............................................................................... 65 Tabel 4.12 Proporsi Varians untuk Masing-Masing Variabel Independen .......... 68 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Teori Reasoned Action.................................................................... 12 Gambar 2.2 Teori Planned Behavior ............................................................... 13 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 30 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .......................................................................... 79 Lampiran 2 Path Diagram ..................................................................................... 85 xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepatuhan merupakan suatu perilaku yang patut dimiliki oleh setiap pengendara kendaraan bermotor, khususnya pengendara sepeda motor. Pada dasarnya pengendara tidak dapat terlepas dari sistem lalu lintas sebagai satu kesatuan yang tertera dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Pada akhirnya, adanya suatu regulasi yang telah disepakati dan ditetapkan secara legal formal dalam bentuk hukum namun realitanya tidak mampu dijalankan dengan baik. Hal ini menjadi permasalahan psikologis kepatuhan para pengendara kendaraan bermotor. (Chrisharyanto, 2011). Tidak baiknya pelaksanaan dari regulasi yang telah disusun dan disepakati tergambar dari persentase pelanggaran yang dilakukan oleh para pengendara kendaraan bermotor dalam data statistik dalam website POLRI. Pelanggaran yang dilakukan pada rentang tahun 2016 – 2017 antara lain tidak memiliki SIM sebanyak 8,595 kasus, melanggar aturan batas kecepatan maksimum dan minimum sebanyak 2,054 kasus, mengemudi dengan tidak wajar /tanpa konsentrasi penuh sebanyak 1,724 kasus dan tidak membawa SIM sebanyak 1,525 kasus. Di kota Tangerang Selatan, saat operasi zebra sedang dilakukan pada tahun 2017, polisi menilang 316 pengendara kendaraan bermotor, dengan pelanggaran tidak mematuhi rambu lalu lintas, melawan arus dan muatan berlebih (detik.com, 2017). 1 2 Ketidakpatuhan terhadap peraturan lalu lintas dapat menyebabkan terjadinya masalah fatal yakni terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dijelaskan bahwa faktor manusia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Penyebabnya karena pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas (Enggarsasi & Sa’diyah, 2017). Menurut Lum & Reagen (dalam Tondok, Ficky & Ayuni, 2012) kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena salah satu dari keempat faktor tersebut ataupun karena kombinasi dari dua faktor atau lebih. Menurut Ajun Komisaris Besar Polisi Aldo Siahaan (tempo.co, 2017) menjelaskan secara lebih detail tentang faktor kecelakaan karena kelalaian pengguna jalan. Setidaknya ada 10 penyebab utama kecelakaan lalu lintas karena kelalaian pengguna jalan khususnya bagi pengemudi. a) distracted driving atau mengendarai dengan terganggu hal lain, b) berkendara terlalu cepat, c) menerobos lampu lalu lintas, d) emosi tidak stabil, e) perilaku melawan arus, f) berbelok tanpa melihat kondisi jalan, g) berkendara dibawah pengaruh alkohol, h) balapan liar, i) memodifikasi kendaraan tidak sesuai dengan aturan. Data DISHUB pada tahun 2016 menunjukan penyebab kecelakaan paling tinggi dari tahun 2010 hingga 2016 adalah karena manusia yaitu sebesar 69,70% diikuti dengan masalah pada sarana sebesar 21,21% dan Prasarana sebesar 9,09%. Hasil penelitian yang dilakukan Lum & Reagen (dalam Tondok, Ficky & Ayuni, 2012) menunjukkan bahwa faktor kesalahan manusia secara mandiri menjadi faktor penyebab 57% dari kecelakaan lalu-lintas yang terjadi. Fenomena ini menjadikan kecelakaan lalu lintas berada pada peringkat 9 sebagai penyumbang kematian terbesar di dunia dan diprediksi pada tahun 2030 kecelakaan akan naik menjadi peringkat 5 (WHO, 2016). Indonesia menempati 3 peringkat ke 5 dunia sebagai negara dengan tingkat kecelakaan lalu lintas tertinggi yaitu sebanyak 42,434 orang (WHO, 2013). Berdasarkan data terakhir dari korlantas POLRI bulan Oktober sampai akhir bulan Desember 2017 total kecelakaan mencapai 25,361 kasus dan korban meninggal sebanyak 6,243. Kendaraan yang mengalami kecelakaan terbanyak pada periode tahun 2016 sampai 2017 adalah sepeda motor yaitu sebanyak 32,613 kasus. Didalam data yang di rilis oleh KORLANTAS POLRI (2019) kecelakaan yang terjadi didominasi oleh kendaraan bermotor sebanyak 35,998 kasus. Angka ini adalah yang paling tinggi dibandingkan jenis kendaraan lainnya yaitu sepeda sebanya 907 kasus, mobil sebanyak 6,813 kasus, bis 495 kasus, dan truk sebanyak 3,701 kasus. Selain kecelakaan, ketidakpatuhan terhadap peraturan lalu lintas juga dapat menimbulkan problem lain, yaitu problem psikologis. Problem psikologis yang terjadi akibat ketidakpatuhan pengendara terhadap peraturan lalu lintas antaranya adalah stress, timbunya kecemasan, kemerosotan moral hingga depresi. Hal ini dapat megurangi performa dalam diri pengemudi. Menurut Hartley dan Hassani (1994) Stres pengemudi merupakan kumpulan dari kedua perasaan spesifik penggerak agresi, iritasi, kecemasan, kekhawatiran, ketidaksabaran, kekhawatiran tentang perilaku pengemudi lain, dan kekhawatiran terhadap pengguna jalan lain yang tidak berkendara. terkait dengan kesehatan, stres kehidupan, faktor domestik dan pekerjaan. Menurut teori mengenai kepatuhan, definisi kepatuhan oleh Herbert Kelman (dalam Tondok, Ficky & Ayuni, 2012) adalah sebagai perilaku mengikuti 4 permintaan otoritas meskipun secara personal tidak setuju dengan permintaan tersebut. Perilaku mematuhi peraturan lalu lintas adalah perilaku mengikuti peraturan marka dan rambu lalu lintas, meskipun secara personal tidak setuju dengan peraturan tersebut. Kepatuhan pada peraturan lalu lintas sudah menjadi bahan penelitian yang menarik beberapa tahun terakhir. Penelitian kepatuhan tidak melebihi batas kecepatan para pengendara mobil diteliti oleh (Corner dkk., 2007; Plesmacker & Janssens, 2007; Elliot Armitage dan Baughan, 2003; Letirand & Delhomme, 2005; Warner & Aberg, 2006), kepatuhan tidak minum-minuman keras (Armitage, Norman & Conner, 2002) dan kepatuhan menggunakan helm (Tondok, Ficky & Ayuni, 2012). Penting untuk mengetahui faktor yang menyebabkan mengapa seseorang menampilkan perilaku mematuhi aturan lalu lintas. Salah satu teori yang popular untuk mengetahui mengapa seseorang memunculkan suatu perilaku adalah teori planned behavior yang dikemukakan oleh Ajzen (1985). Menurut teori planned behavior, perilaku ditentukan oleh intensi. Intensi mengacu pada motivasi untuk melakukan suatu perilaku dan dianggap sebagai penentu paling nyata dari perilaku (Ajzen, 1991). Dalam model teoritik yang dikemukakan oleh Ajzen (2001) dijelaskan bahwa intensi kepatuhan memiliki peran penting dalam menampilkan perilaku patuh atau tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. menurut Theory of planned behavior (TPB), perilaku adalah pilihan bebas (volutional behavior) yang dipegaruhi oleh intensi, dan kontrol individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tersebut. Dalam kaitannya dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, intensi mematuhi peraturan lalu lintas merupakan motivasi 5 individu untuk mematuhi peraturan lalu lintas (Ajzen, 2005). Intensi dijadikan dependent variabel karena intensi dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Menurut Tabibi dan Pfeffer (2014) pentingnya perasaan bersalah setelah tidak mematuhi peraturan lalu lintas adalah penting dan jauh lebih penting daripada kewajiban pribadi untuk mematuhi atau tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Perilaku sebelumnya memiliki efek independen pada intensi untuk mematuhi peraturan lalu lintas setelah variabel TPB diperhitungkan mendukung argumen bahwa perilaku sebelumnya adalah prediktor varian unik dalam niat di TPB dan konsisten dengan intensi saat ini. Pada penelitian sebelumnya intensi diukur menggunakan theory of planned behavior. Theory of planned memiliki beberapa aspek diantaranya sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tondok, Ficky & Ayuni, (2012) intensi subjek untuk menampilkan perilaku patuh ataupun tidak patuh dipengaruhi oleh tiga antesenden yaitu sikap terhadap perilaku yaitu evaluasi positif atau negatif dari pengendara motor terhadap perilaku yang akan ditampilkan yaitu patuh terhadap peraturan (apakah mereka berpikir tindakan itu akan menimbulkan konsekuensi positif atau negatif). Selanjutnya adalah norma subjektif yaitu persepsi pengendara sepeda motor tentang apakah orang lain terutama mereka yang dianggap penting atau significant others akan menyetujui atau menolak jika ia patuh ataupun tidak patuh terhadap peraturan. Dan yang terakhir adalah kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control) mengarah kepada kemudahan dan kesulitan yang dipersepsi oleh individu pengendara sepeda motor untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku patuh. 6 Menurut Zhou, dkk. (2009) Secara keseluruhan, responden melaporkan bahwa mereka akan jauh lebih mungkin untuk menyeberang jalan ketika beberapa pejalan kaki lain menyeberang daripada ketika semua pejalan kaki lain menunggu "Manusia Hijau". Bersama-sama, atribut sifat konformitas, yang didefinisikan sebagai niat seseorang (atau kemauan) untuk dipengaruhi atau dikendalikan oleh orang lain, ditemukan memiliki pengaruh kuat pada intensi berperilaku orang. Menurut Aronson, Wilson, Akert dan Sommers (2016), bahwa konformitas merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau dibayangkan. Dari penjelasan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa konformitas memiliki pengaruh terhadap ketaatan seseorang. Pada penelitian sebelumnya hanya meneliti hubungan konformitas dengan intensi seperti penelitian Pranata dan Indrawati (2017) yang meneliti mengenai hubungan antara konformitas teman sebaya dengan intensi seksual pranikah pada remaja. Penelitian lain yang meneliti hubungan konformitas dengan intensi membeli tablet PC (Putri dan Indrawati, 2012). Jika diambil dari kesimpulan pernyataan Zhou, dkk. (2009) yang dihubungkan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang akan lebih mungkin untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas apabila ada beberapa orang yang tidak patuh, daripada ketika semua pengguna jalan mematuhi peraturan lalu lintas. Selain itu peneliti juga menemukan bahwa umur pengguna kendaraan bermotor dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari data KORLANTAS POLRI mengenai kecelakaan lalu lintas pada pengguna jalan. 7 Peneliti mengambil data fatalitas kecelakaan dengan rentan umur 15 – 19 tahun, 20 -20 – 24 dan 25 – 29. Pada data tersebut rentang usia 15 – 19 tahun memiliki tingkat fatalitas kecelakaan tertinggi dengan total kasus 4817 kasus dengan spesifikasi Korban meninggal dunia sebanyak 667 kasus, korban luka berat sebanyak 314 kasus dan luka ringan sebanyak 3826 kasus. Dilanjutkan dengan rentan usia 20 – 24 tahun dengan jumlah kasus 3782 dan rentan usia 25 – 29 dengan jumlah kasus 2355. Dari data tersebut peneliti berhipotesis bahwa kepatuhan pengendara dipengaruhi oleh umur. Alasan peneliti memasukan usia kedalam penelitian ini, karena peneliti ingin mengetahui apakah usia mempengaruhi intensi mematuhi peraturan lalu lintas, karena dari data-data tersebut, hanya menyebutkan jumlah kecelakaan namun tidak memberikan data mengenai tingkat intensi untuk patuh terhadap peraturan lalu lintas. Peneliti memilih pengendara motor karena kecelakaan pada pengendara motor adalah yang tertinggi dibandingkan kendaraan lain (35.990 Kasus) (KORLANTAS POLRI, 2019). Peneliti memilih domisili kota Tangerang Selatan dengan alasan domisili tinggal peneliti yang berada di Kota Tangerang Selatan dan peneliti melihat banyak pelanggaran yang terjadi di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, peneliti meneliti lebih jauh tentang pengaruh konformitas dan bagaimana teori planned behavior terhadap intensi kepatuhan pengendara sepeda motor, melalui penelitian berjudul “ Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, dan Konformitas Terhadap Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas Pada Pengendara Motor Di Kota Tangerang Selatan”. 8 1.2 Pembatasan & Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variable prediktor, yaitu Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku Yang dipersepsi, informative influence dan normative influence terhadap intensi kepatuhan peraturan lalu lintas. adapun pengertian tentang konsep variabel yang digunakan yaitu: 1. Intensi mematuhi peraturan lalu lintas dapat diartikan sebagai posisi seseorang pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup hubungan antara dirinya dan perilaku mematuhi peraturan lalu lintas, oleh karena itu, mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku. (Ajzen, 1975) 2. Sikap yaitu evaluasi positif atau negatif terhadap perilaku yang akan ditampilkan yaitu patuh terhadap peraturan lalu lintas (apakah tindakan itu menimbulkan konsekuensi positif atau negatif). (Ajzen, 2005) 3. Norma Subjektif yaitu persepsi pengendara motor tentang orang lain terutama mereka yang dianggap penting (significant others), akan menyetujui atau menolak jika ia patuh ataupun tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas (Fishbein & Ajzen, 1975) 4. Perceived behavioral control, yaitu kemudahan dan kesulitan yang dipersepsi oleh individu pengendara sepeda motor untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas ynag tergantuk pada control belief dan perceived power dibawah kontrol individu itu sendiri. (Ajzen, 2005) 9 5. Konformitas adalah perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau dibayangkan (Elliot, Wilson, Akert & Sommers, 2016). 6. Subjek pada penelitian ini adalah pengendara bermotor di area Tangerang Selatan. 1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan konformitas, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsi terhadap intensi peraturan lalu lintas? 2. Apakah ada pengaruh signifikan dimensi sikap terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas? 3. Apakah ada pengaruh signifikan dimensi norma subjektif terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas? 4. Apakah ada pengaruh signifikan dimensi kontrol perilaku yang dipersepsi terhadap perilaku terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas? 5. Apakah ada pengaruh informational influence terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas? 6. Apakah ada pengaruh normative influence terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas? 1.3 1.3.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 10 1. Menguji pengaruh yang signifikan konformitas, sikap, norma subjektif, perceived behavioral control terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas?Apakah ada pengaruh signifikan dimensi sikap terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas. 2. Menguji pengaruh signifikan dimensi norma subjektif terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas. 3. Menguji pengaruh signifikan dimensi kontrol perilaku yang dipersepsi terhadap perilaku terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas. 4. Menguji pengaruh informational influence terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas. 5. Menguji pengaruh normative influence terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas. 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran yang dapat bermanfaat bagi dunia psikologi untuk penelitianpenelitian berikutnya yang berkaitan dengan kepatuhan pengguna sepeda motor terhadap peraturan lalu lintas. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah informasi mengenai pentingnya intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas sehingga pengguna jalan dapat merasa aman dan nyaman ketika berada dalam perjalanan atau sebagai pengguna jalan. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Intensi Teori-teori tentang intensi 2.1.1.1 Theory of Reasoned Action Dalam teori ini intensi dapat memprediksi perilaku, yang mana perilaku ini dibawah kontrol kemauan. Teori reasoned action merupakan teori yang membahas tentang anteseden penyebab dari perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mempertimbangkan semua informasi yang ada dan secara eksplisit maupun implisit manusia mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka. Dengan demikian, teori ini menyebutkan bahwa intensi seseorang untuk menampilkan perilaku atau tidak tergantung dari determinan (faktor yang menentukan) tindakan tersebut (Ajzen, 1991). Menurut teori ini, intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu faktor personal dan faktor pengaruh lingkungan. Faktor personal ini merupakan sikap dan faktor pengaruh lingkungan adalah norma subjektif. Menurut Fishbein & Ajzen (1975) secara simbolis, rumus utama dari teori ini dapat digambarkan sebagai berikut: B – I = (AB)w1 + (SN)w2 Pada rumus di atas , B (behavior) adalah perilaku yang akan di tampilkan. I adalah intensi untuk terwujudnya perilaku BI, AB (Attitude) adalah sikap terhadap 11 12 terwujudnya perilaku B, SN (Subjective Norm) norma subjektif, dan w1 dan w2 adalah pertimbangan yang menentukan secara empiris. Gambar 2.1 Teori Reasoned Action Sikap terhadap perilaku Intensi Perilaku Norma Subjektif 2.1.1.2 Theory of Planned Behavior Theory of planned behavior merupakan pengembangan dari teori reasoned action. Ajzen (1991) menganggap bahwa teori sebelumnya tidak menjelaskan mengenai perilaku yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh individu, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor non-motivasional yang dianggap sebagai kesempatan atau sumber daya yang dibutuhkan agar perilaku dapat dilakukan. Sehingga dalam teorinya, Ajzen (1985) menambahkan satu faktor penentu (determinan) lagi, yaitu kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control), yaitu persepsi mengenai mudah atau sulitnya suatu perilaku dilakukan. Oleh karena itu, menurut theory of planned behavior, intensi dipengaruhi oleh tiga faktor penentu yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Banyak variabel yang mungkin 13 memengaruhi kepercayaan yang dipegang seseorang, seperti: umur, jenis kelamin, etnis status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, keanggotaan, kepribadian, suasana hati, emosi, sikap, dan nilai secara umum, intelegensi, anggota kelompok tertentu, pengalaman masa lalu, paparan informasi, dukungan sosial, kemampuan coping dan lainnya. Seseorang tumbuh dalam lingkungan sosial yang berbeda dan membutuhkan informasi tentang beberapa hal, informasi yang diperoleh mendasari keyakinan mereka tentang konsekuensi suatu perilaku, tentang harapan-harapan normatif dari lingkungan sosial, dan juga tentang hambatanhambatan yang dapat mencegah mereka untuk membentuk perilaku berdasarkan intensi yang dimilikinya. Gambar 2.2 Teori Planned Behavior Sikap terhadap perilaku Norma subjektif Percieved behavioral control Intensi Perilaku 14 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori planned behavior. hal ini karena teori planned behavior merupakan penyempurnaan dari teori sebelumnya yaitu teori reasoned action 2.1.2 Definisi Intensi Pengertian intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), adalah sebagai posisi seseorang pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup hubungan antara dirinya dan beberapa tindakan, oleh karena itu, mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku. Intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional yang memiliki dampak terhadap perilaku, merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha, seberapa banyak usaha yang dipersiapkan untuk menampilkan perilaku. Intensi tetap menjadi sebuah disposisi sampai (pada waktu dan kesempatan yang tepat) sebuah usaha dibuat untuk mewujudkan intensi kedalam perilaku. (Ajzen, 1991) Dalam penelitian ini, definisi atau Batasan dari intensi sesuai dengan pendapat Fishbein dan Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa intensi adalah sebagai posisi seseorang pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup hubungan antara dirinya dan beberapa tindakan, oleh karena itu, mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku Sehingga intensi dapat diartikan sebagai kemungkinan subjektif seseorang untuk melakukan suatu tingkah laku tertentu. Pertimbangan tingkah laku dan konsekuensi serta kemampuan untuk mengontrol suatu perilaku di evaluasi dan dibuat suatu keputusan apakah seseorang akan bertindak atau tidak. 15 2.2 Definisi Kepatuhan Menurut Herbert Kelman (Tondok, Ficky & Ayuni, 2012) kepatuhan didefinisikan sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu secara personal individu tidak setuju dengan permintaan tersebut. Sears dan Freedman (1985) menyatakan bahwa kepatuhan (obedience) atau ketaatan sebagai berikut: bila orang menampilkan perilaku-perilaku tertentu karena adanya tuntutan, meskipun mereka lebih tidak suka menampilkannya. Patuh juga dapat diartikan sebagai disiplin. Menurut Lembaga ketahanan Nasional disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku (Ahmadi, 2002). 2.3 2.3.1 Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas Pengertian Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas Intensi mematuhi peraturan lalu lintas berkaitan erat dengan keputusan mematuhi pengguna jalan, karena digunakan untuk memprediksi kecenderungan seseorang akan melakukan atau tidak melakukan perilaku patuh. Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan intensi sebagai kemungkinan subjektif seseorang sebelum memunculkan perilaku, dalam penelitian ini adalah perilaku mematuhi peraturan lalu lintas.,intensi tersebut bisa dalam jumlah yang kecil atau besar sehingga dianggap sebagai probabilitas. Ajzen (1991) mengasumsikan intensi untuk mengetahui faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku mematuhi peraturan lalu lintas. Intensi merupakan indikator bagaimana seseorang ingin menampilkan perilaku patuh dan seberapa besar usaha yang digunakan untuk menampilkan perilaku patuh terhadap peraturan lalu lintas. Selanjutnya Ajzen (2005) 16 menjelaskan intensi adalah kemungkinann subjektif yang akan dilakukan oleh seseorang dan dimungkinkan untuk terbentuknya perilaku mematuhi peraturan lalu lintas. Intensi merefleksikan kesediaan individu untuk mencoba melakukan suatu perilaku mematuhi peraturan lalu lintas (Ajzen, 2006). Menurut Marselius (2012) kepatuhan merupakan bentuk perilaku yang dilakukan secara sadar serta sepenuhnya berada dalam kontrol atau kemauan pelaku (volutional behavior). peneliti menggunakan teori dari Ajzen karena sesuai dengan apa yang ingin peneliti teliti yaitu intensi mematuhi peraturan lalu lintas. Sehingga intensi mematuhi peraturan lalu lintas dapat diartikan sebagai kemungkinan subjektif seseorang untuk patuh atau tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Pertimbangan tingkah laku dan konsekuensi serta kemampuan untuk mengontrol suatu perilaku di evaluasi dan dibuat suatu keputusan apakah seseorang akan bertindak atau tidak. 2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas Ada tiga faktor yang memengaruhi intensi menurut teori planned behavior yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. 2.4 2.4.1 Sikap Pengertian Sikap Menurut Meyrs (2009) sikap adalah reaksi yang bersifat evaluasi baik itu menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap sesuatu atau seseorang. Ajzen (2005) mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak positif 17 atau negatif terhadap suatu objek, orang, institusi atau peristiwa. Eagly dan Chaiken (1993) berpendapat bahwa sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi kesatuan tertentu dengan beberapa derajat mendukung atau tidak mendukung. Allport (1935) berpandangan bahwa sikap adalah kondisi mental dan pikiran yang diperoleh dari pengalaman yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dan secara dinamis memengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait. Hal yang sama dikemukakan oleh Dobb (1947) bahwa sikap adalah sebuah respon implicit yang dianggap sosial yang signifikan dalam masyarakat. Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar. Definisi diatas konsisten menempatkan sikap sebagai kecenderungan yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi dan orang. Pendapat berbeda diajukan oleh Triandis (1971) yang menyatakan bahwa sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya tindakan-tindakan tertentu dalam suatu situasi. Bila Aiken menyatakan bahwa 18 predisposisi itu diperoleh dari proses belajar. Triandis menyatakan bahwa ide yang merupakan predisposisi tersebut berkaitan dengan emosi. Sikap yang disimpulkan berbagai pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, afektif (emosi) maupun perilaku. (Katz & Stoland, 1959; Triandis, 1971). Respon evaluatif dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap objek sikap dengan berbagai atributnya (Fishbein & Ajzen, 1975). Proses Kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh informasi mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pengalaman langsung misalnya pada saat individu minum soft drink kemudian merasakan kesegarannya atau pengalaman tidak langsung yang diperoleh dengan cara menonton iklan soft drink yang memperlihatkan bintang iklan soft drink yang memperlihatkan bintang iklan tersebut berubah penampilan menjadi lebih segar setelah minum soft drink tersebut di televisi (Eagly & Chaiken, 1993). Rasa segar yang dirasakan ataupun menyaksikan wajah seseorang yang berubah menjadi lebih segar memberikan informasi kepada individu bahwa soft drink adalah minuman yang menyegarkan menyebabkan individu bersikap positif terhadap soft drink. Proses-proses lain yang dapat membentuk sikap adalah afektif dan perilaku. Proses afektif dikemukakan oleh Zanna, Kiesler dan Pilkonis (1970) dapat membentuk sikap pada individu. Jadi, sikap dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Ajzen (2005) yaitu sikap sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif terhadap suatu objek, orang, institusi atau peristiwa. 19 2.4.2 Aspek-aspek Sikap Fishbein dan Ajzen (1975) berpendapat bahwa ada dua aspek dalam pembentukan sikap yaitu: 1. Behavioral Belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan mendorong terbentuknya sikap. 2. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya. 2.4.3 Beliefs (keyakinan) Fishbein dan Ajzen (1975) berpendapat bahwa dalam kerangka konseptual teori ini, belief tentang suatu objek memberikan dasar pembentukan sikap terhadap objek, dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fishbein dan Ajzen sikap biasanya diukur dengan menilai belief seseorang. Oleh karena itu, belief dianggap penting dalam pembentukan sikap. 2.5 2.5.1 Norma Subjektif (Subjective norm) Pengertian Norma Subjektif Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan bahwa norma subjektif merupakan keyakinan individu mengenai harapan orang-orang disekitarnya yang berpengaruh (significant others) baik perorangan ataupun kelompok untuk menampilkan perilaku tertentu atau tidak. 20 2.5.2 Aspek – aspek Norma subjektif Menurut Fishbein & Ajzen (1975), norma subjektif secara umum mempunyai dua komponen berikut: 1. Normatives beliefs. Persepsi atau keyakinan mengenai harapan orang lain terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan perilaku atau tidak. Keyakinan yang berhubungan dengan pendapat tokoh atau orang lain yang penting dan berpengaruh bagi individu atau tokoh panutan tersebut apakah subjek harus melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. 2. Motivation to Comply. Motivasi individu untuk memenuhi harapan tersebut. Norma subjektif dapat dilihat sebagai dinamika antara dorongan-dorongan yang dipersepsikan individu dari orang-orang disekitarnya (significant others) dengan motivasi untuk mengikuti pandangan mereka (motivation to comply) dalam melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tersebut. 2.6 2.6.1 Perceived Behavioral Control Pengertian Perceived Behavioral Control Perceived Behavioral Control menurut Ajzen (2005) kemudahan atau kesulitan melaksanakan perilaku. PBC tidak berkaitan secara langsung dengan kontrol yang sebenarnya dimiliki individu tetapi lebih pada persepsi tentang pengaruh-pengaruh yang mungkin dimiliki atau kontrol tingkah laku yang dipersepsi (perceived behavioral control) oleh individu terhadap perilaku. 21 2.6.2 Aspek - aspek Perceived Behavioral Control 1. Control beliefs, adalah beliefs-beliefs mengenai sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan yang dibutuhkan (requisite resources and opportunitties) untuk memunculkan tingkah laku. 2. Perceived power, adalah persepsi individu mengenai seberapa kuat kontrol tersebut untuk memengaruhi dirinya dalam memunculkan tingkah laku sehingga memudahkan atau menyulitkan pemunculan tingkah laku tersebut 2.7 Pengukuran Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas Dalam melakukan penelitian yang menggunakan model TPB, Ajzen (dalam Ramdhani, 2011) mengemukakan bahwa ada dua kelompok variable yang akan diukur, yaitu variable perilaku dan variable predictor. Jika kedua jenis variable ini masih dalam konstruk laten, maka harus didefinisikan terlebih dahulu secara operasional. Definisi operasional akan memudahkan penyusuan alat pengukur sehingga variable laten tersebut dapat diubah menjadi variable observasi (Ramdhani, 2012). Menurut Ancok (dalam Ramdhani, 2011) definisi operasional dapat disusun paling tidak melalui tiga cara, yaitu berdasarkan teori yang diperoleh dari berbagai literatur, mendefinisikan sendiri kemudian didiskusikan dengan para ahli dan megumpulkan pendapat para responden mengenai variable yang akan diukur. Riset pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jawaban langsung dari sampel penelitian mengenai keyakinan akan manfaat perilaku yang akan diprediksi bagi individu, orang – orang berpengaruh dalam diri individu berkaitan dengan perilaku tersebut, dan faktor yang memungkinkan atau tidak memungkinkan bagi 22 terwujudnya perilaku yang akan diprediksi. Responden riset pendahuluan ini adalah sampel yang diambil dari populasi yang akan diteliti. (Ramdhani, 2011). Pada penelitian ini riset pendahuluan dilakukan pada 30 pengendara sepeda motor di Kota Tangerang Selatan. 2.8 2.8.1 Conformity (konformitas) Pengertian Konformitas Definisi konformitas menurut (Freedman, dkk, 1978) adalah perilaku seseorang yang disebabkan karena mengikuti orang lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat norma dari orang lain. Maksudnya adalah perilaku akan muncul ketika ada orang lain yang melakukannya. Dan biasanya orang lain tersebut adalah significant other. Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan sebagai suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku sesuai dengan norma sosial yang ada. Lain halnya dengan Santrock (2003), menambahkan bahwa konformitas adalah individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers (2005), menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills (dalam Sarwono, 2006) dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma kelompok (standard sosial) berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya. 23 Konformitas dilakukan secara sukarela untuk melakukan tindakan karena orang lain juga melakukannya (Taylor, Sears & Peplau, 2005). Sebab konformitas bisa membawa perilaku individu dalam sebuah kelompok tanpa adanya tekanan langsung, karena suka atau tidak hidup penuh dengan berbagai macam contoh konformitas (Coon & Mitterer, 2008). Baron & Byrne (2003) juga menjelaskan jika kecenderungan untuk melakukan konformitas terhadap norma sosial hanya sebagian saja pada keinginan untuk disukai dan diterima orang lain, maka akan dapat meningkatkan rasa takut akan penolakkan. Ketika itu terjadi, maka berharaplah agar dapat menghindari dari penolakkan, dan berpegang kuat pada apa yang dianggap dapat diterima atau pantas dalam kelompok dengan lebih menyesuaikan diri pada norma sosial yang ada. Menurut Elliot, Wilson, Akert & Sommers (2016), bahwa konformitas merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau dibayangkan. Konformitas bagi psikologi social dapat diartikan sebagai perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau dibayangkan (Aarts & Dijksterhuis, 2003; Kiesler & Kiesler, 1969 dalam Aronson, Wislon, Akert, & Sommers, 2016). Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas kelompok adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan berusaha memenuhi harapan dari kelompok agar diterima atau menghindari penolakan oleh kelompoknya yang sesuai dengan norma sosial kelompoknya. Peneliti 24 menggunakan definisi teori dari Aronson, Wislon, Akert, & Sommers (2016) untuk penelitian ini. 2.8.2 Aspek-Aspek Konformitas Sears, Taylor, & Peplau (2005) dan membagi aspek konformitas menjadi dua, yaitu 1. Informational Social Influence (Keinginan Untuk Bertindak Benar) Kecenderungan untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh informasi ini bergantung pada dua aspek situasi: sebesar-besar keyakinan pada kelompok dan seberapa yakinkah pada penilaian sendiri. Semakin besar kepercayaan kepada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin untuk menyesuaikan diri dengan kelompok itu. Ternyata memang adanya motif kepastian mengenai kebenaran akan perilaku yang hendak ditampilkan (Sarwono & Meinarno, 2009). Menurut Aronson, Wislon, Akert, & Sommers, (2016) informational social influence adalah mengandalkan orang lain sebagai sumber informasi untuk membimbing perilaku. Seseorang taat karena percaya bahwa penjelasan orang lain dari sebuah situasi yang ambigu adalah benar dan dapat membantu dalam memilih perilaku yang sesuai. Menurut Baron & Byrne (2003), menggunakan opini dan tindakan orang lain sebagai panduan opini dan tindakan sendiri. Ketergantungan semacam ini, pada nantinya, seringkali menjadi sumber yang kuat atas kecenderungan untuk melakukan konformitas. Tindakan dan opini orang lain menegaskan kenyataan sosial dan menggunakannya sebagai pedoman bagi tindakan dan opini sendiri. Karena hal itu didasarkan pada kecenderungan untuk bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial. 25 Pengaruh informasi sosial juga dapat diartikan mengandalkan orang lain sebagai sumber informasi untuk mengarahkan perilaku kita. Kita menyesuaikan karwna kita percaya bahwa interpretasi orang lain pada sebuah situasi yang ambigu adalah benar dan bias menolong kita memilih sebuah tindakan yang sesuai. 2. Normative Influence (Keinginan Agar Disukai) Aspek kedua konformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial, agar orang lain bisa menerima, disukai dan memperlakukannya dengan baik. Pengaruh normatif terjadi ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial. Menurut Aronson, Wislon, Akert, & Sommers, (2016) normative social influence adalah mengikuti apa yang dilakukan orang lain agar disukai dan diterima; seseorang secara publik menyesuaikan diri dengan keyakinan dan perilaku kelompok tetapi tidak selalu menerimanya secara pribadi. 2.8.3 Pengukuran Konformitas Pengukuran konformitas dilakukan dengan cara mengkonstruk item dari dimensi konformitas yaitu informational social influence dan normative social influence. Dimensi informational social influence memiliki tiga aspek yaitu, ketika situasi ambigu, ketika situasi krisis dan ketika orang lain lebih ahli (Aronson, Wislon, Akert, & Sommers, 2016). Untuk dimensi normative social influence memiliki tiga dimensi yaitu, ukuran kelompok, kebulatan suara kelompok dan komitmen terhadap kelompok (Sears, Taylor, & Peplau 2009). 26 2.9 Kerangka Berpikir Pelanggaran lalu lintas sampai saat ini merupakan suatu fenomena sosial yang dapat dilihat di mana pun dan kapan pun ketika sedang berada di jalan raya. Pelanggaran lalu lintas seperti hal yang lumrah terjadi dan orang yang melanggar pun sekarang ini seperti tidak merasa melanggar peraturan. Sebagai contoh seseorang yang melanggar lampu lalu lintas atau seseorang yang belok namun tidak menggunakan perangkat yang telah disediakan (lampu sein). Hal ini terjadi karena individu yang melakukan merasa mendapatkan dampak yang positif seperti lebih cepat sampai tujuan. Bahkan hal ini dapat memengaruhi orang lain disekitarnya karena merasa memiliki partner in crime atau memang merasa dia terburu-buru namun merasa insecure ketika hanya melakukan pelanggaran tersebut sendiri. Pelanggaran juga terjadi karenna memang dorongan dari significant other, seperti ketika seseorang sedang mengendarai motor bersama ibunya, namun ibunya menuntut untuk terburuburu dan tidak terlalu paham tentang peraturan lalu lintas. dan ketika lampu lalu lintas berwarna merah dan melihat jalanan sepi, sang ibu memberikan arahan untuk tetap melaju yang akhirnya menjadi pelanggaran lalu lintas. Perilaku mematuhi peraturan lalu lintas diawali dengan intensi. Pada umumnya seseorang yang memiliki intensi untuk melakukan tindakan tertentu, maka akan lahir perilaku tertentu. Dalam hal ini munculnya perilaku mematuhi atau tidak mematuhi peraturan lalu lintas diawali dengan sikap. Sikap yang meliputi behavioral belief dan evaluation of behavioral belief, dapat menentukan perilaku seseorang untuk berperilaku. 27 Selain sikap, norma subjektif juga memiliki hubungan dalam menentukan intensi berperilaku. Norma subjektif yang meliputi normative belief mengenai keyakinan individu terhadap orang lain (significant others) baik perorangan maupun kelompok kepada individu untuk menampilkan perilaku. Yang kemudian memengaruhi individu untuk menerima atau menolak menampilkan perilaku serta seberapa keinginan untuk mengikuti pendapat tersebut (motivation to comply) Faktor yang berpengaruh dalam membentuk intensi yaitu perceived behavioral control. Persepsi individu mengenai kemudahan atau kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam menampilkan suatu perilaku, dalam hal ini adalah menampilkan perilaku mematuhi atau tidak mematuh peraturan lau lintas. Perilaku tersebut diasumsikan merupakan refleksi dari pengalam-pengalaman yang telah terjadi sebelumnya serta hambatan-hambatan yang diantisipasi (control belief) dan seberapa kuat untuk memangaruhi diri individu dalam memunculkan tingkah laku sehingga memudahkan atau menyulitkan pemunculan tingkah laku tersebut (perceived power). Peran PBC dalam intensi adalah apakah orang tersebut dapat mengkontrol perilaku yang akan dikeluarkan atau tidak, apabila menurut orang tersebut perilaku yang akan tampilkan dapat dikontrol maka intensinya cenderung tinggi dan tinggi pula kemungkinan untuk menampilkan perilaku tersebut. Begitupun sebaliknya, apabila menurut orang tersebut Selanjutnya faktor yang dapat memunculkan intensi adalah konformitas. Konformitas dapat diartikan seseorang memunculkan sebuah perilaku karena individu tersebut melihat orang lain melakukan perilaku tersebut. Hubungannya 28 dengan intensi adalah ketika seseorang yang awalnya tidka ingin melakukan pelanggaran lalu lintas, namun ketika ada seseorang yang melanggar akhirnya orang tersebut berniat untuk melanggar juga. Konformitas dipengaruhi dua aspek, yaitu informational influence dan normative influence. informative influence yaitu ketika seseorang ingin melakukan sesuatu didasarkan oleh informasi-informasi yang diterima sebelumnya (stimulus). Sebagai contoh ketika seseorang berada di keadaan terlambat masuk kuliah karena bangun terlalu siang, lalu dihadapkan dengan lampu lalu lintas yang cukup lama, lalu orang tersebut melihat orang lain menerobos lampu lalu lintas, maka orang tersebut mendapat informasi bahwa menerobos merupakan jalan tercepat agar sampai ketujuan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika seseorang yang semula tidak ingin melakukan hal yang melanggar lalu lintas (menerobos lampu lalu lintas) namun karena keadaanya terdesak dan ada informasi yang mengafirmasi perilaku melanggar, maka orang tersebut akan melanggar. Normative influence yaitu ketika seseorang ingin diterima pada suatu kelompok tertentu. Sebagai contoh ketika seseorang mengendarai sepeda motor Bersama sahabat dekatnya dan dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Lalu sahabatnya menyarankan untuk menerobos lampu lalu lintas. Agar dapat diterima oleh sahabatnya maka akhirnya orang tersebut melanggar. Dari contoh ini dapat diambil kesimpulan bahwa ketika normative social influence tinggi maka intensi pun tinggi untuk menampilkan suatu perilaku. Semua faktor diatas diasumsikan dapat memengaruhi psikologis seseorang, mulai dari sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, konformitas, jenis 29 kelamin dan usia terhadap perilaku mematuhi peraturan lalu lintas. semua variabel itu kemudian akan menjadi pertimbangan dalam diri seseorang dan akan memengaruhi intensinya untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku mematuhi peraturan lalu lintas. Penelitian ini menjadikan pengendara sepeda motor di Kota Tangerang Selatan sebagai subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. perilaku manusia diarahkan oleh lima perimbangan, yaitu behavioral belief, normatives belief, control belief, informational influence dan normative influence. Dalam petimbangan behavioral belief menghasilkan sikap yang positif atau negatif terhadap suatu perilaku; normatives belief menghasilkan norma subjektif; control belief memicu keyakinan individu untuk menampilkan perilaku yang disebut perceived behavioral control; serta informational influence dan normative influence yang menampilkan perilaku konformitas. 30 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Sikap behavioral belief Evaluation of behavioral belief Norma Subjektif Normatives belief Motivation to comply Percieved Behavioral control Control belief Percieved power Konformitas Informational influence 1.1. Hipotesis Penelitian Normatives influence Intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas 31 Hipotesis Alternatif H1: Ada pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H2: Ada pengaruh variabel behavioral belief terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas H3: Ada pengaruh variabel evaluation of behavioral belief terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas H4: Ada pengaruh variabel normative beliefs terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas H5: Ada pengaruh variabel motivation to comply terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas H6: Ada pengaruh variabel control beliefs terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lintas H7: Ada pengaruh variabel perceived power terhadap intensi kepatuhn terhadap peraturan lalu lintas. H8: Ada pengaruh variabel informational influence terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas H9: Ada pengaruh variabel normatives influence terhadap intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas 32 Hipotesis Nihil HO1: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H02: Tidak ada pengaruh variabel behavioral belief terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H03: Tidak ada pengaruh variabel evaluation of behavioral belief terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H04: Tidak ada pengaruh variabel normatives belief terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H05: Tidak ada pengaruh variabel motivation to comply terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H06: Tidak ada pengaruh variabel control belief terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H07: Tidak ada pengaruh variabel perceived power terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H08: Tidak ada Pengaruh variabel informational influence terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. H09: Tidak ada pengaruh variabel normatives influence terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. 3 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan dan penjelasan mengenai pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, pengumpulan data, tahap penyusunan instrumen, tahap pengujian instrumen, prosedur penelitian teknik analisis data. Penjelasan masing masing sub bab sebagai berikut: 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang akan dihasilkan adalah data kuantitatif yaitu berupa angka-angka yang akan dianalisis dan hasilnya dijelaskan secara deskriptif mengenai hubungan antar variabel yang akan diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan tujuan peneliti pada penelitian ini, yaitu untuk mendapat informasi mengenai pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas. 3.1.1 Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini populasinya adalah masyarakat di Kota Tangerang Selatan yang mengendarai sepeda motor. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 198 orang. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan subjek yang akan diikutsertakan adalah subjek yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Masyarakat di Kota Tangerang Selatan yang mengendarai motor 36 37 2. Umur 15-65. Alasan peneliti memilih umur tersebut karena di umur tersebut adalah umur yang peneliti lihat sudah mulai menggunakan sepeda motor dengan intens. Dan di indonesia peraturan untuk mengendarai sepeda motor harus memiliki SIM (surat izin mengemudi). Untuk mendapatkan SIM usia pengendara motor harus 17 tahun keatas. Maka dapat disimpulkan bahwa jika ada seseorang mengendarai motor berumur kurang dari 17 tahun adalah pengendara yang tidak patuh terhadap peraturan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling. Pada teknik ini tidak semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Anggota populasi yang terpilih menjadi sampel disebabkan karena kebetulan bertemu dan bersedia. Dalam penelitian ini responden dipilih berdasarkan domisili tinggal dan harus memiliki atau mengendarai motor. data diambil dengan menggunakan aplikasi google docs. untuk sampel yang didapat dan diolah sebanyak 198 responden 3.2 Variabel Penelitian Dependent variabel dalam penelitian ini adalah intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas. sedangkan independent variabel dari penelitian ini ada empat yaitu sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas. 3.2.1 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable terikat dan variable bebas. Variabel-variabel yang akan diteliti yaitu: 38 1. Dependent Variabel (DV): Intensi 2. Independent Variabel (IV): sikap (behavioral belief dan evaluation of behavioral belief), norma subjektif (normative belief dan motivation to comply), perceived behavioral control (control belief dan perceived power) dan konformitas (informational social influence dan normative social influence). Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Intensi mematuhi peraturan lalu lintas dapat diartikan sebagai posisi seseorang pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup hubungan antara dirinya dan perilaku mematuhi peraturan lalu lintas, oleh karena itu, mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku. (Ajzen, 1975). Intensi diukur dengan skala intensi yang dibuat sendiri oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju) 2. Sikap sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif terhadap suatu objek, orang. Sikap diukur dengan skala sikap yang didapat dari hasil elisitas oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju) 3. norma subjektif merupakan keyakinan individu mengenai harapan orang-orang disekitarnya yang berpengaruh (significant others) baik perorangan ataupun kelompok untuk menampilkan perilaku tertentu atau tidak. Norma subjektif diukur dengan skala norma subjektif yang didapat dari hasil elisitas oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju) 39 4. Perceived Behavioral Control adalah kemudahan atau kesulitan melaksanakan perilaku. PBC tidak berkaitan secara langsung dengan kontrol yang sebenarnya dimiliki individu tetapi lebih pada persepsi tentang pengaruh-pengaruh yang mungkin dimiliki atau kontrol tingkah laku yang dipersepsi (perceived behavioral control) oleh individu terhadap perilaku. Perceived Behavioral Control diukur dengan skala Perceived Behavioral Control yang didapat dari hasil elisitas oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju 5. konformitas merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau dibayangkan. Konformitas bagi psikologi social dapat diartikan sebagai perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau dibayangkan. komformitas diukur dengan skala konformitas yang dibuat sendiri oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju) 3.3 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, sebelum membuat item peneliti terlebih dahulu melakukan riset pendahuluan. Riset pendahuuan tersebut dimaksudkan untuk membuat item TPB. Responden riset pendahuluan ini adalah sampel yang diambil dari populasi yang akan diteliti. Misalnya, pada saat peneliti melakukan riset mengenai faktor psikologis yang memengaruhi intensi pengendara motor dalam menampilkan perilaku mematuhi peraturan lalu lintas di Kota Tangerang Selatan, responden untuk studi pendahuluan adalah 30 pengendara motor di Kota Tangerang Selatan. 40 Dalam riset pendahuluan, peneliti membuat masing masing tiga soal yang berkaitan dengan belief, norma subjektif dan perceived behavioral control lalu menyebarkan kepada 30 responden dengan cara random sampling. Setelah mendapatkan 30 responden peneliti mencari salient belief. Mencari sailent belief bertujuan untuk menemukan sekelompok keyakinan yang menonjol berkaitan dengan perilaku yang akan diprediksi (Ramadhani, 2011). Dari studi pendahuluan ini akan menemukan beberapa kata yang akan dijadikan acuan untuk membuat item untuk determinan intensi, yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Untuk variable intensi akan menggunakan indikator yang mengacu pada determinannya yaitu sikap, norma subjektif dan control perilaku itu sendiri. Setelah menentukan sailent belief dari masing-masing variable, peneliti menentukan dari jawaban-jawaban responden pada riset pendahuluan. Jawaban yang sekiranya sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Hasil dari riset pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 3.2 Tabel 3.1 Hasil riset pendahuluan Attitude Towards Behavior Behavior Evaluation of Belief BB Taat Disiplin wajib baik tilang peraturan ramburambu macet tertib wajar Normatives Belief Diri Sendiri Orang tua Adik pengguna jalan teman polisi Perceived Behavioral Belief Keuntungan Keselamatan Kelancaran jalan Tertib Tidak di tilang Kerugian Sukar Membuang waktu 41 Dalam studi pendahuluan ini peneliti mendapatkan beberapa kata dari pernyataan responden yang menggambarkan apa yang responden ketahui mengenai penelitian ini. Hasilnya terlihat pada tabel 3.1. Langkah selanjutnya peneliti mensortir dari beberapa kata diatas, mana yang paling sesuai untuk mengukur kepatuhan pada peraturan lalu lintas.setelah mensortir hasil studi pendahuluan hasilnya akan seperti di Tabel 3.2 di bawah ini: Tabel 3.2 Hasil sortir studi pendahuluan Attitude Towards Behavior Behavior Evaluation of Belief BB Taat Diri Sendiri Disiplin Orang tua wajib Adik pengguna jalan teman polisi baik tilang macet tertib wajar Normatives Belief Perceived Behavioral Belief Keuntungan Keselamatan Kelancaran jalan Kerugian Sukar Membuang waktu Tertib Tidak di tilang Selanjutnya peneliti melakukan langkah berikutnya yaitu sebagai berikut: 1. Untuk skala sikap dalam mengkonstruk item peneliti memperhatikan kata apa saja yang keluar dari responden yang telah mengisi pertanyaan singkat. Jawaban tersebut mewakili dimensi behavioral belief. 2. Setelah peneliti membuat item untuk behavioral belief peneliti mengevaluasi respon responden pada behavioral belief dan hasil evaluasi tersebut mewakili dimensi evaluation of behavioral belief. 42 3. Langkah selanjutnya melihat respon dari responden mengenai norma subjektif. Dari hal ini peneliti akan mengetahui siapa saja yang menjadi significant others dan mengkonstuk item dari hal tersebut. Item ini akan mewakili dimensi normative belief. 4. Setelah itu kami membuat item lagi untuk melihat kecenderungan menurut pada significant others. Item ini mewakili dimensi motivation to comply. 5. Setelah itu peneliti melihat respon untuk kontrol perilaku dimana peneliti melihat respon dari responden. Lalu mengelompokan apakah itu termasuk kemudahan dalam berperilaku atau kerugian dalam berperilaku. 6. Setelah peneliti mengelompokan barulah peneliti membuat item untuk TPB Untuk item intensi peneliti membuat item dari 3 pwngukur intensi yaitu sikap, norma subjektif dan control perilaku, sedangkan konformitas peneliti membuat item dari mengkonstruk faktor-faktor yang ada pada penelitian sebelumnya. 3.4 Instrumen dan Cara Skoring Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa skala likert dan memiliki 9 skala yakni dua skala sikap, dua skala norma subjetif, dua skala perceived behavioral control, dua skala konformitas dan satu skala intensi mematuhi peraturan lalu lintas yang digabung menjadi sebuah kuesioner. Untuk model skala peneliti menggunakan model skala likert, dimana variable penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrument. Jawaban dari setiap instrument ini terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Agak Setuju” (AS), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS). Model ini terdiri dari pernyataan yang mendukung aspek (favourable) dan 43 pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Adapun penskoran dapat dilihat di tabel 3.3 Tabel 3.3 Proporsi Nilai Skala Pilihan Sangat Setuju Setuju Agak Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Pernyataan Favourable 5 4 3 2 1 Unfavourable 1 2 3 4 5 instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari Sembilan alat ukur tersebut adalah: 1. Skala Attitude Toward Behavior Tabel 3.4 Blueprint Skala Attitude towards Behavior No. Dimensi 1 Behavioral Belief 2 Evaluation of Behavioral Belief Indikator 1. Taat pada peraturan lalulintas 2. Disiplin 3. Wajib 4. Tertib & Tidak Macet 5. Wajar 1. Pentingnya Berkendara dengan aman adalah hal yang penting 2. Pentingnya Terhindar dari bahaya dan tilang 3. Pentingnya Berkendara sesuai kewajiban 4. Pentingnya Jalan tertib dan tidak macet 5. Pentingnya Mengendarai motor dengan wajar No. item Favourable Unfavourable 9, 10, 11, 12, 13 14, 15, 16, 17, 18 44 2. Skala Subjective Norms Tabel 3.5 Blueprint Skala Subjective Norms No. Dimensi 1 Normatives Belief 1. 2. 3. 4. 5. Teman Orang Tua Pengguna jalan lain Saudara Polisi 19, 20, 21, 22, 23 Motivation to comply 1. Memperhatikan perkataan teman 2. Memperhatikan perkataan orang tua 3. Memeperhatikan perkataan\ 4. Memperhatikan perkataan/ perilaku pengguna jalan lain 5. Memperhatikan keberadaan polisi 24, 25, 26, 27, 28 2 Indikator No. item Favourable Unfavourable 3. Skala Perceived Behavioral Control Tabel 3.6 Blueprint Skala Perceived Behavioral Control No. 1 2 Dimensi Control Belief Perceived power Indikator 1. Peraturan lalu lintas nembuat lebih lama ke tujuan 2. Kesulitan dalam mengikuti aturan lalulintas 1. Keselamatan dijalan 2. Ketertiban yang memicu kelancaran 3. tilang No. item Favourable Unfavourable 6,7,8 4,5 45 4. Skala Konformitas Tabel 3.7 Blueprint Skala konformitas No. Dimensi 1 Informative social influence 2 Normative social influence Indikator 1. Situasi Ambigu 2. Situasi Gawat 3. Orang yang lebih ahli 1. Besar kelompok 2. Kebulatan suara kelompok 3. Komitmen 4. Keinginan untuk tidak bergantung No. item Favourable Unfavourable 29,31,32,33,35,36 30,34,37 38,39,41,42,44,45, 46,47,48 40,43,49 5. Skala intensi Tabel 3.8 Blueprint Skala Intensi No. Dimensi 1 Attitude Toward Behavior Subjective Norms Perceived Behavioral Control 2 3 Indikator No. item Favourable Unfavourable 1. Keinginan untuk menggunakan 1. Merasa aman ketika patuh 1. Memeriksa kelengkapan dan kondisi 1,2 3 46 3.5 Uji Validitas Konstruk Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan menggunakan software LISREL (Linear Structural Relationship). Adapun logika dari CFA (Umar, 2011): 1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor. Artinya baik item maupun subtes bersifat unidimensional. 3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma ( ∑ ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tidak ada perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0. 4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chisquare. Jika hasil chisquare tidak signifikan p > 0,05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja. 5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-value. Jika hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam 47 mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian dikeluarkan dan sebaliknya. 6. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus dikeluarkan. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable) 3.5.1 Uji Validitas Konstruk Attitude Towards Behavior 3.5.1.1 Uji Validitas Konstruk Behavioral Belief Peneliti menguji 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur behavioral belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 2.31, df = 3, P-value = 0.50986, RMSEA = 0.000. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu behavioral belief . Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran behavioral belief disajikan dalam Tabel 3.9 48 Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Behavioral Belief No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.96 0.06 15.46 Valid Item 2 0.80 0.06 12.82 Valid Item 3 0.76 0.06 12.06 Valid Item 4 0.59 0.07 8.64 Valid Item 5 0.47 0.07 6.59 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score. 3.5.1.2 Uji Validitas Konstruk Evaluation Of Behavioral Belief Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar benar hanya mengukur evaluation of behavioral belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 4.34, df = 3, P-value = 0.22690, RMSEA = 0.048. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu evaluation of behavioral belief . Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran evaluation of behavioral belief disajikan dalam Tabel 3.10 49 Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Evaluation of Behavioral Belief No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.77 0.06 12.04 Valid Item 2 0.71 0.07 10.74 Valid Item 3 0.87 0.06 14.24 Valid Item 4 0.70 0.07 10.61 Valid Item 5 0.73 0.07 10.95 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score. 3.5.2 Uji Validitas Konstruk Subjective Norms 3.5.2.1 Uji Validitas Konstruk Normatives belief Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar benar hanya mengukur normatives belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 5.34, df = 4, P-value = 0.25384, RMSEA = 0.041. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Normatives belief . Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran normatives belief disajikan dalam Tabel 3.11 50 Tabel 3.11 Muatan Faktor Normatives Belief No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.78 0.06 12.59 Valid Item 2 0.77 0.06 11.93 Valid Item 3 0.77 0.06 12.02 Valid Item 4 0.87 0.06 14.76 Valid Item 5 0.32 0.07 4.46 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score. 3.5.2.2 Uji Validitas Konstruk motivation to comply Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar benar hanya mengukur motivation to comply. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 6.04, df = 4, P-value = 0.19603, RMSEA = 0.051. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu motivation to comply. Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran motivation to comply disajikan dalam Tabel 3.12 51 Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Motivation to Comply No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.80 0.06 13.05 Valid Item 2 0.82 0.06 13.40 Valid Item 3 0.88 0.06 14.87 Valid Item 4 0.62 0.07 8.92 Valid Item 5 0.52 0.07 7.52 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score. 3.5.3 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavioral Control Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar benar hanya mengukur perceived behavioral control. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 9.24, df = 4, P-value = 0.05531, RMSEA = 0.082. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived behavioral control. Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran perceived behavioral control disajikan dalam Tabel 3.13 52 Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.12 0.08 1.60 Tidak Valid Item 2 0.49 0.07 6.72 Valid Item 3 0.75 0.07 10.13 Valid Item 4 0.91 0.07 12.18 Valid Item 5 0.23 0.08 3.02 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat 4 item signifikan (t > 1.96) dan 1 item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 1. Dengan begitu item nomor 1 akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk kedalam analisis dalam perhitungan factor score. Sedangkan item-item yang signifikan seluruhnya sudah memiliki koefisien yang bermuatan positif. Artinya koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya sudah bersifat favourable. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di-drop. 3.5.4 Uji Validitas Konstruk Conformity 3.5.4.1 Uji Validitas Konstruk Informational social influence Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar benar hanya mengukur informational social influence. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 7 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 29.72, df = 20, P-value = 0.07457, RMSEA = 0.050. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu informational social influence. 53 Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran informational social influence disajikan dalam Tabel 3.14 Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Informational Social Influence No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.44 0.08 5.69 Valid Item 2 -0.07 0.08 -0.86 Tidak Valid Item 3 0.77 0.08 10.16 Valid Item 4 0.72 0.08 9.54 Valid Item 5 0.57 0.08 7.10 Valid Item 6 -0.10 0.08 -1.22 Tidak Valid Item 7 0.49 0.08 6.38 Valid Item 8 0.41 0.08 5.32 Valid Item 9 0.24 0.08 2.92 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat 7 item signifikan (t > 1.96) dan 2 item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 2 dan 6. Dengan begitu item nomor 2 dan 6 akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk kedalam analisis dalam perhitungan factor score. Sedangkan item-item yang signifikan seluruhnya sudah memiliki koefisien yang bermuatan positif. Artinya koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya sudah bersifat favourable. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di-drop. 54 3.5.4.2 Uji Validitas Konstruk normatives social influence Peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional, artinya itemitem tersebut benar benar hanya mengukur normatives social influencel. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi sebanyak 20 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 46.05, df = 33, P-value = 0.06522, RMSEA = 0.045. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu normatives social influencel. Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran normatives social influencel disajikan dalam Tabel 3.15 Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Normatives Social Influence No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan Item 1 0.44 0.08 5.69 Valid Item 2 -0.07 0.08 -0.86 Tidak Valid Item 3 0.77 0.08 10.16 Valid Item 4 0.72 0.08 9.54 Valid Item 5 0.57 0.08 7.10 Valid Item 6 -0.10 0.08 -1.22 Tidak Valid Item 7 0.49 0.08 6.38 Valid Item 8 0.41 0.08 5.32 Valid Item 9 0.24 0.08 2.92 Valid Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96) 55 Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat 7 item signifikan (t > 1.96) dan 2 item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 2 dan 6. Dengan begitu item nomor 2 dan 6 akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk kedalam analisis dalam perhitungan factor score. Sedangkan item-item yang signifikan seluruhnya sudah memiliki koefisien yang bermuatan positif. Artinya koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya sudah bersifat favourable. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di-drop 3.6 Teknik Analisis Data Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh dari sekumpulan variable independent terhadap variable dependen. Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e Keterangan: Y = Intensi a = konstanta / intercept b = koefisien regresi X1 = behavioural belief dari intensi X2 = evaluation of behavioural belief dari Intensi X3 = normatives belief dari Intensi X4 = motivation to comply dari Intensi X5 = perceived behavioural control dari Intensi X6 = informational social influence dari Intensi X7 = normative social influence dari Intensi e = residu Adapun data yang dianalisis dengan persamaan di atas adalah hasil dari pengukuran yang sudah ditransformasikan kedalam true score. Dalam hal ini, true score adalah 56 faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimate (koefisien regresi yang terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan). Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians intensi yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh dependent variable yang bias diukur dengan rumus R2, dimana: 𝑅2 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔 𝑆𝑆𝑦 Adapun jika R2 signifikan (P<0.05) maka proporsi varians Y yang dipengaruhi oleh faktor-faktor (sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan konformitas) secara keseluruhan adalah signifikan. Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji bariabel mana dari ke 4 variabel independent tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti menguji signifikan atau tidaknya koeifisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki skor t > 1.96 maka koefisien regresi variable tersebut dinyatakan signifikan, sebaliknya apabila t < 1.96 maka variable tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam taraf signifikan 0,05 atau 5%). Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi yaitu: 1. R² yang menunjukkan proporsi varians dari variabel dependen yang bisa diterangkan oleh variabel independen. 57 2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari variabel independen yang bersangkutan. 3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel independen diketahui. 4. Sumbangan varian dari masing-masing dimensi variabel independen yaitu sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan konformitas dalam mempengaruhi penerimaan diri. 3.7 Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan berikut : 1. Peneliti melihat apa saja fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat yang sekiranya menarik untuk dijadikan latar belakang penelitian. 2. Peneliti mulai merumuskan masalah yang akan diteliti dari fenomena yang sudah dipilih untuk menjadi topik penelitian. 3. Kemudian peneliti melakukan studi pustaka untuk menentukan konstruk apa yang sesuai dengan fenomena yang dipilih sebagai topik penelitian, serta melihat masalah yang telah dirumuskan dari sudut pandang teoritis agar dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. 4. Menentukan variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian dengan memperluas studi pustaka mengenai apa saja faktor-faktor pembentuk variabel utama. 5. Menentukan judul, rumusan penelitian, menentukan teori apa yang akan digunakan dalam penelitian. 58 6. Setelah mendapatkan semua yang dibutuhkan untuk landasan teori, peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang sejalan dengan teori yang digunakan. Selanjutnya, peneliti menentukan populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, dan pengumpulan data yang akan digunakan. 7. Mengajukan persetujuan kepada pembimbing mengenai alat ukur yang akan digunakan. 8. Mengajukan proposal penelitian dan surat izin penelitian. 9. Membuat salinan instrumen penelitian yang sudah disetujui pembimbing dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan data seperti pulpen dan reward untuk responden. 10. Mengambil data di lapangan setelah sebelumnya memperoleh izin penelitian dari fakultas. 11. Setelah data yang dibutuhkan telah didapat, peneliti melakukan pengolahan data dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. 12. Membahas secara tertulis hasil dari uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan sebelumnya lalu membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian. 4 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi gambaran umum subjek penelitian, deskriptif statistic variable penelitian, kategorisasi skor variable penelitian dan hasil uji hipotesis. 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini merupakan 198 orang yang mengendarai sepeda motor di kota Tangerang Selatan. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Kategori Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Usia : 15 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 Tingkat pendidikan : SMP/MTs SMA/SMK D3 S1/D4 S2 S3 Domisili tempat tinggal: Setu Serpong Serpong Utara Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Frekuensi Persentase 144 54 72,7 % 27,3 % 155 23 16 4 78.28 % 11.62 % 8.08 % 2.02% 3 97 7 87 3 1 1.52 % 48.99 % 3.54 % 43.94 % 1.52 % 0.51 % 79 39 5 33 13 22 7 39.90 % 19.70 % 2.53 % 16.67 % 6.57 % 11.11 % 3.54 % 59 60 Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran subjek penelitian terdiri dari pria sebanyak 144 orang (72,7%) dan wanita sebanyak 54 orang (27.3%). Frekuensi umur responden antara 15 – 55 tahun. Untuk tingkat Pendidikan responden juga berangam dari tingkat SMP hingga S3. Selain itu peneliti juga menanyakan beberapa hal mengenai kepemilikan SIM dan pengalaman berkendara. Jawabannya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Sebaran kepemilikan SIM Kepemilikan SIM Memiliki SIM Tidak Memiliki SIM Jumlah Responden 156 42 Persentase 78.8% 21.2% Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 198 responden, responden yang memiliki SIM sebanyak 156 orang (78.8%) dan yang tidak memiliki SIM 42 orang (21.2%). Tabel 4.3 Pengalaman ditilang Pengalaman ditilang <3 kali 4 – 9 Kali >9 kali Tidak Pernah Jumlah Responden 93 16 1 88 Persentase 47 % 8.1 % 0.5 % 44.4 % Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang ditilang < 3 kali sebanyak 93 orang (47%), ditilang 4 – 9 kali sebanyak 16 orang (8.1%), > 9 kali sebanyak 1 orang (0.5%) dan yang tidak pernah ditilang sebanyak 88 orang (44.4%). 61 Tabel 4.4 Pengalaman Kecelakaan Pengalaman Kecelakaan Pernah kecelakaan Tidak pernah kecelakaan Jumlah Responden 79 119 Persentase 39.9% 60.1% Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah mengalami kecelakaan sebanyak 79 orang atau 39.9% dari keseluruhan responden. Sedangkan responden yang tidak pernah mengalami kecelakaan sebanyak 119 orang atau 60.2% dari total responden. Tabel 4.5 Pengalaman Melanggar Peraturan Lalu lintas Pengalaman Melanggar Pernah Melanggar Tidak Pernah Melanggar Jumlah Responden 125 73 Persentase 63.1 % 36.9 % Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah melanggar peraturan lalu lintas sebanyak 125 orang atau 63.1% dari keseluruhan responden. Sedangkan responden yang tidak pernah melanggar peraturan lalu lintas sebanyak 73 orang atau 36.9% dari total responden. 4.2 Analisi Deskriptif Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi dari setiap variable serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variable penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 62 Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Variabel intensi Perceived behavioral control behavioral belief Evaluation of behavioral belief Normatives belief Motivation to comply Informational influence Normatives influence Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean 198 198 198 198 198 198 198 198 198 18.33 18.37 -3.56 -13.74 18.71 13.29 21.49 14.76 66.85 67.54 64.07 62.34 66.31 69.97 77.61 76.66 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 50.0000 Std. Deviation 10.00000 10.00000 10.00000 10.00000 10.00000 10.00000 10.00000 10.00000 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat dari kolom minimum diketahui variable evaluation of behavioral belief memiliki nilai terendah dengan nilai -13.74. sementara itu berdasarkan kolom maksimum diketahui variable informational social influence memiliki nilai tertinggi dengan nilai 69.86. 4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Adapun norma kategoriasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut. Tabel 4.7 Norma Skor Kategorisasi Norma X > Mean X < Mean Interpretasi Tinggi Rendah Setelah norma kategorisasi didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variable intensi, behavioral belief, evaluation of behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, PBC, informational social influence, normatives social influence. Perolehan nilai persentase kategorisasi akan dijelaskan pada tabel 4.4 berikut: 63 Tabel 4.8 Skor Kategorisasi Variabel Intensi PBC Behavioral belief Evaluation of behavioural belief Normative belief Motivation to comply Informational social influnce Normatives social influence 4.4 4.4.1 Frekuensi Rendah Tinggi 87 (43.9 %) 111 (56.1 %) 115 (58.1 %) 83 (41.9 %) 95 (48.0 %) 103 (52.0 %) 85 (42.9 %) 113 (57.1 %) 106 (53.5 %) 92 (46.5 %) 76 (38.4 %) 122 (61.6 %) 100 (50.5 %) 98 (49.5 %) 100 (50.5 %) 98 (49.5 %) Uji Hipotesis Penelitian Uji Regresi Berganda Pada tahapan ini menguji hipotesis penelitian dengan Teknik analisis regresi berganda yang perhitungannya menggunakan software SPSS 25. Ada tiga hal yang perlu diperhatian dalam analisis regresi, pertama adalah besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada Dependent Variabel yang dijelaskan oleh Independent Variabel, kedua adalah apakah Independent Variabel berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable, dan yang ketiga adalah melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis besaran R- square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada Dependent Variabel yang dijelaskan oleh Independent Variabel. Untuk tabel R square bias dilihat sebagai berikut. 64 Tabel 4.9 Tabel R square Model 1 a. R a .523 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .247 8.67696 R Square .274 Predictors: (constant), normative social influence, pbc, motivation to comply, evaluation of behavioral belief, informational social influence, normatives belief, behavioural belief Berdasarkan tabel R square, dapat dilihat R square yang didapat sebesar 0.274 atau 27.4 %. Artinya 27.4% bervariasinya variable dependen yaitu intensi disebabkan oleh normative social influence, pbc, motivation to comply. Evaluation of behavioral belief,informational social influence, normatives belief, dan behavioral belief. Sedangkan sisanya yaitu 72.6% bervariasinya variable dependen intensi disebabkan oleh variable lain di luar penelitian ini. Langkah ke dua menganalisis dampak dari seluruh variable independent terhadap intensi. Adapun hasil uji F dapat dilkihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Anova Keseluruhan IV terhadap DV Model Sum of Squares 1 Regression 5394.973 Residual 14305.027 Total 19700.000 a. Dependent Variable: Intensi df 7 190 197 Mean Square 770.710 75.290 F 10.237 Sig. .000b b. Predictors: (Constant), Perceived behavioral control, behavioural belief, evaluation of behavioural belief, normatives belief, motivation to comply, informational social influence, normatives social influence Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom paling kanan adalah 0.000 atau p = 0.000 dengan nilai p kurang dari 0.05 (p < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang 65 signifikan seluruh variabel independen (behavioral belief, evaluation of behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, perceived behavioral control, informational social influence dan normatives social influence ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan variabel behavioral belief, evaluation of behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, perceived behavioral control, informational social influence dan normatives social influence terhadap intensi. Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing independen variabel. Jika Sig. kurang dari 0.05 (Sig. < 0.05) atau nilai t lebih besar dari 1.96 (t > 1.96) maka koefisien tersebut signifikan yang berarti bahwa variabel independen tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap penerimaan diri. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.11 Koefisien Regresi Model 1 Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant) 28.332 Perceived .266 behavioural control Behavioural .208 belief Evaluation of .040 behavioral belief Normatives .100 belief Motivation to .002 comply Inform inf -.108 Norms inf -.074 a. Dependent Variable: intensi Standardized Coefficients Beta t Sig. 5.344 .080 .266 5.302 3.330 .000 .001 .104 .208 2.004 .046 .095 .040 .416 .678 .083 .100 1.212 .227 .073 .002 .025 .980 .073 .069 -.108 -.074 -1.469 -1.083 .144 .280 66 Dalam kolom sig pada tabel koefisien regresi diatas, terlihat bahwa hanya variable perceived behavioral control dan behavioral belief yang memiliki nilai Sig. < 0.05 (t > 1.96). Artinya dua variable tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variable intensi. Sedangkan variable lainnya memiliki Sig. > 0.05 (t < 1.96) yang artinya variable-variabel lainnya tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variable sebagai berikut: 1. Perceived behavioral control Variable perceived behavioral control memiliki koefisien regresi sebesar 0.266 dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 (Sig. < 0.05). hasil ini menunjukan bahwa perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap intensi. Koefisien tersebut menunjukan tanda positif, artinya semakin tinggi dalam meyakini perilaku maka akan semakin tinggi pula intensinya. Begitu juga sebaliknya apabila koefisien menunjukan tanda negatif, artinya semakin rendah perceived behavioral control, maka semakin rendah intensinya. 2. Behavioral belief Variable behavioral belief memiliki koefisien regresi sebesar 0.208 dengan nilai signifikansi sebesar 0.046 (Sig. < 0.05). hasil ini menunjukan bahwa behavioral belief berpengaruh signifikan terhadap intensi. Koefisien tersebut menunjukan tanda positif, artinya semakin tinggi dalam meyakini perilaku maka akan semakin tinggi pula intensinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah dalam meyakini perilaku maka akan semakin rendah pula intensinya. 67 3. Evaluation of behavioral belief Variable evaluation of behavioral belief memiliki koefisien regresi sebesar 0.040 dengan nilai signifikansi sebesar 0.678 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa evaluation of behavioral belief tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai signifikansi ada di < 0.05 maka evaluation of behavioral belief berpengaruh terhadap intensi. 4. Normatives belief Variable normatives belief memiliki koefisien regresi sebesar 0.100 dengan nilai signifikansi sebesar 0.227 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa normatives belief tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai signifikansi ada di < 0.05 maka normatives belief berpengaruh terhadap intensi. 5. Motivation to comply Variable motivation to comply memiliki koefisien regresi sebesar 0.002 dengan nilai signifikansi sebesar 0.980 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa motivation to comply tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. 6. Informational social influence Variable informational social influence memiliki koefisien regresi sebesar 0.108 dengan nilai signifikansi sebesar 0.144 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa informational social influence tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. 7. Normatives social influence 68 Variable normatives social influence memiliki koefisien regresi sebesar -0.074 dengan nilai signifikansi sebesar 0.280 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa normatives social influence tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masingmasing variabel independen terhadap intensi. Secara keseluruhan dapat dilihat proporsi varians seluruh (R square) variabel independen terhadap intensi adalah sebesar 0.247, yang artinya 24.7% dari bervariasinya intensi dapat dijelaskan oleh 7 variabel independen. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proporsi varians untuk masing-masing variabel independen terhadap penerimaan diri dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.12 Proporsi Varians untuk Masing-Masing Variabel Independen Std. Error Change Statistics R Adjusted of the R Square F Sig. F Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change 1 .449a .201 .197 1.662 .201 49.440 1 196 .000 b 2 .497 .247 .239 1.618 .045 11.700 1 195 .001 3 .500c .250 .238 1.619 .003 .753 1 194 .386 4 .502d .252 .236 1.621 .002 .555 1 193 .457 5 .504e .254 .235 1.623 .003 .668 1 192 .415 6 .519f .269 .246 1.610 .015 3.941 1 191 .049 g 7 .523 .274 .247 1.610 .004 1.174 1 190 .280 a. Predictors: (Constant), perceived behavioral control, behavioral belief, evaluation of behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, informational social influence, normatives social influence. Pada Tabel 4.12 kolom pertaman adalah variable independent (bebas) yang dianalisis scara satu persatu. Kolom kedua merupakan penambahan varians variable dependen (terikat) dari tiap variable independent yang dianalisis satu persatu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians variable dependen dari setiap 69 variable independent yang dimasukan secara satu persatu. Kolom keempat adalah nilai F hitung bagi variable independent yang bersangkutan. Kolom df adalah derajat bebas bagi variable independent yang bersangkutan pula yang terdiri dari numerator dan denumerator. Kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai variable independent pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka klom selanjutnya yaitu klom signifikansi yang akan dituliskan signifikan atau tidak signifikan. Dari tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan informasi berikut ini: 1. Variabel perceived behavioral control memberikan sumbangan 0.201 atau 20.1% dalam varians intensi. 2. Variabel behavioral belief memberikan sumbangan 0.045 atau 4.5% dalam varians intensi. 3. Variabel evaluation of behavioral belief memberikan sumbangan 0.003 atau 0.3% dalam varians intensi. 4. Variabel normatives belief memberikan sumbangan 0.002 atau 0.2% dalam varians intensi. 5. Variabel motivation to comply memberikan sumbangan 0.003 atau 0.3% dalam varians intensi. 6. Variabel informatioanl social influence memberikan sumbangan 0.015 atau 1.5% dalam varians intensi. 7. Variabel normatives social influence memberikan sumbangan 0.004 atau 0.4% dalam varians intensi. 5 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh signifikan dari sikap (behavioral belief) dan perceived behavioral control terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas”. Kemudian hasil uji hipotesis yang menguji signifikan masing-masing koefisien regresi terhadap variable dependen diperoleh dua variable yang berpengaruh secara signifikan terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas yaitu behavioral belief dan perceived behavioral control. Secara keseluruhan dapat dilihat proporsi varians seluruh (R square) variabel independen terhadap intensi adalah sebesar 0.247, yang artinya 24.7% dari bervariasinya intensi dapat dijelaskan oleh 7 variabel independen. 5.2 Diskusi Berdasarkan kesimpulan di atas, secara teoritis diketahui bahwa hasil penelitian ini sedikit bertolak belakang dengan teori planned behavior. Teori ini menyatakan bahwa intensi dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Sedangkan menurut penelitian ini, yang berpengaruh terhadap intensi adalah sikap (behavioral belief) dan perceived behavioral control. sedangkan norma subjektif tidak mempengaruhi intensi. 70 71 Dalam penelitian sebelumnya ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Untuk penelitian intensi mencontek menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control yang dirasakan dengan intensi mencontek (Riyanti, 2015). Dalam penelitian intensi membeli buku illegal menyatakan bahwa seluruh variable TPB memengaruhi intensi, namun dalam penelitian ini variable behavioral belief memberikan pengaruh negative terhadap intensi. Artinya semakin positif behavioral belief, maka semakin rendah intensi membeli buku illegal (Rahmah, 2011). Berbeda dengan penelitian ini, dimana behavioral belief berpengaruh positif terhadap intensi. Hal ini diduga bahwa keyakinan dalam berperilaku ketika berkendara untuk mematuhi peraturan lalu lintas lebih tinggi. Dalam penelitian lainnya yang meneliti intensi namun berbeda dalam objek yang diteliti yaitu intensi berselingkuh memiliki pendapat lain bahwa norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi (Pusrikasari, 2010). Sedangkan dalam penelitian ini norma subjektif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi. Selain itu terdapat perceived behavioral control dimana hal ini merupakan persepsi terhadap kemudahan atau kesulitan akses menampilkan perilaku. Dalam hal ini perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap intensi. Hal ini dapat menggambarkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi intensi dikarenakan kemungkinan kemungkinan yang akan dilalui responden seperti kemudahan untuk mengontrol perilaku melanggar apakah mudah atau sulit. Atau bahkan lebih sulit untuk melakukan perilaku mematuhi peraturan 72 lalu lintas karena terdesak dengan hal – hal tertentu namun persepsi responden menganggap masih bias mengontrol perilaku yang dikeluarkan. Dalam penelitian lain tentang intensi menyebrang jalan dengan aman juga ditemukan bahwa sikap untuk menyebrang dengan aman dan kontrol perilaku adalah determinan dari intensi perilaku menyebrang dengan aman. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari penelitian ini data yang signifikan adalah Sikap (B = 0.146, Sig = 0.000) dan perceived behavioral control (B = 0.294, Sig = 0.026) (Jalilian, Mostafavi, Mahaki, Delpisheh, Rad, 2015). Variable yang ada diluar teori planned behavior namun memengaruhi adalah konformitas (informational social influence) dimana pada teori ini ketika seseorang berada pada situasi yang ambigu, gawat dan ada orang yang dianggap lebih ahli dari mereka. Orang ini akan memunculkan konformitas. Diduga penyebab adanya pengaruh konformitas terhadap intensi adalah seseorang yang terdesak akan memunculkan intensi untuk patuh atau tidak patuh, sehingga ketika merasa memiliki informasi yang cukup dan menurut orang tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan, orangtersebut akan memunculkan perilaku konformitas,entah itu dalam keadaan yang patuh atau tidak patuh pada peraturan lalu lintas. Dalam proses penyusunan item, peneliti melakukan elisitas terhadap 30 orang untuk mendapatkan salient belief atau keyakinan yang menonjol, dari hasil elisitas tersebut terdapat 3 item dengan jawaban terbuka. Dari elisitas ini muncul lah keyakinan keyakinan responden terhadap sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control yang diambil beberapa kata yang menurut peneliti dapat berhubungan dengan penelitian ini. Lalu dari keyakinan yang meonjol tersebut 73 dibuat lah item item dimana untuk sikap ada beberapa keyakinan keyakinan perilaku, dan perilaku tersebut dievaluasi hal ini untuk membuat item evaluation of behavioral belief. Untuk norma subjektif untuk mencari tau siapakah significant others yang menurut responden paling berpengaruh falam hidupnya. Perceived behavioral control yang dicari adalah bagaimana orang menaggap perilaku mematuhi peraturan lalu lintas dari kmudahan dan kerugiannya. Setelah itu peneliti membuat item item dari sailent belief 30 responden yang telah mengisinya. Dalam penelitian ini terdapat 198 responden dimana laki- laki sebanyak 144 orang dan perempuan sebanyak 54 orang. Sebaran usia masing masing responden beragam. Responden dengan umur 15 – 25 tahun sebanyak 155 orang, usia 26 – 35 tahun sebanyak 23 orang, usia 36 – 45 tahun sebanyak 16 orang, dan usia 46 – 55 tahun sebanyak 4 orang. Untuk tingkat Pendidikan responden SMP/ MTs sebanyak 3 orang, SMA/ SMK sebanyak 97 orang, D3 sebanyak 7 orang, S1/ D4 sebanyak 87 orang, S2 sebanyak 3 orang dan S3 sebanyak 1 orang. Sedangkan domisili responden untuk Kecamatan Setu sebanyak 79 orang, Kecamatan Serpong sebanyak 39 orang, Kecamatan Serpon Utara sebanyak 5 orang, Kecamatan Pamulang sebanyak 33 orang, Kecamatan Ciputat sebanyak 13 orang, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 22 orang dan Kecamatan Pondok Aren sebanyak 7 orang. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan mengendarai sepeda motor seperti mimiliki SIM (Surat Izin Mengemudi), lama berkendara menggunakan motor, berapa banyak ditilang, seberapa sering kecelakaan dan seberapa sering melanggar rambu-rambu adalah sebagai berikut: untuk responden yang memiliki SIM sebanyak 156 orang dan yang tidak memiliki SIM sebanyak 42 orang. Lalu untuk 74 pertanyaan frekuensi mengendarai motor dalam sehari untuk < 3 jam sebanyak 147 orang, 4 – 5 jam sebanyak 36 orang dan > 5 jam sebanyak 15 orang. Untuk seberapa sering terkena tilang, sebanyak 93 orang ditilang < 3 kali, sebanyak 16 orang ditilang sebanyak 4 – 9 kali sebanyak 1 orang ditilang > 9, dan sisanya sebanyak 88 orang yang tidak pernah ditilang. Alasan mengapa ditilang juga beragam, ada yang tidak punya sim, tidak menggunakan helm, berboncengan lebih dari tiga orang, lupa membayar pajak, lewat jalur cepat (khusus mobil) dan lain-lain . Peneliti juga menanyakan apakah responden pernah mengalami kecelakaan ketika mengendarai motor. 79 orang menjawab tidak dan sisanya sebanyak 119 orang menjawab ya. Alasannya pun beragam. Ada yang karena mengantuk, karena terserempet kendaraan lain, ditabrak oleh kendaraan lain, jalanan yang licin, rem blong dan lain sebagainya. Selain bertanya mengenai pengalaman tertilang dan kecelakaan, peneliti juga menanyakan tentang pernah melanggar atau tidak. Dari 198 responden, sebanyak 73 orang berkata tidak dan sisanya sebanyak 125 orang pernah melanggar. Pelanggaran yang dilakukan juga beragam seperti melawan arus, menerobos lampu merah, melanggar rambu putar balik, tidak memakai helm, melewati marka jalan, dan lain-lain. 5.3 Saran Melalui analisis seluruh proses dan isi dari laporan, peneliti merasa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik. 75 Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya 5.3.1 Saran Teoritis 1. Mengangkat salah satu faktor yang melatarbelakangi intensi seperti faktor demografi, kepribadian, faktor lingkungan dan coba menggunakan teori lain seperti teori menjadi variable independent. 2. Menggunakan sampel penelitian yang mewakili populasi untuk mendapat validitas eksternal penelitian. 3. Menambah jumlah sampel dan item elisitas sesuai kebutuhan agar lebih terperinci dalam membentuk item. 5.3.2 Saran Praktis 1. Bagi aparat penegak umum hendaknya melakukan assesment psikologi ketika dalam proses tes pembuatan SIM, karena bagaimana si calon pembuat SIM ini dalam bersikap dan dalam mengontrol perilaku jugs dapat memengaruhi calon dijalan nantinya. 2. Bagi para pengendara kendaraan bermotor untuk selalu memperhatikan rambu-rambu, lampu, dan peraturan lalu lintas. Hal ini agar membuat keadaan di jalan menjadi aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan. 3. Bagi para orang tua, pahamilah bahwa penggunaan kendaraan bermotor pada anak usia dibawah 17 tahun merupakan pelanggaran dan pemberian kendaraan bermotor pada anak usia dibawah 17 tahun bukan merupakan rasa sayang karena dapat membahayakan diri si anak. 76 6 DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. (1985). From Intention to Action. Berlin: Springer Ajzen, I. (1991.) The Theory of Planned Behavior. Amherst: University of Massachusetts Ajzen, I. (2001). Nature and Operation of Attitudes. Amherst: University of Massachusetts Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behavior second edition.England: Mc Graw-Hill Aronson, Eliot., Wilson, Timothy D., Akert, Robin M., Sommers, Samuel R. (2016). Social Psychology Ninth Edition. USA: Pearson Education, Inc Baron, Robert A & Byrne, Donn. (2003). Psikologi Sosial. Jilid 1 Jakarta: Penerbit Erlangga. Eagly, A.H & Chaiken. (1993). The psychology of attitude. Forth Worth: Harcout Brace Jovannovich College Publishers Enggarsasi, Umi & Sa’diyah, Nur.K. (2017). Kajian Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Dalam Upaya Perbaikan Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas. Surabaya: Perspektif Fishbein, Martin & Icek Ajzen. (1975). Belief, attitude, intention and behavior an introduction to theory and research. London: Addison-Wesley Publishing Company Freedman, Jonathan L, Sears, David O., Carlsmith., Joint. (1978). Social psychology. Library of Congress Cataloging In Publication Data. PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs Hartley L.R. & El Hassani. J. (1994). Stress, Violation and Accident. Australia: Murdoch University. Haryanto, Handrix Chris. (2011). Kepatuhan terhadap Peraturan Lalu Lintas Para Pengendara di Perkotaan .researchgate.com diakses pada tanggal 28 Agustus 2019 Jam: 00.30 knkt.dephub.go.id › ntsc_home › Media Release 2016 - IK LLAJ 20161130 di akses pada tanggal 04 September 2019 Pukul 1.38 http://korlantas-irsms.info/graph/accidentData. Data Kecelakaan KORLANTAS POLRI. di akses pada tanggal 16 Agustus 2019. Jam 15:16 https://news.detik.com/berita/d-3710592/2-hari-operasi-zebra-di-tangsel-polisitilang-316-kendaraan 11/05/18 10.24 diakses pada tanggal 25 Agustus 2019 pukul 23.00 77 https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death. Top 10 Cause of Death. Diakses pada tanggal 03 Agustus 2019 Jam 22.10 Penyebab Utama Kecelakaan. (2018). https://otomotif.tempo.co/read/1022850/10penyebab-utama-kecelakaan-lalu-lintas-me6n ?mnurut-korlantas-polri. diakses tanggal 11 Mei 2018 pukul 20.00 Pusrikasari, Desi. (2010). Kontribusi Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi berselingkuh. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Ramdhani, Neila (2011). Penyusunan Alat Ukur Berbasis Theory of Planned behavior.Yogyakarta: Buletin Psikologi Tabibi, Z & Pfeffer, K. (2015). Predicting Intention to Comply With Trafic Rules Among Iranian Driver. Iran: University of Mashad. Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne., Sears, David O. (2006). Social Psychology Twelft Edition. USA: Pearson Education, Inc Tondok, Marselius S., Ficky Ardiansyah, Ayuni. (2012). Intensi kepatuhan menggunakan helm pada pengendara motor: aplikasi teori perilaku terencana. Surabaya: Jurnal Sains Psikologi Yogadhita, Gde Yulian (2013). Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia Tenggara Tahun 2013. South East Asia Region: WHO Zhou, R., dkk. (2009). The Effect Of Conformity Tendency On Pedestrians’ RoadCrossing Intentions In China: An Application Of The Theory Of Planned Behavior. Elsevier.com di akses pada tanggal 5 agustus 2019 Jam: 11.40 Pranata, R.A., Indrawati E.S (2017). Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Intensi Seksual Pranikah Pada Remaja. Semarang: Jurnal Empati Putri, Phricillia D.A., Indrawati, E.S. (2013). Hubungan Antara Konformitas Dengan Intensi Membeli Tablet PC Pada Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/7422 78 7 LAMPIRAN 79 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth Responden Penelitian Assalamu’alaikum Wr. Wb Saya Naufal Nurramadhan mahasiswa Program Strata-I (SI) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian sebagai bagian dari pemenuhan tugas akhir. Saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjadi responden penelitian ini. Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan. Adapun data dan informasi yang Bapak/Ibu berikan, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin kerahasiaannya. Kesediaan Bapak/Ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Hormat Saya Naufal Nurrammadhan [email protected] / 082213047959 (WA/Telp) I. II. Identitas Responden a. Nama / Inisial b. Usia c. Jenis kelamin d. Domisili o Setu o Serpong o Serpong Utara o Pamulang o Ciputat Timur o Ciputat o Pondok Aren e. Pendidikan terakhir f. No.Hp Tentang Mengemudi a. Memiliki SIM? b. Lama Mengendara c. Kena Tilang? d. Kenapa di Tilang? : : : : : : : Ya / Tidak : < 3 Jam / 4-5 Jam / > 5 Jam : < 3Kali / 4-9 Kali / > 9 Kali / Tidak Pernah : ___________________________________ 80 e. f. g. h. III. Kecelakaan? Kenapa Kecelakaan? Melanggar Rambu Kenapa Melanggar : Ya / Tidak : ___________________________________ : Ya / Tidak : ___________________________________ Petunjuk Pengisian a. Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, bacalah setiap pernyataan dan Anda diminta untuk memberikan pendapat tentang pernyataan rersebut dengan cara memilih salah satu dari jawaban yang tersedia. b. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih, mohon benar-benar jujur. Jawaban Anda sepenuhnya rahasia dan akan dapat digunakan hanya jika Anda menjawab secara akurat. c. Tidak ada jawaban yang dianggap salah, oleh karena itu, pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai atau yang paling menggambarkan diri Anda. d. Disetiap pernyataan terdapat 5 pilihan jawaban yang menyatakan : STS = Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan diri Anda TS = Tidak Setuju, jika pernyataan tidak sesuai dengan diri Anda AS = Agak Setuju, jika pernyataan agak sesuai dengan diri Anda S = Setuju, jika pernyataan sesuai atau menggambarkan diri Anda SS = Sangat Setuju, jika pernyataan sangat sesuai atau paling menggambarkan diri Anda Skala 1 NO 1 2 3 PERNYATAAN STS TS AS S SS STS TS AS S SS Saya akan menggunakan atribut keselamatan ketika mengendarai sepeda motor Saya akan mematuhi peraturan lalu lintas Memeriksa kelengkapan dan kondisi motor tidak akan saya lakukan (memeriksa lampu, fungsi klakson dll) Skala 2 NO PERNYATAAN 4 Mematuhi peraturan lalu lintas membuat saya sampai ke tujuan dengan waktu yang lebih lama Saya merasa kesulitan jika harus mengikuti peraturan lalu lintas 5 81 Skala 3 NO PERNYATAAN 6 Keselamatan di jalan adalah hal yang mendorong saya untuk mematuhi peraturan lalu lintas Ketertiban yang memicu Kelancaran di jalan merupakan hal yang mendorong saya untuk mematuhi peraturan lalu lintas Tilang merupakan hal yang mendorong saya untuk mematuhi peraturan lalulintas 7 8 STS TS AS S SS STS TS AS S SS STS TS AS S SS Skala 4 NO PERNYATAAN 9 Menaati peraturan lalu lintas membuat saya merasa aman dan nyaman ketika berkendara Disiplin berlalulintas membuat saya terhindar dari bahaya dan tilang Menurut saya mengikuti rambu-rambu lalu lintas adalah hal yang wajib dilakukan Apabila orang mematuhi rambu lalu lintas jalanan akan lebih tertib dan terhindar dari macet Seseorang yang mematuhi peraturan lalulintas adalah sesuatu yang wajar 10 11 12 13 Skala 5 NO PERNYATAAN 14 berkendara dengan aman adalah hal yang penting 15 terhindar dari bahaya dan tilang adalah hal yang baik/penting berkendara sesuai kewajiban adalah hal yang penting Jalan yang tertib dan tidak macet adalah sesuatu yang saya harapkan Mengendarai sepeda motor dengan wajar adalah hal yang baik/penting 16 17 18 82 Skala 6 NO PERNYATAAN 19 Teman Saya berpendapat bahwa mematuhi peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting Orangtua saya berpendapat bahwa mematuhi peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting Saya melihat pengguna jalan lain menganggap bahwa mematuhi peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting Saudara saya berangapan bahwa mematuhi peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting Ketika ada polisi saya beranggapan bahwa peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting 20 21 22 23 STS TS AS S SS Skala 7 NO PERNYATAAN 24 Secara umum saya akan memperhatikan pendapat teman saya dari pada yang lain tentang berkendara Secara umum saya akan memperhatikan pendapat orangtua saya tentang berkendara Secara umum saya akan memperhatikan pendapat saudara saya tentang berkendara Secara umum saya akan memperhatikan perilaku pengguna jalan lain tentang berkendara Secara umum saya akan memperhatikan posisi polisi dalam berkendara 25 26 27 28 STS TS AS S SS 83 Skala 8 NO PERNYATAAN 29 Saya melakukan apa yang orang lakukan ketika sesuai dengan apa yang saya inginkan Saya dapat memutuskan suatu tindakan dalam situasi yang tak tentu tanpa andil orang lain Saya sering mengikuti saran orang lain ketika berada di dua pilihan sulit saya melakukan hal yang dilakukan orang lain ketika terdesak dalam kondisi kritis saya selalu melakukan apa yang orang lain katakan. ketika terjadi bencana saya berusaha berpikir mencara jalan keluar terbaik agar bisa selamat saya meniru seseorang ketika saya menganggap orang tersebut lebih ahli dibanding saya Saya sering mengikuti perilaku yang dilakukan oleh teman yang lebih pintar dari saya Saya selalu berperilaku tanpa mengikuti orang lain 30 31 32 33 34 35 36 37 STS TS AS S SS S SS Skala 9 NO PERNYATAAN 38 Saya melakukan tindakan karena saya merasa takut terhadap suatu kelompok Saya merasa nyaman dan percaya diri ketika mengikuti suatu kelompok dengan banyak anggota kelompok Menurut saya besar atau kecilnya kelompok tidak memengaruhi perilaku saya Saya melakukan suatu perilaku apabila banyak orang yang melakukannya Saya lebih senang mengikuti pemilih terbanyak apabila harus memutuskan suatu persoalan dalam kelompok Saya tidak akan terpengaruh dengan banyaknya pemilih ketika memilih suatu keputusan saya melakukan sesuatu karena saya merasa terikat terhadap sesuatu 39 40 41 42 43 44 STS TS AS 84 NO PERNYATAAN 45 ketika saya terikat dengan suatu kelompok maka perilaku saya tergantung dengan keputusan kelompok Ketika saya senang dengan suatu kelompok maka saya akan melakukan apa yang dilakukan oleh kelmpok tersebut Saat melakukan sesuatu dikarenakan ingin diakui oleh orang terdekat Perilaku saya tergantung dengan bagaimana orang akan memandang saya Saya melakukan sesuatu karena keinginan sendiri 46 47 48 49 STS TS AS S SS 85 Lampiran 2 Path Diagram 1. Hasil CFA Behavioral Belief UJI VALIDITAS SIKAP BELIEF DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=BELIEF.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SIKAP BELIEF FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 4 TD 5 2 PD OU TV SS MI 2. Hasil CFA Evaluation of Behavioral Belief 86 UJI VALIDITAS SIKAP EVAL DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=EVAL.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SIKAP EVAL FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 4 TD 5 3 PD OU TV SS MI 3. Hasil CFA Normatives Belief UJI VALIDITAS SN PANUTAN DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SNPANUTAN.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SNPANUTAN FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 3 2 PD OU TV SS MI 87 4. Hasil CFA Motivation to Comply UJI VALIDITAS SN MOTIV DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SNMOTIV.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SN MOTIV FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 4 2 PD OU TV SS MI 5. Hasil CFA Perceived Behavioral Control 88 UJI VALIDITAS PBC DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=PBC.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK PBC FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 2 1 PD OU TV SS MI 6. Hasil CFA Informational Social Influence UJI VALIDITAS CONFINF DA NI=9 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 PM SY FI=CONFINF.COR MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK CONFINF FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR TD 8 7 TD 7 6 TD 2 1 TD 5 4 TD 8 5 TD 8 2 TD 9 8 PD OU TV SS MI 89 7. Hasil CFA Normatives Social Influence UJI VALIDITAS CONNORM DA NI=12 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 PM SY FI=CONNORM.COR MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK CONNORM FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 FR TD 11 10 TD 11 9 TD 9 8 TD 7 5 TD 12 11 TD 6 3 TD 10 7 TD 8 7 TD 10 5 TD 8 6 TD 3 2 TD 5 3 TD 2 1 TD 11 8 TD 11 7 TD 4 3 TD 5 1 TD 12 10 TD 12 3 TD 12 6 TD 10 3 PD OU TV SS MI