Uploaded by User18770

SKRIPSI CDW MIGOS 100%

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pariwisata saat ini telah menjadi sebuah fenomena global, dimana
pariwisata merupakan sumber penghasilan utama bagi sebagian besar negara di
dunia. Di Indonesia sendiri, pariwisata merupakan salah satu sektor penting bagi
perekonomian, yaitu sebagai sumber pendapatan negara dalam bentuk devisa. Di
samping itu pariwisata juga berperan sebagai sarana dalam usaha mengurangi
pengangguran yang ada di Indonesia, yaitu dengan adanya pariwisata peluang
masyarakat untuk mendapatkan lahan pekerjaan semakin terbuka lebar. Di
Indonesia, salah satu destinasi wisata yang sangat populer di dunia adalah pulau
Bali, dimana di pulau Bali itu sendiri, pariwisata merupakan sektor utama di
dalam perekonomiannya. Pulau Bali yang terkenal dengan julukan Pulau seribu
pura ini pun telah melekat erat di benak wisatawan yang berkunjung ke Indonesia,
bahkan sebagian besar orang asing yang berkunjung ke Indonesia pasti
berkunjung ke sana. Karenanya, Bali merupakan Provinsi yang paling banyak
dikunjungi oleh wisatawan jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang
ada di Indonesia (http://www.kemenpar.go.id). Terlebih di dalam penghargaan
yang di berikan oleh situs pariwisata TripAdvisor, Bali mendapat penghargaan
sebagai destinasi nomor 1 di dunia (http://www.Tripadvisor.com). Oleh karena
itu, sangat diperlukan perhatian lebih terhadap sektor pariwisata karena sektor
inilah yang merupakan sektor utama dalam usaha membangun perekonomian
Bali, dan tentunya Indonesia.
1
Dewasa ini, perkembangan pariwisata yang begitu pesat juga sejalan
dengan berkembangnya penyedia jasa akomodasi sebagai penunjang pariwisata
bagi wisatawan yang berkunjung ke salah satu obyek wisata. Oleh karena itu,
persaingan dalam dunia pariwisata juga semakin ketat. Karenanya, diperlukan
perancangan strategi yang tepat dan juga pengembangan-pengembangan strategi
perusahaan utamanya perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Dengan
dikembangkannya strategi-strategi tersebut diharapkan perusahaan yang bergerak
di bidang pariwisata mampu memiliki keunggulan bersaing dan juga mampu
memberikan kualitas layanan yang baik kepada para wisatawan. Di samping itu
pula, kualitas layanan yang baik akan mencerminkan kinerja bisnis yang baik,
terutama bisnis yang bergelut di bidang pariwisata, khususnya penyedia
akomodasi seperti hotel, apartemen, villa, bungalow, dan juga pondok wisata.
Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1989
Tentang usaha pondok wisata, diuraikan pengertian pondok wisata adalah suatu
usaha perseorangan dengan menggunakan sebagian dari rumah tinggalnya untuk
penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pondok wisata
merupakan salah satu jenis penyedia akomodasi untuk para wisatawan yang
merupakan penginapan berjenis rumah, dimana rumah yang disewakan adalah
sebagian dari satu rumah yang dimiliki oleh seseorang yang pembayarannya
dihitung harian. Di dalam menjalankan usahanya ini, pemilik atau manajemen
dari pondok wisata haruslah memperhatikan kinerja bisnisnya guna mendapat
2
manfaat yang baik bagi usaha yang dijalankannya maupun bagi wisatawan yang
menggunakan jasanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou
(2011), Kinerja bisnis dapat dilihat dari kualitas pelayanan, produktivitas
pelayanan, dan profitabilitas dari suatu perusahaan. Jadi, aspek-aspek dari kinerja
bisnis suatu perusahaan meliputi aspek pemasaran, sumber daya manusia, hingga
aspek keuangan dari perusahaan itu sendiri. Pengukuran kinerja perusahaan
dilakukan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam kurun
waktu tertentu (Wisner dan Fawcett, 1991). Adinoto (2013) menyatakan bahwa
pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk mengetahui apa yang sudah
berhasil dicapai perusahaan pada suatu periode tertentu baik dalam bidang
keuangan, mengenai bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada
para pelanggannya, produktivitas perusahan dan untuk mengetahui posisi daya
saing perusahaan serta efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya
yang dimilikinya (Adinoto, 2013). Pribadiyanto dkk. (2004) berpendapat bahwa
ukuran
kinerja
perusahaan
dipengaruhi
oleh
efektifitas
perusahaan,
pertumbuhan/porsi, dan kemampulabaan. Kinerja merupakan suatu cerminan atau
acuan dari proses – proses aktifitas yang ada di perusahaan (Saputra, 2012).
Dalam industri pariwisata, agar mampu bersaing, pondok wisata harus
memiliki orientasi pada pasar. Kemampuan perusahaan untuk memahami
keinginan dan kebutuhan konsumen dan menyediakan produk atau jasa yang
diinginkan dan dibutuhkan konsumen dikenal dengan istilah orientasi pasar atau
market orientation (Narver dan Slater, 1990). Menurut Narver dan Slater (1990),
3
konsep dari orientasi pasar terdiri dari: Orientasi pelanggan; orientasi pesaing; dan
koordinasi antarfungsi. Kohli dan Jaworski (1990) mendefinisikan orientasi pasar
sebagai pengumpulan secara luas intelejen pasar yang berkaitan dengan
kebutuhan pelanggan sekarang atau masa mendatang, penyebarluasan intelejen
diantara departemen – departemen, respon dan organisasi terhadap intelejen
tersebut. Uncles (2000) berpendapat bahwa orientasi pasar adalah suatu proses
dan aktivitas penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara menilai kebutuhan
dan keinginan pelanggan secara terus-menerus. Di samping itu, Morris et al.
(2002) menyatakan bahwa orientasi pasar adalah kemampuan perusahaan untuk
mengetahui dan merespon konsumen.
Orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang efektif dan efisien
(Wahyono, 2002). Purwasari dan Suprapto (2014) menyatakan bahwa orientasi
pelanggan adalah pemahaman perusahaan terhadap target buyer sehingga dapat
menciptakan superior value kepada mereka secara terus menerus, orientasi pada
pesaing adalah pemahaman akan kekuatan dan kelemahan jangka pendek serta
kapabilitas dan strategi jangka panjang yang dimiliki oleh para pesaing yang ada
maupun pesaing potensial, dan koordinasi antar fungsi adalah merefleksikan
pendayagunaan secara terkoordinasi dari seluruh sumber daya yang ada dalam
perusahaan dalam rangka menciptakan superior costumer value bagi pembeli
sasaran. Oleh karena itu, ketiga elemen dari orientasi pasar ini haruslah dipahami
pemasar agar dapat melayani pelanggannya dengan baik, mampu menghadapi
pesaing, dan juga mampu memaksimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan
secara terkoordinasi. Di samping itu, orientasi pasar telah terbukti merupakan
4
sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Basuki dan Widyanti, 2014).
Mardiyono (2015) mengatakan orientasi pasar merupakan dasar bagi perusahaan
dalam menentukan strategi. Penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Sinkula
(1999) menyatakan bahwa orientasi pasar dapat meningkatkan kinerja dari suatu
produk. Orientasi pasar memungkinkan perusahaan untuk mengetahui keinginan
pasar dan juga memenuhi kebutuhan pasar (Kumalaningrum, 2012). Penelitian
yang dilakukan oleh Muh Amin dkk. (2013) mendapatkan hasil bahwa orientasi
pasar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Lebih lanjut, Setyawati dan Abriia
(2014) mengatakan bahwa orientasi pasar menentukan keberhasilan perusahaan.
Bakti dan Harun (2011) mengatakan perusahaan yang berorientasi kepada pasar
akan mengarah pada penguatan nilai pelanggan superior perusahaan.
Strategi pemasaran yang sedang menjadi fenomena adalah e-marketing.
El-Gohary (2010) menyatakan e-marketing dapat dipandang sebagai sebuah
filosofi baru, istilah e-marketing atau internet marketing adalah istilah yang
digunakan untuk mengungkapkan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
seseorang ataupun perusahaan dengan menggunakan perantara internet. Menurut
Kotler dan Armstrong (2004:74) e-marketing adalah sisi pemasaran dari ecommerce, yang merupakan kerja dari perusahaan untuk mengkomunikasikan
sesuatu, mempromosikan, dan menjual barang dan jasa melalui internet. Emarketing adalah salah satu komponen dalam e-commerce dengan kepentingan
khusus oleh marketer, yakni strategi proses pembuatan, pendistribusian, promosi,
dan penetapan harga barang dan jasa kepada pangsa pasar internet atau melalui
peralatan digital lain (Boone dan Kurtz, 2005). E-marketing diklasifikasikan
5
sebagai suatu proses komunikasi dengan pelanggan melalui internet (Mohammed
et al., (2003). E-marketing dikatakan dapat memudahkan perusahaan dan juga
pelanggan yaitu menawarkan kemudahan bagi perusahaan maupun calon pembeli
barang ataupun pengguna jasa di dalam hal kepraktisan, dimana perusahaan
maupun calon pelanggan tidak harus keluar perusahaan atau rumah untuk
memberi maupun mencari informasi karena dengan e-marketing hampir seluruh
informasi dapat disampaikan maupun diterima melalui internet, lebih jauh lagi
teknologi smartphone yang telah ada saat ini dan sudah hampir dimiliki oleh
semua orang di seluruh dunia juga mendukung keberadaan e-marketing tersebut
(Sheth & Sharma, 2005). Di samping itu, e-marketing juga dapat menghemat
biaya bagi pemasar dengan banyaknya tersedia website maupun aplikasi online
gratis yang dapat digunakan pemasar untuk memasarkan produknya. E-marketing
dapat dikatakan sebagai kegiatan inovatif karena merupakan cara baru untuk
berinteraksi dengan pelanggan (Lovelock, 1995) dan menyediakan sistem
pemberian layanan baru (Dabholkar, 1994) dan proses yang mengurangi biaya
(Johne and Storey, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2012)
mendapat hasil bahwa secara khusus, e-marketing berinteraksi secara signifikan
dengan orientasi pelanggan, orientasi pesaing, koordinasi antar fungsi, dan
kompetensi pemasaran. Dengan kegiatan e-marketing yang dihasilkan dari
orientasi
pasar
yang
dilakukan
perusahaan,
diharapkan
akan
mampu
meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Terlebih fenomena yang terjadi saat
ini, sebagian besar pelaku bisnis pariwisata seperti pondok wisata telah
menggunakan e-marketing dalam memasarkan bisnisnya karena kecenderungan
6
wisatawan saat ini pula menggunakan internet sebagai bahan pencari informasi
mengenai hal-hal yang dibutuhkannya saat berwisata ke suatu tempat, khususnya
akomodasi.
Penelitian ini memilih lokasi di wilayah Ubud, khususnya mengenai
kinerja dari pondok wisata yang ada di wilayah tersebut. Ubud sendiri merupakan
destinasi wisata populer di Bali yang terkenal dengan nilai budayanya. Dalam
penghargaan TripAdvisor tahun 2016 Ubud mendapat peringkat 10 dari 25
destinasi terbaik di dunia (http://diparda.gianyarkab.go.id). Keunikan budaya dan
keramahan masyarakat yang dimiliki oleh Ubud menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang berkunjung sehingga mayoritas dari wisatawan tersebut sangatlah
nyaman dan menikmati perjalanan wisatanya saat berada di Ubud. Ditambah
dengan keindahan alamnya seperti sawah dan sungai yang mempercantik
keindahan dari Ubud itu sendiri. Data Polsek Ubud Tahun 2016 menyatakan
bahwa terhitung sebanyak 2.552.880 wisatawan asing yang masuk ke wilayah
Ubud pada tahun tersebut. Dengan banyaknya jumlah wisatawan tersebut, para
penyedia jasa akomodasi akan diuntungkan dengan adanya peluang karena
sebagian besar wisatawan tersebut pasti akan membutuhkan tempat menginap.
Peluang ini yang dapat dimanfaatkan oleh penyedia jasa akomodasi seperti
pondok wisata dalam usaha meningkatkan kinerjanya. Usaha akomodasi yang ada
di Ubud sangatlah bervariasi, mulai dari Pondok Wisata, Hotel Melati, hingga
hotel berbintang (Wahyuni, 2016). Penjelasan mengenai hotel berbintang, hotel
melati, dan pondok wisata menurut Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar
yaitu sebagai berikut.
7
Dalam hotel berbintang, kriteria penggolongannya berdasarkan pada
persyaratan dasar dan penilaian teknis operasional. Persyaratan dasarnya yaitu
perijinan (persetujuan prinsip, ijin usaha). Persyaratan teknisnya yaitu unsur fisik,
unsur pengelolaan, unsur pelayanan. Selanjutnya, penetapan penilaian golongan
hotel bintang dilakukan dengan menggabungkan nilai persyaratan dasar dan
persyaratan teknis. Penilaian tersebut dilaksanakan oleh PHRI (Perhimpunan
Hotel dan Restoran Indonesia).
Penggolongan hotel melati diatur dari jumlah kamar, dimana Melati I:
jumlah kamar minimal 5 buah, Melati II: jumlah kamar minimal 10 buah, dan
Melati III: jumlah kamar minimal 15 buah. Kriteria penggolongannya meliputi
persyaratan dasar yaitu ijin prinsip dan ijin usaha. Selanjutnya persyaratan
teknisnya yaitu fisik, lokasi dan lingkungan, taman, tempat parkir, bangunan,
kamar tamu, lobby, telepon umum, toilet umum, ruangan yang disewakan, front
office, kantor pengelolaan hotel, ruang operasional, gedung dan fasilitas
karyawan. Dalam operasional atau manajemennya terdapat organisasi, tenaga
kerja, front office, house keeping, ruang karyawan, keamanan, kebersihan,
kesehatan, pelayanan dan minuman.
Pondok Wisata digolongkan berdasarkan fasilitas
yang tersedia,
diklasifikasikan menjadi: Tanda Pengenal Pondok Wisata Biru dengan fasilitas
minimal tempat tidur, kamar mandi, telepon dan pelayanan makan, Tanda
Pengenal Pondok Wisata Kuning dengan fasilitas minimal tempat tidur, kamar
mandi dan telepon, Tanda Pengenal Pondok Wisata Merah dengan fasilitas
minimal tempat tidur dan kamar mandi.
8
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah akomodasi di Ubud dapat dilihat pada
tabel 1.1.
Tabel 1.1
Jumlah Akomodasi di Ubud Tahun 2012-2016
Tahun
Jenis Akomodasi
2012
2013
2014
2015
2016
Hotel Berbintang
12
12
12
12
12
Hotel Melati
152
139
139
158
158
Pondok Wisata
445
466
476
476
500
Sumber: Data Jumlah Perusahaan Perkantoran , Pabrik, Jasa Perhotelan dan Restoran,
Polsek Ubud 2016.
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jenis akomodasi yang memiliki jumlah
paling banyak adalah pondok wisata dengan jumlah yang berfluktuasi dari tahun
2012 yaitu sebanyak 445 hingga pada tahun 2016 yaitu sebanyak 500 pondok
wisata. Hal ini menyimpulkan bahwa banyaknya terdapat masyarakat lokal yang
memiliki usaha dalam bentuk pondok wisata di wilayah Ubud. Di samping itu,
mengacu pada data di tabel, dapat disimpulkan bahwa terjadi persaingan yang
semakin ketat yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pondok wisata yang
terjadi dari tahun 2012 hingga 2016. Hal ini yang menyebabkan penulis untuk
melakukan penelitian pada pondok wisata karena mayoritas usaha penginapan
yang ada di Ubud adalah berupa pondok wisata dan juga dalam kurun waktu 5
tahun terakhir terjadi persaingan yang semakin ketat antara sesama pondok wisata
maupun dengan penyedia jenis akomodasi lainnya. Di samping itu, keunikan dari
pondok wisata itu sendiri adalah wisatawan dapat secara langsung melihat
bagaimana aktivitas masyarakat lokal di Ubud dari awal mulainya hari hingga
berakhirnya hari. Disanalah nilai lebih yang dapat ditawarkan oleh pondok wisata
9
apabila dibandingkan dengan jenis penginapan-penginapan lainnya, dimana
sebagian besar wisatawan yang datang ke Ubud memang ingin menikmati dan
mempelajari tentang budaya masyarakat lokal yang ada di Ubud. Sehingga tidak
jarang dijumpai pondok wisata yang ramai akan wisatawan bahkan mampu
menyaingi hotel-hotel yang ada di Ubud. Dengan tetap berorientasi kepada pasar,
diyakini akan tercapainya kinerja yang baik bagi pondok wisata yang ada di Ubud
sehingga pengembangan usaha yang berkelanjutan akan dapat dicapai pula.
Terlebih dengan digunakannya strategi e-marketing oleh pondok wisata yang
membuatnya lebih mampu memperkenalkan diri kehadapan wisatawan melalui
situs maupun aplikasi online yang telah tersedia saat ini.
Penelitian mengenai hubungan antara orientasi pasar, e-marketing dan
kinerja bisnis telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Purwasari dan
Suprapto (2014), Kumalaningrum (2012), dan Muh Amin dkk. (2013)
menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja bisnis. Penelitian dari Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) dan juga
pelelitian Mohammad (2012) menyatakan terdapat hubungan yang positif dan
signifikan yang dihasilkan oleh orientasi pasar terhadap e-marketing. Tsiotsou dan
Vlachopoulou (2011), Mohammad (2012), dan juga Brodie et al. (2007)
menyatakan e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
bisnis. Selain itu, Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) menyatakan orientasi pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis secara langsung
maupun tidak langsung, dengan e-marketing sebagai variabel mediasi. Di samping
itu, penelitian yang dilakukan oleh Gray dan Hooley (2002), Agarwal et al.
10
(2003), Manzano et al. (2005), dan juga Matear et al. (2002) mendapat hasil
bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh yang tidak langsung terhadap kinerja
bisnis melalui aktivitas inovatif seperti e-marketing. Oleh karena itu, tulisan ini
berupaya untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan orientasi pasar,
strategi e-marketing, dan kinerja bisnis, terlebih kinerja dari pondok wisata yang
ada di Wilayah Ubud, dimana bisnis pondok wisata ini merupakan pokok
pencaharian bagi mayoritas masyarakat lokal yang ada di Ubud.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah untuk
penelitian ini adalah:
1) Bagaimanakah pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata
di Ubud?
2) Bagaimanakah pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing pondok wisata
di Ubud?
3) Bagaimanakah pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis pondok wisata di
Ubud?
4) Bagaimanakah peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar
terhadap kinerja bisnis pondok wisata di ubud?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
11
1) Untuk menjelaskan pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok
wisata di Ubud.
2) Untuk menjelaskan pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing pondok
wisata di Ubud.
3) Untuk menjelaskan pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis pondok
wisata di Ubud.
4) Untuk menjelaskan peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi
pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di Ubud.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan untuk
memperkuat teori yang ada yang berhubungan dengan Orientasi Pasar, Emarketing, dan Kinerja Bisnis.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak manajemen pondok wisata di Ubud dalam merumuskan kebijakan
terutama di dalam Orientasi Pasar dan E-marketing sehingga dapat
meningkatkan kinerja bisnisnya.
12
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini disampaikan bab yang akan dijabarkan
pada masing-masing bab sebagai berikut.
Bab I
Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab ini memuat teori atau konsep yang digunakan sebagai acuan
dan landasan teoritis dalam memecahkan masalah penelitian, serta
rumusan hipotesis.
Bab III
Metode Penelitian
Bab ini memuat lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional variabel, populasi, sampel, dan metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data, jenis dan sumber
data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data.
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat gambaran umum wilayah penelitian, deskripsi data
hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan implikasi hasil
penelitian.
Bab V
Simpulan dan Saran
Bab ini memuat tentang simpulan serta saran dari permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Kinerja Bisnis
Wisner dan Fawcett (1991) menyatakan bahwa pengukuran kinerja
perusahaan dilakukan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam
kurun waktu tertentu. Kriteria kinerja yang digunakan harus mampu digunakan
sebagai pedoman bagi perusahaan dalam mengambil keputusan operasional
sehingga tujuan strategi menjadi fleksibel, mudah untuk diterapkan, tepat waktu,
serta dapat dimengerti oleh semua tingkatan manajemen. Tujuan dari pengukuran
kinerja perusahaan harus bisa membantu perusahaan untuk mengembangkan atau
meningkatkan dan mempertahankan keunggulan bersaing berdasarkan nilai-nilai
tambah produk perusahaan dan meningkatkan kepuasan pelanggan, sehingga
dapat digunakan sebagai suatu sistem pengukuran yang memberikan informasi
penting bagi organisasi/perusahaan untuk mengetahui posisi daya saingnya, serta
untuk mengidentifikasi masalah yang timbul dan sebagai dasar untuk
mengembangkan strategi (Wisner & Fawcett, 1991).
Kinerja perusahaan juga dapat diukur dengan menelaah produktifitasnya,
yang terlihat via jumlah produk yang dihasilkan, dan agar dapat mencapai
keunggulan bersaing, produk yang dihasilkan haruslah diupayakan secara efisien
dan efektif dengan standarisasi mutu yang memadai, kualitas menjadi sangat
penting bagi pelanggan, selain harga. Tujuan mengukur kinerja perusahaan adalah
14
untuk mengetahui apa yang sudah berhasil dicapai perusahaan pada suatu periode
tertentu, pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya untuk mengetahui
pencapaian perusahaan dalam bidang keuangan saja, tetapi juga mengenai
bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggannya,
produktivitas perusahan dan untuk mengetahui posisi daya saing perusahaan serta
efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya
(Adinoto, 2013).
Ukuran kinerja perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu efektifitas
perusahaan
(firm
effectiveness),
pertumbuhan/porsi
(growth/share),
dan
Kemampulabaan (profitability) (Pribadiyanto dkk., 2004). Kinerja dapat
dikatakan sebagai cerminan atau acuan dari proses – proses aktifitas yang ada di
perusahaan. Kinerja didalam perusahaan sangat penting untuk mengukur sejauh
mana perkembangan perusahaan dalam menerapkan visi, misi, serta tujuan
perusahaan itu sendiri (Saputra, 2012).
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan
dalam suatu periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan.
Pengukuran aktivitas kinerja perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana
kinerja dari aktivitas perusahaan dan hasil akhir yang dicapai. Jadi, suatu
perusahaan perlu melakukan pengukuran kinerja bisnisnya agar dapat membenahi,
hingga meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
15
2.1.2
Orientasi Pasar
Narver dan Slater (1990) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya
organisasi yang paling efektif dalam menciptakan perilaku penting untuk
penciptaan nilai unggul bagi pembeli serta kinerja dalam bisnis. Uncles (2000)
memberikan pengertian bahwa orientasi pasar sebagai suatu proses dan aktivitas
penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara menilai kebutuhan dan
keinginan pelanggan secara terus-menerus. Wahyono (2002) menyatakan bahwa
orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang efektif dan efisien untuk
menciptakan perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan nilai superior bagi
pembeli dan kinerja superior bagi perusahaan. Dampak orientasi pasar ini dapat
meningkatkan daya tahan perusahaan terhadap pesaing sekaligus meningkatkan
kepuasan pelanggan. Di samping itu pula, orientasi pasar telah terbukti menjadi
sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan di tengah persaingan yang
semakin ketat (Basuki dan Widyanti, 2014).
Kohli dan Jaworski (1990) berpendapat bahwa orientasi pasar merupakan
budaya perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja pemasaran. Narver & Slater
(1990) menyatakan orientasi pasar terdiri dari tiga komponen, yaitu orientasi
pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi. Orientasi pelanggan dan
orientasi pesaing berfungsi dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan
pesaing pada pasar yang dituju, sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan
pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri dari usaha bisnis yang
terkoordinasi. Orientasi pelanggan juga sebagai pemahaman yang memadai
tentang target beli pelanggan dengan tujuan agar dapat diciptakannya nilai unggul
16
sehingga akan tercipta pula pembelian secara terus-menerus. Pemahaman ini
meliputi pemahaman terhadap seluruh rantai nilai pembeli, baik pada saat ini
maupun pada masa yang akan datang. Dengan adanya informasi tersebut maka
perusahaan penjual akan memahami siapa saja pelanggan potensialnya, baik pada
saat ini maupun pada masa yang akan datang dan juga perusahaan penjual akan
memahami apa yang mereka inginkan untuk saat ini dan pada saat yang akan
datang. Jadi berdasarkan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa penerapan
orientasi pasar memerlukan kemampuan perusahaan dalam mencari berbagai
informasi pasar sehingga dapat menjadi dasar bagi perusahaan dalam melakukan
langkah atau strategi bisnis selanjutnya (Mardiyono, 2015).
Koordinasi interfungsional berdasar pada informasi pelanggan dan pesaing
serta terdiri dari upaya penyelarasan bisnis, secara tipikal melibatkan lebih dari
departemen pemasaran, untuk menciptakan nilai unggul bagi pelanggan.
Koordinasi interfungsional dapat meningkatkan komunikasi dan pertukaran antar
semua fungsional organisasi yang memperhatikan pelanggan dan pesaing, serta
menginformasikan trend pasar terkini. Hal ini membantu perkembangan baik
kepercayaan maupun kemandirian diantara unit fungsional yang terpisah, yang
pada akhirnya menimbulkan lingkungan perusahaan yang cenderung akan
memiliki kemauan lebih untuk menerima suatu produk yang benar-benar baru
yang berdasarkan pada kebutuhan pelanggan (Mardiyono, 2015). Baker & Sinkula
(1999),
mengembangkan
bahwa
peranan
orientasi
pasar
dan
orientasi
pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang akan meningkatkan suatu
17
kekuatan dan kinerja dari produk yang inovatif seperti mengumpulkan informasi
pasar, penyebaran informasi pasar, dan inovasi kinerja pemasaran.
Orientasi pasar, secara signifikan merupakan faktor penting untuk
memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi
produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar
(Kumalaningrum, 2012). Lebih lanjut, Kumalaningrum (2012) mengemukakan
bahwa perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki keterampilan untuk
menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama
menawarkan generasi baru produk dan jasa pada pasar. Orientasi pasar seringkali
digunakan untuk memperbaiki kinerja bisnis suatu organisasi, seperti merespon
dan memenuhi hal-hal apa saja yang diinginkan konsumen, dan bagaimana cara
memuaskan konsumen. Semenjak orientasi pasar dipandang sebagai budaya
organisasi
atau sebuah proses, maka dapat dikatakan bahwa orientasi pasar
difasilitasi oleh faktor-faktor internal dalam perusahaan (Muh Amin dkk., 2013).
Proses di dalam organisasi merupakan sebuah tantangan untuk orientasi pasar dan
dijelaskan sebagai tingkatan dimana organisasi dapat meningkat melalui orientasi
pasar yang dihubungkan dengan struktur, sistem, dan proses yang tercipta untuk
melanjutkannya (Muh Amin dkk., 2013). Perusahaan yang telah menjadikan
orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar pada kebutuhan dasar
eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar dalam penyusunan
strategi bisnis bagi masing-masing unit bisnis di dalam organisasi, dan
menentukan keberhasilan perusahaan itu sendiri (Setyawati dan Abrilia, 2014).
Budaya perusahaan yang menekankan pada pentingnya perusahaan untuk
18
memperhatikan pasar atau berorientasi pasar akan mengarah pada penguatan nilai
pelanggan superior perusahaan tersebut (Bakti dan Harun, 2011).
Jadi, orientasi pasar merupakan serangkaian kegiatan perusahaan dalam
memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggannya, selain itu juga berisi
mengenai bagaimana perusahaan dapat memahami, bertahan, serta mengatasi
ancaman yang dihadapi dengan adanya pesaing. Orientasi pasar juga merupakan
hal yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan segala
fungsional yang ada di dalam perusahaan itu sendiri.
2.1.3
E-marketing
E-marketing atau Internet Marketing (pemasaran elektronik) adalah proses
memasarkan produk dan layanan kepada pelanggan dengan menggunakan media
internet. Hal ini mencakup promosi, iklan, transaksi maupun pembayaran dapat
dilakukan melalui halaman web. Pengguna internet marketing dapat dengan
mudah mengakses informasi dimana saja dengan komputer atau smartphone yang
terhubung ke internet. Menurut El-Gohary (2010), Pemasaran Elektronik (EMarketing) dapat dipandang sebagai sebuah filosofi baru dan praktek bisnis
moderen yang terlibat dengan pemasaran barang, jasa, informasi dan ide melalui
internet dan media jaringan elektronik lainnya. Menurut Mohammed, et al.
(2003), internet marketing merupakan sebuah proses untuk membangun dan
memelihara hubungan dengan pelanggan melalui kegiatan secara online sebagai
sarana pertukaran pendapat, produk, dan jasa sehinga dapat mencapai tujuan
bersama.
19
E-marketing adalah sisi pemasaran dari e-commerce, yang merupakan
kerja dari perusahaan dalam usaha untuk mengkomunikasikan sesuatu,
mempromosikan, dan menjual barang dan jasa melalui internet (Kotler &
Armstrong, 2004:74). E-marketing merupakan salah satu komponen dalam ecommerce dengan kepentingan khusus oleh marketer, yakni strategi proses
pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penetapan harga barang dan jasa
kepada pangsa pasar internet ataupun melalui peralatan digital lain (Boone dan
Kurtz, 2005). E-marketing menggunakan internet sebagai platform yang
memungkinkan perusahaan dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi
dengan mengetahui dan mengerti akan kebutuhan pelanggan, mengurangi biaya
transaksi, hingga memungkinkan pelanggan untuk berpindah kapan dan dimana
saja tanpa menghawatirkan tempat dan waktu (Sheth & Sharma, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa e-marketing adalah strategi pemasaran suatu
perusahaan yang memanfaatkan kelebihan teknologi dimana perusahaan itu
memasarkan produknya kepada pelanggan melalui internet sehingga perusahaan
dapat menghemat biaya promosi dan juga perusahaan dapat memasarkan
produknya
lebih
cepat
kepada
para
pelanggannya
karena
e-marketing
memungkinkan perusahaan mempromosikan produknya dengan tidak berpindah
tempat, yang dapat dilakukan dimana saja dan juga kapan saja. Selain itu, emarketing juga memudahkan pelanggan dalam mencari informasi mengenai
produk yang akan dibelinya.
20
2.1.4
Pondok Wisata
Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1989
Tentang usaha pondok wisata, dikatakan bahwa pondok wisata adalah suatu usaha
perseorangan dengan menggunakan sebagian dari rumah tinggalnya untuk
penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian.
Esensi dari pondok wisata yaitu merupakan wadah yang berupa unit hunian
sebagai pendukung bagi kawasan/kompleks sekitar wisata yang berbentuk pondok
penginapan (Herlambang, 2010).
Menurut Downing A. Jockson dalam bukunya The Architecture of Country House
menyatakan Pondok Wisata adalah tempat tinggal dalam ukuran kecil untuk
ditempati oleh keluarga dan juga orang yang berwisata.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pondok wisata merupakan salah satu jenis
penyedia akomodasi untuk para wisatawan yang merupakan penginapan berjenis
rumah, dimana rumah yang disewakan adalah sebagian dari satu rumah yang
dimiliki oleh seseorang yang pembayarannya dihitung harian.
Menurut Herlambang (2010), Pondok Wisata dapat dibedakan menjadi :
a) Lokasi
Sesuai dengan tempatnya, pondok wisata biasa dibangun di pinggir laut,
pegunungan dan pedesaan dengan menampilkan kondisi lingkungan alam
yang ada.
Lokasi fasilitas wisata pada Pondok Wisata dapat dibedakan atas:
21
1) Fasilitas yang berada di lokasi alam, memanfaatkan unsur alam sebagai
pendukung keberadaannya. Fungsi utamanya yaitu rekreasi atau
bermalam/menginap.
2) Fasilitas yang berada di dalam kota, fungsi utamanya adalah untuk
mempermudah wisatawan dalam mencapai semua obyek wisata yang ada
dan tempat untuk bermalam.
b) Berdasarkan Masa Penggunaannya
Pondok wisata dapat ditempati kapan saja dan dengan waktu yang tidak
terbatas sesuai keinginan. Selain dapat disewakan, pondok wisata dapat
dimiliki oleh perusahaan, dan juga dapat dibeli sebagai sebuah investasi. Jadi
dalam penggunaannya, pondok wisata dapat digunakan sepanjang tahun.
c) Berdasarkan Kegiatan Utamanya
Fasilitas pondok wisata pada tempat wisata dapat menjadi berbeda-beda
karena disesuaikan dengan potensi lingkungan setempat, misalnya pondok
wisata di daerah pegunungan akan menyediakan fasilitas yang menunjang
kegiatan wisata pegunungan. Sedangkan pondok wisata di daerah situs budaya
akan menyediakan faslitas yang menunjang kegiatan yang sesuai wisata
budaya.
22
2.2
Kerangka Konseptual
Berikut tersaji pada gambar 2.1 kerangka konseptual dalam penelitian ini.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
E-marketing
(M)
H4
Orientasi Pasar
(X)
H1
Kinerja Bisnis
(Y)
Sumber:Tsiotsou & Vlachopoulou (2011)
2.3
Hipotesis Penelitian
2.3.1
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis.
Keberhasilan yang diraih perusahaan tidak terlepas dari kemampuannya
untuk memahami kebutuhan konsumen, persaingan di dalam industri dan juga
koordinasi antarfungsi dalam perusahaan itu sendiri (Purwasari dan Suprapto,
2014). Kumalaningrum (2012) menyatakan bahwa profit margin perusahaan yang
lebih tinggi merupakan hasil sinergi dari pemilihan pasar target, pengembangan
produk, strategi harga, distribusi dan promosi, sehingga menimbulkan
kemungkinan penyampaian produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan target
pasar. Di samping itu, untuk menghadapi persaingan dan juga bertahan hidup,
ternyata perusahaan lebih fokus memberikan perhatian kepada konsumennya,
23
memonitor trend persaingan, dengan segera merespon keadaan pasar dengan
memperhatikan keadaan finansial, teknik, dan konsentrasi lainnya (Muh Amin
dkk., 2013). Hasil penelitian Purwasari dan Suprapto (2014) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari ketiga elemen orientasi pasar
terhadap
kinerja
perusahaan.
Hal
ini
juga
sejalan
dengan
penelitian
Kumalaningrum (2012) dan juga penelitian Muh Amin dkk. (2013) yang juga
menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan dari orientasi
pasar terhadap kinerja perusahaan. Artinya, semakin tinggi tingkat orientasi pasar
maka semakin tinggi pula tingkat kinerja bisnis.
Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut.
H1 :
Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Bisnis.
2.3.2
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap E-marketing.
E-marketing merupakan kegiatan inovatif karena mengembangkan cara
baru untuk berinteraksi dengan pelanggan (Lovelock, 1995) dan menyediakan
sistem pemberian layanan baru (Dabholkar, 1994) dan proses yang mengurangi
biaya (Johne and Storey, 1998). Secara khusus, e-marketing berinteraksi secara
signifikan dengan orientasi pelanggan, orientasi pesaing, koordinasi antar fungsi,
dan kompetensi pemasaran (Mohammad, 2012).
Penelitian di bidang pariwisata telah menunjukkan bahwa desain situs web dan
fitur pemasaran internet merupakan prediktor signifikan terhadap pengiriman
pesan, citra merek perusahaan, dan kualitas produk dan layanan.
24
Dengan demikian, temuan tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan ingin
menerapkan teknologi baru, mereka perlu terlebih dahulu menerapkan konsep
pemasaran dan mengembangkan budaya di dalam organisasinya yang akan
berfokus pada pelanggan, memperhatikan pesaing, dan mencapai koordinasi antar
sumber daya (Tsiotsou dan Vlachopoulou, 2011). Hubungan antara orientasi pasar
dengan e-marketing didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou
dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara orientasi pasar dengan E-marketing. Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2012) yang juga
menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap e-marketing. Artinya, semakin tinggi tingkat orientasi pasar maka
semakin tinggi pula tingkat e-marketing yang dapat dilakukan oleh perusahaan.
Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut.
H2 :
Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Emarketing.
2.3.3
Pengaruh E-marketing terhadap Kinerja Bisnis.
Penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011)
menyatakan bahwa mengembangkan kemampuan marketing, e-marketing dan
mengadopsi strategi e-marketing merupakan jalur manajerial yang dapat
dilakukan UKM pariwisata untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka dan
bertahan. Untuk mengamankan keberadaan mereka, UKM di bidang pariwisata
harus terus meningkatkan sistem bisnis on-line sehingga biaya distribusi tetap
rendah dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan mereka.
25
E-marketing yang efektif dapat memungkinkan perusahaan memperoleh
kecerdasan kompetitif dan kemampuan organisasi yang memudahkan keputusan
pemasaran yang efektif untuk posisi yang tepat di industri ini (Mohammad, 2012).
Brodie et al. (2007) menemukan bahwa penerapan e-marketing berhubungan
positif dengan kinerja pemasaran dan khususnya pada akuisisi dan retensi
pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011)
menyatakan bahwa e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja bisnis. Mohammad (2012) juga berpendapat bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara e-marketing dengan kinerja bisnis.
Artinya, semakin tinggi tingkat e-marketing maka semakin tinggi pula tingkat
kinerja bisnis.
Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut.
H3 :
E-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja
Bisnis.
2.3.4
Peran E-marketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar
terhadap Kinerja Bisnis
Penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011)
hasilnya menunjukkan bahwa orientasi pasar merupakan fondasi yang
meningkatkan efek sumber daya pemasaran lainnya di dalam perusahaan seperti
e-marketing. Artinya, sumber daya pemasaran tidak hanya bertindak terpisah tapi
saling melengkapi untuk mencapai kinerja bisnis.
Hasil dari penelitian Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) menyatakan bahwa
Orientasi
pasar
memiliki
efek
langsung
26
terhadap
kinerja
dan
juga
memengaruhinya melalui e-marketing, dengan e-marketing memediasi hubungan.
Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian yang meyatakan adanya pengaruh
secara tidak langsung antara orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan melalui
aktivitas inovatif seperti e-marketing (Gray dan Hooley, 2002; Agarwal et al.,
2003; Manzano et al., 2005; Matear et al., 2002).
Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut.
H4 :
E-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian asosiatif, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2014:55). Penelitian ini menguji hipotesis yang menjelaskan pengaruh
orientasi pasar terhadap kinerja bisnis, pengaruh orientasi pasar terhadap emarketing, pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis, serta peran e-marketing
dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada industri penyedia akomodasi pariwisata,
yaitu dalam bentuk pondok wisata yang ada di daerah Ubud. Lokasi ini dipilih
karena:
1) Ubud merupakan salah satu destinasi pariwisata terpopuler yang ada di
Bali yang terkenal hingga ke mancanegara.
2) Mengingat maraknya pengusaha pondok wisata yang merupakan
masyarakat lokal Ubud itu sendiri, sehingga perlu dilakukan penilaian
kinerja untuk mampu bersaing dengan penyedia akomodasi pariwisata
lainnya.
3.3
Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh orientasi pasar (X) terhadap
kinerja bisnis (Y), pengaruh orientasi pasar (X) terhadap e-marketing (M),
28
pengaruh e-marketing (M) terhadap kinerja bisnis (Y), serta peran e-marketing
(M) dalam memediasi pengaruh orientasi pasar (X) terhadap kinerja bisnis (Y),
khususnya pada pondok wisata di Ubud.
3.4
Identifikasi Variabel
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja bisnis (Y)
2) Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu orientasi pasar (X)
3) Variabel mediasi dalam penelitian ini yaitu e-marketing (M)
3.5
Definisi Operasional Variabel
3.5.1
Kinerja Bisnis Pondok Wisata (Variabel Terikat)
Kinerja bisnis (Y) merupakan sesuatu yang dihasilkan perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh perusahaan
itu sendiri. Dalam kata lain kinerja merupakan suatu ukuran yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana suatu organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis
telah menjalankan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuannya. Pengukuran
kinerja dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja dari aktivitas pondok wisata
dan hasil akhir yang dicapai. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
kinerja bisnis menurut penelitian yang dilakukan oleh Adinoto (2013) dan
Tsiotsou & Vlachopoulou (2011) yaitu:
1) Service Productivity
-
Produktivitas usaha berjalan dengan baik dalam 3 tahun terakhir.
2) Service Quality
29
-
Kualitas pelayanan berjalan dengan baik dalam 3 tahun terakhir.
3) Net Profit
-
3.5.2
Profitabilitas usaha meningkat dalam 3 tahun terakhir.
Orientasi Pasar (Variabel Bebas)
Orientasi pasar (X) merupakan suatu budaya organisasi yang memiliki
orientasi pada pasar yang nantinya akan menjadi sebuah dasar bagi pembentukan
strategi perusahaan. Tiga dimensi orientasi pasar yaitu orientasi pelanggan,
orientasi pesaing dan koordinasi antarfungsional. Mengacu pada penelitian
Tsiotsou & Vlachopoulou (2011) dan model MKTOR dari Narver & Slatter
(1990), indikator dari orientasi pasar adalah sebagai berikut.
1) Tujuan bisnis didorong oleh kepuasan pelanggan.
2) Melakukan pengukuran kepuasan pelanggan secara sistematis dan berkala.
3) Memiliki
respon
terhadap
kegiatan
kompetitif
yang
megancam
perusahaan.
4) Tim manajemen puncak melakukan diskusi mengenai kekuatan dan
strategi pesaing secara reguler.
5) Semua fungsi di dalam perusahaan terintegrasi dalam memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan target pasar.
6) Manajer paham bagaimana seluruh elemen dalam perusahaan dapat
berkontribusi dalam menciptakan nilai pelanggan.
30
3.5.3
E-marketing (Variabel Mediasi)
E-marketing merupakan suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan dalam memasarkan produknya kepada konsumen melalui media
elektronik seperti internet dan lainnya. E-marketing mencakup proses komunikasi,
promosi, hingga transaksi. Tsiotsou & Vlachopoulou (2011), Brodie et al. (2007),
dan Mohammad et al. (2013) menyatakan indikator e-marketing sebagai berikut.
1) Transaction activities
-
Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan transaksi.
2) Promotional activities
-
Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan promosi.
3) Database activities
-
Perusahaan menyimpan informasi mengenai aktivitas usaha yang
dijalankan di dalam komputer atau peralatan elektronik lainnya.
4) Interaction Activities
-
Perusahaan menggunakan media internet dalam berinteraksi dengan
pelanggan.
5) Using Internet in Marketing Activities Related to Distribution Channels
-
Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan pemasaran yang
terkait dengan saluran distribusi.
6) Using Internet in Activities Related to Research and Management
Communications
-
Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan riset dan
komunikasi manajemen.
31
Tabel 3.1
Indikator Variabel
NO
1
Variabel
Kinerja Bisnis
Pondok Wisata
(Y)
2
Orientasi Pasar
(X)
3
3.6
Indikator
a) Service Productivity
b) Service Quality
c) Net Profit
a) Tujuan bisnis didorong oleh
kepuasan pelanggan.
b) Melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan secara sistematis dan
berkala.
c) Memiliki respon terhadap kegiatan
kompetitif yang megancam
perusahaan.
d) Tim manajemen puncak melakukan
diskusi mengenai kekuatan dan
strategi pesaing secara reguler.
e) Semua fungsi di dalam perusahaan
terintegrasi dalam memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan target
pasar.
f) Manajer paham bagaimana seluruh
elemen dalam perusahaan dapat
berkontribusi dalam menciptakan
nilai pelanggan.
E-marketing (M) a) Transaction activities
b) Promotional activities
c) Database activities
d) Interaction Activities
e) Using Internet in Marketing Activities
Related to Distribution Channels
f) Using Internet in Activities Related to
Research and Management
Communications
Sumber
Tsiotsou &
Vlachopoulou
(2011),
Adinoto (2013)
Tsiotsou &
Vlachopoulou
(2011), Narver
& Slatter
(1990)
Tsiotsou &
Vlachopoulou
(2011), Brodie
et al. (2007),
Mohammad et
al. (2013)
Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh usaha pondok
wisata di wilayah Ubud yang terdaftar dalam data Polsek Ubud pada tahun 2016.
Menurut data yang dimiliki Polsek Ubud pada tahun 2016 mengenai jumlah
perusahaan perkantoran, pabrik, jasa perhotelan dan restoran, tercatat terdapat
sejumlah 500 usaha pondok wisata yang terdaftar di wilayah Ubud.
32
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode probability
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/kesempatan
yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
probability sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling (Sampel
acak sederhana), yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap
seluruh anggota populasi tanpa menghiraukan strata yang ada di dalam populasi.
Sampel dalam penelitian ini yaitu pengusaha atau manajer dari pondok wisata
yang dipilih secara acak.
Untuk memperoleh data yang valid, maka jumlah sampel responden yang
diambil paling sedikit 5-10 kali jumlah indikator (Sugiyono, 2013:130). Di
samping itu populasi subjek penelitian sangat homogen, dimana seluruh
respondennya merupakan penyedia akomodasi yang sama-sama berjenis pondok
wisata. Jadi, perhitungan jumlah sampel responden yang akan diuji adalah sebagai
berikut :
Jumlah Responden
= Jumlah indikator x 5
= 15 indikator x 5
= 75 responden
Sehingga jumlah minimum ukuran sampel yang direkomendasikan pada studi ini
adalah sejumlah 75 pondok wisata.
3.7
Metode Pengumpulan Data
Dalam usaha memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat mendukung
penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode kuesioner. Metode
kuesioner ini dilakukan dengan mengajukan daftar pernyataan tertulis kepada
33
responden yang dapat merupakan pemilik atau manajer dari pondok wisata.
Kuesioner ini menggunakan sistem tertutup, yaitu bentuk pernyataan yang disertai
alternatif jawaban dan responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban
yang telah disediakan tersebut. Data yang dikumpulkan meliputi :
1) Identitas responden dan pondok wisata.
2) Data mengenai tanggapan responden terhadap variabel orientasi pasar, emarketing, dan kinerja bisnis.
Variabel – variabel dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan
skala likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur
skala variabel penelitian seperti sikap, pendapatan, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial ( Sugiyono, 2009 : 132 ). Skala likert
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert 1 – 5 dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)
2) Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)
3) Skor 3 untuk jawaban Cukup Setuju (CS)
4) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)
5) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
3.8
Jenis dan Sumber Data
3.8.1
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
34
1) Data kuantitatif, merupakan jenis data yang dinyatakan dalam bentuk
angka dan memiliki satuan hitung. Data kuantitatif yang dikumpulkan
dalam penelitian ini yaitu jumlah usaha pondok wisata di Daerah Ubud
tahun 2012 hingga 2016 dan tabulasi hasil kuesioner.
2) Data kualitatif, merupakan data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
angka. Data kualitatif yang dikumpulkan yaitu data mengenai gambaran
umum mengenai usaha pondok wisata di daerah Ubud.
3.8.2
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer, dalam penelitian ini dikumpulkan melalui hasil jawaban dari
kuesioner yang disebarkan pada responden.
2) Data sekunder, yaitu jumlah usaha pondok wisata di daerah Ubud yang
diperoleh dari Polsek Ubud.
3.9
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner sebagai alat
pengumpul data. Untuk dapat mengetahui layak atau tidaknya data yang
digunakan maka perlu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas di dalam
melakukan penelitian ini.
3.9.1
Uji Validitas Instrumen
Sebuah instrumen yang valid dapat menghasilkan hasil penelitian yang
diharapkan menjadi layak. Penelitian ini menggunakan validitas konstrak
35
(constract validity), yaitu pengujian instrumen yang diuji cobakan pada sampel
dari populasi yang diambil. Jumlah sampel yang digunakan sekitar 30 orang,
setelah data ditabulasikan maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan
analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam
suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Nilai korelasi
antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan r kritis. Jika
korelasi item > r kritis (0,30) maka instrumen dapat dikatakan valid (Sugiyono,
2013:177).
3.9.2
Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali
dan tetap ada kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini
menggunakan pengujian reliabilitas test-retest yang menguji instrumen dengan
mengujicobakannya beberapa kali pada responden, dalam hal ini instrumen dan
respondennya sama namun waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dengan
menggunakan metode Cronbach’s Alpha, apabila ukuran variabel > 0,60 maka
instrumen dapat dikatakan reliabel. (Sugiyono, 2013:172).
3.10
Teknik Analisis Data
3.10.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data
mengenai karakteristik variabel penelitian, yaitu nilai rata-rata, standar deviasi,
varian, nilai minimum dan nilai maksimum (Sugiyono, 2013:207).
36
3.10.2 Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial merupakan metode yang berkaitan dengan
cara-cara menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi yang didasarkan
pada data yang diambil dari sebagian anggota populasi atau disebut juga sebagai
sampel (Dayuh, 2013:2). Statistik inferensial dapat membantu peneliti untuk
mencari tahu apakah hasil yang diperoleh dari suatu sampel dapat digeneralisasi
pada populasi atau tidak. Statistik inferensial yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan Partial Least Square (PLS), yaitu sebuah teknik pemodelan
struktural yang sangat sesuai untuk model penelitian kompleks yang melibatkan
banyak konstruk dan indikator (Hair et al., 2011).
Alasan digunakannya teknik analisis PLS yaitu sebagai berikut:
1) Model kerangka konseptual pada penelitian ini terlihat terdapat hubungan
kausal berjenjang yaitu orientasi pasar memiliki pengaruh terhadap emarketing dan selanjutnya memiliki pengaruh terhadap kinerja bisnis.
2) Seluruh variabel yang dianalisis memiliki indikator model yang bersifat
reflektif.
3) PLS merupakan teknik analisis multivariat yang memungkinkan untuk
dilakukannya analisis serangkaian dari beberapa variabel laten secara
simultan sehingga dapat memberikan efisiensi secara statistik.
4) PLS lebih mudah dioperasikan karena tidak didasarkan oleh banyak
asumsi seperti data harus berdistribusi multivariat normal dan sampel tidak
harus berjumlah besar (Ghozali, 2011:4).
37
Sesuai dengan yang digambarkan pada kerangka konspetual penelitian, hubungan
antar variabel pada penelitian ini dapat dispesifikasikan hubungannya dengan
teknik-teknik yang terdapat pada metode PLS yaitu:
1) Outer Model
Outer model atau measurement model merupakan hubungan antar
indikator dengan variabel latennya. Di dalam penelitian ini, terdapat tiga
variabel pengukuran dalam model yang seluruhnya merupakan konstruk
yang merefleksikan: orientasi pasar, e-marketing, dan kinerja bisnis.
Evaluasi outer model dilakukan dengan beberapa cara (Chin, 1998) yaitu:
a) Convergent Validity (CV) pada indikator reflektif yaitu dengan melihat
korelasi atau loading antara variabel terukur dengan variabel latennya.
Uji convergent validity dilakukan untuk memastikan indikator
penelitian agar layak digunakan dalam pengumpulan data. Untuk
melihat apakah suatu model valid atau tidak untuk menjadi kerangka
penelitian, maka terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi (Hair et al.,
2016), yaitu: semua indicator loading harus di atas 0.65, composite
realibility (CR) harus di atas 0.8, dan average variance extracted
(AVE) dari setiap konstruk harus melebihi 0.5.
b) Discriminant Validity (DV) pada indikator reflektif yaitu dengan
melihat crossloading terhadap konstruk atau latennya, DV yang ideal
adalah yang mana indikatornya memiliki crossloading lebih pada
konstruknya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Metode lain
untuk melihat discriminant validity (DV) adalah dengan melihat nilai
38
akar square root of average variance extracted (√AVE) setiap konstruk
dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.
Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk dengan korelasi antar
konstruk dengan konstruk lainnya dalam model lebih besar dari 0,5
maka konstruk yang bersangkutan dikatakan memiliki discriminant
validity (DV) yang baik.
2) Inner Model
Inner model dapat dikatakan sebagai inner relation yang menggambarkan
hubungan antarvariabel laten berdasarkan teori. Evaluasi terhadap inner
model
dilakukan
dengan
cara
melihat besarnya
koefisien jalur
strukturalnya dan juga nilai uji t statistiknya. Selain itu juga perlu
diperhatikan nilai R2 untuk variabel laten dependen. Nilai R2 sekitar 0,6
dapat dikatakan baik, 0,3 dikatakan moderat, sedangkan 0,1 bisa dikatakan
lemah (Hair et al., 2011). Perubahan R2 dapat digunakan untuk menilai
pengaruh variabel laten tertentu terhadap variabel laten independen,
apakah memiliki pengaruh yang substansial atau tidak.
3.10.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan nilai t-value. Untuk
mengkonfirmasi signifikansi hubungan antar konstruk yang sesuai dengan model
penelitian dan mendukung hipotesis yang dibangun adalah dengan melihat t-value
(t statistics) lebih besar dari 1.96 apabila tingkat alpha sebesar 0.05 (Hair et al.,
2011).
39
1) Analisis pada pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis.
a) Perumusan hipotesis
H0 :
Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja bisnis.
H1 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
bisnis.
b) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
c) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
d) Statistik Uji
e) Kesimpulan
2) Analisis pada pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing.
a) Perumusan hipotesis
H0 :
Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing.
H2 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing.
b) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
c) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
40
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
d) Statistik Uji
e) Kesimpulan
3) Analisis pada pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis.
a) Perumusan hipotesis
H0 :
E-marketing tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja bisnis.
H3 : E-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
bisnis.
b) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
c) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
d) Statistik Uji
e) Kesimpulan
4) Analisis pada peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar
terhadap kinerja bisnis.
a) Perumusan hipotesis
H0 :
E-marketing tidak memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap
kinerja bisnis.
H4 : E-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis.
41
b) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
c) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
d) Statistik Uji
e) Kesimpulan
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Pondok Wisata di Wilayah Ubud
Kepariwisataan pada kabupaten Gianyar bermula pada tahun 1920-an saat
Walter Spies, seorang pelukis asing kelahiran Jerman yang menetap di Ubud, di
tepi sungai wos tepatnya di Campuhan Ubud. Nama Walter Spies cukup
melegenda di Bali. Kemasyuran nama Walter Spies tertulis di dalam buku Bali
Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata karya penulis Perancis yang bernama
Michael Picard. Dalam buku tersebut sempat diulas mengenai kiprah Walter Spies
sebagai salah satu Pioneer pariwisata Bali selama menetap di Ubud. Spies tiba di
Bali dalam era penjajahan Belanda di tahun 1927 dan menetap belasan tahun di
Bali. Selama periode tersebut Spies menjadi orang yang banyak mengetahui
tentang Bali. Dia bahkan menjadi pemandu bagi para seniman, penulis tokoh
lainnya yang berkunjung ke Bali (http://diparda.gianyarkab.go.id).
Setelah Masa Pasca Kemerdekaan, dibangun Museum Puri Lukisan
pertama di Ubud yang diprakarsai oleh Tokoh Puri Ubud Cokorda Gede Agung
Sukawati bersama Yayasan Pita Maha dengan nama Museum Puri Lukisan Ratna
Warta yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Perdana Menteri Indonesia
kala itu Mr. Ali Sastroamidjojo pada tahun 1954 dan diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mohammad Yamin pada tahun 1956.
Tokoh Puri Ubud kala itu, Cokorda Gede Agung Sukawati menerapkan
strategi untuk menghubungkan para seniman dan peneliti asing dengan seniman
lokal dan masyarakat umum untuk menciptakan sebuah ajang kreatif yang
43
merangsang pertukaran ilmu dan pembelajaran lintas budaya. Beliau membuka
gerbang dan areal puri yang agung dan sakral untuk tamu mancanegara, memberi
perlindungan dan penginapan untuk para tamu, dan mengajarkan kepada
masyarakat bagaimana untuk bersikap santun dan tidak malu-malu dalam
memberi pelayanan kepada tamu. Disamping itu, beliau juga mengembangkan
tempat tinggal Walter Spies yang tak lain merupakan tempat miliknya menjadi
penginapan. Seiring berjalannya waktu makin banyak wistawan asing yang
berkunjung ke Gianyar khususnya Ubud, sehingga makin bertambah pula sarana
dan prasarana penginapan yang dibangun oleh masyarakat setempat yang berjenis
pondok wisata dan hingga saat ini, tercatat terdapat sejumlah 500 usaha pondok
wisata yang tersebar di seluruh wilayah Ubud.
4.2
Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 75 orang. Seluruh
responden yaitu pondok wisata dalam penelitian ini menggunakan e-marketing.
Responden dalam penelitian ini dibedakan dalam hal jabatan dan usia dari pondok
wisata. Karakteristik responden disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
No
Kriteria
1
2
Jabatan
Klasifikasi
Jumlah (orang)
Pemilik
Manajer
66
9
75
32
10
17
16
75
Total
1
2
3
4
Usia Pondok
Wisata (tahun)
1-5
>5-10
>10-15
>15
Total
Sumber: Data Primer, 2017.
44
Persentase
(%)
88
12
100
42,7
13,3
22,7
21,3
100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam kriteria jabatan, responden
terbanyak dengan persentase 88 persen yaitu pemilik dan sejumlah 12 persen
merupakan manajer. Hal ini dikarenakan usaha pondok wisata merupakan usaha
kecil menengah yang umumnya dalam melakukan kegiatan operasional tidak
membutuhkan peran seorang manajer karena pemilik dari pondok wisata itu
sendiri sudah cukup untuk berperan sebagai manajer yang mengontrol seluruh
kegiatan operasional di dalam pondok wisatanya. Namun dengan adanya hasil 12
persen responden yang merupakan manajer, hal ini membuktikan bahwa masih
dibutuhkannya peran manajer oleh sejumlah kecil pemilik dari usaha pondok
wisata yang kurang mampu mengelola pondok wisatanya dan menyerahkan
wewenang kepada manajer untuk mengontrol seluruh kegiatan operasional di
dalam pondok wisatanya.
Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam kategori usia pondok
wisata, jumlah terbanyak adalah rentang usia antara 1 sampai 5 tahun yaitu
sebanyak 42,7 persen pondok wisata. Selanjutnya diikuti oleh rentang usia
pondok wisata di atas 10 sampai 15 tahun yang memiliki persentase sebanyak
22,7 persen. Urutan ketiga adalah rentang usia pondok wisata di atas 15 tahun
yang persentasenya berjumlah 21,3 persen. Pada urutan terakhir yaitu usia pondok
wisata yang memiliki rentang usia di atas 5 hingga 10 tahun yang memperoleh
persentase sebanyak 13,3 persen. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat sangat
banyak pondok wisata yang masih dapat dikatakan baru karena jumlah terbanyak
pondok wisata memiliki usia antara 1 hingga 5 tahun. Oleh karena itu, dapat
45
disimpulkan bahwa dewasa ini persaingan dalam industri akomodasi, khususnya
persaingan antar pengusaha pondok wisata semakin ketat.
4.3
Hasil Pengujian Instrumen Penelitian
4.3.1
Uji Validitas
Instrumen penelitian dapat dikatakan valid apabila nilai Spearman
Correlation suatu indikator yang terdapat dalam setiap variabel memiliki nilai
yang lebih dari 0,30 (r > 0,30). Berikut tabel hasil uji validitas.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas
Item
Pernyataan
X1.1
X1.2
X1.3
1
Orientasi Pasar (X)
X1.4
X1.5
X1.6
M1.1
M1.2
M1.3
2
E-marketing (M)
M1.4
M1.5
M1.6
Y1.1
3
Kinerja Bisnis (Y)
Y1.2
Y1.3
Sumber: Data primer diolah 2017.
No
Variabel
Korelasi
Item Total
0,801
0,863
0,762
0,722
0,768
0,835
0,887
0,828
0,777
0,753
0,726
0,870
0,870
0,941
0,847
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Hasil uji validitas pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh variabel
dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien korelasi dengan skor total lebih besar
dari 0,30. Hal ini menyimpulkan bahwa seluruh pernyataan dalam instrumen
penelitian tersebut valid.
46
4.3.2
Uji Reliabilitas
Instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika instrumen tersebut
memiliki nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,60. Hasil dari uji reliabilitas dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas
No
Variabel
1
Orientasi Pasar (X)
2
E-marketing (M)
3
Kinerja Bisnis (Y)
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Cronbach’s Alpha
0,879
0,892
0,864
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Hasil uji reliabilitas pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh variabel
memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach lebih dari 0,60. Hal ini berarti bahwa
seluruh variabel dalam penelitian ini reliabel.
47
4.4
Deskripsi Variabel Penelitian
Sugiyono (2009) mengatakan bahwa untuk melakukan pendeskripsian
dalam penilaian responden pada masing-masing instrumen penelitian, perlu
adanya penggolongan jawaban responden ke dalam skala pengukuran yang telah
ditetapkan pada lima kategori, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi. Skala pengukuran ditetapkan melalui formula interval range
sebagai berikut.
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
5−1
= 0,8
5
Berdasarkan hasil perhitungan formulasi interval range maka dapat disajikan
kriteria pengukuran sebagai berikut:
1,00 – 1,79 = Sangat Rendah
1,80 – 2,59 = Rendah
2,60 – 3,39 = Sedang
3,40 – 4,19 = Tinggi
4,20 – 5,00 = Sangat Tinggi
48
4.4.1
Orientasi Pasar
Variabel orientasi pasar dibentuk oleh 6 indikator dengan jawaban
responden yang tersaji pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Deskripsi Jawaban Responden terhadap Orientasi Pasar
No
Pernyataan
1
Tujuan bisnis perusahaan
didorong oleh kepuasan
pelanggan.
Perusahaan melakukan
pengukuran kepuasan
pelanggan secara sistematis
dan berkala.
Perusahaan memiliki respon
terhadap kegiatan kompetitif
yang megancam perusahaan.
Tim manajemen puncak
melakukan diskusi mengenai
kekuatan dan strategi pesaing
secara reguler.
Semua fungsi di dalam
perusahaan terintegrasi dalam
memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan target
pasar.
Manajer paham bagaimana
seluruh elemen dalam
perusahaan dapat
berkontribusi dalam
menciptakan nilai pelanggan.
2
3
4
5
6
Jawaban
CS
S
SS
Ratarata
Keter
angan
28
41
4,47
Sangat
tinggi
15
19
41
4,35
Sangat
tinggi
0
14
24
37
4,31
Sangat
tinggi
0
0
15
34
26
4,15
Tinggi
0
0
16
32
27
4,15
Tinggi
0
0
10
28
37
4,36
Sangat
tinggi
4,30
Sangat
Tinggi
STS
TS
0
0
6
0
0
0
Rata-rata variabel orientasi pasar
Sumber: Data primer, 2017.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 6 (enam) pernyataan mengenai orientasi
pasar memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,30 yang masuk ke dalam kriteria
sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan orientasi pasar dari pondok
wisata yang ada di wilayah Ubud sangat tinggi.
49
4.4.2
E-marketing
Variabel E-marketing pada penelitian ini diukur oleh 6 indikator dengan
hasil tanggapan responden seperti tersaji pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Deskripsi Jawaban Responden terhadap E-marketing
No
Pernyataan
1
Perusahaan menggunakan
media internet dalam
kegiatan transaksi.
Perusahaan menggunakan
media internet dalam
kegiatan promosi.
Perusahaan menyimpan
informasi mengenai aktivitas
usaha di dalam komputer atau
peralatan elektronik lainnya.
Perusahaan menggunakan
media internet dalam
berinteraksi dengan
pelanggan.
Perusahaan menggunakan
internet dalam kegiatan
pemasaran yang terkait
dengan saluran distribusi.
Perusahaan menggunakan
internet dalam kegiatan riset
dan komunikasi manajemen.
2
3
4
5
6
Jawaban
CS
S
SS
Ratarata
Keter
angan
31
38
4.43
Sangat
tinggi
5
34
36
4.41
Sangat
tinggi
0
12
29
34
4.29
Sangat
tinggi
0
0
13
32
30
4.23
Sangat
tinggi
0
0
11
34
30
4.25
Sangat
tinggi
0
0
11
28
36
4.33
Sangat
tinggi
4,32
Sangat
tinggi
STS
TS
0
0
6
0
0
0
Rata-rata variabel e-marketing
Sumber: Data primer, 2017.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 6 (enam) pernyataan mengenai e-marketing
memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,32 yang masuk ke dalam kriteria sangat
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan e-marketing yang dilakukan oleh
pondok wisata yang ada di wilayah Ubud sangat tinggi.
50
4.4.3
Kinerja Bisnis
Variabel kinerja bisnis pada penelitian ini diukur oleh 3 indikator dengan
hasil tanggapan responden seperti tersaji pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Deskripsi Jawaban Responden terhadap Kinerja Bisnis
No
Pernyataan
STS
TS
Jawaban
CS
S
Produktivitas usaha berjalan
0
0
15
baik dalam 3 tahun terakhir.
2 Kualitas pelayanan berjalan
0
0
19
baik dalam 3 tahun terakhir.
3 Profitabilitas usaha meningkat
0
0
21
dalam 3 tahun terakhir.
Rata-rata variabel orientasi pasar
Sumber: Data primer, 2017.
1
SS
Rata
-rata
Keter
angan
Sangat
Baik
29
31
4.21
23
33
4.19
Baik
23
31
4.13
Baik
4,18
Baik
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 3 (tiga) pernyataan mengenai kinerja bisnis
memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,18 yang masuk ke dalam kriteria baik. Hal
ini menunjukkan bahwa kinerja bisnis pondok wisata yang ada di wilayah Ubud
berjalan dengan baik.
4.5
Evaluasi Outer Model
4.5.1
Convergent Validity
Untuk melihat apakah suatu model valid atau tidak untuk menjadi
kerangka penelitian, maka terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi (Hair et al.,
2016), yaitu: semua indicator loading harus di atas 0.65, composite realibility
(CR) harus di atas 0.8, dan average variance extracted (AVE) dari setiap konstruk
harus melebihi 0.5. Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengukuran model convergent
validity.
51
Tabel 4.7
Hasil Pengukuran Model
Konstruk
Indikator
Outer Loading
X1.1
0,847
X1.2
0,862
X1.3
0,818
Orientasi
Pasar
X1.4
0,732
X1.5
0,825
X1.6
0,832
M1.1
0,840
M1.2
0,797
M1.3
0,779
Emarketing
M1.4
0,772
M1.5
0,752
M1.6
0,819
Y1.1
0,889
Kinerja
Y1.2
0,916
Bisnis
Y1.3
0,912
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Composite
Reliability (CR)
Average Variance
Extracted (AVE)
0,925
0,673
0,911
0,630
0,932
0,820
Tabel 4.7 menyatakan bahwa seluruh loading indikator bernilai di atas
0,65 dengan rentang diantara 0,732 hingga 0,916 yang artinya berada pada batas
rekomendasi, selanjutnya nilai composite reliability (CR) berada pada rentang
antara 0,911 hingga 0,932 yang seluruhnya berada di atas 0,8. Artinya semua
konstruk memiliki konsistensi yang baik sebagai model penelitan, hal yang
terakhir adalah nilai average variance extracted (AVE), dimana semuanya
bernilai lebih dari 0,5 yaitu dengan rentang dari 0,630 hingga 0,820. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa model penelitian pada studi ini memiliki validitas
yang baik.
4.5.2
Discriminant Validity
Dalam mengevaluasi discriminant validity, suatu model penelitian
disarankan untuk memastikan agar akar average variance extracted (√AVE)
52
sebuah variabel laten lebih besar daripada nilai korelasi antar variabel laten yang
lain (Fornell & Larcker, 1981).
Tabel 4.8
Correlation of Constructs
Orientasi Pasar
E-marketing
Kinerja Bisnis
Variabel
Orientasi Pasar
0,820
E-marketing
0,641
0,794
Kinerja Bisnis
0,663
0,719
0,906
Catatan:
a) Elemen diagonal yang dicetak tebal pada tabel 4.8 adalah nilai akar AVE (√AVE)
b) Discriminant validity dianggap baik jika elemen diagonal lebih besar dibandingkan
elemen bukan diagonal.
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa discriminant validity dari model penelitian
ini dapat dianggap baik karena nilai √AVE dari konstruk lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai korelasi antar variabel lain yang membentuk konstruk tersebut.
4.6
Evaluasi Inner Model
Model struktural dari suatu penelitian atau inner model berfokus pada
hubungan yang dihipotesiskan atau jalur antar variabel laten (Hair et al., 2014).
Suatu model struktural dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan tentang
signifikansi hubungan antar konstruk serta memberikan penjelasan terhadap
kekuatan prediksi dari model yang diajukan untuk diteliti. Pada penelitian ini
dilakukan bootstrap yang akan menghasilkan dua pengukuran model struktural
yaitu nilai t (t-test) dan R2 yang akan diinterpretasikan seperti analisis regresi
berganda (multiple regression) pada umumnya. Kekuatan prediksi dari suatu
model penelitian dapat dilihat dengan memperhatikan nilai R2 yang dihasilkan
oleh proses bootsrap yang disajikan pada tabel 4.9.
53
Tabel 4.9
Nilai R2
Konstruk
R2
E-marketing
0,410
Kinerja Bisnis
0,586
Catatan: hanya variabel dependen yang memiliki nilai R2
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai R2 dari variabel dependen pada
penelitian ini memiliki rentangan dari 0,410 hingga 0,586. Nilai R2 tertinggi
terdapat pada variabel kinerja bisnis yaitu sebesar 0,586 yang dapat diartikan
bahwa sebanyak 58,6 persen variabel kinerja bisnis dapat dijelaskan oleh variabel
yang terdapat pada model yaitu variabel orientasi pasar dan e-marketing,
sedangkan nilai terendah terdapat pada variabel e-marketing dengan nilai 0,410
yang memiliki arti bahwa sebesar 41 persen variabel e-marketing dapat dijelaskan
oleh variabel yang mempengaruhinya yakni orientasi pasar.
Dari eksaminasi nilai R2 dapat disimpulkan secara umum bahwa
kemampuan prediksi model penelitian ini dapat diakatakan moderat karena
memiliki nilai 0,410 dan 0,586 yang berkisar di angka 0.3 (Hair et al., 2011).
4.7
Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, hal yang terpenting untuk mengkonfirmasi
signifikansi hubungan antar konstruk yang sesuai dengan model penelitian dan
mendukung hipotesis yang dibangun adalah dengan melihat t-value (t statistics)
harus lebih besar dari 1,96 apabila tingkat alpha sebesar 0,05 (Hair et al., 2011).
PLS menggunakan metode bootstrap untuk menguji korelasi antar variabel sesuai
hipotesis dan menggunakan kriteria yang telah dijelaskan di atas untuk
54
mengevaluasi hasil dari proses pengolahan data.
Tabel 4.10 menyajikan hasil uji yang menampilkan detail nilai koefisien,
t-value, dan statusnya terhadap hipotesis.
Tabel 4.10
Hasil Path Coefficients Metode PLS
Hipotesis
Hubungan
H1
Orientasi Pasar → Kinerja Bisnis
H2
Orientasi Pasar → E-marketing
H3
E-marketing → Kinerja Bisnis
Sumber: Data primer diolah, 2017.
4.7.1
Koefisien
Jalur
0,343
0,641
0,499
t-value
Status
2,227
7,019
3,162
Diterima
Diterima
Diterima
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis
1) Perumusan hipotesis
H0 :
Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja bisnis.
H1 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
bisnis.
2) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
3) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
4) Statistik Uji
Nilai t-value diperoleh dari hasil Path Coefficients dengan alat bantu program
SmartPLS 3.0. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 2,227
dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,343.
55
5) Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 2,227 (t >
1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,343), maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan
dari orientasi pasar terhadap kinerja bisnis, dimana semakin tinggi orientasi
pasar maka akan semakin tinggi kinerja bisnis. Oleh karena itu H1 diterima.
4.7.2
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap E-marketing
1) Perumusan hipotesis
H0 :
Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing.
H2 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing.
2) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
3) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
4) Statistik Uji
Nilai t-value diperoleh dari hasil Path Coefficients dengan alat bantu program
SmartPLS 3.0. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 7,019
dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,641.
5) Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 7,019 (t >
56
1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,641), maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan
dari orientasi pasar terhadap e-marketing, dimana semakin tinggi orientasi
pasar maka akan semakin tinggi e-marketing. Oleh karena itu H2 diterima.
4.7.3
Pengaruh E-marketing terhadap Kinerja Bisnis
1) Perumusan hipotesis
H0 :
E-marketing tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
bisnis.
H3 : E-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
bisnis.
2) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
3) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
4) Statistik Uji
Nilai t-value diperoleh dari hasil Path Coefficients dengan alat bantu program
SmartPLS 3.0. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 3,162
dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,499.
5) Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 3,162 (t >
1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,499), maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan
57
dari e-marketing terhadap kinerja bisnis, dimana semakin tinggi e-marketing
maka akan semakin tinggi kinerja bisnis. Oleh karena itu H3 diterima.
4.7.4
Peran E-marketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar
terhadap Kinerja Bisnis
Pada tabel 4.11 disajikan hasil uji mediasi yang menampilkan nilai
koefisien, t-value, serta statusnya terhadap hipotesis mediasi.
Tabel 4.11
Hasil Indirect Effects Metode PLS
Hipotesis
Hubungan
H4
Orientasi Ps → E-marketing → K. Bisnis
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Koefisien
Jalur
0,320
tStatus
value
2,978 Diterima
1) Perumusan hipotesis
H0 :
E-marketing tidak memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap
kinerja bisnis.
H4 : E-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis.
2) Taraf nyata
Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5%
3) Daerah kritis
H0 diterima jika
: nilai t-value ≤ 1,96
H0 ditolak jika
: nilai t-value > 1,96
58
4) Statistik Uji
Nilai t-value diperoleh dari hasil Indirect Effects dengan alat bantu program
SmartPLS 3.0. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 2,978
dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,320.
5) Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 2,978 (t >
1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,320), maka H0 ditolak. Hal ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan
dari variabel orientasi pasar terhadap kinerja bisnis dengan e-marketing
berperan sebagai variabel mediasi. Oleh karena itu H4 dapat diterima, dimana
variabel e-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis.
4.8
Pembahasan
4.8.1
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis pada pengaruh orientasi pasar
terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud menunjukkan bahwa
orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis.
Ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,343 dan signifikan
pada alpha 5 persen (t-value 2,227 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi orientasi pasar maka semakin tinggi pula kinerja bisnis dari
pondok wisata yang ada di wilayah Ubud. Berdasarkan hal tersebut maka
hipotesis orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis
pondok wisata di wilayah Ubud dapat diterima.
59
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Purwasari dan Suprapto (2014) yang menyatakan
bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan yang dihasilkan oleh orientasi pasar
terhadap kinerja cafe di Yogyakarta. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Kumalaningrum (2012) menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh terhadap
profitabilitas dan juga kinerja dari Usaha mikro, kecil, dan menengah. Muh Amin
dkk. (2013) pula menyatakan hal yang sejalan yaitu terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis dimana orientasi pasar dapat
meningkatkan kinerja bisnis pada UMKM di Surakarta.
4.8.2
Pengaruh Orientasi Pasar terhadap E-marketing
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis pengaruh orientasi pasar terhadap
e-marketing pada pondok wisata di wilayah Ubud menunjukkan bahwa orientasi
pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing. Ditunjukkan
dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,641 dan signifikan pada alpha 5
persen (t-value 7,019 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
orientasi pasar maka semakin tinggi pula e-marketing dari pondok wisata yang
ada di wilayah Ubud. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis orientasi pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing pondok wisata di wilayah
Ubud dapat diterima.
Hasil uji hipotesis pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh langsung yang positif dan signifikan yang dihasilkan oleh
orientasi pasar terhadap e-marketing pada penyedia jasa travel dan pariwisata di
60
Yunani. Selain itu pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing juga didukung
oleh hasil penelitian Mohammad (2012) yang menyatakan bahwa orientasi pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing pada perusahaan di Iran.
4.8.3
Pengaruh E-marketing terhadap Kinerja Bisnis
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis pengaruh e-marketing terhadap
kinerja bisnis pada pondok wisata di wilayah Ubud menunjukkan bahwa emarketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Ditunjukkan
dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,499 dan signifikan pada alpha 5
persen (t-value 3,162 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
e-marketing maka semakin tinggi pula kinerja bisnis pondok wisata yang ada di
wilayah Ubud. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis e-marketing berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud
dapat diterima.
Hasil uji hipotesis pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mohammad (2012) yang menyatakan bahwa e-marketing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis perusahaan di Iran.
Selain itu pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing juga didukung oleh hasil
penelitian Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan yang dihasilkan oleh e-marketing terhadap kinerja
bisnis pada penyedia jasa travel dan pariwisata di Yunani. Selanjutnya hubungan
mengenai e-marketing dan kinerja bisnis didukung oleh hasil penelitian Brodie et
al. (2007) yang menyatakan bahwa e-marketing mempengaruhi kinerja bisnis
secara positif dan signifikan.
61
4.8.4
Peran E-marketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar
terhadap Kinerja Bisnis
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis peran e-marketing dalam
memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pada pondok wisata di
wilayah Ubud yang menggunakan SmartPLS 3.0 menunjukkan bahwa pengaruh
tidak langsung dari orientasi pasar terhadap kinerja bisnis ditunjukkan dengan
nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,320 dan signifikan pada alpha 5 persen
(t-value 2,978 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
tidak langsung yang dihasilkan dari orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok
wisata di wilayah Ubud dengan e-marketing sebagai variabel mediasi. Maka
hipotesis e-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis
pondok wisata di wilayah Ubud dapat diterima.
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang
menyatakan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh tidak langsung yang positif
dan signifikan terhadap kinerja bisnis dengan e-marketing sebagai pemediasi.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Gray dan Hooley (2002), Agarwal et al.
(2003), Manzano et al. (2005), dan Matear et al. (2002) mendapatkan hasil yang
sejalan, yaitu orientasi pasar memiliki pengarung yang tidak langsung terhadap
kinerja bisnis melalui aktivitas inovatif seperti e-marketing.
62
4.9
Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat beberapa
implikasi yang dihasilkan. Pertama, di dalam variabel orientasi pasar didapat hasil
bahwa indikator “Tujuan bisnis perusahaan didorong oleh kepuasan pelanggan”
menjadi indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan indikator
lainnya, hal ini berarti bahwa responden mengetahui bahwa kinerja bisnis yang
baik dari pondok wisata dapat dihasilkan dari kepuasan dari pelanggannya atau
dalam kata lain kepuasan pelanggan dapat merefleksikan kinerja bisnis suatu
pondok wisata. Dalam hal ini para pemilik maupun manajer pondok wisata di
wilayah Ubud sebagian besar mengutamakan kepuasan pelanggannya. Oleh
karena itu orientasi kepada pelanggan yang baik khususnya mengenai kepuasan
pelanggan akan mampu menghasilkan kinerja bisnis yang baik terhadap
perusahaan khususnya pondok wisata yang ada di wilayah Ubud.
Implikasi kedua yaitu dalam variabel e-marketing didapatkan hasil bahwa
indikator “Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan transaksi”
menjadi indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan
indikator lainnya dalam variabel tersebut. Hal ini berarti bahwa responden merasa
hal yang paling penting mengenai e-marketing di dalam suatu bisnis terjadi di
dalam kegiatan transaksi yang menggunakan media internet. Kegiatan transaksi
yang dilakukan melalui internet akan mampu menciptakan sebuah efisiensi di
dalam kegiatan suatu bisnis, khususnya akan dapat menciptakan dan
meningkatkan efisiensi dari kinerja bisnis pondok wisata yang ada di wilayah
Ubud.
63
4.10
Keterbatasan Penelitian
1) Ruang lingkup penelitian ini hanya di wilayah Ubud sehingga hasil penelitian
tidak dapat digeneralisasi untuk responden yang berada di luar wilayah Ubud.
2) Penelitian ini hanya melihat pengaruh antara orientasi pasar dan e-marketing
sebagai variabel mediator.
3) Penelitian ini hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu (cross section),
sedangkan lingkungan dapat berubah setiap saat (dinamis), sehingga
penelitian ini perlu dilakukan kembali di masa mendatang.
64
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
a) Hasil dalam penelitian ini memiliki arti bahwa orientasi pasar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Peranan orientasi pasar yang
mencakup orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi
mampu memunculkan kinerja bisnis yang baik bagi pengusaha pondok wisata
di wilayah Ubud.
b) Hasil dalam penelitian ini memiliki arti bahwa orientasi pasar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap e-marketing. Peranan orientasi pasar yang
mencakup orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi
akan mampu menghasilkan e-marketing yang baik bagi pengusaha pondok
wisata di wilayah Ubud.
c) Hasil dalam penelitian ini memiliki arti bahwa e-marketing berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Kegiatan e-marketing atau
internet marketing yang baik akan mampu menghasikan kinerja bisnis yang
baik bagi pengusaha pondok wisata di wilayah Ubud.
d) Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa e-marketing dinilai secara
signifikan memediasi pengaruh antara orientasi pasar terhadap kinerja bisnis.
Hal ini berarti bahwa e-marketing yang terbentuk pada pondok wisata di
65
wilayah Ubud akan dapat menciptakan kinerja bisnis yang baik terhadap
pondok wisata yang memiliki orientasi pasar yang baik.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini, saran-saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a) Sebaiknya tim manajemen puncak dari pondok wisata yang ada di
wilayah Ubud lebih sering melakukan diskusi internal mengenai kekuatan
dan strategi pesaing secara berkala serta semua fungsi yang ada di dalam
perusahaan agar lebih terintegrasi dan meningkatkan kerja sama dalam
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar, sehingga dapat
mencapai kinerja bisnis yang baik.
b) Sebaiknya pihak pemilik maupun manajer dari pondok wisata yang ada di
wilayah Ubud lebih sering berinteraksi dengan pelanggan dengan
menggunakan media internet karena hal tersebut dapat meningkatkan
efektivitas perusahaan, sehingga kinerja bisnis yang baik akan dapat
dicapai.
c) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas cakupan wilayah
penelitian misalnya dengan mengambil lokasi di kabupaten Gianyar, di
Seluruh Bali, atau wilayah selain Ubud atau Indonesia. Serta diharapkan
agar mampu menambah variabel – variabel yang dapat mempengaruhi
kinerja bisnis terhadap suatu perusahaan khususnya perusahaan yang
bergerak di bidang akomodasi, karena kedepan akan lebih banyak lagi
66
usaha-usaha akomodasi yang akan muncul yang merupakan kebutuhan
utama bagi seseorang yang akan melakukan suatu kegiatan wisata.
67
DAFTAR RUJUKAN
Adinoto. 2013. Pengaruh Orientasi Pasar dan Perilaku Kewirausahaan
Terhadap Kepekaan Perusahaan Dan Implikasinya Pada Kinerja
Perusahaan: Studi pada Penyalur Sepeda Motor di Indonesia. Utilma
Management. Universitas Multimedia Nusantara. pp:1-25.
Agarwal, Sanjeev, M. Krishna Erramilli, and Chekitan S. Dev. 2003. Market
orientation and performance in service firms: role of innovation. Journal
Of Services Marketing. pp:68-82.
Bagozzi, Richard P. and Prathiba A. Dabholkar. 1994. Consumer Recycling
Goals and Their Effect on Decisions to Recycle: A Means-End Chain
Analysis. Psychology and Marketing. pp:313-340.
Baker, William E. and James M. Sinkula. 1999. The Synergistic Effect of Market
Orientation and Learning Orientation on Organizational Performance.
Journal Of The Academy Of Marketing Science. pp:411-427.
Bakti, Sukma dan Harniza Harun. 2011. Pengaruh Orientasi Pasar dan Nilai
Pelanggan Terhadap Kinerja Pemasaran Maskapai Penerbangan Lion
Air. Jurnal Manajemen Pemasaran Modern. pp:1-15.
Basuki dan Rahmi Widyanti. 2014. Pengaruh Strategi Keunggulan Bersaing dan
Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Pemasaran Perusahaan. STIMI
Banjarmasin dan UNISKA Banjarmasin.
Boone, Louis E. and David L. Kurtz. 2005. Contemporary Marketing 2005.
Thomson South Western, Ohio, USA.
Brodie, Roderick J., Heidi Winklhofer, Nicole E. Coviello, and Wesley J.
Johnston. 2007. Is E-Marketing Coming Of Age? An Examination Of The
Penetration Of E-Marketing And Firm Performance. Journal of
Interactive Marketing. pp:2-21.
Chin, Wynne W. 1998. Least Squares Approach to Structural Equation Modeling.
University of Houston. pp:295-336.
El-Gohary, Hatem. 2010. E-Marketing - A literature Review from a Small
Businesses Perspective. International Journal of Business and Social
Science. pp:214-244.
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2012. Pedoman Penulisan Usulan
Penelitian Skripsi Dan Mekanisme Pengujian. Denpasar.
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana. 2017. Pedoman Penulisan
Dan Pengujian Skripsi. Edisi Revisi. Denpasar.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19 (edisi kelima) Semarang. Universitas Diponegoro.
68
Gray, Brendan J. and Graham J. Hooley. 2002. Market orientation and service
firm performance - a research agenda. European Journal of Marketing.
pp:980-988.
Hair, J. F., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. 2011. PLS-SEM: Indeed a Silver Bullet.
The Journal of Marketing Theory and Practice vol. 19. pp: 139–151.
Hair, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. 2014. Partial Least
Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM): An Emerging Tool in
Business Research. European Business Review, pp:1–329.
Hair Jr, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C., & Sarstedt, M. 2016. A Primer on Partial
Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Sage
Publications.
Johne, Axel and Chris Storey. 1998. New service development: a review of the
literature and annotated bibliography. European Journal of Marketing.
pp:184-251.
Kohli, Ajay K. and Bernard J. Jaworski. 1990. Market Orientation: The
Construct, Research Propositions, and Managerial Implications. Journal
of Marketing. pp:1-18.
Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi
kesembilan. Jilid 1. Dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro. Jakarta:
Indeks.
Kumalaningrum, Maria Pampa. 2012. Lingkungan Bisnis, Orientasi
Kewirausahaan, Orientasi Pasar, dan Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. JRMB. pp:45-59.
Lovelock, Christopher. 1995. Competing On Service: Technology And Teamwork
In Supplementary Services. Planning Review. pp:32-47.
Manzano, Joaquin Aldas, Ines Kuster and Natalia Vila. 2005. Market orientation
and innovation: an inter-relationship analysis. European Journal of
Innovation Management. pp:437-452.
Mardiyono, Aris. 2015. Pengaruh orientasi pasar, Pembelajaran Organisasi
Terhadap Keunggulan Bersaing dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran
(Tinjauan Teoritis). Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang. pp:48-59.
Matear, Sheelagh, Phil Osborne, Tony Garrett and Brendan J. Gray. 2002. How
does market orientation contribute to service firm performance? An
examination of alternative mechanisms. Europe Journal of Marketing.
pp:1058-1075.
Mohammad Raoofi. 2012. Moderating Role of E-Marketing on The Consequences
of Market Orientation in Iranian Firms. Management&Marketing, volume
X. pp:301-316.
69
Mohammad Taleghani, Esmaeel Malek Akhlagh, and Ali Akbar Mohammadi
Sani. 2013. Impact of Electronic Marketing on the Performance of
Pistachio-Exporting Companies in Iran. Journal of Basic and Applied
Scientific Research. pp:211-217.
Mohammed, Rafi, Robert J. Fisher, Bernard J. Jaworski, and Gordon Paddison.
2003. Internet Marketing, 2/e, with E-Commerce PowerWeb.
Morris, Michael H., Minet Schindehutte, and Raymond W. LaForge. 2002.
Entrepreneurial Marketing: A Construct for Integrating Emerging
Entrepreneurship and Marketing Perspectives. Journal of Marketing.
pp:1-19.
Muh Amin Gunadi, Amina Sukma Dewi, dan Anastasia Riani. 2013. Analisis
Orientasi Pasar Dalam Meningkatkan Kinerja Bisnis pada UMKM di
Surakarta. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Narver, John. C. and Stanley F. Slater. 1990. The Effect of a Market Orientation
on Business Profitability. Journal of Marketing. pp:20-35.
Pratiwia, Wahyuni Dwi dan I Made Sukana. 2016. Ada Apa Dengan Pondok
Wisata? Seluk Beluk Keberadaan Pondok Wisata di Ubud. Jurnal
Destinasi Pariwisata. pp:36-45.
Pribadiyanto, Nur, Mudiantono, Utami Tri S. 2004. Analisis Faktor-faktor
Orientasi Pasar yang Mempengaruhi Kualitas Layanan dan Relevansinya
Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi.
pp:50-60.
Purwasari, Maria Mahadewi Niken dan Budi Suprapto. 2014. Pengaruh Orientasi
Pasar Terhadap Kinerja Cafe di Yogyakarta. Program Pascasarjana.
Universitas Atma Jaya. pp:1-15.
Rimbawan, N. Dayuh. (2013). Statistik Inferensia. Denpasar: Udayana
University Press
Saputra, Sendi Aji. 2012. Pengaruh Lingkungan Bisnis Dan Strategi Operasi
Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Fanshop Persib Di Wilayah
Bandung. Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Komputer
Indonesia.
Setyawati dan Harini Abrilia. 2014. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan
Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan
Bersaing dan Persepsi Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Prediksi
Variabel Moderasi (Survey pada UMKM Perdagangan di Kabupaten
Kebumen). pp:20-31.
Sheth, Jagdish N. and Arun Sharma. 2005. International E-Marketing:
Opportunities And Issues. International Marketing Review. pp:611-622.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
70
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke 17. Bandung: CV
Alfabeta.
Tsiotsou, Rodoula H. and Maria Vlachopoulou. 2011. Understanding The Effects
of Market Orientation and E-marketing on Service Performance. Journal
of Marketing Intelligence & Planning. pp:141-155.
Uncles. 2000. Editorial: Market Orientation. Australian Journal of Management.
pp:1-9.
Wahyono. 2001. Orientasi Pasar dan Inovasi, Pengaruhnya terhadap Kinerja
Pemasaran (Studi Kasus pada Industri Meubel di Kabupaten
Jepara).Tesis. Universitas Diponegoro. pp:1-111.
Wisner, JD., & Fawcett, SE. 1991. Linking Firm Strategy to Operating Decisions
Through Performance Measurement. Production and Inventory
Management Journal.
http://www.tripadvisor.com/TravelersChoice-Destinations (diakses tanggal 10
Agustus 2017, 22.00 WITA)
http://diparda.gianyarkab.go.id/index.php/id/news/item/285-ubud-dan-gunungkawi-tampaksiring-mendapat-penghargaan-dari-tripadvisor
(diakses
tanggal 10 Agustus 2017, 22.15 WITA)
http://kemenpar.go.id/userfiles/Lapbul%20Juni%202017_klasik.pdf
tanggal 10 Agustus 2017, 22.20 WITA)
(diakses
http://pariwisata.denpasarkota.go.id/index.php/lihat-saran/2199/klasifikasi-Hotel
(diakses tanggal 16 Oktober 2017, 22.00 WITA)
http://diparda.gianyarkab.go.id/index.php/en/history-of-gianyar-tourism (diakses
tanggal 20 November 2017, 15.00 WITA)
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
KUESIONER
PERAN E-MARKETING DALAM MEMEDIASI PENGARUH
ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA BISNIS
(Studi Kasus Pada Pondok Wisata Di Wilayah Ubud)
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang
bernama Cokorda Gde Wahirayasa, Nim: 1415251051, Jurusan Manajemen,
Konsentrasi Pemasaran sedang mengadakan penelitian dengan judul "Peran EMarketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis
(Studi Kasus pada Pondok Wisata Di Wilayah Ubud)”
Untuk maksud tersebut diatas, berkenan mengumpulkan data melalui
kuesioner yang akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi
kuisioner ini dengan lengkap, jujur, sesuai dengan ketentuan dan tidak
dipengaruhi oleh pihak lain.
Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara/i yang diberikan, saya ucapkan
terimakasih.
Denpasar,2017
Hormat saya,
Cokorda Gde Wahirayasa
72
Lampiran 1 (Lanjutan) Kuesioner
Nama
: .............................................................................................
Nama Pondok Wisata
: .............................................................................................
Alamat Pondok Wisata
: .............................................................................................
Jabatan :
Pemilik
Manajer
Usia Pondok Wisata :
1 - 5 Tahun
> 5 - 10 Tahun
> 10 - 15 Tahun
> 15 Tahun
Menggunakan Website/Online Travel Agent (Booking, Agoda, Expedia, dll.) :
Ya
Tidak
73
Lampiran 1 (Lanjutan) Kuesioner
Pernyataan-pernyataan di bawah ini didesain untuk mengetahui atribut atau indikator
orientasi pasar, e-marketing, dan kinerja bisnis dari Pondok Wisata di Ubud.
Berikanlah tanda rumput (Ѵ) pada jawaban yang anda pilih.
1 = Sangat Tidak Setuju
3 = Cukup Setuju
2 = Tidak Setuju
4 = Setuju
No
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
5 = Sangat Setuju
PERNYATAAN
Orientasi Pasar (X)
Tujuan bisnis perusahaan didorong oleh kepuasan pelanggan.
Perusahaan melakukan pengukuran kepuasan pelanggan
secara sistematis dan berkala.
Perusahaan memiliki respon terhadap kegiatan kompetitif
yang megancam perusahaan.
Tim manajemen puncak melakukan diskusi mengenai
kekuatan dan strategi pesaing secara reguler.
Semua fungsi di dalam perusahaan terintegrasi dalam
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar.
Manajer paham bagaimana seluruh elemen dalam perusahaan
dapat berkontribusi dalam menciptakan nilai pelanggan.
E-marketing (M)
Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan
transaksi.
Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan
promosi.
Perusahaan menyimpan informasi mengenai aktivitas usaha
di dalam komputer atau peralatan elektronik lainnya.
Perusahaan menggunakan media internet dalam berinteraksi
dengan pelanggan.
Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan pemasaran
yang terkait dengan saluran distribusi.
Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan riset dan
komunikasi manajemen.
Kinerja Bisnis (Y)
Produktivitas usaha berjalan baik dalam 3 tahun terakhir.
Kualitas pelayanan berjalan baik dalam 3 tahun terakhir.
Profitabilitas usaha meningkat dalam 3 tahun terakhir.
74
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Lampiran 2 Tabulasi Data
Res
pon
den
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Kinerja
Bisnis
Y Y Y
1 2 3
4 4 4
4 4 5
5 5 4
4 4 3
5 5 5
4 3 4
4 5 4
5 5 5
4 4 4
4 4 4
4 4 4
3 3 3
4 5 5
3 4 4
4 5 5
5 5 5
5 5 4
4 4 4
5 5 5
3 4 4
4 5 5
3 3 3
3 4 5
3 3 3
4 4 4
3 3 3
3 3 3
5 5 4
4 4 4
4 4 5
5 5 5
3 4 3
5 5 5
4 3 4
5 5 4
5 5 5
E-Marketing
Y
12
13
14
11
15
11
13
15
12
12
12
9
14
11
14
15
14
12
15
11
14
9
12
9
12
9
9
14
12
13
15
10
15
11
14
15
M M
1 2
5 5
5 5
4 4
3 3
5 5
4 4
5 5
5 4
5 4
5 5
5 5
4 4
5 5
4 4
5 5
5 5
5 5
4 4
5 5
4 4
5 5
4 4
4 5
3 3
4 4
4 4
3 3
5 4
4 3
4 4
5 5
4 4
5 5
4 4
5 5
5 5
M
3
4
4
4
3
4
3
4
5
4
5
5
4
5
4
5
5
4
3
5
4
5
5
5
4
5
4
3
5
4
4
5
3
4
3
5
5
M
4
5
4
5
4
4
3
4
5
4
4
4
3
4
3
5
5
4
3
5
4
4
5
5
3
4
4
3
4
3
4
5
3
5
3
4
5
Orientasi Pasar
M
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5
5
4
5
3
4
5
4
4
5
4
3
5
4
4
5
4
5
4
4
5
75
M
6
4
5
5
3
5
4
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
3
4
4
3
5
4
5
5
3
5
3
5
5
M
27
28
27
20
28
22
27
29
27
28
29
23
28
22
30
30
28
22
30
23
28
27
27
20
26
24
18
28
22
25
30
21
29
21
28
30
X
1
5
5
4
3
4
3
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
3
X
2
5
5
4
3
5
4
5
5
5
5
4
3
4
3
5
5
5
4
5
4
5
3
5
3
5
5
5
5
5
4
5
3
4
3
4
3
X
3
5
5
5
4
5
3
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5
4
3
5
3
5
3
3
4
5
5
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
X
4
4
4
5
4
5
4
5
5
4
5
4
3
4
3
5
5
4
3
4
3
4
3
3
3
4
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
3
X
5
4
5
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
5
4
5
5
4
3
4
3
4
4
5
3
4
4
5
5
4
4
5
4
5
4
5
3
X
6
5
5
4
3
5
3
4
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
3
5
3
4
5
4
5
5
4
5
4
5
4
4
3
X
28
29
26
20
28
20
27
29
28
28
27
21
27
21
30
30
27
21
28
21
27
20
26
20
27
28
28
30
26
26
30
23
29
23
27
19
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
5
4
5
4
5
5
3
5
4
5
4
5
3
4
3
5
4
5
5
4
5
5
4
5
3
5
5
3
5
4
3
5
4
5
4
5
5
4
4
5
3
5
3
5
5
3
5
3
5
3
4
3
4
4
5
3
5
4
3
5
4
3
5
4
5
4
3
5
5
3
5
4
5
3
5
5
4
5
5
4
5
3
5
5
3
4
3
5
3
5
3
4
3
5
4
5
4
3
5
5
3
4
3
5
5
3
5
5
3
5
3
5
3
5
5
3
4
15
11
15
10
15
15
9
14
10
15
10
14
9
12
10
15
11
15
13
10
15
14
10
14
10
15
14
9
15
14
9
15
11
15
10
15
15
11
13
3
4
5
4
5
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
3
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
4
5
5
5
5
4
5
4
4
4
3
5
3
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
5
4
5
5
4
5
3
4
5
3
5
4
3
5
4
5
4
5
3
4
3
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
3
5
5
4
5
4
4
5
4
5
5
3
5
4
5
4
5
4
5
3
5
4
5
4
3
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4
4
3
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
3
5
3
5
3
4
4
4
3
4
3
5
5
3
5
4
3
5
4
5
5
5
5
4
4
5
4
5
4
4
4
3
4
76
3
4
4
3
5
5
4
4
3
4
3
4
4
5
4
4
3
5
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
3
5
4
5
5
4
4
20
24
28
22
28
29
21
29
22
29
22
28
25
28
21
27
21
28
29
22
29
29
23
30
24
27
28
28
29
29
28
29
23
28
22
28
28
22
27
4
3
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
3
5
4
5
4
3
5
5
4
5
4
5
4
5
5
4
4
5
4
5
4
5
5
4
5
4
3
5
5
5
5
3
5
4
5
4
5
3
5
4
5
3
5
5
4
5
5
4
5
4
5
5
5
5
3
3
5
4
5
4
5
4
3
5
4
3
4
5
5
5
3
5
4
4
3
4
3
5
3
5
4
5
5
4
5
5
4
5
3
5
5
5
5
3
3
5
4
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
5
4
3
5
4
5
4
5
3
4
3
4
3
4
5
4
4
4
3
5
4
5
5
4
5
3
4
4
3
5
4
4
5
4
5
5
4
4
5
5
4
3
4
3
5
4
5
3
4
3
5
4
5
5
3
5
5
3
5
4
5
4
5
5
4
3
5
3
5
4
5
4
3
4
5
4
5
5
4
5
3
4
3
5
4
5
3
5
3
5
4
5
4
3
4
5
4
5
4
4
5
5
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
5
27
21
27
29
29
28
19
28
22
29
23
29
19
28
19
29
22
29
28
21
28
29
22
30
23
29
28
29
30
21
21
29
22
29
24
29
28
22
29
Lampiran 3 Frekuensi Jawaban Responden
Indikator
Y1
Y2
Y3
1
0
0
0
2
0
0
0
M1
M2
M3
M4
M5
M6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
X1
X2
X3
X4
X5
X6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Skor Jawaban
3
4
15
29
19
23
21
23
Kinerja Bisnis
6
31
5
34
12
29
13
32
11
34
11
28
E-Marketing
6
28
15
19
14
24
15
34
16
32
10
28
5
31
33
31
Jumlah
Skor
316
314
310
38
36
34
30
30
36
332
331
322
317
319
325
41
41
37
26
27
37
335
326
323
311
311
327
77
RataRata
4.21
4.19
4.13
4.18
4.43
4.41
4.29
4.23
4.25
4.33
4.32
4.47
4.35
4.31
4.15
4.15
4.36
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas
Uji Validitas Variabel Y
Correlations
Y1
Y1
Y2
Y3
Kinerja Bisnis
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
30
.782**
.000
30
.535**
.002
30
.870**
.000
30
Y2
.782**
.000
30
1
30
.717**
.000
30
.941**
.000
30
Y3
Kinerja Bisnis
.535**
.870**
.002
.000
30
30
.717**
.941**
.000
.000
30
30
1
.847**
.000
30
30
.847**
1
.000
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Validitas Variabel M
Correlations
M1
M1
M2
M3
M4
M5
M6
E-Marketing
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
30
.830**
.000
30
.577**
.001
30
.470**
.009
30
.541**
.002
30
.888**
.000
30
.887**
.000
30
M2
.830**
.000
30
1
30
.540**
.002
30
.526**
.003
30
.372*
.043
30
.731**
.000
30
.828**
.000
30
M3
.577**
.001
30
.540**
.002
30
1
30
.606**
.000
30
.478**
.008
30
.553**
.002
30
.777**
.000
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
78
M4
.470**
.009
30
.526**
.003
30
.606**
.000
30
1
30
.557**
.001
30
.464**
.010
30
.753**
.000
30
M5
.541**
.002
30
.372*
.043
30
.478**
.008
30
.557**
.001
30
1
30
.589**
.001
30
.726**
.000
30
M6
E-Marketing
.888**
.887**
.000
.000
30
30
.731**
.828**
.000
.000
30
30
.553**
.777**
.002
.000
30
30
.464**
.753**
.010
.000
30
30
.589**
.726**
.001
.000
30
30
1
.870**
.000
30
30
.870**
1
.000
30
30
Lampiran 4 (Lanjutan) Hasil Uji Validitas
Uji Validitas Variabel X
Correlations
X1
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Orientasi Pasar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
30
.642**
.000
30
.470**
.009
30
.390*
.033
30
.694**
.000
30
.683**
.000
30
.801**
.000
30
X2
.642**
.000
30
1
30
.541**
.002
30
.570**
.001
30
.571**
.001
30
.757**
.000
30
.863**
.000
30
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).
79
X3
.470**
.009
30
.541**
.002
30
1
30
.591**
.001
30
.377*
.040
30
.575**
.001
30
.762**
.000
30
X4
.390*
.033
30
.570**
.001
30
.591**
.001
30
1
30
.469**
.009
30
.356
.054
30
.722**
.000
30
X5
.694**
.000
30
.571**
.001
30
.377*
.040
30
.469**
.009
30
1
30
.607**
.000
30
.768**
.000
30
Orientasi
Pasar
.801**
.000
30
.863**
.000
30
.762**
.000
30
.722**
.000
30
.768**
.000
30
.835**
.000
30
30
.835**
1
.000
30
30
X6
.683**
.000
30
.757**
.000
30
.575**
.001
30
.356
.054
30
.607**
.000
30
1
Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Y
Ca se Processing Sum ma ry
N
Cases
Valid
Ex cludeda
Total
30
0
30
%
100.0
.0
100.0
a. Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.864
N of Items
3
Item Statistics
Mean
3.97
4.17
4.13
Y1
Y2
Y3
Std. Deviation
.718
.747
.730
N
30
30
30
Ite m-Tota l Sta tisti cs
Y1
Y2
Y3
Sc ale Mean if
Item Deleted
8.30
8.10
8.13
Sc ale
Variance if
Item Deleted
1.872
1.610
1.913
Correc ted
Item-Total
Correlation
.712
.855
.665
Scale Sta tisti cs
Mean
12.27
Variance
3.789
St d. Deviation
1.946
N of Items
3
80
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.835
.697
.877
Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Uji Reliabilitas
Variabel M
Reliability
Ca se Processing Sum ma ry
N
Cases
Valid
Ex cludeda
Total
30
0
30
%
100.0
.0
100.0
a. Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.892
N of Items
6
Ite m Stati stics
Mean
4.40
4.30
4.27
4.03
4.33
4.43
M1
M2
M3
M4
M5
M6
St d. Deviation
.675
.702
.691
.718
.661
.679
N
30
30
30
30
30
30
Ite m-Tota l Sta tisti cs
M1
M2
M3
M4
M5
M6
Sc ale Mean if
Item Deleted
21.37
21.47
21.50
21.73
21.43
21.33
Sc ale
Variance if
Item Deleted
7.551
7.706
7.983
7.995
8.323
7.609
Correc ted
Item-Total
Correlation
.830
.739
.671
.633
.609
.804
Scale Sta tisti cs
Mean
25.77
Variance
11.082
St d. Deviation
3.329
N of Items
6
81
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.855
.869
.880
.887
.889
.859
Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Uji Reliabilitas
Variabel X
Reliability
Ca se Processing Sum ma ry
N
Cases
Valid
Ex cludeda
Total
30
0
30
%
100.0
.0
100.0
a. Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.879
N of Items
6
Ite m Stati stics
Mean
4.53
4.43
4.27
4.10
4.03
4.43
X1
X2
X3
X4
X5
X6
St d. Deviation
.629
.774
.785
.759
.669
.728
N
30
30
30
30
30
30
Ite m-Tota l Sta tisti cs
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Sc ale Mean if
Item Deleted
21.27
21.37
21.53
21.70
21.77
21.37
Sc ale
Variance if
Item Deleted
8.754
7.826
8.326
8.631
8.737
8.171
Correc ted
Item-Total
Correlation
.718
.784
.635
.586
.667
.750
Scale Sta tisti cs
Mean
25.80
Variance
11.821
St d. Deviation
3.438
N of Items
6
82
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.855
.840
.868
.875
.861
.847
Lampiran 6 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Frequency Table
Y1
Valid
3
4
5
Total
Frequency
15
29
31
75
Percent
20.0
38.7
41.3
100.0
Valid Percent
20.0
38.7
41.3
100.0
Cumulative
Percent
20.0
58.7
100.0
Y2
Valid
3
4
5
Total
Frequency
19
23
33
75
Percent
25.3
30.7
44.0
100.0
Valid Percent
25.3
30.7
44.0
100.0
Cumulative
Percent
25.3
56.0
100.0
Y3
Valid
3
4
5
Total
Frequency
21
23
31
75
Percent
28.0
30.7
41.3
100.0
Valid Percent
28.0
30.7
41.3
100.0
Cumulative
Percent
28.0
58.7
100.0
Ki nerj a Bi snis
Valid
9
10
11
12
13
14
15
Total
Frequency
9
9
9
9
5
13
21
75
Percent
12.0
12.0
12.0
12.0
6.7
17.3
28.0
100.0
Valid Percent
12.0
12.0
12.0
12.0
6.7
17.3
28.0
100.0
83
Cumulative
Percent
12.0
24.0
36.0
48.0
54.7
72.0
100.0
Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
M1
Valid
3
4
5
Total
Frequency
6
31
38
75
Percent
8.0
41.3
50.7
100.0
Valid Percent
8.0
41.3
50.7
100.0
Cumulative
Percent
8.0
49.3
100.0
M2
Valid
3
4
5
Total
Frequency
5
34
36
75
Percent
6.7
45.3
48.0
100.0
Valid Percent
6.7
45.3
48.0
100.0
Cumulative
Percent
6.7
52.0
100.0
M3
Valid
3
4
5
Total
Frequency
12
29
34
75
Percent
16.0
38.7
45.3
100.0
Valid Percent
16.0
38.7
45.3
100.0
Cumulative
Percent
16.0
54.7
100.0
M4
Valid
3
4
5
Total
Frequency
13
32
30
75
Percent
17.3
42.7
40.0
100.0
Valid Percent
17.3
42.7
40.0
100.0
Cumulative
Percent
17.3
60.0
100.0
M5
Valid
3
4
5
Total
Frequency
11
34
30
75
Percent
14.7
45.3
40.0
100.0
Valid Percent
14.7
45.3
40.0
100.0
84
Cumulative
Percent
14.7
60.0
100.0
Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
M6
Valid
3
4
5
Total
Frequency
11
28
36
75
Percent
14.7
37.3
48.0
100.0
Valid Percent
14.7
37.3
48.0
100.0
Cumulative
Percent
14.7
52.0
100.0
E-Marketing
Valid
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Total
Frequency
1
3
5
10
4
3
2
1
9
19
12
6
75
Percent
1.3
4.0
6.7
13.3
5.3
4.0
2.7
1.3
12.0
25.3
16.0
8.0
100.0
Valid Percent
1.3
4.0
6.7
13.3
5.3
4.0
2.7
1.3
12.0
25.3
16.0
8.0
100.0
Cumulative
Percent
1.3
5.3
12.0
25.3
30.7
34.7
37.3
38.7
50.7
76.0
92.0
100.0
X1
Valid
3
4
5
Total
Frequency
6
28
41
75
Percent
8.0
37.3
54.7
100.0
Valid Percent
8.0
37.3
54.7
100.0
Cumulative
Percent
8.0
45.3
100.0
X2
Valid
3
4
5
Total
Frequency
15
19
41
75
Percent
20.0
25.3
54.7
100.0
Valid Percent
20.0
25.3
54.7
100.0
85
Cumulative
Percent
20.0
45.3
100.0
Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
X3
Valid
3
4
5
Total
Frequency
14
24
37
75
Percent
18.7
32.0
49.3
100.0
Valid Percent
18.7
32.0
49.3
100.0
Cumulative
Percent
18.7
50.7
100.0
X4
Valid
3
4
5
Total
Frequency
15
34
26
75
Percent
20.0
45.3
34.7
100.0
Valid Percent
20.0
45.3
34.7
100.0
Cumulative
Percent
20.0
65.3
100.0
X5
Valid
3
4
5
Total
Frequency
16
32
27
75
Percent
21.3
42.7
36.0
100.0
Valid Percent
21.3
42.7
36.0
100.0
Cumulative
Percent
21.3
64.0
100.0
X6
Valid
3
4
5
Total
Frequency
10
28
37
75
Percent
13.3
37.3
49.3
100.0
Valid Percent
13.3
37.3
49.3
100.0
Cumulative
Percent
13.3
50.7
100.0
Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
86
Orientasi P asa r
Valid
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
Total
Frequency
4
4
8
5
4
1
4
9
14
16
6
75
Percent
5.3
5.3
10.7
6.7
5.3
1.3
5.3
12.0
18.7
21.3
8.0
100.0
Valid P ercent
5.3
5.3
10.7
6.7
5.3
1.3
5.3
12.0
18.7
21.3
8.0
100.0
Cumulative
Percent
5.3
10.7
21.3
28.0
33.3
34.7
40.0
52.0
70.7
92.0
100.0
Frequencies
Statistics
N
Valid
Missing
Mean
St d. Error of Mean
Median
Mode
St d. Deviat ion
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
Kinerja Bis nis
75
0
12.53
.251
13.00
15
2.177
4.739
6
9
15
940
Lampiran 7 Output PLS
87
E-Mark eting
75
0
25.95
.379
27.00
28
3.279
10.754
12
18
30
1946
Orientasi
Pasar
75
0
25.77
.416
27.00
29
3.604
12.988
11
19
30
1933
Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS
88
Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS
89
Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS
90
Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS
91
Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS
92
93
Download