Uploaded by User22126

tugas teknologi mobile kelompok 7

advertisement
Nama Anggota Kelompok :
M. Aulia Maulana (081711633029)
Sinta Sintya
(081711633030)
Araeyya Yenofa P. (081711633031)
1. Perubahan Telekomunikasi
Apa itu Telekomunikasi?
Telekomunikasi adalah transmisi tanda, sinyal, pesan, kata, tulisan, gambar, dan suara
atau informasi apa pun melalui kabel, radio, optik, atau sistem elektromagnetik lainnya.
Telekomunikasi
terjadi
ketika
pertukaran informasi antara
peserta komunikasi mencakup
penggunaan teknologi . Ini ditransmisikan melalui media transmisi, seperti melalui media fisik,
misalnya, melalui kabel listrik, atau melalui radiasi elektromagnetik melalui ruang seperti radio
atau cahaya. Jalur transmisi seperti itu sering dibagi menjadi saluran komunikasi yang
memberikan keuntungan multiplexing. Karena istilah Latin communication dianggap sebagai
proses sosial pertukaran informasi, istilah telekomunikasi sering digunakan dalam bentuk
jamaknya karena melibatkan banyak teknologi yang berbeda.
Sarana komunikasi awal jarak jauh termasuk sinyal visual, seperti suar, sinyal asap,
telegraf semafor, bendera sinyal, dan heliograf optik. Contoh lain dari komunikasi jarak jauh pramodern termasuk pesan audio seperti drumbe berkode, klakson berdarah, dan peluit keras.
Teknologi abad ke-20 dan ke-21 untuk komunikasi jarak jauh biasanya melibatkan teknologi
listrik dan elektromagnetik, seperti telegraf, telepon, dan teleprinter, jaringan, radio, transmisi
gelombang mikro, serat optik, dan satelit komunikasi .
Sebuah revolusi dalam komunikasi nirkabel dimulai pada dekade pertama abad ke-20
dengan perkembangan perintis dalam komunikasi radio oleh Guglielmo Marconi, yang
memenangkan Hadiah Nobel dalam Fisika pada tahun 1909, dan penemu dan pengembang
perintis terkemuka lainnya di bidang telekomunikasi listrik dan elektronik. Ini termasuk Charles
Wheatstone dan Samuel Morse (penemu telegraf), Alexander Graham Bell (penemu telepon),
Edwin Armstrong dan Lee de Forest (penemu radio), serta Vladimir K. Zworykin, John Logie
Baird dan Philo Farnsworth (beberapa penemu televisi).
Telekomunikasi Seluler di Indonesia
Telekomunikasi seluler di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1984 dan hal tersebut
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang pertama mengadopsi teknologi seluler
versi komersial. Teknologi seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile
Telephone) dari Eropa, disusul oleh AMPS (Advance Mobile Phone System), keduanya dengan
sistem analog. Teknologi seluler yang masih bersistem analog itu seringkali disebut sebagai
teknologi seluler generasi pertama (1G). Pada tahun 1995 diluncurkan teknologi generasi
pertama CDMA (Code Division Multiple Access) yang disebut ETDMA (Extended Time
Division Multiple Access) melalui operator Ratelindo yang hanya tersedia di beberapa
wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Sementara itu di dekade yang sama, diperkenalkan teknologi GSM (Global System for
Mobile Communications) yang membawa teknologi telekomunikasi seluler di Indonesia ke era
generasi kedua (2G). Pada masa ini, Layanan pesan singkat (Inggris: Short Message
Service/SMS) menjadi fenomena di kalangan pengguna ponsel berkat sifatnya yang hemat dan
praktis. Teknologi GPRS (General Packet Radio Service) juga mulai diperkenalkan, dengan
kemampuannya melakukan transaksi paket data. Teknologi ini kerap disebut dengan generasi
dua setengah (2,5G), kemudian disempurnakan oleh EDGE (Enhanced Data Rates for GSM
Evolution), yang biasa disebut dengan generasi dua koma tujuh lima (2,75G). Telkomsel sempat
mencoba mempelopori layanan ini, namun kurang berhasil memikat banyak pelanggan. Pada
tahun 2001, sebenarnya di Indonesia telah dikenal teknologi CDMA generasi kedua (2G), namun
bukan di wilayah Jakarta, melainkan di wilayah lain, seperti Bali dan Surabaya.
Pada 2004 mulai muncul operator 3G pertama, PT Cyber Access Communication (CAC),
yang memperoleh lisensi pada 2003. Saat ini, teknologi layanan telekomunikasi seluler di
Indonesia telah mencapai generasi ketiga-setengah (3,5G), ditandai dengan berkembangnya
teknologi HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access) yang mampu memungkinkan transfer
data secepat 3, 6 Mbps.
Sejarah Telekomunikasi Seluler di Indonesia
1984: Teknologi seluler diperkenalkan di Indonesia
Teknologi komunikasi seluler mulai diperkenakan pertama kali di Indonesia. Pada saat
itu, Ketika itu, PT Telkom Indonesia bersama dengan PT Rajasa Hazanah Perkasa mulai
menyelenggarakan layanan komunikasi seluler dengan mengusung teknologi NMT -450 (yang
menggunakan frekuensi 450 MHz) melalui pola bagi hasil. Telkom mendapat 30% sedangkan
Rajasa 70%.
1995: Kemunculan telepon rumah nirkabel
Penggunaan teknologi GMH 2000/ETDMA diperkenalkan oleh Ratelindo. Layanan yang
diberikan oleh Ratelindo berupa layanan Fixed-Cellular Network Operator, yaitu telepon rumah
nirkabel. Pada tahun yang sama, kesuksesan pilot-project di Batam dan Bintan membuat
pemerintah memperluas daerah layanan GSM ke provinsi-provinsi lain di Sumatera. Untuk
memfasilitasi hal itu, pada 26 Mei 1995 didirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama
Telkomsel, sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia, dengan kepemilikan bersama
Satelindo.
1997-1999: Telekomunikasi seluler pada masa krisis moneter
Pada tahun 1997, Pemerintah bersiap memberikan 10 lisensi regional untuk 10 operator
baru yang berbasis GSM 1800 atau PHS (Personal Handy-phone System. Keduanya adalah sama
seperti GSM biasa, namun menggunakan frekuensi 1800 MHz). Namun, krisis moneter 1998
membuat rencana itu batal. Pada tahun yang sama, Telkomsel memperkenalkan produk prabayar
pertama yang diberi nama Simpati, sebagai alternatif Kartu Halo. Lalu Excelcom meluncurkan
Pro-XL sebagai jawaban atas tantangan dari para kompetitornya, dengan layanan unggulan
roaming pada tahun 1998. Pada tahun tersebut, Satelindo tak mau ketinggalan dengan
meluncurkan produk Mentari, dengan keunggulan perhitungan tarif per detik. Walaupun pada
periode 1997-1999 ini Indonesia masih mengalami guncangan hebat akibat krisis ekonomi dan
krisis moneter, minat masyarakat tidak berubah untuk menikmati layanan seluler. Produk
Mentari yang diluncurkan Satelindo pun mampu dengan cepat meraih 10.000 pelanggan. Padahal,
harga kartu perdana saat itu termasuk tinggi, mencapai di atas Rp100 ribu dan terus naik pada
tahun berikutnya. Hingga akhir 1999, jumlah pelanggan seluler di Indonesia telah mencapai 3.6
juta pelanggan, yang sebagian besar merupakan pelanggan layanan prabayar.
2000-2002: Deregulasi dan kemunculan operator CDMA
Telkomsel dan Indosat memperoleh lisensi sebagai operator GSM 1800 nasional sesuai
amanat Undang-Undang Telekomunikasi No. 36/1999. Layanan seluler kedua BUMN itu
direncanakan akan beroperasi secara bersamaan pada 1 Agustus 2001. Pada tahun yang sama,
layanan pesan singkat (Inggris: Short Message Service/SMS) mulai diperkenalkan, dan langsung
menjadi primadona layanan seluler saat itu. Pada tahun 2001, Indosat mendirikan PT Indosat
Multi Media Mobile (Indosat-M3), yang kemudian menjadi pelopor layanan GPRS (General
Packet Radio Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) di Indonesia. Pada 8 Oktober
2002, Telkomsel menjadi operator kedua yang menyajikan layanan tersebut.
Masih pada tahun 2001, pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di sektor
telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. PT Telkom Indonesia pun tak lagi
memonopoli telekomunikasi, ditandai dengan dilepasnya saham Satelindo pada Indosat. Pada
akhir 2002, Pemerintah Indonesia juga melepas 41, 94% saham Indosat ke Singapore
Technologies Telemedia Pte Ltd (SingTel). Kebijakan ini menimbulkan kontroversi, yang pada
akhirnya membuat Pemerintah terus berupaya melakukan aksi beli-kembali/buyback.
Pada Desember 2002, Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di
bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, menggunakan frekuensi 1.900 MHz dengan lisensi
FWA (Fixed Wireless Access). Artinya, sistem penomoran untuk tiap pelanggan menggunakan
kode area menurut kota asalnya, seperti yang dipergunakan oleh telepon berbasis sambungan
tetap dengan kabel milik Telkom.
2005-2008: Era reformasi Pertelekomunikasian Indonesia
Pada Mei 2005, Telkomsel berhasil melakukan ujicoba jaringan 3G di Jakarta dengan
menggunakan teknologi Motorola dan Siemens, sedangkan CAC baru melaksanakan ujicoba
jaringan 3G pada bulan berikutnya. CAC melakukan ujicoba layanan Telepon video, akses
internet kecepatan tinggi, dan menonton siaran MetroTV via ponsel Sony Ericsson Z800i.
Setelah melalui proses tender, akhirnya tiga operator telepon seluler ditetapkan sebagai
pemenang untuk memperoleh lisensi layanan 3G, yakni PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel),
PT Excelcomindo Pratama (XL), dan PT Indosat Tbk (Indosat) pada tanggal 8 Februari 2006.
Dan pada akhir tahun yang sama, ketiganya meluncurkan layanan 3G secara komersial.
Pada Agustus 2006, Indosat meluncurkan StarOne dengan jaringan CDMA2000 1x EVDO di Balikpapan. Pada saat yang sama, Bakrie Telecom memperkenalkan layanan ini pada
penyelenggarakan kuliah jarak jauh antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan California
Institute for Telecommunication and Information (Calit2) di San Diego State University (UCSD)
California. Pemerintah melalui Depkominfo mengeluarkan Permenkominfo No. 01/2006 tanggal
13 Januari 2007 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Untuk Penyelenggaraan
Jaringan Bergerak Seluler IMT-2000, menyebutkan bahwa penyelenggaraan jaringan tetap lokal
dengan mobilitas terbatas hanya dapat beroperasi di pita frekuensi radio 1.900 MHz sampai
dengan 31 Desember 2007. Jaringan pada frekuensi tersebut kelak hanya diperuntukan untuk
jaringan 3G. Operator dilarang membangun dan mengembangkan jaringan pada pita frekuensi
radio tersebut.
Maka, berdasarkan keputusan tersebut, para operator seluler CDMA berbasis FWA yang
menghuni frekuensi 1.900 MHz harus segera bermigrasi ke frekuensi 800 MHz. Saat itu ada dua
operator yang menghuni frekuensi CDMA 1.900 MHz, yaitu Flexi dan StarOne. Akhirnya,
Telkom bekerjasama dengan Mobile-8 dalam menyelenggarakan layanan Fren dan Flexi,
sedangkan Indosat dengan produk StarOne bekerja sama dengan Esia milik Bakrie Telecom.
Jumlah pengguna layanan seluler di Indonesia mulai mengalami ledakan. Jumlah
pelanggan layanan seluler dari tiga operator terbesar (Telkomsel, Indosat, dan Excelcom) saja
sudah menembus 38 juta. Itu belum termasuk operator-operator CDMA. Hal ini disebabkan oleh
murahnya tarif layanan seluler jika dibandingkan pada masa sebelumnya yang masih cukup
mahal. Namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 220 juta pada
saat itu, angka 38 juta masih cukup kecil. Para operator masih melihat peluang bisnis yang besar
dari industri telekomunikasi seluler itu. Maka, untuk meraih banyak pelanggan baru, sekaligus
mempertahankan pelanggan lama, para operator memberlakukan perang tarif yang membuat tarif
layanan seluler di Indonesia semakin murah.
Namun di balik gembar-gembor tarif murah itu, BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia) dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) menemukan fakta menarik, ternyata
para operator seluler telah melakukan kartel tarif layanan seluler, dengan memberlakukan tarif
minimal yang boleh diberlakukan di antara para operator yang tergabung dalam kartel tersebut.
Salah satu fakta lain yang ditemukan BRTI dan KPPU adalah adanya kepemilikan silang
Temasek Holdings, sebuah perusahaan milik Pemerintah Singapura, di PT Indosat Tbk (Indosat)
dan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), yang membuat tarif layanan seluler cukup tinggi.
Maka, pemerintah melalui Depkominfo akhirnya mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan
para operator seluler menurunkan tarif mereka 5%-40% sejak bulan April 2008, termasuk di
antaranya penurunan tarif interkoneksi antar operator. Penurunan tarif ini akan dievaluasi oleh
pemerintah selama 3 bulan sekali.
2009-2012 : Perkembangan telekomunikasi di Indonesia
Di Indonesia pada tahun 2009, telah beroperasi sejumlah 10 operator dengan perkiraan
jumlah pelanggan sekitar 175, 18 juta. Berikut ini adalah Tabel Perolehan pelanggan per tahun
2009 pada setiap Operator :
Operator
Jumlah Pelanggan (Q1-2009,
Produk
Jaringan
Esia
CDMA 800MHz
10,6 juta (Q4-2009)
3
GSM
6, 4 juta
GSM
33, 1 juta (Q4-2009)
StarOne
CDMA 800MHz
570.000
Mobile-8
Fren, Mobi dan Hepi
CDMA 800MHz
3 juta
Natrindo
Axis
GSM
5 juta
Ceria
CDMA 450MHz
780.000
Bakrie
Telecom
Hutchison
IM3, Indosat Matrix,
Indosat Mentari
kecuali ada catatan)
Indosat
Sampoerna
Telekom
Sinar Mas
Telecom
Telkom
Telkomsel
XL Axiata
Smart
CDMA 1.900MHz
>2 juta
Flexi
CDMA 800MHz
13,49 juta
GSM
81,644 juta (Q4-2009)
GSM
31,437 juta (Q4-2009)
Kartu AS, Kartu
HALO dan Simpati
XL
Sebagian besar operator telah meluncurkan layanan 3G dan 3, 5G. Seluruh operator GSM
telah mengaplikasikan teknologi UMTS, HSDPA dan HSUPA pada jaringannya, dan operator
CDMA juga telah mengaplikasikan teknologi CDMA2000 1x EV-DO. Akibat kebijakan
pemerintah tentang penurunan tarif pada awal 2008, serta gencarnya perang tarif para operator
yang makin gencar, kualitas layanan operator seluler di Indonesia terus memburuk, terutama
pada jam-jam sibuk, Sementara itu, tarif promosi yang diberikan pun seringkali hanya sekadar
akal-akalan, bahkan cenderung merugikan konsumen itu sendiri. Jumlah pengguna seluler di
Indonesia hingga bulan Juni 2010 diperkirakan mencapai 180 juta pelanggan, atau mencapai
sekitar 80 persen populasi penduduk. Dari 180 juta pelanggan seluler itu, sebanyak 95 persen
adalah pelanggan prabayar. Menurut catatan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia),
pelanggan Telkomsel hingga bulan Juni 2010 mencapai 88 juta nomor, XL sekitar 35 juta,
Indosat sekitar 39,1 juta, selebihnya merupakan pelanggan Axis dan Three.
2. Generasi Mobile Phone
1. Teknologi 0G, 0.5G (Zero Generation)
Teknologi 0G adalah teknologi komunikasi yang mengawali terbentuknya generasi
telekomunikasi yang berikutnya. Sebenarnya teknologi ini pada awal ditemukan belum diberi
nama dengan teknologi 0G (Zero Generation). Awal mulanya teknologi ini diberi nama dengan
telepon radio bergerak (mobile telephone radio).
Teknologi ini menggunakan jaringan berbasis gelombang radio (radiotelephone) khusus
yang artinya terpisah dan tertutup dari jaringan lain yang sejenis serta dengan jangkauan jaringan
yang terbatas. Meskipun begitu, jaringan ini mampu terhubung dengan jaringan telepon sekarang
ini.
Pada generasi 0G, sistem telepon bergerak (mobile telephone) dapat dibedakan dari
sistem telepon radio awal (mobile telephone radio). Perbedaannya adalah pada sistem telepon
bergerak untuk melakukan komunikasi harus melalui jasa komersil Public Switched Telephone
Network (PSTN) yang berfungsi sebagai operator untuk mengarahkan panggilan. Sedangkan
pada sistem telepon radio tidak membutuhkan jaringan tersebut, karena komunikasinya langsung
dilakukan antara pengirim dan penerima panggilan melalui jaringan tertutup. Sistem komunikasi
telepon radio awal biasa diaplikasikan pada jaringan radio polisi atau taksi. Sistem telepon radio
ini dikenal dengan nama dagang WCCs (Wireline Common Carriers, AKA telephone
companies), RCCs (Radio Common Carriers), dan two-way radio dealers.
Sistem telepon bergerak (mobile telephone) tersebut pada umumnya terpasang dalam
mobil atau truk, juga ada pula yang berbentuk seperti tas kantor. Bisanya, komponen pemancar
dan penerima atau transceiver (transmitter-receiver) terpasang dalam bagasi kendaraan dan
dihubungkan dengan “kepala” (dial, display, dan handset) yang berada dekat tempat duduk
pengemudi.
Kelebihan yang dimiliki dari teknologi adalah bisa melayani komunikasi suara saja dan
merupakan teknologi awal komunikasi bergerak (mobile) yang diimplementasikan dan
dikomersialkan.
Kekurangan yang dimiliki oleh teknologi ini antara lain :

Metode transmisinya masih half-duplex meski pada perkembangannya mendukung fullduplex

Jumlah pelangan terbatas

Jangkauan jaringannya terbatas dan tidak mendukung komunikasi data.
2. Teknologi 1G, 1.5G (First Generation)
Teknologi 1G adalah teknologi nirkabel generasi pertama berupa telepon seluler
(cellphone, ada pula yang menyebutnya mobile phone). Teknologi ini adalah standar untuk
telepon seluler analog yang diperkenalkan sekitar 1980-an. Alat komunikasi pada generasi
teknologi ini awalnya digunakan untuk kepentingan militer, namun dalam perkembangannya
masyarakat umum yang menggunakan teknologi komunikasi ini.
Teknik komunikasi yang digunakan pada generasi ini adalah Frequency Division
Multiple Access (FDMA). Teknik ini memungkinkan pembagian alokasi frekuensi pada suatu sel
untuk digunakan setiap pelanggan yang ada di sel tersebut, maksudnya untuk setiap pelanggan
saat sedang melakukan pembicaraan akan memiliki frekuensi sendiri yang berbeda dengan
frekuensi pelanggan lain dalam sel yang sama. Prinsip ini sama dengan cara kerja setiap stasiun
radio yang menyiarkan menggunakan frekuensi yang berbeda antara satu stasiun dengan stasiun
yang lainnya).
Kelebihan teknologi ini adalah Melayani komunikasi suara dan data berukuran kecil.
Kekurangan Teknologi ini antara lain :

Tidak dapat melayani komunikasi data dalam kecepatan tinggi dan besar

Kapasitas trafik yang kecil

Jumlah pelanggan yang dapat ditampung dalam satu sel sedikit

Penggunaan spektrum frekuensi yang boros karena satu pengguna menggunakan satu buah
kanal frekuensi

Derau intemodulasi (suara tidak jernih)
3. Teknologi 2G (Second Generation)
Teknologi 2G adalah teknologi komunikasi generasi kedua yang muncul karena tuntutan
pasar dan kebutuhan akan kualitas yang semakin baik. Generasi 2G sudah menggunakan
teknologi digital, serta mekanisme Time Division Multiple Access (TDMA) dan Code Division
Multiple Access (CDMA) dalam teknik komunikasinya.
Teknologi standar 2G yang berbasis TDMA salah satunya adalah GSM (Global System
for Mobile Communications). GSM adalah teknologi 2G berbasis TDMA yang dikembangkan
oleh study group yang bernama Groupe Special Mobile (GSM) untuk mempelajari dan
mengembangkan sistem telekomunikasi publik di Eropa. Pada tahun 1989, tugas ini diserahkan
kepada European Telecommunication Standards Institute (ETSI) dan GSM fase I diluncurkan
pada pertengahan 1991.
Alasan munculnya GSM karena kebutuhan bersama terhadap satu sistem jaringan baru
yang dapat menjadi standar jaringan yang berlaku dan dapat diterapkan di seluruh kawasan
Eropa. Dalam sistem baru juga harus terdapat kemampuan yang dapat mengantisipasi mobilitas
pengguna serta kemampuan melayani lebih banyak pengguna untuk menampung penambahan
jumlah pengguna baru.
Tiga keuntungan utama dari jaringan 2G daripada pendahulunya adalah percakapan
telepon dienskripsi secara digital, sistem 2G secara signifikan lebih efisien pada spektrum yang
memperbolehkan tingkat penetrasi lebih besar, dan 2G memperkenalkan jasa pengirimanpenerimaan data untuk perangkat bergerak dimulai dengan pesan singkat (SMS).
4. 2.5G (Second and A half Generation)
Penamaan 2.5G digunakan untuk tujuan pemasaran saja. Teknologi yang disebut dengan
2.5G adalah teknologi komunikasi yang merupakan peningkatan dari teknologi 2G terutama
dalam platform dasar GSM yang telah mengalami penyempurnaan, khususnya untuk aplikasi
data. Untuk yang berbasis GSM (TDMA) teknologi 2.5G diimplementasikan dalam GPRS
(General Packet Radio Services) dan WiDEN (Wideband Integrated Dispatch Enhanced
Network),
sedangkan
yang
berbasis
CDMAone
(CDMA)
diimplementasikan
dalam
CDMA2000-1x Release 0/RTT (1 Times Radio Transmission Technology) atau IS-2000
(berdasar standar ITU) atau CDMA2000 (berdasar standar 3GPP2).
GPRS (General Packet Radio Services)
Adalah teknologi 2.5G yang disisipkan (overlay) di atas jaringan GSM untuk menangani
komunikasi data pada jaringan. Dengan kata lain dengan menggunakan handset GPRS,
komunikasi data tetap berlangsung di atas jaringan GSM (dengan GSM masih menangani
komunikasi suara dan transfer data ditangani oleh GPRS). Pengembangan teknologi GPRS di
atas GSM dapat dilakukan secara efektif tanpa menghilangkan infrastruktur lama, yaitu dengan
penambahan beberapa hardware dan upgrade software baru pada terminal/station dan server
GSM. Kecepatan transfer data GPRS dapat mencapai hingga 160 Kbps.
Kelebihan teknologi ini antara lain :

Layanan lebih banyak seperti komunikasi suara, SMS (Short Message Service; layanan
dua arah untuk mengirim pesan pendek sebanyak 160 karakter), voice mail, call waiting,
dan transfer data dengan kecepatan maksimal 9.600 bps (untuk SMS, download gambar,
atau ringtone MIDI).

Kapasitas pengguna dapat lebih besar.

Suara yang dihasilkan lebih jernih.

Tenaga yang diperlukan untuk sinyal sedikit sehingga menghemat baterai, handset dapat
dipakai lebih lama, dan ukuran baterai bisa lebih kecil.

Sedangkan kelemahan dari teknologi ini antara lain :

Kecepatan transfer data masih rendah.

Tidak efisien untuk trafik rendah.

Jangkauan jaringan masih terbatas dan sangat tergantung oleh adanya BTS (cell tower).
5. Teknologi 3G (Third Generation)
Teknologi 3G adalah teknologi komunikasi generasi ketiga yang menjadi standar
teknologi telepon bergerak (mobile phone), menggantikan 2.5G. Hal ini berdasarkan ITU
(International Telecommunication Union) dengan standar IMT-2000.
Jaringan 3G memungkinkan operator jaringan untuk menawarkan jangkauan yang lebih
luas dari fasilitas tingkat lanjut ketika mencapai kapasitas jaringan yang lebih besar melalui
peningkatan efisiensi penggunaan spektrum. Kemampuannya meliputi komunikasi suara nirkabel
dalam jangkauan area luas (wide-area wireless voice telephony), panggilan video (video calls),
dan jalur data kecepatan tinggi nirkabel (broadband wireless data), dan semuanya itu berkerja
dalam perangkat bergerak (mobile). Fasilitas tambahan juga meliputi transmisi data HSPA yang
mampu untuk mengirim data dengan kecepatan sampai 14,4 Mbps untuk downlink dan 5,8 Mbps
untuk uplink.
6. Teknologi 3.5G, 3.75G ( Third and A Half Generation)
Teknologi 3.5G atau disebut juga Beyond 3G adalah peningkatan dari teknologi 3G,
terutama dalam peningkatan kecepatan transfer data yang lebih dari teknologi 3G (diatas 2 Mbps)
sehingga dapat melayani komunikasi multimedia seperti akses internet dan video sharing.
Kelebihan teknologi ini antara lain :

Memiliki kecepatan transfer data cepat (144 Kbps-2 Mbps); 2 Mbps untuk
lokal/indoor/slow-moving access; 384 Kbps untuk wide area access.

Layanan data broadband seperti internet, video conference, video streaming, video on
demand, music on demand, games on demand.

Kualitas suara yang lebih bagus.

Keamanan yang terjamin.
Kekurangan teknologi ini adalah Belum mencukupinya kecepatan transfer data dalam
melayani layanan multimedia yang memerlukan kecepatan yang mumpuni.
7. Teknologi 4G (Fourth Generation)
Teknologi 4G (juga dikenal sebagai Beyond 3G) adalah istilah dalam teknologi
komunikasi yang digunakan untuk menjelaskan evolusi berikutnya dalam dunia komunikasi
nirkabel. Menurut kelompok kerja 4G (4G working groups), infrastruktur dan terminal yang
digunakan 4G akan mempunyai hampir semua standar yang telah diterapkan dari 2G sampai 3G.
Sistem 4G juga akan bertindak sebagai platform terbuka di mana inovasi yang baru dapat
berkembang. Teknologi 4G akan mampu untuk menyediakan Internet Protocol (IP) yang
komperhensif di mana suara, data dan streamed multimedia dapat diberikan kepada para
pengguna “kapan saja, di mana saja”, dan pada kecepatan transmisi data yang lebih tinggi
dibanding generasi yang sebelumnya.
Banyak perusahaan sudah mendefinisikan sendiri arti mengenai 4G untuk menyatakan
bahwa mereka telah memiliki 4G, seperti percobaan peluncuran WiMAX, bahkan ada pula
perusahaan lain yang mengatakan sudah membuat sistem prototipe yang disebut 4G. Walaupun
mungkin beberapa teknologi yang didemonstrasikan sekarang ini dapat menjadi bagian dari 4G,
sampai standar 4G telah didefinisikan, mustahil untuk perusahaan apapun sekarang ini dalam
menyediakan kepastian solusi nirkabel yang bisa disebut jaringan seluler 4G yang tepat sesuai
dengan standar internasional untuk 4G. Hal-hal seperti itulah yang mengacaukan statemen
tentang “keberadaan” layanan 4G sehingga cenderung membingungkan investor dan analis
industri nirkabel.
Kelebihan teknologi ini antara lain :
1.
Mendukung service multimedia interaktif, telekonfrensi, wireless intenet.
2.
Bandwidth yang besar untuk mendukung multimedia service.
3.
Bit rates lebih besar dari 3G.
4.
Global mobility (skalabilitas untuk jaringan mobile), service portability, low-cost service
(biaya yang murah sampai 100 Mbps).
5.
Sepenuhnya untuk jaringan packet-switched.
6.
Jaringan keamanan data yang kuat.
8. Teknologi 5G (Fifth Generation)
Saat ini, babak selanjutnya tengah dalam pengembangan dan diberi nama 5G karena
merupakan
generasi
kelima
dari
standar
yang
digunakan
untuk
menjelaskan
dan
mentransmisikan data melalui gelombang radio.
Generasi pertama, secara retroaktif disebut dengan 1G, sebuah sistem analog penuh untuk
mentransmisikan suara. Sangat berbeda dengan pendahulunya, telepon 2G mentransmisikan
suara dan data secara digital. Dalam generasi-generasi berikutnya, 3G pada tahun 2000 dan 4G
pada tahun 2010, terjadi perbaikan teknis yang meningkatkan kecepatan data dari 200 kilobit per
detik menjadi ratusan megabit per detik. Dengan semakin dekatnya tahun 2020, 5G diharapkan
akan mampu mentransmisi 1 gigabit data per detik, atau bahkan 10 gigabit.
Kemampuan untuk mengirim dan menerima data sebanyak itu dengan sangat cepat membuka
pintu peluang bagi sistem virtual reality dan augmented reality, begitu pun dengan otomatisasi.
Misalnya mobil kemudi otomatis akan mampu berkomunikasi dengan satu sama lain, dengan
rambu-rambu jalan, lampu lalu lintas, rel pemandu dan elemen lain yang dapat dilihat oleh
pengemudi manusia. Hal tersebut membutuhkan lompatan teknis lain yaitu mengurangi apa yang
disebut sebagai “latensi” atau penundaan antara kapan sebuah sinyal dikirimkan dan kapan sinyal
diterima menjadi 1 milidetik. (jika data jaringan adalah seberapa lebar sebuah selang taman maka
latensi adalah berapa waktu yang dibutuhkan dari saat keran dinyalakan hingga air keluar pada
ujung selangnya.) Untuk mencapai kecepatan data tinggi dengan latensi rendah dibutuhkan
perubahan teknis, termasuk pengiriman data yang menggunakan frekuensi radio yang lebih
tinggi dan desain antena untuk mengurangi gangguan dengan banyaknya perangkat yang
berkomunikasi dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut menjadikan jaringan 5G
membutuhkan lebih banyak stasiun pangkalan–yang juga harus lebih kecil secara fisik dari
menara seluler yang telah ada dan peletakannya dengan jarak yang lebih dekat. Stasiun
pangkalan 5G mungkin akan diletakkan setiap 250 meter, bukan satu hingga lima km seperti
yang dibutuhkan 4G.
Selain itu, sistem 5G juga menawarkan kemungkinan menyediakan koneksi yang terpercaya
ke sejumlah besar perangkat nirkabel secara bersamaan. Hal ini memungkinkan terjadinya
ekspansi besar jumlah penggunaan perangkat sehari-hari yang terkoneksi dengan internet seperti
pengawasan nutrisi dalam tanah bagi petani, lokasi paket atau barang kiriman bagi perusahaan
ekspedisi dan tanda-tanda vital untuk pasien rumah sakit.
Saat ini, jaringan 5G awal sedang diluncurkan di beberapa kota di Amerika. Olimpiade
Tokyo pada 2020 diharapkan menjadi pameran pertama teknologi 5G secara lengkap. Antara
sekarang dan nanti –atau bahkan kedepannya– perusahaan yang meluncurkan jaringan 5G akan
menerapkan sambil terus mengembangkan teknologi baru ini, sebagaimana yang mereka lakukan
pada generasi-generasi sebelumnya.
3. Standard Mobile Phone
Standarisasi adalah prosedur pengaturan yang dirancang untuk menciptakan keseragaman
dalam bidang tertentu, dan menetapkan tindakan yang diperlukan untuk melakukannya.
Standarisasi menciptakan mekanisme yang terorganisir antara badan-badan terkait melalui
prosedur, instruksi, nilai, pengukuran, dll.
Standar ponsel belum diberlakukan secara seragam di seluruh dunia. Beberapa ponsel
mampu menggunakan beberapa standar sementara yang lain hanya dapat menggunakan satu
standar. Akibatnya, beberapa ponsel dapat beroperasi di banyak negara sementara ponsel lain
hanya dapat digunakan secara lokal.
Generasi 0G mulai dikembangkan tahun 1974 dan biasanya digunakan oleh radio khusus
dengan jangkauan yang terbatas dan hanya disambungkan dengan jaringan telepon umum biasa
sehingga pengguna dapat melakukan pengiriman pesan suara. Pada 0G menggunakan standard
Advanced Mobile Phone Service (AMPS) 900 MHz yang merupakan system analog selular di
Amerika.
Generasi pertama (1G) ponsel mulai beroperasi pada 1980-an. Ponsel generasi pertama
terutama menggunakan standar analog, termasuk Advanced Mobile Phone System (AMPS)
dengan Band Frekuensi 800 MHz dan Nordic Mobile Telephone (NMT) yang pertama kali
diterapkan di ponsel German. Generasi Pertama menggunakan sistem analog, sehingga informasi
suara dikirim dengan memvariasikan sinyal radio yang digunakan oleh telepon dalam pola yang
sama dengan suara speaker yang dapat menyebabkan gangguan kebisingan, sehingga system
analog tidak lagi efektif.
Pada Generasi 2G, sinyal digital mulai digunakan. Sinyal digital dapat mengubah suara
menjadi sinyal digital yang menggunakan rantai 1s dan 0s. Sinyal digital dapat dikompresi
sehingga lebih efektif dari analog, gangguan dalam sinyal digital pun juga dapat diatasi dengan
mudah. Pada generasi ini, system digital dikombinasikan dengan AMPS. Standar sel 2G yakni
Global System for Mobile (GSM) yang memungkinkan pengguna bertukar pesan (SMS) ,
Integrated Digital Enhanced Network (iDEN) yang dikembangkan oleh Motorola, dan Code
Division Multiple Access (CDMAone). Generasi 2G menggunakan frekuensi 800, 900, 1800,
1900 MHz.
Setelah itu, dikembangkanlah standard 2.5G dan 2.75G. 2.5G telah menggunakan system
General Packet Radio System yang memungkinkan pengguna untuk melakukan SMS, MMS,
WAP, Internet. Sedangkan 2.75G menggunakan CDMA 2000 dan melakukan pengembangan
standard dengan digunakannya system Enhanced Data rates for GSM Evolution (EDGE) or
Enhanced GPRS (EGPRS).
Standar generasi ketiga (3G) memungkinkan ponsel melakukan komunikasi suara dan data
sederhana sehingga mobile phone dapat digunakan untuk mengirim dan menerima teks, foto, dan
video. 3G juga dapat digunakan untuk mengakses Internet dan menggunakan Global Positioning
System (GPS). Pada 3.5G HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access) mulai digunakan
sebelum beralih ke 4G.
Standar generasi keempat (4G) memungkinkan pengguna mobile phone untuk mengakses
kecepatan data yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengunduh file, seperti video
dan musik, lebih cepat dari 3G. 4G pun mengalami perubahan teknologi komunikasi seluler
generasi keempat dari Code Division Multiple Access 2000 (CDMA2000) ke Ultra Mobile
Broadband (UMB). UMB dapat mencapai kecepatan data cepat dengan downlink hingga 275
Mbps dan kecepatan uplink 75Mbps. Pada generasi 4G dikenal juga istilah LTE (Long Tem
Evolution) yang merupakan versi pertama dari 4G .
Standar Generasi Kelima (5G) yang saat ini dikembangkan dapat mencapai kecepatan
unduhan normal 1 Gbps, dengan titik puncak 10 Gbps. Mobile Phone 5G memiliki kecepatan
dalam satuan gigabit setelah dilakukan pengujian , tetapi hal itu tergantung operator dan kota.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.2019. “Telecomunication” dikutip dari https: //en.wikipedia.org/wiki/Telecommunica
tion pada 26 Agustus 2019.
Wikipedia.2019. “Telekomunikasi Seluler di Indonesia” dikutip dari https://id.wikipedia.
org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia 26 Agustus 2019.
Whatsag. 2019. “Who is involved in developing the 5g standard” dikutip dari
https://whatsag.com/5g/who-is-involved-in-developing-the-5g-standard.php 26 Agustus 2019.
Tnuda. 2019. “Policy and Legislation” dikutip dari https://www.tnuda.org.il/en/policy-andlegislation/mobile-phones-%E2%80%93-background/standards-mobile-phones
pada
26
dikutip
dari
Agustus 2019.
Ccexpert.
2019.
“Compare
the
different
mobile
phone
standards”
https://www.ccexpert.us/operating-systems/compare-the-different-mobile-phonestandards.html pada 26 Agustus 2019.
Tomsguide. 2019. “5g release date, review” dikutip dari https://www.tomsguide.com/amp/us/5grelease-date,review-5063.html pada 26 Agustus 2019.
Hinet.
2019.
“Perkembangan
jaringan
1g
sampai
5g”
dikutip
dari
https://www.hinet.co.id/sejarah-perkembangan-jaringan-1g-sampai-5g-ternyata-ada-0g/ pada
26 Agustus 2019.
Theconversation.
2019.
“Penjelasan
tentang
generasi
nikrabel”
dikutip
http://theconversation.com/apa-itu-5g-penjelasan-tentang-generasi-nirkabel-yang-akandatang-97792 pada 26 Agustus 2019.
dari
Mohfajarrahman.
2019.
“Makalah
TIK
2013”
dikutip
dari
https://mohfajarrahman.files.wordpress.com/2013/05/makalah-tik-2013.docx pada 26 Agustus
2019.
Download