BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata saat ini telah menjadi sebuah fenomena global, dimana pariwisata merupakan sumber penghasilan utama bagi sebagian besar negara di dunia. Di Indonesia sendiri, pariwisata merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian, yaitu sebagai sumber pendapatan negara dalam bentuk devisa. Di samping itu pariwisata juga berperan sebagai sarana dalam usaha mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia, yaitu dengan adanya pariwisata peluang masyarakat untuk mendapatkan lahan pekerjaan semakin terbuka lebar. Di Indonesia, salah satu destinasi wisata yang sangat populer di dunia adalah pulau Bali, dimana di pulau Bali itu sendiri, pariwisata merupakan sektor utama di dalam perekonomiannya. Pulau Bali yang terkenal dengan julukan Pulau seribu pura ini pun telah melekat erat di benak wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, bahkan sebagian besar orang asing yang berkunjung ke Indonesia pasti berkunjung ke sana. Karenanya, Bali merupakan Provinsi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia (http://www.kemenpar.go.id). Terlebih di dalam penghargaan yang di berikan oleh situs pariwisata TripAdvisor, Bali mendapat penghargaan sebagai destinasi nomor 1 di dunia (http://www.Tripadvisor.com). Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian lebih terhadap sektor pariwisata karena sektor inilah yang merupakan sektor utama dalam usaha membangun perekonomian Bali, dan tentunya Indonesia. 1 Dewasa ini, perkembangan pariwisata yang begitu pesat juga sejalan dengan berkembangnya penyedia jasa akomodasi sebagai penunjang pariwisata bagi wisatawan yang berkunjung ke salah satu obyek wisata. Oleh karena itu, persaingan dalam dunia pariwisata juga semakin ketat. Karenanya, diperlukan perancangan strategi yang tepat dan juga pengembangan-pengembangan strategi perusahaan utamanya perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Dengan dikembangkannya strategi-strategi tersebut diharapkan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata mampu memiliki keunggulan bersaing dan juga mampu memberikan kualitas layanan yang baik kepada para wisatawan. Di samping itu pula, kualitas layanan yang baik akan mencerminkan kinerja bisnis yang baik, terutama bisnis yang bergelut di bidang pariwisata, khususnya penyedia akomodasi seperti hotel, apartemen, villa, bungalow, dan juga pondok wisata. Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1989 Tentang usaha pondok wisata, diuraikan pengertian pondok wisata adalah suatu usaha perseorangan dengan menggunakan sebagian dari rumah tinggalnya untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pondok wisata merupakan salah satu jenis penyedia akomodasi untuk para wisatawan yang merupakan penginapan berjenis rumah, dimana rumah yang disewakan adalah sebagian dari satu rumah yang dimiliki oleh seseorang yang pembayarannya dihitung harian. Di dalam menjalankan usahanya ini, pemilik atau manajemen dari pondok wisata haruslah memperhatikan kinerja bisnisnya guna mendapat 2 manfaat yang baik bagi usaha yang dijalankannya maupun bagi wisatawan yang menggunakan jasanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011), Kinerja bisnis dapat dilihat dari kualitas pelayanan, produktivitas pelayanan, dan profitabilitas dari suatu perusahaan. Jadi, aspek-aspek dari kinerja bisnis suatu perusahaan meliputi aspek pemasaran, sumber daya manusia, hingga aspek keuangan dari perusahaan itu sendiri. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu (Wisner dan Fawcett, 1991). Adinoto (2013) menyatakan bahwa pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk mengetahui apa yang sudah berhasil dicapai perusahaan pada suatu periode tertentu baik dalam bidang keuangan, mengenai bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, produktivitas perusahan dan untuk mengetahui posisi daya saing perusahaan serta efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya (Adinoto, 2013). Pribadiyanto dkk. (2004) berpendapat bahwa ukuran kinerja perusahaan dipengaruhi oleh efektifitas perusahaan, pertumbuhan/porsi, dan kemampulabaan. Kinerja merupakan suatu cerminan atau acuan dari proses – proses aktifitas yang ada di perusahaan (Saputra, 2012). Dalam industri pariwisata, agar mampu bersaing, pondok wisata harus memiliki orientasi pada pasar. Kemampuan perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan konsumen dan menyediakan produk atau jasa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen dikenal dengan istilah orientasi pasar atau market orientation (Narver dan Slater, 1990). Menurut Narver dan Slater (1990), 3 konsep dari orientasi pasar terdiri dari: Orientasi pelanggan; orientasi pesaing; dan koordinasi antarfungsi. Kohli dan Jaworski (1990) mendefinisikan orientasi pasar sebagai pengumpulan secara luas intelejen pasar yang berkaitan dengan kebutuhan pelanggan sekarang atau masa mendatang, penyebarluasan intelejen diantara departemen – departemen, respon dan organisasi terhadap intelejen tersebut. Uncles (2000) berpendapat bahwa orientasi pasar adalah suatu proses dan aktivitas penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan secara terus-menerus. Di samping itu, Morris et al. (2002) menyatakan bahwa orientasi pasar adalah kemampuan perusahaan untuk mengetahui dan merespon konsumen. Orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang efektif dan efisien (Wahyono, 2002). Purwasari dan Suprapto (2014) menyatakan bahwa orientasi pelanggan adalah pemahaman perusahaan terhadap target buyer sehingga dapat menciptakan superior value kepada mereka secara terus menerus, orientasi pada pesaing adalah pemahaman akan kekuatan dan kelemahan jangka pendek serta kapabilitas dan strategi jangka panjang yang dimiliki oleh para pesaing yang ada maupun pesaing potensial, dan koordinasi antar fungsi adalah merefleksikan pendayagunaan secara terkoordinasi dari seluruh sumber daya yang ada dalam perusahaan dalam rangka menciptakan superior costumer value bagi pembeli sasaran. Oleh karena itu, ketiga elemen dari orientasi pasar ini haruslah dipahami pemasar agar dapat melayani pelanggannya dengan baik, mampu menghadapi pesaing, dan juga mampu memaksimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara terkoordinasi. Di samping itu, orientasi pasar telah terbukti merupakan 4 sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Basuki dan Widyanti, 2014). Mardiyono (2015) mengatakan orientasi pasar merupakan dasar bagi perusahaan dalam menentukan strategi. Penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Sinkula (1999) menyatakan bahwa orientasi pasar dapat meningkatkan kinerja dari suatu produk. Orientasi pasar memungkinkan perusahaan untuk mengetahui keinginan pasar dan juga memenuhi kebutuhan pasar (Kumalaningrum, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Muh Amin dkk. (2013) mendapatkan hasil bahwa orientasi pasar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Lebih lanjut, Setyawati dan Abriia (2014) mengatakan bahwa orientasi pasar menentukan keberhasilan perusahaan. Bakti dan Harun (2011) mengatakan perusahaan yang berorientasi kepada pasar akan mengarah pada penguatan nilai pelanggan superior perusahaan. Strategi pemasaran yang sedang menjadi fenomena adalah e-marketing. El-Gohary (2010) menyatakan e-marketing dapat dipandang sebagai sebuah filosofi baru, istilah e-marketing atau internet marketing adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh seseorang ataupun perusahaan dengan menggunakan perantara internet. Menurut Kotler dan Armstrong (2004:74) e-marketing adalah sisi pemasaran dari ecommerce, yang merupakan kerja dari perusahaan untuk mengkomunikasikan sesuatu, mempromosikan, dan menjual barang dan jasa melalui internet. Emarketing adalah salah satu komponen dalam e-commerce dengan kepentingan khusus oleh marketer, yakni strategi proses pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penetapan harga barang dan jasa kepada pangsa pasar internet atau melalui peralatan digital lain (Boone dan Kurtz, 2005). E-marketing diklasifikasikan 5 sebagai suatu proses komunikasi dengan pelanggan melalui internet (Mohammed et al., (2003). E-marketing dikatakan dapat memudahkan perusahaan dan juga pelanggan yaitu menawarkan kemudahan bagi perusahaan maupun calon pembeli barang ataupun pengguna jasa di dalam hal kepraktisan, dimana perusahaan maupun calon pelanggan tidak harus keluar perusahaan atau rumah untuk memberi maupun mencari informasi karena dengan e-marketing hampir seluruh informasi dapat disampaikan maupun diterima melalui internet, lebih jauh lagi teknologi smartphone yang telah ada saat ini dan sudah hampir dimiliki oleh semua orang di seluruh dunia juga mendukung keberadaan e-marketing tersebut (Sheth & Sharma, 2005). Di samping itu, e-marketing juga dapat menghemat biaya bagi pemasar dengan banyaknya tersedia website maupun aplikasi online gratis yang dapat digunakan pemasar untuk memasarkan produknya. E-marketing dapat dikatakan sebagai kegiatan inovatif karena merupakan cara baru untuk berinteraksi dengan pelanggan (Lovelock, 1995) dan menyediakan sistem pemberian layanan baru (Dabholkar, 1994) dan proses yang mengurangi biaya (Johne and Storey, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2012) mendapat hasil bahwa secara khusus, e-marketing berinteraksi secara signifikan dengan orientasi pelanggan, orientasi pesaing, koordinasi antar fungsi, dan kompetensi pemasaran. Dengan kegiatan e-marketing yang dihasilkan dari orientasi pasar yang dilakukan perusahaan, diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Terlebih fenomena yang terjadi saat ini, sebagian besar pelaku bisnis pariwisata seperti pondok wisata telah menggunakan e-marketing dalam memasarkan bisnisnya karena kecenderungan 6 wisatawan saat ini pula menggunakan internet sebagai bahan pencari informasi mengenai hal-hal yang dibutuhkannya saat berwisata ke suatu tempat, khususnya akomodasi. Penelitian ini memilih lokasi di wilayah Ubud, khususnya mengenai kinerja dari pondok wisata yang ada di wilayah tersebut. Ubud sendiri merupakan destinasi wisata populer di Bali yang terkenal dengan nilai budayanya. Dalam penghargaan TripAdvisor tahun 2016 Ubud mendapat peringkat 10 dari 25 destinasi terbaik di dunia (http://diparda.gianyarkab.go.id). Keunikan budaya dan keramahan masyarakat yang dimiliki oleh Ubud menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung sehingga mayoritas dari wisatawan tersebut sangatlah nyaman dan menikmati perjalanan wisatanya saat berada di Ubud. Ditambah dengan keindahan alamnya seperti sawah dan sungai yang mempercantik keindahan dari Ubud itu sendiri. Data Polsek Ubud Tahun 2016 menyatakan bahwa terhitung sebanyak 2.552.880 wisatawan asing yang masuk ke wilayah Ubud pada tahun tersebut. Dengan banyaknya jumlah wisatawan tersebut, para penyedia jasa akomodasi akan diuntungkan dengan adanya peluang karena sebagian besar wisatawan tersebut pasti akan membutuhkan tempat menginap. Peluang ini yang dapat dimanfaatkan oleh penyedia jasa akomodasi seperti pondok wisata dalam usaha meningkatkan kinerjanya. Usaha akomodasi yang ada di Ubud sangatlah bervariasi, mulai dari Pondok Wisata, Hotel Melati, hingga hotel berbintang (Wahyuni, 2016). Penjelasan mengenai hotel berbintang, hotel melati, dan pondok wisata menurut Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar yaitu sebagai berikut. 7 Dalam hotel berbintang, kriteria penggolongannya berdasarkan pada persyaratan dasar dan penilaian teknis operasional. Persyaratan dasarnya yaitu perijinan (persetujuan prinsip, ijin usaha). Persyaratan teknisnya yaitu unsur fisik, unsur pengelolaan, unsur pelayanan. Selanjutnya, penetapan penilaian golongan hotel bintang dilakukan dengan menggabungkan nilai persyaratan dasar dan persyaratan teknis. Penilaian tersebut dilaksanakan oleh PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia). Penggolongan hotel melati diatur dari jumlah kamar, dimana Melati I: jumlah kamar minimal 5 buah, Melati II: jumlah kamar minimal 10 buah, dan Melati III: jumlah kamar minimal 15 buah. Kriteria penggolongannya meliputi persyaratan dasar yaitu ijin prinsip dan ijin usaha. Selanjutnya persyaratan teknisnya yaitu fisik, lokasi dan lingkungan, taman, tempat parkir, bangunan, kamar tamu, lobby, telepon umum, toilet umum, ruangan yang disewakan, front office, kantor pengelolaan hotel, ruang operasional, gedung dan fasilitas karyawan. Dalam operasional atau manajemennya terdapat organisasi, tenaga kerja, front office, house keeping, ruang karyawan, keamanan, kebersihan, kesehatan, pelayanan dan minuman. Pondok Wisata digolongkan berdasarkan fasilitas yang tersedia, diklasifikasikan menjadi: Tanda Pengenal Pondok Wisata Biru dengan fasilitas minimal tempat tidur, kamar mandi, telepon dan pelayanan makan, Tanda Pengenal Pondok Wisata Kuning dengan fasilitas minimal tempat tidur, kamar mandi dan telepon, Tanda Pengenal Pondok Wisata Merah dengan fasilitas minimal tempat tidur dan kamar mandi. 8 Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah akomodasi di Ubud dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Akomodasi di Ubud Tahun 2012-2016 Tahun Jenis Akomodasi 2012 2013 2014 2015 2016 Hotel Berbintang 12 12 12 12 12 Hotel Melati 152 139 139 158 158 Pondok Wisata 445 466 476 476 500 Sumber: Data Jumlah Perusahaan Perkantoran , Pabrik, Jasa Perhotelan dan Restoran, Polsek Ubud 2016. Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jenis akomodasi yang memiliki jumlah paling banyak adalah pondok wisata dengan jumlah yang berfluktuasi dari tahun 2012 yaitu sebanyak 445 hingga pada tahun 2016 yaitu sebanyak 500 pondok wisata. Hal ini menyimpulkan bahwa banyaknya terdapat masyarakat lokal yang memiliki usaha dalam bentuk pondok wisata di wilayah Ubud. Di samping itu, mengacu pada data di tabel, dapat disimpulkan bahwa terjadi persaingan yang semakin ketat yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pondok wisata yang terjadi dari tahun 2012 hingga 2016. Hal ini yang menyebabkan penulis untuk melakukan penelitian pada pondok wisata karena mayoritas usaha penginapan yang ada di Ubud adalah berupa pondok wisata dan juga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi persaingan yang semakin ketat antara sesama pondok wisata maupun dengan penyedia jenis akomodasi lainnya. Di samping itu, keunikan dari pondok wisata itu sendiri adalah wisatawan dapat secara langsung melihat bagaimana aktivitas masyarakat lokal di Ubud dari awal mulainya hari hingga berakhirnya hari. Disanalah nilai lebih yang dapat ditawarkan oleh pondok wisata 9 apabila dibandingkan dengan jenis penginapan-penginapan lainnya, dimana sebagian besar wisatawan yang datang ke Ubud memang ingin menikmati dan mempelajari tentang budaya masyarakat lokal yang ada di Ubud. Sehingga tidak jarang dijumpai pondok wisata yang ramai akan wisatawan bahkan mampu menyaingi hotel-hotel yang ada di Ubud. Dengan tetap berorientasi kepada pasar, diyakini akan tercapainya kinerja yang baik bagi pondok wisata yang ada di Ubud sehingga pengembangan usaha yang berkelanjutan akan dapat dicapai pula. Terlebih dengan digunakannya strategi e-marketing oleh pondok wisata yang membuatnya lebih mampu memperkenalkan diri kehadapan wisatawan melalui situs maupun aplikasi online yang telah tersedia saat ini. Penelitian mengenai hubungan antara orientasi pasar, e-marketing dan kinerja bisnis telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Purwasari dan Suprapto (2014), Kumalaningrum (2012), dan Muh Amin dkk. (2013) menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Penelitian dari Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) dan juga pelelitian Mohammad (2012) menyatakan terdapat hubungan yang positif dan signifikan yang dihasilkan oleh orientasi pasar terhadap e-marketing. Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011), Mohammad (2012), dan juga Brodie et al. (2007) menyatakan e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Selain itu, Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) menyatakan orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis secara langsung maupun tidak langsung, dengan e-marketing sebagai variabel mediasi. Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Gray dan Hooley (2002), Agarwal et al. 10 (2003), Manzano et al. (2005), dan juga Matear et al. (2002) mendapat hasil bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh yang tidak langsung terhadap kinerja bisnis melalui aktivitas inovatif seperti e-marketing. Oleh karena itu, tulisan ini berupaya untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan orientasi pasar, strategi e-marketing, dan kinerja bisnis, terlebih kinerja dari pondok wisata yang ada di Wilayah Ubud, dimana bisnis pondok wisata ini merupakan pokok pencaharian bagi mayoritas masyarakat lokal yang ada di Ubud. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di Ubud? 2) Bagaimanakah pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing pondok wisata di Ubud? 3) Bagaimanakah pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis pondok wisata di Ubud? 4) Bagaimanakah peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di ubud? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 11 1) Untuk menjelaskan pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di Ubud. 2) Untuk menjelaskan pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing pondok wisata di Ubud. 3) Untuk menjelaskan pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis pondok wisata di Ubud. 4) Untuk menjelaskan peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di Ubud. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan untuk memperkuat teori yang ada yang berhubungan dengan Orientasi Pasar, Emarketing, dan Kinerja Bisnis. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen pondok wisata di Ubud dalam merumuskan kebijakan terutama di dalam Orientasi Pasar dan E-marketing sehingga dapat meningkatkan kinerja bisnisnya. 12 1.5 Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan ini disampaikan bab yang akan dijabarkan pada masing-masing bab sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini memuat teori atau konsep yang digunakan sebagai acuan dan landasan teoritis dalam memecahkan masalah penelitian, serta rumusan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Bab ini memuat lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini memuat gambaran umum wilayah penelitian, deskripsi data hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan implikasi hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat tentang simpulan serta saran dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Bisnis Wisner dan Fawcett (1991) menyatakan bahwa pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Kriteria kinerja yang digunakan harus mampu digunakan sebagai pedoman bagi perusahaan dalam mengambil keputusan operasional sehingga tujuan strategi menjadi fleksibel, mudah untuk diterapkan, tepat waktu, serta dapat dimengerti oleh semua tingkatan manajemen. Tujuan dari pengukuran kinerja perusahaan harus bisa membantu perusahaan untuk mengembangkan atau meningkatkan dan mempertahankan keunggulan bersaing berdasarkan nilai-nilai tambah produk perusahaan dan meningkatkan kepuasan pelanggan, sehingga dapat digunakan sebagai suatu sistem pengukuran yang memberikan informasi penting bagi organisasi/perusahaan untuk mengetahui posisi daya saingnya, serta untuk mengidentifikasi masalah yang timbul dan sebagai dasar untuk mengembangkan strategi (Wisner & Fawcett, 1991). Kinerja perusahaan juga dapat diukur dengan menelaah produktifitasnya, yang terlihat via jumlah produk yang dihasilkan, dan agar dapat mencapai keunggulan bersaing, produk yang dihasilkan haruslah diupayakan secara efisien dan efektif dengan standarisasi mutu yang memadai, kualitas menjadi sangat penting bagi pelanggan, selain harga. Tujuan mengukur kinerja perusahaan adalah 14 untuk mengetahui apa yang sudah berhasil dicapai perusahaan pada suatu periode tertentu, pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya untuk mengetahui pencapaian perusahaan dalam bidang keuangan saja, tetapi juga mengenai bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, produktivitas perusahan dan untuk mengetahui posisi daya saing perusahaan serta efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya (Adinoto, 2013). Ukuran kinerja perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu efektifitas perusahaan (firm effectiveness), pertumbuhan/porsi (growth/share), dan Kemampulabaan (profitability) (Pribadiyanto dkk., 2004). Kinerja dapat dikatakan sebagai cerminan atau acuan dari proses – proses aktifitas yang ada di perusahaan. Kinerja didalam perusahaan sangat penting untuk mengukur sejauh mana perkembangan perusahaan dalam menerapkan visi, misi, serta tujuan perusahaan itu sendiri (Saputra, 2012). Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktivitas kinerja perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja dari aktivitas perusahaan dan hasil akhir yang dicapai. Jadi, suatu perusahaan perlu melakukan pengukuran kinerja bisnisnya agar dapat membenahi, hingga meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. 15 2.1.2 Orientasi Pasar Narver dan Slater (1990) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dalam menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai unggul bagi pembeli serta kinerja dalam bisnis. Uncles (2000) memberikan pengertian bahwa orientasi pasar sebagai suatu proses dan aktivitas penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan secara terus-menerus. Wahyono (2002) menyatakan bahwa orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan nilai superior bagi pembeli dan kinerja superior bagi perusahaan. Dampak orientasi pasar ini dapat meningkatkan daya tahan perusahaan terhadap pesaing sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan. Di samping itu pula, orientasi pasar telah terbukti menjadi sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan di tengah persaingan yang semakin ketat (Basuki dan Widyanti, 2014). Kohli dan Jaworski (1990) berpendapat bahwa orientasi pasar merupakan budaya perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja pemasaran. Narver & Slater (1990) menyatakan orientasi pasar terdiri dari tiga komponen, yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing berfungsi dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju, sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri dari usaha bisnis yang terkoordinasi. Orientasi pelanggan juga sebagai pemahaman yang memadai tentang target beli pelanggan dengan tujuan agar dapat diciptakannya nilai unggul 16 sehingga akan tercipta pula pembelian secara terus-menerus. Pemahaman ini meliputi pemahaman terhadap seluruh rantai nilai pembeli, baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Dengan adanya informasi tersebut maka perusahaan penjual akan memahami siapa saja pelanggan potensialnya, baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang dan juga perusahaan penjual akan memahami apa yang mereka inginkan untuk saat ini dan pada saat yang akan datang. Jadi berdasarkan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa penerapan orientasi pasar memerlukan kemampuan perusahaan dalam mencari berbagai informasi pasar sehingga dapat menjadi dasar bagi perusahaan dalam melakukan langkah atau strategi bisnis selanjutnya (Mardiyono, 2015). Koordinasi interfungsional berdasar pada informasi pelanggan dan pesaing serta terdiri dari upaya penyelarasan bisnis, secara tipikal melibatkan lebih dari departemen pemasaran, untuk menciptakan nilai unggul bagi pelanggan. Koordinasi interfungsional dapat meningkatkan komunikasi dan pertukaran antar semua fungsional organisasi yang memperhatikan pelanggan dan pesaing, serta menginformasikan trend pasar terkini. Hal ini membantu perkembangan baik kepercayaan maupun kemandirian diantara unit fungsional yang terpisah, yang pada akhirnya menimbulkan lingkungan perusahaan yang cenderung akan memiliki kemauan lebih untuk menerima suatu produk yang benar-benar baru yang berdasarkan pada kebutuhan pelanggan (Mardiyono, 2015). Baker & Sinkula (1999), mengembangkan bahwa peranan orientasi pasar dan orientasi pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang akan meningkatkan suatu 17 kekuatan dan kinerja dari produk yang inovatif seperti mengumpulkan informasi pasar, penyebaran informasi pasar, dan inovasi kinerja pemasaran. Orientasi pasar, secara signifikan merupakan faktor penting untuk memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar (Kumalaningrum, 2012). Lebih lanjut, Kumalaningrum (2012) mengemukakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki keterampilan untuk menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama menawarkan generasi baru produk dan jasa pada pasar. Orientasi pasar seringkali digunakan untuk memperbaiki kinerja bisnis suatu organisasi, seperti merespon dan memenuhi hal-hal apa saja yang diinginkan konsumen, dan bagaimana cara memuaskan konsumen. Semenjak orientasi pasar dipandang sebagai budaya organisasi atau sebuah proses, maka dapat dikatakan bahwa orientasi pasar difasilitasi oleh faktor-faktor internal dalam perusahaan (Muh Amin dkk., 2013). Proses di dalam organisasi merupakan sebuah tantangan untuk orientasi pasar dan dijelaskan sebagai tingkatan dimana organisasi dapat meningkat melalui orientasi pasar yang dihubungkan dengan struktur, sistem, dan proses yang tercipta untuk melanjutkannya (Muh Amin dkk., 2013). Perusahaan yang telah menjadikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar pada kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar dalam penyusunan strategi bisnis bagi masing-masing unit bisnis di dalam organisasi, dan menentukan keberhasilan perusahaan itu sendiri (Setyawati dan Abrilia, 2014). Budaya perusahaan yang menekankan pada pentingnya perusahaan untuk 18 memperhatikan pasar atau berorientasi pasar akan mengarah pada penguatan nilai pelanggan superior perusahaan tersebut (Bakti dan Harun, 2011). Jadi, orientasi pasar merupakan serangkaian kegiatan perusahaan dalam memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggannya, selain itu juga berisi mengenai bagaimana perusahaan dapat memahami, bertahan, serta mengatasi ancaman yang dihadapi dengan adanya pesaing. Orientasi pasar juga merupakan hal yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan segala fungsional yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. 2.1.3 E-marketing E-marketing atau Internet Marketing (pemasaran elektronik) adalah proses memasarkan produk dan layanan kepada pelanggan dengan menggunakan media internet. Hal ini mencakup promosi, iklan, transaksi maupun pembayaran dapat dilakukan melalui halaman web. Pengguna internet marketing dapat dengan mudah mengakses informasi dimana saja dengan komputer atau smartphone yang terhubung ke internet. Menurut El-Gohary (2010), Pemasaran Elektronik (EMarketing) dapat dipandang sebagai sebuah filosofi baru dan praktek bisnis moderen yang terlibat dengan pemasaran barang, jasa, informasi dan ide melalui internet dan media jaringan elektronik lainnya. Menurut Mohammed, et al. (2003), internet marketing merupakan sebuah proses untuk membangun dan memelihara hubungan dengan pelanggan melalui kegiatan secara online sebagai sarana pertukaran pendapat, produk, dan jasa sehinga dapat mencapai tujuan bersama. 19 E-marketing adalah sisi pemasaran dari e-commerce, yang merupakan kerja dari perusahaan dalam usaha untuk mengkomunikasikan sesuatu, mempromosikan, dan menjual barang dan jasa melalui internet (Kotler & Armstrong, 2004:74). E-marketing merupakan salah satu komponen dalam ecommerce dengan kepentingan khusus oleh marketer, yakni strategi proses pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penetapan harga barang dan jasa kepada pangsa pasar internet ataupun melalui peralatan digital lain (Boone dan Kurtz, 2005). E-marketing menggunakan internet sebagai platform yang memungkinkan perusahaan dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan mengetahui dan mengerti akan kebutuhan pelanggan, mengurangi biaya transaksi, hingga memungkinkan pelanggan untuk berpindah kapan dan dimana saja tanpa menghawatirkan tempat dan waktu (Sheth & Sharma, 2005). Dapat disimpulkan bahwa e-marketing adalah strategi pemasaran suatu perusahaan yang memanfaatkan kelebihan teknologi dimana perusahaan itu memasarkan produknya kepada pelanggan melalui internet sehingga perusahaan dapat menghemat biaya promosi dan juga perusahaan dapat memasarkan produknya lebih cepat kepada para pelanggannya karena e-marketing memungkinkan perusahaan mempromosikan produknya dengan tidak berpindah tempat, yang dapat dilakukan dimana saja dan juga kapan saja. Selain itu, emarketing juga memudahkan pelanggan dalam mencari informasi mengenai produk yang akan dibelinya. 20 2.1.4 Pondok Wisata Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1989 Tentang usaha pondok wisata, dikatakan bahwa pondok wisata adalah suatu usaha perseorangan dengan menggunakan sebagian dari rumah tinggalnya untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian. Esensi dari pondok wisata yaitu merupakan wadah yang berupa unit hunian sebagai pendukung bagi kawasan/kompleks sekitar wisata yang berbentuk pondok penginapan (Herlambang, 2010). Menurut Downing A. Jockson dalam bukunya The Architecture of Country House menyatakan Pondok Wisata adalah tempat tinggal dalam ukuran kecil untuk ditempati oleh keluarga dan juga orang yang berwisata. Jadi dapat disimpulkan bahwa pondok wisata merupakan salah satu jenis penyedia akomodasi untuk para wisatawan yang merupakan penginapan berjenis rumah, dimana rumah yang disewakan adalah sebagian dari satu rumah yang dimiliki oleh seseorang yang pembayarannya dihitung harian. Menurut Herlambang (2010), Pondok Wisata dapat dibedakan menjadi : a) Lokasi Sesuai dengan tempatnya, pondok wisata biasa dibangun di pinggir laut, pegunungan dan pedesaan dengan menampilkan kondisi lingkungan alam yang ada. Lokasi fasilitas wisata pada Pondok Wisata dapat dibedakan atas: 21 1) Fasilitas yang berada di lokasi alam, memanfaatkan unsur alam sebagai pendukung keberadaannya. Fungsi utamanya yaitu rekreasi atau bermalam/menginap. 2) Fasilitas yang berada di dalam kota, fungsi utamanya adalah untuk mempermudah wisatawan dalam mencapai semua obyek wisata yang ada dan tempat untuk bermalam. b) Berdasarkan Masa Penggunaannya Pondok wisata dapat ditempati kapan saja dan dengan waktu yang tidak terbatas sesuai keinginan. Selain dapat disewakan, pondok wisata dapat dimiliki oleh perusahaan, dan juga dapat dibeli sebagai sebuah investasi. Jadi dalam penggunaannya, pondok wisata dapat digunakan sepanjang tahun. c) Berdasarkan Kegiatan Utamanya Fasilitas pondok wisata pada tempat wisata dapat menjadi berbeda-beda karena disesuaikan dengan potensi lingkungan setempat, misalnya pondok wisata di daerah pegunungan akan menyediakan fasilitas yang menunjang kegiatan wisata pegunungan. Sedangkan pondok wisata di daerah situs budaya akan menyediakan faslitas yang menunjang kegiatan yang sesuai wisata budaya. 22 2.2 Kerangka Konseptual Berikut tersaji pada gambar 2.1 kerangka konseptual dalam penelitian ini. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual E-marketing (M) H4 Orientasi Pasar (X) H1 Kinerja Bisnis (Y) Sumber:Tsiotsou & Vlachopoulou (2011) 2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis. Keberhasilan yang diraih perusahaan tidak terlepas dari kemampuannya untuk memahami kebutuhan konsumen, persaingan di dalam industri dan juga koordinasi antarfungsi dalam perusahaan itu sendiri (Purwasari dan Suprapto, 2014). Kumalaningrum (2012) menyatakan bahwa profit margin perusahaan yang lebih tinggi merupakan hasil sinergi dari pemilihan pasar target, pengembangan produk, strategi harga, distribusi dan promosi, sehingga menimbulkan kemungkinan penyampaian produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan target pasar. Di samping itu, untuk menghadapi persaingan dan juga bertahan hidup, ternyata perusahaan lebih fokus memberikan perhatian kepada konsumennya, 23 memonitor trend persaingan, dengan segera merespon keadaan pasar dengan memperhatikan keadaan finansial, teknik, dan konsentrasi lainnya (Muh Amin dkk., 2013). Hasil penelitian Purwasari dan Suprapto (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari ketiga elemen orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Kumalaningrum (2012) dan juga penelitian Muh Amin dkk. (2013) yang juga menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan dari orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Artinya, semakin tinggi tingkat orientasi pasar maka semakin tinggi pula tingkat kinerja bisnis. Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut. H1 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Bisnis. 2.3.2 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap E-marketing. E-marketing merupakan kegiatan inovatif karena mengembangkan cara baru untuk berinteraksi dengan pelanggan (Lovelock, 1995) dan menyediakan sistem pemberian layanan baru (Dabholkar, 1994) dan proses yang mengurangi biaya (Johne and Storey, 1998). Secara khusus, e-marketing berinteraksi secara signifikan dengan orientasi pelanggan, orientasi pesaing, koordinasi antar fungsi, dan kompetensi pemasaran (Mohammad, 2012). Penelitian di bidang pariwisata telah menunjukkan bahwa desain situs web dan fitur pemasaran internet merupakan prediktor signifikan terhadap pengiriman pesan, citra merek perusahaan, dan kualitas produk dan layanan. 24 Dengan demikian, temuan tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan ingin menerapkan teknologi baru, mereka perlu terlebih dahulu menerapkan konsep pemasaran dan mengembangkan budaya di dalam organisasinya yang akan berfokus pada pelanggan, memperhatikan pesaing, dan mencapai koordinasi antar sumber daya (Tsiotsou dan Vlachopoulou, 2011). Hubungan antara orientasi pasar dengan e-marketing didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi pasar dengan E-marketing. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2012) yang juga menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap e-marketing. Artinya, semakin tinggi tingkat orientasi pasar maka semakin tinggi pula tingkat e-marketing yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut. H2 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Emarketing. 2.3.3 Pengaruh E-marketing terhadap Kinerja Bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) menyatakan bahwa mengembangkan kemampuan marketing, e-marketing dan mengadopsi strategi e-marketing merupakan jalur manajerial yang dapat dilakukan UKM pariwisata untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka dan bertahan. Untuk mengamankan keberadaan mereka, UKM di bidang pariwisata harus terus meningkatkan sistem bisnis on-line sehingga biaya distribusi tetap rendah dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan mereka. 25 E-marketing yang efektif dapat memungkinkan perusahaan memperoleh kecerdasan kompetitif dan kemampuan organisasi yang memudahkan keputusan pemasaran yang efektif untuk posisi yang tepat di industri ini (Mohammad, 2012). Brodie et al. (2007) menemukan bahwa penerapan e-marketing berhubungan positif dengan kinerja pemasaran dan khususnya pada akuisisi dan retensi pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) menyatakan bahwa e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Mohammad (2012) juga berpendapat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara e-marketing dengan kinerja bisnis. Artinya, semakin tinggi tingkat e-marketing maka semakin tinggi pula tingkat kinerja bisnis. Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut. H3 : E-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Bisnis. 2.3.4 Peran E-marketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis Penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) hasilnya menunjukkan bahwa orientasi pasar merupakan fondasi yang meningkatkan efek sumber daya pemasaran lainnya di dalam perusahaan seperti e-marketing. Artinya, sumber daya pemasaran tidak hanya bertindak terpisah tapi saling melengkapi untuk mencapai kinerja bisnis. Hasil dari penelitian Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) menyatakan bahwa Orientasi pasar memiliki efek langsung 26 terhadap kinerja dan juga memengaruhinya melalui e-marketing, dengan e-marketing memediasi hubungan. Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian yang meyatakan adanya pengaruh secara tidak langsung antara orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan melalui aktivitas inovatif seperti e-marketing (Gray dan Hooley, 2002; Agarwal et al., 2003; Manzano et al., 2005; Matear et al., 2002). Atas dasar uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut. H4 : E-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2014:55). Penelitian ini menguji hipotesis yang menjelaskan pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis, pengaruh orientasi pasar terhadap emarketing, pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis, serta peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada industri penyedia akomodasi pariwisata, yaitu dalam bentuk pondok wisata yang ada di daerah Ubud. Lokasi ini dipilih karena: 1) Ubud merupakan salah satu destinasi pariwisata terpopuler yang ada di Bali yang terkenal hingga ke mancanegara. 2) Mengingat maraknya pengusaha pondok wisata yang merupakan masyarakat lokal Ubud itu sendiri, sehingga perlu dilakukan penilaian kinerja untuk mampu bersaing dengan penyedia akomodasi pariwisata lainnya. 3.3 Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh orientasi pasar (X) terhadap kinerja bisnis (Y), pengaruh orientasi pasar (X) terhadap e-marketing (M), 28 pengaruh e-marketing (M) terhadap kinerja bisnis (Y), serta peran e-marketing (M) dalam memediasi pengaruh orientasi pasar (X) terhadap kinerja bisnis (Y), khususnya pada pondok wisata di Ubud. 3.4 Identifikasi Variabel Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah : 1) Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja bisnis (Y) 2) Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu orientasi pasar (X) 3) Variabel mediasi dalam penelitian ini yaitu e-marketing (M) 3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Kinerja Bisnis Pondok Wisata (Variabel Terikat) Kinerja bisnis (Y) merupakan sesuatu yang dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri. Dalam kata lain kinerja merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis telah menjalankan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuannya. Pengukuran kinerja dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja dari aktivitas pondok wisata dan hasil akhir yang dicapai. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja bisnis menurut penelitian yang dilakukan oleh Adinoto (2013) dan Tsiotsou & Vlachopoulou (2011) yaitu: 1) Service Productivity - Produktivitas usaha berjalan dengan baik dalam 3 tahun terakhir. 2) Service Quality 29 - Kualitas pelayanan berjalan dengan baik dalam 3 tahun terakhir. 3) Net Profit - 3.5.2 Profitabilitas usaha meningkat dalam 3 tahun terakhir. Orientasi Pasar (Variabel Bebas) Orientasi pasar (X) merupakan suatu budaya organisasi yang memiliki orientasi pada pasar yang nantinya akan menjadi sebuah dasar bagi pembentukan strategi perusahaan. Tiga dimensi orientasi pasar yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi antarfungsional. Mengacu pada penelitian Tsiotsou & Vlachopoulou (2011) dan model MKTOR dari Narver & Slatter (1990), indikator dari orientasi pasar adalah sebagai berikut. 1) Tujuan bisnis didorong oleh kepuasan pelanggan. 2) Melakukan pengukuran kepuasan pelanggan secara sistematis dan berkala. 3) Memiliki respon terhadap kegiatan kompetitif yang megancam perusahaan. 4) Tim manajemen puncak melakukan diskusi mengenai kekuatan dan strategi pesaing secara reguler. 5) Semua fungsi di dalam perusahaan terintegrasi dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar. 6) Manajer paham bagaimana seluruh elemen dalam perusahaan dapat berkontribusi dalam menciptakan nilai pelanggan. 30 3.5.3 E-marketing (Variabel Mediasi) E-marketing merupakan suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya kepada konsumen melalui media elektronik seperti internet dan lainnya. E-marketing mencakup proses komunikasi, promosi, hingga transaksi. Tsiotsou & Vlachopoulou (2011), Brodie et al. (2007), dan Mohammad et al. (2013) menyatakan indikator e-marketing sebagai berikut. 1) Transaction activities - Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan transaksi. 2) Promotional activities - Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan promosi. 3) Database activities - Perusahaan menyimpan informasi mengenai aktivitas usaha yang dijalankan di dalam komputer atau peralatan elektronik lainnya. 4) Interaction Activities - Perusahaan menggunakan media internet dalam berinteraksi dengan pelanggan. 5) Using Internet in Marketing Activities Related to Distribution Channels - Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan pemasaran yang terkait dengan saluran distribusi. 6) Using Internet in Activities Related to Research and Management Communications - Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan riset dan komunikasi manajemen. 31 Tabel 3.1 Indikator Variabel NO 1 Variabel Kinerja Bisnis Pondok Wisata (Y) 2 Orientasi Pasar (X) 3 3.6 Indikator a) Service Productivity b) Service Quality c) Net Profit a) Tujuan bisnis didorong oleh kepuasan pelanggan. b) Melakukan pengukuran kepuasan pelanggan secara sistematis dan berkala. c) Memiliki respon terhadap kegiatan kompetitif yang megancam perusahaan. d) Tim manajemen puncak melakukan diskusi mengenai kekuatan dan strategi pesaing secara reguler. e) Semua fungsi di dalam perusahaan terintegrasi dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar. f) Manajer paham bagaimana seluruh elemen dalam perusahaan dapat berkontribusi dalam menciptakan nilai pelanggan. E-marketing (M) a) Transaction activities b) Promotional activities c) Database activities d) Interaction Activities e) Using Internet in Marketing Activities Related to Distribution Channels f) Using Internet in Activities Related to Research and Management Communications Sumber Tsiotsou & Vlachopoulou (2011), Adinoto (2013) Tsiotsou & Vlachopoulou (2011), Narver & Slatter (1990) Tsiotsou & Vlachopoulou (2011), Brodie et al. (2007), Mohammad et al. (2013) Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh usaha pondok wisata di wilayah Ubud yang terdaftar dalam data Polsek Ubud pada tahun 2016. Menurut data yang dimiliki Polsek Ubud pada tahun 2016 mengenai jumlah perusahaan perkantoran, pabrik, jasa perhotelan dan restoran, tercatat terdapat sejumlah 500 usaha pondok wisata yang terdaftar di wilayah Ubud. 32 Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik probability sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling (Sampel acak sederhana), yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap seluruh anggota populasi tanpa menghiraukan strata yang ada di dalam populasi. Sampel dalam penelitian ini yaitu pengusaha atau manajer dari pondok wisata yang dipilih secara acak. Untuk memperoleh data yang valid, maka jumlah sampel responden yang diambil paling sedikit 5-10 kali jumlah indikator (Sugiyono, 2013:130). Di samping itu populasi subjek penelitian sangat homogen, dimana seluruh respondennya merupakan penyedia akomodasi yang sama-sama berjenis pondok wisata. Jadi, perhitungan jumlah sampel responden yang akan diuji adalah sebagai berikut : Jumlah Responden = Jumlah indikator x 5 = 15 indikator x 5 = 75 responden Sehingga jumlah minimum ukuran sampel yang direkomendasikan pada studi ini adalah sejumlah 75 pondok wisata. 3.7 Metode Pengumpulan Data Dalam usaha memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat mendukung penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode kuesioner. Metode kuesioner ini dilakukan dengan mengajukan daftar pernyataan tertulis kepada 33 responden yang dapat merupakan pemilik atau manajer dari pondok wisata. Kuesioner ini menggunakan sistem tertutup, yaitu bentuk pernyataan yang disertai alternatif jawaban dan responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan tersebut. Data yang dikumpulkan meliputi : 1) Identitas responden dan pondok wisata. 2) Data mengenai tanggapan responden terhadap variabel orientasi pasar, emarketing, dan kinerja bisnis. Variabel – variabel dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur skala variabel penelitian seperti sikap, pendapatan, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial ( Sugiyono, 2009 : 132 ). Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert 1 – 5 dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) 2) Skor 4 untuk jawaban Setuju (S) 3) Skor 3 untuk jawaban Cukup Setuju (CS) 4) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) 5) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) 3.8 Jenis dan Sumber Data 3.8.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 34 1) Data kuantitatif, merupakan jenis data yang dinyatakan dalam bentuk angka dan memiliki satuan hitung. Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu jumlah usaha pondok wisata di Daerah Ubud tahun 2012 hingga 2016 dan tabulasi hasil kuesioner. 2) Data kualitatif, merupakan data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Data kualitatif yang dikumpulkan yaitu data mengenai gambaran umum mengenai usaha pondok wisata di daerah Ubud. 3.8.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data primer, dalam penelitian ini dikumpulkan melalui hasil jawaban dari kuesioner yang disebarkan pada responden. 2) Data sekunder, yaitu jumlah usaha pondok wisata di daerah Ubud yang diperoleh dari Polsek Ubud. 3.9 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Untuk dapat mengetahui layak atau tidaknya data yang digunakan maka perlu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas di dalam melakukan penelitian ini. 3.9.1 Uji Validitas Instrumen Sebuah instrumen yang valid dapat menghasilkan hasil penelitian yang diharapkan menjadi layak. Penelitian ini menggunakan validitas konstrak 35 (constract validity), yaitu pengujian instrumen yang diuji cobakan pada sampel dari populasi yang diambil. Jumlah sampel yang digunakan sekitar 30 orang, setelah data ditabulasikan maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Nilai korelasi antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan r kritis. Jika korelasi item > r kritis (0,30) maka instrumen dapat dikatakan valid (Sugiyono, 2013:177). 3.9.2 Uji Reliabilitas Instrumen Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali dan tetap ada kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pengujian reliabilitas test-retest yang menguji instrumen dengan mengujicobakannya beberapa kali pada responden, dalam hal ini instrumen dan respondennya sama namun waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, apabila ukuran variabel > 0,60 maka instrumen dapat dikatakan reliabel. (Sugiyono, 2013:172). 3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data mengenai karakteristik variabel penelitian, yaitu nilai rata-rata, standar deviasi, varian, nilai minimum dan nilai maksimum (Sugiyono, 2013:207). 36 3.10.2 Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensial merupakan metode yang berkaitan dengan cara-cara menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi yang didasarkan pada data yang diambil dari sebagian anggota populasi atau disebut juga sebagai sampel (Dayuh, 2013:2). Statistik inferensial dapat membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi atau tidak. Statistik inferensial yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS), yaitu sebuah teknik pemodelan struktural yang sangat sesuai untuk model penelitian kompleks yang melibatkan banyak konstruk dan indikator (Hair et al., 2011). Alasan digunakannya teknik analisis PLS yaitu sebagai berikut: 1) Model kerangka konseptual pada penelitian ini terlihat terdapat hubungan kausal berjenjang yaitu orientasi pasar memiliki pengaruh terhadap emarketing dan selanjutnya memiliki pengaruh terhadap kinerja bisnis. 2) Seluruh variabel yang dianalisis memiliki indikator model yang bersifat reflektif. 3) PLS merupakan teknik analisis multivariat yang memungkinkan untuk dilakukannya analisis serangkaian dari beberapa variabel laten secara simultan sehingga dapat memberikan efisiensi secara statistik. 4) PLS lebih mudah dioperasikan karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi seperti data harus berdistribusi multivariat normal dan sampel tidak harus berjumlah besar (Ghozali, 2011:4). 37 Sesuai dengan yang digambarkan pada kerangka konspetual penelitian, hubungan antar variabel pada penelitian ini dapat dispesifikasikan hubungannya dengan teknik-teknik yang terdapat pada metode PLS yaitu: 1) Outer Model Outer model atau measurement model merupakan hubungan antar indikator dengan variabel latennya. Di dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel pengukuran dalam model yang seluruhnya merupakan konstruk yang merefleksikan: orientasi pasar, e-marketing, dan kinerja bisnis. Evaluasi outer model dilakukan dengan beberapa cara (Chin, 1998) yaitu: a) Convergent Validity (CV) pada indikator reflektif yaitu dengan melihat korelasi atau loading antara variabel terukur dengan variabel latennya. Uji convergent validity dilakukan untuk memastikan indikator penelitian agar layak digunakan dalam pengumpulan data. Untuk melihat apakah suatu model valid atau tidak untuk menjadi kerangka penelitian, maka terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi (Hair et al., 2016), yaitu: semua indicator loading harus di atas 0.65, composite realibility (CR) harus di atas 0.8, dan average variance extracted (AVE) dari setiap konstruk harus melebihi 0.5. b) Discriminant Validity (DV) pada indikator reflektif yaitu dengan melihat crossloading terhadap konstruk atau latennya, DV yang ideal adalah yang mana indikatornya memiliki crossloading lebih pada konstruknya dibandingkan dengan konstruk lainnya. Metode lain untuk melihat discriminant validity (DV) adalah dengan melihat nilai 38 akar square root of average variance extracted (√AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model lebih besar dari 0,5 maka konstruk yang bersangkutan dikatakan memiliki discriminant validity (DV) yang baik. 2) Inner Model Inner model dapat dikatakan sebagai inner relation yang menggambarkan hubungan antarvariabel laten berdasarkan teori. Evaluasi terhadap inner model dilakukan dengan cara melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya dan juga nilai uji t statistiknya. Selain itu juga perlu diperhatikan nilai R2 untuk variabel laten dependen. Nilai R2 sekitar 0,6 dapat dikatakan baik, 0,3 dikatakan moderat, sedangkan 0,1 bisa dikatakan lemah (Hair et al., 2011). Perubahan R2 dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten tertentu terhadap variabel laten independen, apakah memiliki pengaruh yang substansial atau tidak. 3.10.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan nilai t-value. Untuk mengkonfirmasi signifikansi hubungan antar konstruk yang sesuai dengan model penelitian dan mendukung hipotesis yang dibangun adalah dengan melihat t-value (t statistics) lebih besar dari 1.96 apabila tingkat alpha sebesar 0.05 (Hair et al., 2011). 39 1) Analisis pada pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. a) Perumusan hipotesis H0 : Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. H1 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. b) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% c) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 d) Statistik Uji e) Kesimpulan 2) Analisis pada pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing. a) Perumusan hipotesis H0 : Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing. H2 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing. b) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% c) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 40 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 d) Statistik Uji e) Kesimpulan 3) Analisis pada pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis. a) Perumusan hipotesis H0 : E-marketing tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. H3 : E-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. b) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% c) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 d) Statistik Uji e) Kesimpulan 4) Analisis pada peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. a) Perumusan hipotesis H0 : E-marketing tidak memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. H4 : E-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. 41 b) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% c) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 d) Statistik Uji e) Kesimpulan 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pondok Wisata di Wilayah Ubud Kepariwisataan pada kabupaten Gianyar bermula pada tahun 1920-an saat Walter Spies, seorang pelukis asing kelahiran Jerman yang menetap di Ubud, di tepi sungai wos tepatnya di Campuhan Ubud. Nama Walter Spies cukup melegenda di Bali. Kemasyuran nama Walter Spies tertulis di dalam buku Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata karya penulis Perancis yang bernama Michael Picard. Dalam buku tersebut sempat diulas mengenai kiprah Walter Spies sebagai salah satu Pioneer pariwisata Bali selama menetap di Ubud. Spies tiba di Bali dalam era penjajahan Belanda di tahun 1927 dan menetap belasan tahun di Bali. Selama periode tersebut Spies menjadi orang yang banyak mengetahui tentang Bali. Dia bahkan menjadi pemandu bagi para seniman, penulis tokoh lainnya yang berkunjung ke Bali (http://diparda.gianyarkab.go.id). Setelah Masa Pasca Kemerdekaan, dibangun Museum Puri Lukisan pertama di Ubud yang diprakarsai oleh Tokoh Puri Ubud Cokorda Gede Agung Sukawati bersama Yayasan Pita Maha dengan nama Museum Puri Lukisan Ratna Warta yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Perdana Menteri Indonesia kala itu Mr. Ali Sastroamidjojo pada tahun 1954 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mohammad Yamin pada tahun 1956. Tokoh Puri Ubud kala itu, Cokorda Gede Agung Sukawati menerapkan strategi untuk menghubungkan para seniman dan peneliti asing dengan seniman lokal dan masyarakat umum untuk menciptakan sebuah ajang kreatif yang 43 merangsang pertukaran ilmu dan pembelajaran lintas budaya. Beliau membuka gerbang dan areal puri yang agung dan sakral untuk tamu mancanegara, memberi perlindungan dan penginapan untuk para tamu, dan mengajarkan kepada masyarakat bagaimana untuk bersikap santun dan tidak malu-malu dalam memberi pelayanan kepada tamu. Disamping itu, beliau juga mengembangkan tempat tinggal Walter Spies yang tak lain merupakan tempat miliknya menjadi penginapan. Seiring berjalannya waktu makin banyak wistawan asing yang berkunjung ke Gianyar khususnya Ubud, sehingga makin bertambah pula sarana dan prasarana penginapan yang dibangun oleh masyarakat setempat yang berjenis pondok wisata dan hingga saat ini, tercatat terdapat sejumlah 500 usaha pondok wisata yang tersebar di seluruh wilayah Ubud. 4.2 Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 75 orang. Seluruh responden yaitu pondok wisata dalam penelitian ini menggunakan e-marketing. Responden dalam penelitian ini dibedakan dalam hal jabatan dan usia dari pondok wisata. Karakteristik responden disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Responden No Kriteria 1 2 Jabatan Klasifikasi Jumlah (orang) Pemilik Manajer 66 9 75 32 10 17 16 75 Total 1 2 3 4 Usia Pondok Wisata (tahun) 1-5 >5-10 >10-15 >15 Total Sumber: Data Primer, 2017. 44 Persentase (%) 88 12 100 42,7 13,3 22,7 21,3 100 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam kriteria jabatan, responden terbanyak dengan persentase 88 persen yaitu pemilik dan sejumlah 12 persen merupakan manajer. Hal ini dikarenakan usaha pondok wisata merupakan usaha kecil menengah yang umumnya dalam melakukan kegiatan operasional tidak membutuhkan peran seorang manajer karena pemilik dari pondok wisata itu sendiri sudah cukup untuk berperan sebagai manajer yang mengontrol seluruh kegiatan operasional di dalam pondok wisatanya. Namun dengan adanya hasil 12 persen responden yang merupakan manajer, hal ini membuktikan bahwa masih dibutuhkannya peran manajer oleh sejumlah kecil pemilik dari usaha pondok wisata yang kurang mampu mengelola pondok wisatanya dan menyerahkan wewenang kepada manajer untuk mengontrol seluruh kegiatan operasional di dalam pondok wisatanya. Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam kategori usia pondok wisata, jumlah terbanyak adalah rentang usia antara 1 sampai 5 tahun yaitu sebanyak 42,7 persen pondok wisata. Selanjutnya diikuti oleh rentang usia pondok wisata di atas 10 sampai 15 tahun yang memiliki persentase sebanyak 22,7 persen. Urutan ketiga adalah rentang usia pondok wisata di atas 15 tahun yang persentasenya berjumlah 21,3 persen. Pada urutan terakhir yaitu usia pondok wisata yang memiliki rentang usia di atas 5 hingga 10 tahun yang memperoleh persentase sebanyak 13,3 persen. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat sangat banyak pondok wisata yang masih dapat dikatakan baru karena jumlah terbanyak pondok wisata memiliki usia antara 1 hingga 5 tahun. Oleh karena itu, dapat 45 disimpulkan bahwa dewasa ini persaingan dalam industri akomodasi, khususnya persaingan antar pengusaha pondok wisata semakin ketat. 4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian 4.3.1 Uji Validitas Instrumen penelitian dapat dikatakan valid apabila nilai Spearman Correlation suatu indikator yang terdapat dalam setiap variabel memiliki nilai yang lebih dari 0,30 (r > 0,30). Berikut tabel hasil uji validitas. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Item Pernyataan X1.1 X1.2 X1.3 1 Orientasi Pasar (X) X1.4 X1.5 X1.6 M1.1 M1.2 M1.3 2 E-marketing (M) M1.4 M1.5 M1.6 Y1.1 3 Kinerja Bisnis (Y) Y1.2 Y1.3 Sumber: Data primer diolah 2017. No Variabel Korelasi Item Total 0,801 0,863 0,762 0,722 0,768 0,835 0,887 0,828 0,777 0,753 0,726 0,870 0,870 0,941 0,847 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Hasil uji validitas pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien korelasi dengan skor total lebih besar dari 0,30. Hal ini menyimpulkan bahwa seluruh pernyataan dalam instrumen penelitian tersebut valid. 46 4.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika instrumen tersebut memiliki nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,60. Hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas No Variabel 1 Orientasi Pasar (X) 2 E-marketing (M) 3 Kinerja Bisnis (Y) Sumber: Data primer diolah, 2017. Cronbach’s Alpha 0,879 0,892 0,864 Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Hasil uji reliabilitas pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach lebih dari 0,60. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini reliabel. 47 4.4 Deskripsi Variabel Penelitian Sugiyono (2009) mengatakan bahwa untuk melakukan pendeskripsian dalam penilaian responden pada masing-masing instrumen penelitian, perlu adanya penggolongan jawaban responden ke dalam skala pengukuran yang telah ditetapkan pada lima kategori, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Skala pengukuran ditetapkan melalui formula interval range sebagai berikut. 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 5−1 = 0,8 5 Berdasarkan hasil perhitungan formulasi interval range maka dapat disajikan kriteria pengukuran sebagai berikut: 1,00 – 1,79 = Sangat Rendah 1,80 – 2,59 = Rendah 2,60 – 3,39 = Sedang 3,40 – 4,19 = Tinggi 4,20 – 5,00 = Sangat Tinggi 48 4.4.1 Orientasi Pasar Variabel orientasi pasar dibentuk oleh 6 indikator dengan jawaban responden yang tersaji pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Deskripsi Jawaban Responden terhadap Orientasi Pasar No Pernyataan 1 Tujuan bisnis perusahaan didorong oleh kepuasan pelanggan. Perusahaan melakukan pengukuran kepuasan pelanggan secara sistematis dan berkala. Perusahaan memiliki respon terhadap kegiatan kompetitif yang megancam perusahaan. Tim manajemen puncak melakukan diskusi mengenai kekuatan dan strategi pesaing secara reguler. Semua fungsi di dalam perusahaan terintegrasi dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar. Manajer paham bagaimana seluruh elemen dalam perusahaan dapat berkontribusi dalam menciptakan nilai pelanggan. 2 3 4 5 6 Jawaban CS S SS Ratarata Keter angan 28 41 4,47 Sangat tinggi 15 19 41 4,35 Sangat tinggi 0 14 24 37 4,31 Sangat tinggi 0 0 15 34 26 4,15 Tinggi 0 0 16 32 27 4,15 Tinggi 0 0 10 28 37 4,36 Sangat tinggi 4,30 Sangat Tinggi STS TS 0 0 6 0 0 0 Rata-rata variabel orientasi pasar Sumber: Data primer, 2017. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 6 (enam) pernyataan mengenai orientasi pasar memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,30 yang masuk ke dalam kriteria sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan orientasi pasar dari pondok wisata yang ada di wilayah Ubud sangat tinggi. 49 4.4.2 E-marketing Variabel E-marketing pada penelitian ini diukur oleh 6 indikator dengan hasil tanggapan responden seperti tersaji pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban Responden terhadap E-marketing No Pernyataan 1 Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan transaksi. Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan promosi. Perusahaan menyimpan informasi mengenai aktivitas usaha di dalam komputer atau peralatan elektronik lainnya. Perusahaan menggunakan media internet dalam berinteraksi dengan pelanggan. Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan pemasaran yang terkait dengan saluran distribusi. Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan riset dan komunikasi manajemen. 2 3 4 5 6 Jawaban CS S SS Ratarata Keter angan 31 38 4.43 Sangat tinggi 5 34 36 4.41 Sangat tinggi 0 12 29 34 4.29 Sangat tinggi 0 0 13 32 30 4.23 Sangat tinggi 0 0 11 34 30 4.25 Sangat tinggi 0 0 11 28 36 4.33 Sangat tinggi 4,32 Sangat tinggi STS TS 0 0 6 0 0 0 Rata-rata variabel e-marketing Sumber: Data primer, 2017. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 6 (enam) pernyataan mengenai e-marketing memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,32 yang masuk ke dalam kriteria sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan e-marketing yang dilakukan oleh pondok wisata yang ada di wilayah Ubud sangat tinggi. 50 4.4.3 Kinerja Bisnis Variabel kinerja bisnis pada penelitian ini diukur oleh 3 indikator dengan hasil tanggapan responden seperti tersaji pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban Responden terhadap Kinerja Bisnis No Pernyataan STS TS Jawaban CS S Produktivitas usaha berjalan 0 0 15 baik dalam 3 tahun terakhir. 2 Kualitas pelayanan berjalan 0 0 19 baik dalam 3 tahun terakhir. 3 Profitabilitas usaha meningkat 0 0 21 dalam 3 tahun terakhir. Rata-rata variabel orientasi pasar Sumber: Data primer, 2017. 1 SS Rata -rata Keter angan Sangat Baik 29 31 4.21 23 33 4.19 Baik 23 31 4.13 Baik 4,18 Baik Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 3 (tiga) pernyataan mengenai kinerja bisnis memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,18 yang masuk ke dalam kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bisnis pondok wisata yang ada di wilayah Ubud berjalan dengan baik. 4.5 Evaluasi Outer Model 4.5.1 Convergent Validity Untuk melihat apakah suatu model valid atau tidak untuk menjadi kerangka penelitian, maka terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi (Hair et al., 2016), yaitu: semua indicator loading harus di atas 0.65, composite realibility (CR) harus di atas 0.8, dan average variance extracted (AVE) dari setiap konstruk harus melebihi 0.5. Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengukuran model convergent validity. 51 Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Model Konstruk Indikator Outer Loading X1.1 0,847 X1.2 0,862 X1.3 0,818 Orientasi Pasar X1.4 0,732 X1.5 0,825 X1.6 0,832 M1.1 0,840 M1.2 0,797 M1.3 0,779 Emarketing M1.4 0,772 M1.5 0,752 M1.6 0,819 Y1.1 0,889 Kinerja Y1.2 0,916 Bisnis Y1.3 0,912 Sumber: Data primer diolah, 2017. Composite Reliability (CR) Average Variance Extracted (AVE) 0,925 0,673 0,911 0,630 0,932 0,820 Tabel 4.7 menyatakan bahwa seluruh loading indikator bernilai di atas 0,65 dengan rentang diantara 0,732 hingga 0,916 yang artinya berada pada batas rekomendasi, selanjutnya nilai composite reliability (CR) berada pada rentang antara 0,911 hingga 0,932 yang seluruhnya berada di atas 0,8. Artinya semua konstruk memiliki konsistensi yang baik sebagai model penelitan, hal yang terakhir adalah nilai average variance extracted (AVE), dimana semuanya bernilai lebih dari 0,5 yaitu dengan rentang dari 0,630 hingga 0,820. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model penelitian pada studi ini memiliki validitas yang baik. 4.5.2 Discriminant Validity Dalam mengevaluasi discriminant validity, suatu model penelitian disarankan untuk memastikan agar akar average variance extracted (√AVE) 52 sebuah variabel laten lebih besar daripada nilai korelasi antar variabel laten yang lain (Fornell & Larcker, 1981). Tabel 4.8 Correlation of Constructs Orientasi Pasar E-marketing Kinerja Bisnis Variabel Orientasi Pasar 0,820 E-marketing 0,641 0,794 Kinerja Bisnis 0,663 0,719 0,906 Catatan: a) Elemen diagonal yang dicetak tebal pada tabel 4.8 adalah nilai akar AVE (√AVE) b) Discriminant validity dianggap baik jika elemen diagonal lebih besar dibandingkan elemen bukan diagonal. Sumber: Data primer diolah, 2017. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa discriminant validity dari model penelitian ini dapat dianggap baik karena nilai √AVE dari konstruk lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel lain yang membentuk konstruk tersebut. 4.6 Evaluasi Inner Model Model struktural dari suatu penelitian atau inner model berfokus pada hubungan yang dihipotesiskan atau jalur antar variabel laten (Hair et al., 2014). Suatu model struktural dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan tentang signifikansi hubungan antar konstruk serta memberikan penjelasan terhadap kekuatan prediksi dari model yang diajukan untuk diteliti. Pada penelitian ini dilakukan bootstrap yang akan menghasilkan dua pengukuran model struktural yaitu nilai t (t-test) dan R2 yang akan diinterpretasikan seperti analisis regresi berganda (multiple regression) pada umumnya. Kekuatan prediksi dari suatu model penelitian dapat dilihat dengan memperhatikan nilai R2 yang dihasilkan oleh proses bootsrap yang disajikan pada tabel 4.9. 53 Tabel 4.9 Nilai R2 Konstruk R2 E-marketing 0,410 Kinerja Bisnis 0,586 Catatan: hanya variabel dependen yang memiliki nilai R2 Sumber: Data primer diolah, 2017. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai R2 dari variabel dependen pada penelitian ini memiliki rentangan dari 0,410 hingga 0,586. Nilai R2 tertinggi terdapat pada variabel kinerja bisnis yaitu sebesar 0,586 yang dapat diartikan bahwa sebanyak 58,6 persen variabel kinerja bisnis dapat dijelaskan oleh variabel yang terdapat pada model yaitu variabel orientasi pasar dan e-marketing, sedangkan nilai terendah terdapat pada variabel e-marketing dengan nilai 0,410 yang memiliki arti bahwa sebesar 41 persen variabel e-marketing dapat dijelaskan oleh variabel yang mempengaruhinya yakni orientasi pasar. Dari eksaminasi nilai R2 dapat disimpulkan secara umum bahwa kemampuan prediksi model penelitian ini dapat diakatakan moderat karena memiliki nilai 0,410 dan 0,586 yang berkisar di angka 0.3 (Hair et al., 2011). 4.7 Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis, hal yang terpenting untuk mengkonfirmasi signifikansi hubungan antar konstruk yang sesuai dengan model penelitian dan mendukung hipotesis yang dibangun adalah dengan melihat t-value (t statistics) harus lebih besar dari 1,96 apabila tingkat alpha sebesar 0,05 (Hair et al., 2011). PLS menggunakan metode bootstrap untuk menguji korelasi antar variabel sesuai hipotesis dan menggunakan kriteria yang telah dijelaskan di atas untuk 54 mengevaluasi hasil dari proses pengolahan data. Tabel 4.10 menyajikan hasil uji yang menampilkan detail nilai koefisien, t-value, dan statusnya terhadap hipotesis. Tabel 4.10 Hasil Path Coefficients Metode PLS Hipotesis Hubungan H1 Orientasi Pasar → Kinerja Bisnis H2 Orientasi Pasar → E-marketing H3 E-marketing → Kinerja Bisnis Sumber: Data primer diolah, 2017. 4.7.1 Koefisien Jalur 0,343 0,641 0,499 t-value Status 2,227 7,019 3,162 Diterima Diterima Diterima Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis 1) Perumusan hipotesis H0 : Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. H1 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. 2) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% 3) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 4) Statistik Uji Nilai t-value diperoleh dari hasil Path Coefficients dengan alat bantu program SmartPLS 3.0. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 2,227 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,343. 55 5) Kesimpulan Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 2,227 (t > 1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,343), maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan dari orientasi pasar terhadap kinerja bisnis, dimana semakin tinggi orientasi pasar maka akan semakin tinggi kinerja bisnis. Oleh karena itu H1 diterima. 4.7.2 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap E-marketing 1) Perumusan hipotesis H0 : Orientasi pasar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing. H2 : Orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap emarketing. 2) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% 3) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 4) Statistik Uji Nilai t-value diperoleh dari hasil Path Coefficients dengan alat bantu program SmartPLS 3.0. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 7,019 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,641. 5) Kesimpulan Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 7,019 (t > 56 1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,641), maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan dari orientasi pasar terhadap e-marketing, dimana semakin tinggi orientasi pasar maka akan semakin tinggi e-marketing. Oleh karena itu H2 diterima. 4.7.3 Pengaruh E-marketing terhadap Kinerja Bisnis 1) Perumusan hipotesis H0 : E-marketing tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. H3 : E-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. 2) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% 3) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 4) Statistik Uji Nilai t-value diperoleh dari hasil Path Coefficients dengan alat bantu program SmartPLS 3.0. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 3,162 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,499. 5) Kesimpulan Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 3,162 (t > 1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,499), maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan 57 dari e-marketing terhadap kinerja bisnis, dimana semakin tinggi e-marketing maka akan semakin tinggi kinerja bisnis. Oleh karena itu H3 diterima. 4.7.4 Peran E-marketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis Pada tabel 4.11 disajikan hasil uji mediasi yang menampilkan nilai koefisien, t-value, serta statusnya terhadap hipotesis mediasi. Tabel 4.11 Hasil Indirect Effects Metode PLS Hipotesis Hubungan H4 Orientasi Ps → E-marketing → K. Bisnis Sumber: Data primer diolah, 2017. Koefisien Jalur 0,320 tStatus value 2,978 Diterima 1) Perumusan hipotesis H0 : E-marketing tidak memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. H4 : E-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. 2) Taraf nyata Menentukan besarnya taraf nyata (α) = 5% 3) Daerah kritis H0 diterima jika : nilai t-value ≤ 1,96 H0 ditolak jika : nilai t-value > 1,96 58 4) Statistik Uji Nilai t-value diperoleh dari hasil Indirect Effects dengan alat bantu program SmartPLS 3.0. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai t-value sebesar 2,978 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,320. 5) Kesimpulan Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t-value sebesar 2,978 (t > 1,96) dengan nilai koefisien jalur positif (0,320), maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang dihasilkan dari variabel orientasi pasar terhadap kinerja bisnis dengan e-marketing berperan sebagai variabel mediasi. Oleh karena itu H4 dapat diterima, dimana variabel e-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. 4.8 Pembahasan 4.8.1 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis Pada penelitian ini, pengujian hipotesis pada pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud menunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,343 dan signifikan pada alpha 5 persen (t-value 2,227 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi orientasi pasar maka semakin tinggi pula kinerja bisnis dari pondok wisata yang ada di wilayah Ubud. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud dapat diterima. 59 Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Purwasari dan Suprapto (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan yang dihasilkan oleh orientasi pasar terhadap kinerja cafe di Yogyakarta. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kumalaningrum (2012) menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh terhadap profitabilitas dan juga kinerja dari Usaha mikro, kecil, dan menengah. Muh Amin dkk. (2013) pula menyatakan hal yang sejalan yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis dimana orientasi pasar dapat meningkatkan kinerja bisnis pada UMKM di Surakarta. 4.8.2 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap E-marketing Pada penelitian ini, pengujian hipotesis pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing pada pondok wisata di wilayah Ubud menunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing. Ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,641 dan signifikan pada alpha 5 persen (t-value 7,019 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi orientasi pasar maka semakin tinggi pula e-marketing dari pondok wisata yang ada di wilayah Ubud. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing pondok wisata di wilayah Ubud dapat diterima. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung yang positif dan signifikan yang dihasilkan oleh orientasi pasar terhadap e-marketing pada penyedia jasa travel dan pariwisata di 60 Yunani. Selain itu pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing juga didukung oleh hasil penelitian Mohammad (2012) yang menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing pada perusahaan di Iran. 4.8.3 Pengaruh E-marketing terhadap Kinerja Bisnis Pada penelitian ini, pengujian hipotesis pengaruh e-marketing terhadap kinerja bisnis pada pondok wisata di wilayah Ubud menunjukkan bahwa emarketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,499 dan signifikan pada alpha 5 persen (t-value 3,162 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi e-marketing maka semakin tinggi pula kinerja bisnis pondok wisata yang ada di wilayah Ubud. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud dapat diterima. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2012) yang menyatakan bahwa e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis perusahaan di Iran. Selain itu pengaruh orientasi pasar terhadap e-marketing juga didukung oleh hasil penelitian Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan yang dihasilkan oleh e-marketing terhadap kinerja bisnis pada penyedia jasa travel dan pariwisata di Yunani. Selanjutnya hubungan mengenai e-marketing dan kinerja bisnis didukung oleh hasil penelitian Brodie et al. (2007) yang menyatakan bahwa e-marketing mempengaruhi kinerja bisnis secara positif dan signifikan. 61 4.8.4 Peran E-marketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis Pada penelitian ini, pengujian hipotesis peran e-marketing dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pada pondok wisata di wilayah Ubud yang menggunakan SmartPLS 3.0 menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsung dari orientasi pasar terhadap kinerja bisnis ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang positif sebesar 0,320 dan signifikan pada alpha 5 persen (t-value 2,978 > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang dihasilkan dari orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud dengan e-marketing sebagai variabel mediasi. Maka hipotesis e-marketing memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis pondok wisata di wilayah Ubud dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsiotsou dan Vlachopoulou (2011) yang menyatakan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh tidak langsung yang positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis dengan e-marketing sebagai pemediasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Gray dan Hooley (2002), Agarwal et al. (2003), Manzano et al. (2005), dan Matear et al. (2002) mendapatkan hasil yang sejalan, yaitu orientasi pasar memiliki pengarung yang tidak langsung terhadap kinerja bisnis melalui aktivitas inovatif seperti e-marketing. 62 4.9 Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat beberapa implikasi yang dihasilkan. Pertama, di dalam variabel orientasi pasar didapat hasil bahwa indikator “Tujuan bisnis perusahaan didorong oleh kepuasan pelanggan” menjadi indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan indikator lainnya, hal ini berarti bahwa responden mengetahui bahwa kinerja bisnis yang baik dari pondok wisata dapat dihasilkan dari kepuasan dari pelanggannya atau dalam kata lain kepuasan pelanggan dapat merefleksikan kinerja bisnis suatu pondok wisata. Dalam hal ini para pemilik maupun manajer pondok wisata di wilayah Ubud sebagian besar mengutamakan kepuasan pelanggannya. Oleh karena itu orientasi kepada pelanggan yang baik khususnya mengenai kepuasan pelanggan akan mampu menghasilkan kinerja bisnis yang baik terhadap perusahaan khususnya pondok wisata yang ada di wilayah Ubud. Implikasi kedua yaitu dalam variabel e-marketing didapatkan hasil bahwa indikator “Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan transaksi” menjadi indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan indikator lainnya dalam variabel tersebut. Hal ini berarti bahwa responden merasa hal yang paling penting mengenai e-marketing di dalam suatu bisnis terjadi di dalam kegiatan transaksi yang menggunakan media internet. Kegiatan transaksi yang dilakukan melalui internet akan mampu menciptakan sebuah efisiensi di dalam kegiatan suatu bisnis, khususnya akan dapat menciptakan dan meningkatkan efisiensi dari kinerja bisnis pondok wisata yang ada di wilayah Ubud. 63 4.10 Keterbatasan Penelitian 1) Ruang lingkup penelitian ini hanya di wilayah Ubud sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk responden yang berada di luar wilayah Ubud. 2) Penelitian ini hanya melihat pengaruh antara orientasi pasar dan e-marketing sebagai variabel mediator. 3) Penelitian ini hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu (cross section), sedangkan lingkungan dapat berubah setiap saat (dinamis), sehingga penelitian ini perlu dilakukan kembali di masa mendatang. 64 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: a) Hasil dalam penelitian ini memiliki arti bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Peranan orientasi pasar yang mencakup orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi mampu memunculkan kinerja bisnis yang baik bagi pengusaha pondok wisata di wilayah Ubud. b) Hasil dalam penelitian ini memiliki arti bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-marketing. Peranan orientasi pasar yang mencakup orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi akan mampu menghasilkan e-marketing yang baik bagi pengusaha pondok wisata di wilayah Ubud. c) Hasil dalam penelitian ini memiliki arti bahwa e-marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis. Kegiatan e-marketing atau internet marketing yang baik akan mampu menghasikan kinerja bisnis yang baik bagi pengusaha pondok wisata di wilayah Ubud. d) Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa e-marketing dinilai secara signifikan memediasi pengaruh antara orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. Hal ini berarti bahwa e-marketing yang terbentuk pada pondok wisata di 65 wilayah Ubud akan dapat menciptakan kinerja bisnis yang baik terhadap pondok wisata yang memiliki orientasi pasar yang baik. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: a) Sebaiknya tim manajemen puncak dari pondok wisata yang ada di wilayah Ubud lebih sering melakukan diskusi internal mengenai kekuatan dan strategi pesaing secara berkala serta semua fungsi yang ada di dalam perusahaan agar lebih terintegrasi dan meningkatkan kerja sama dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar, sehingga dapat mencapai kinerja bisnis yang baik. b) Sebaiknya pihak pemilik maupun manajer dari pondok wisata yang ada di wilayah Ubud lebih sering berinteraksi dengan pelanggan dengan menggunakan media internet karena hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas perusahaan, sehingga kinerja bisnis yang baik akan dapat dicapai. c) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas cakupan wilayah penelitian misalnya dengan mengambil lokasi di kabupaten Gianyar, di Seluruh Bali, atau wilayah selain Ubud atau Indonesia. Serta diharapkan agar mampu menambah variabel – variabel yang dapat mempengaruhi kinerja bisnis terhadap suatu perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi, karena kedepan akan lebih banyak lagi 66 usaha-usaha akomodasi yang akan muncul yang merupakan kebutuhan utama bagi seseorang yang akan melakukan suatu kegiatan wisata. 67 DAFTAR RUJUKAN Adinoto. 2013. Pengaruh Orientasi Pasar dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kepekaan Perusahaan Dan Implikasinya Pada Kinerja Perusahaan: Studi pada Penyalur Sepeda Motor di Indonesia. Utilma Management. Universitas Multimedia Nusantara. pp:1-25. Agarwal, Sanjeev, M. Krishna Erramilli, and Chekitan S. Dev. 2003. Market orientation and performance in service firms: role of innovation. Journal Of Services Marketing. pp:68-82. Bagozzi, Richard P. and Prathiba A. Dabholkar. 1994. Consumer Recycling Goals and Their Effect on Decisions to Recycle: A Means-End Chain Analysis. Psychology and Marketing. pp:313-340. Baker, William E. and James M. Sinkula. 1999. The Synergistic Effect of Market Orientation and Learning Orientation on Organizational Performance. Journal Of The Academy Of Marketing Science. pp:411-427. Bakti, Sukma dan Harniza Harun. 2011. Pengaruh Orientasi Pasar dan Nilai Pelanggan Terhadap Kinerja Pemasaran Maskapai Penerbangan Lion Air. Jurnal Manajemen Pemasaran Modern. pp:1-15. Basuki dan Rahmi Widyanti. 2014. Pengaruh Strategi Keunggulan Bersaing dan Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Pemasaran Perusahaan. STIMI Banjarmasin dan UNISKA Banjarmasin. Boone, Louis E. and David L. Kurtz. 2005. Contemporary Marketing 2005. Thomson South Western, Ohio, USA. Brodie, Roderick J., Heidi Winklhofer, Nicole E. Coviello, and Wesley J. Johnston. 2007. Is E-Marketing Coming Of Age? An Examination Of The Penetration Of E-Marketing And Firm Performance. Journal of Interactive Marketing. pp:2-21. Chin, Wynne W. 1998. Least Squares Approach to Structural Equation Modeling. University of Houston. pp:295-336. El-Gohary, Hatem. 2010. E-Marketing - A literature Review from a Small Businesses Perspective. International Journal of Business and Social Science. pp:214-244. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2012. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi Dan Mekanisme Pengujian. Denpasar. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana. 2017. Pedoman Penulisan Dan Pengujian Skripsi. Edisi Revisi. Denpasar. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima) Semarang. Universitas Diponegoro. 68 Gray, Brendan J. and Graham J. Hooley. 2002. Market orientation and service firm performance - a research agenda. European Journal of Marketing. pp:980-988. Hair, J. F., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. 2011. PLS-SEM: Indeed a Silver Bullet. The Journal of Marketing Theory and Practice vol. 19. pp: 139–151. Hair, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. 2014. Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM): An Emerging Tool in Business Research. European Business Review, pp:1–329. Hair Jr, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C., & Sarstedt, M. 2016. A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Sage Publications. Johne, Axel and Chris Storey. 1998. New service development: a review of the literature and annotated bibliography. European Journal of Marketing. pp:184-251. Kohli, Ajay K. and Bernard J. Jaworski. 1990. Market Orientation: The Construct, Research Propositions, and Managerial Implications. Journal of Marketing. pp:1-18. Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi kesembilan. Jilid 1. Dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro. Jakarta: Indeks. Kumalaningrum, Maria Pampa. 2012. Lingkungan Bisnis, Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, dan Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. JRMB. pp:45-59. Lovelock, Christopher. 1995. Competing On Service: Technology And Teamwork In Supplementary Services. Planning Review. pp:32-47. Manzano, Joaquin Aldas, Ines Kuster and Natalia Vila. 2005. Market orientation and innovation: an inter-relationship analysis. European Journal of Innovation Management. pp:437-452. Mardiyono, Aris. 2015. Pengaruh orientasi pasar, Pembelajaran Organisasi Terhadap Keunggulan Bersaing dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran (Tinjauan Teoritis). Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang. pp:48-59. Matear, Sheelagh, Phil Osborne, Tony Garrett and Brendan J. Gray. 2002. How does market orientation contribute to service firm performance? An examination of alternative mechanisms. Europe Journal of Marketing. pp:1058-1075. Mohammad Raoofi. 2012. Moderating Role of E-Marketing on The Consequences of Market Orientation in Iranian Firms. Management&Marketing, volume X. pp:301-316. 69 Mohammad Taleghani, Esmaeel Malek Akhlagh, and Ali Akbar Mohammadi Sani. 2013. Impact of Electronic Marketing on the Performance of Pistachio-Exporting Companies in Iran. Journal of Basic and Applied Scientific Research. pp:211-217. Mohammed, Rafi, Robert J. Fisher, Bernard J. Jaworski, and Gordon Paddison. 2003. Internet Marketing, 2/e, with E-Commerce PowerWeb. Morris, Michael H., Minet Schindehutte, and Raymond W. LaForge. 2002. Entrepreneurial Marketing: A Construct for Integrating Emerging Entrepreneurship and Marketing Perspectives. Journal of Marketing. pp:1-19. Muh Amin Gunadi, Amina Sukma Dewi, dan Anastasia Riani. 2013. Analisis Orientasi Pasar Dalam Meningkatkan Kinerja Bisnis pada UMKM di Surakarta. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Narver, John. C. and Stanley F. Slater. 1990. The Effect of a Market Orientation on Business Profitability. Journal of Marketing. pp:20-35. Pratiwia, Wahyuni Dwi dan I Made Sukana. 2016. Ada Apa Dengan Pondok Wisata? Seluk Beluk Keberadaan Pondok Wisata di Ubud. Jurnal Destinasi Pariwisata. pp:36-45. Pribadiyanto, Nur, Mudiantono, Utami Tri S. 2004. Analisis Faktor-faktor Orientasi Pasar yang Mempengaruhi Kualitas Layanan dan Relevansinya Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. pp:50-60. Purwasari, Maria Mahadewi Niken dan Budi Suprapto. 2014. Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Cafe di Yogyakarta. Program Pascasarjana. Universitas Atma Jaya. pp:1-15. Rimbawan, N. Dayuh. (2013). Statistik Inferensia. Denpasar: Udayana University Press Saputra, Sendi Aji. 2012. Pengaruh Lingkungan Bisnis Dan Strategi Operasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Fanshop Persib Di Wilayah Bandung. Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Komputer Indonesia. Setyawati dan Harini Abrilia. 2014. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing dan Persepsi Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Prediksi Variabel Moderasi (Survey pada UMKM Perdagangan di Kabupaten Kebumen). pp:20-31. Sheth, Jagdish N. and Arun Sharma. 2005. International E-Marketing: Opportunities And Issues. International Marketing Review. pp:611-622. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. 70 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke 17. Bandung: CV Alfabeta. Tsiotsou, Rodoula H. and Maria Vlachopoulou. 2011. Understanding The Effects of Market Orientation and E-marketing on Service Performance. Journal of Marketing Intelligence & Planning. pp:141-155. Uncles. 2000. Editorial: Market Orientation. Australian Journal of Management. pp:1-9. Wahyono. 2001. Orientasi Pasar dan Inovasi, Pengaruhnya terhadap Kinerja Pemasaran (Studi Kasus pada Industri Meubel di Kabupaten Jepara).Tesis. Universitas Diponegoro. pp:1-111. Wisner, JD., & Fawcett, SE. 1991. Linking Firm Strategy to Operating Decisions Through Performance Measurement. Production and Inventory Management Journal. http://www.tripadvisor.com/TravelersChoice-Destinations (diakses tanggal 10 Agustus 2017, 22.00 WITA) http://diparda.gianyarkab.go.id/index.php/id/news/item/285-ubud-dan-gunungkawi-tampaksiring-mendapat-penghargaan-dari-tripadvisor (diakses tanggal 10 Agustus 2017, 22.15 WITA) http://kemenpar.go.id/userfiles/Lapbul%20Juni%202017_klasik.pdf tanggal 10 Agustus 2017, 22.20 WITA) (diakses http://pariwisata.denpasarkota.go.id/index.php/lihat-saran/2199/klasifikasi-Hotel (diakses tanggal 16 Oktober 2017, 22.00 WITA) http://diparda.gianyarkab.go.id/index.php/en/history-of-gianyar-tourism (diakses tanggal 20 November 2017, 15.00 WITA) 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PERAN E-MARKETING DALAM MEMEDIASI PENGARUH ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA BISNIS (Studi Kasus Pada Pondok Wisata Di Wilayah Ubud) Dengan hormat, Saya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang bernama Cokorda Gde Wahirayasa, Nim: 1415251051, Jurusan Manajemen, Konsentrasi Pemasaran sedang mengadakan penelitian dengan judul "Peran EMarketing dalam Memediasi Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Bisnis (Studi Kasus pada Pondok Wisata Di Wilayah Ubud)” Untuk maksud tersebut diatas, berkenan mengumpulkan data melalui kuesioner yang akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner ini dengan lengkap, jujur, sesuai dengan ketentuan dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara/i yang diberikan, saya ucapkan terimakasih. Denpasar,2017 Hormat saya, Cokorda Gde Wahirayasa 72 Lampiran 1 (Lanjutan) Kuesioner Nama : ............................................................................................. Nama Pondok Wisata : ............................................................................................. Alamat Pondok Wisata : ............................................................................................. Jabatan : Pemilik Manajer Usia Pondok Wisata : 1 - 5 Tahun > 5 - 10 Tahun > 10 - 15 Tahun > 15 Tahun Menggunakan Website/Online Travel Agent (Booking, Agoda, Expedia, dll.) : Ya Tidak 73 Lampiran 1 (Lanjutan) Kuesioner Pernyataan-pernyataan di bawah ini didesain untuk mengetahui atribut atau indikator orientasi pasar, e-marketing, dan kinerja bisnis dari Pondok Wisata di Ubud. Berikanlah tanda rumput (Ѵ) pada jawaban yang anda pilih. 1 = Sangat Tidak Setuju 3 = Cukup Setuju 2 = Tidak Setuju 4 = Setuju No 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 5 = Sangat Setuju PERNYATAAN Orientasi Pasar (X) Tujuan bisnis perusahaan didorong oleh kepuasan pelanggan. Perusahaan melakukan pengukuran kepuasan pelanggan secara sistematis dan berkala. Perusahaan memiliki respon terhadap kegiatan kompetitif yang megancam perusahaan. Tim manajemen puncak melakukan diskusi mengenai kekuatan dan strategi pesaing secara reguler. Semua fungsi di dalam perusahaan terintegrasi dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan target pasar. Manajer paham bagaimana seluruh elemen dalam perusahaan dapat berkontribusi dalam menciptakan nilai pelanggan. E-marketing (M) Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan transaksi. Perusahaan menggunakan media internet dalam kegiatan promosi. Perusahaan menyimpan informasi mengenai aktivitas usaha di dalam komputer atau peralatan elektronik lainnya. Perusahaan menggunakan media internet dalam berinteraksi dengan pelanggan. Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan pemasaran yang terkait dengan saluran distribusi. Perusahaan menggunakan internet dalam kegiatan riset dan komunikasi manajemen. Kinerja Bisnis (Y) Produktivitas usaha berjalan baik dalam 3 tahun terakhir. Kualitas pelayanan berjalan baik dalam 3 tahun terakhir. Profitabilitas usaha meningkat dalam 3 tahun terakhir. 74 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Lampiran 2 Tabulasi Data Res pon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Kinerja Bisnis Y Y Y 1 2 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 5 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 3 3 3 3 4 5 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 3 5 5 5 4 3 4 5 5 4 5 5 5 E-Marketing Y 12 13 14 11 15 11 13 15 12 12 12 9 14 11 14 15 14 12 15 11 14 9 12 9 12 9 9 14 12 13 15 10 15 11 14 15 M M 1 2 5 5 5 5 4 4 3 3 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 M 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 4 5 5 5 4 5 4 3 5 4 4 5 3 4 3 5 5 M 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 3 5 5 4 3 5 4 4 5 5 3 4 4 3 4 3 4 5 3 5 3 4 5 Orientasi Pasar M 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5 75 M 6 4 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 5 4 5 5 3 5 3 5 5 M 27 28 27 20 28 22 27 29 27 28 29 23 28 22 30 30 28 22 30 23 28 27 27 20 26 24 18 28 22 25 30 21 29 21 28 30 X 1 5 5 4 3 4 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 3 X 2 5 5 4 3 5 4 5 5 5 5 4 3 4 3 5 5 5 4 5 4 5 3 5 3 5 5 5 5 5 4 5 3 4 3 4 3 X 3 5 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5 4 3 5 3 5 3 3 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 X 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 4 3 5 5 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 3 X 5 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 4 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 3 X 6 5 5 4 3 5 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 5 3 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 X 28 29 26 20 28 20 27 29 28 28 27 21 27 21 30 30 27 21 28 21 27 20 26 20 27 28 28 30 26 26 30 23 29 23 27 19 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 5 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 5 3 4 3 5 4 5 5 4 5 5 4 5 3 5 5 3 5 4 3 5 4 5 4 5 5 4 4 5 3 5 3 5 5 3 5 3 5 3 4 3 4 4 5 3 5 4 3 5 4 3 5 4 5 4 3 5 5 3 5 4 5 3 5 5 4 5 5 4 5 3 5 5 3 4 3 5 3 5 3 4 3 5 4 5 4 3 5 5 3 4 3 5 5 3 5 5 3 5 3 5 3 5 5 3 4 15 11 15 10 15 15 9 14 10 15 10 14 9 12 10 15 11 15 13 10 15 14 10 14 10 15 14 9 15 14 9 15 11 15 10 15 15 11 13 3 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 3 4 5 3 5 4 3 5 4 5 4 5 3 4 3 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 3 5 3 5 3 4 4 4 3 4 3 5 5 3 5 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 76 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4 3 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 4 4 20 24 28 22 28 29 21 29 22 29 22 28 25 28 21 27 21 28 29 22 29 29 23 30 24 27 28 28 29 29 28 29 23 28 22 28 28 22 27 4 3 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 3 5 4 5 4 5 3 5 4 5 3 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 3 3 5 4 5 4 5 4 3 5 4 3 4 5 5 5 3 5 4 4 3 4 3 5 3 5 4 5 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 3 3 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 3 5 4 5 5 4 5 3 4 4 3 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 3 5 4 5 3 4 3 5 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 4 5 5 4 3 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 5 5 4 5 3 4 3 5 4 5 3 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 27 21 27 29 29 28 19 28 22 29 23 29 19 28 19 29 22 29 28 21 28 29 22 30 23 29 28 29 30 21 21 29 22 29 24 29 28 22 29 Lampiran 3 Frekuensi Jawaban Responden Indikator Y1 Y2 Y3 1 0 0 0 2 0 0 0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 X1 X2 X3 X4 X5 X6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Skor Jawaban 3 4 15 29 19 23 21 23 Kinerja Bisnis 6 31 5 34 12 29 13 32 11 34 11 28 E-Marketing 6 28 15 19 14 24 15 34 16 32 10 28 5 31 33 31 Jumlah Skor 316 314 310 38 36 34 30 30 36 332 331 322 317 319 325 41 41 37 26 27 37 335 326 323 311 311 327 77 RataRata 4.21 4.19 4.13 4.18 4.43 4.41 4.29 4.23 4.25 4.33 4.32 4.47 4.35 4.31 4.15 4.15 4.36 Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Uji Validitas Variabel Y Correlations Y1 Y1 Y2 Y3 Kinerja Bisnis Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 30 .782** .000 30 .535** .002 30 .870** .000 30 Y2 .782** .000 30 1 30 .717** .000 30 .941** .000 30 Y3 Kinerja Bisnis .535** .870** .002 .000 30 30 .717** .941** .000 .000 30 30 1 .847** .000 30 30 .847** 1 .000 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Uji Validitas Variabel M Correlations M1 M1 M2 M3 M4 M5 M6 E-Marketing Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 30 .830** .000 30 .577** .001 30 .470** .009 30 .541** .002 30 .888** .000 30 .887** .000 30 M2 .830** .000 30 1 30 .540** .002 30 .526** .003 30 .372* .043 30 .731** .000 30 .828** .000 30 M3 .577** .001 30 .540** .002 30 1 30 .606** .000 30 .478** .008 30 .553** .002 30 .777** .000 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 78 M4 .470** .009 30 .526** .003 30 .606** .000 30 1 30 .557** .001 30 .464** .010 30 .753** .000 30 M5 .541** .002 30 .372* .043 30 .478** .008 30 .557** .001 30 1 30 .589** .001 30 .726** .000 30 M6 E-Marketing .888** .887** .000 .000 30 30 .731** .828** .000 .000 30 30 .553** .777** .002 .000 30 30 .464** .753** .010 .000 30 30 .589** .726** .001 .000 30 30 1 .870** .000 30 30 .870** 1 .000 30 30 Lampiran 4 (Lanjutan) Hasil Uji Validitas Uji Validitas Variabel X Correlations X1 X1 X2 X3 X4 X5 X6 Orientasi Pasar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 30 .642** .000 30 .470** .009 30 .390* .033 30 .694** .000 30 .683** .000 30 .801** .000 30 X2 .642** .000 30 1 30 .541** .002 30 .570** .001 30 .571** .001 30 .757** .000 30 .863** .000 30 **. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). 79 X3 .470** .009 30 .541** .002 30 1 30 .591** .001 30 .377* .040 30 .575** .001 30 .762** .000 30 X4 .390* .033 30 .570** .001 30 .591** .001 30 1 30 .469** .009 30 .356 .054 30 .722** .000 30 X5 .694** .000 30 .571** .001 30 .377* .040 30 .469** .009 30 1 30 .607** .000 30 .768** .000 30 Orientasi Pasar .801** .000 30 .863** .000 30 .762** .000 30 .722** .000 30 .768** .000 30 .835** .000 30 30 .835** 1 .000 30 30 X6 .683** .000 30 .757** .000 30 .575** .001 30 .356 .054 30 .607** .000 30 1 Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y Ca se Processing Sum ma ry N Cases Valid Ex cludeda Total 30 0 30 % 100.0 .0 100.0 a. Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .864 N of Items 3 Item Statistics Mean 3.97 4.17 4.13 Y1 Y2 Y3 Std. Deviation .718 .747 .730 N 30 30 30 Ite m-Tota l Sta tisti cs Y1 Y2 Y3 Sc ale Mean if Item Deleted 8.30 8.10 8.13 Sc ale Variance if Item Deleted 1.872 1.610 1.913 Correc ted Item-Total Correlation .712 .855 .665 Scale Sta tisti cs Mean 12.27 Variance 3.789 St d. Deviation 1.946 N of Items 3 80 Cronbach's Alpha if Item Deleted .835 .697 .877 Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Uji Reliabilitas Variabel M Reliability Ca se Processing Sum ma ry N Cases Valid Ex cludeda Total 30 0 30 % 100.0 .0 100.0 a. Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .892 N of Items 6 Ite m Stati stics Mean 4.40 4.30 4.27 4.03 4.33 4.43 M1 M2 M3 M4 M5 M6 St d. Deviation .675 .702 .691 .718 .661 .679 N 30 30 30 30 30 30 Ite m-Tota l Sta tisti cs M1 M2 M3 M4 M5 M6 Sc ale Mean if Item Deleted 21.37 21.47 21.50 21.73 21.43 21.33 Sc ale Variance if Item Deleted 7.551 7.706 7.983 7.995 8.323 7.609 Correc ted Item-Total Correlation .830 .739 .671 .633 .609 .804 Scale Sta tisti cs Mean 25.77 Variance 11.082 St d. Deviation 3.329 N of Items 6 81 Cronbach's Alpha if Item Deleted .855 .869 .880 .887 .889 .859 Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Uji Reliabilitas Variabel X Reliability Ca se Processing Sum ma ry N Cases Valid Ex cludeda Total 30 0 30 % 100.0 .0 100.0 a. Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .879 N of Items 6 Ite m Stati stics Mean 4.53 4.43 4.27 4.10 4.03 4.43 X1 X2 X3 X4 X5 X6 St d. Deviation .629 .774 .785 .759 .669 .728 N 30 30 30 30 30 30 Ite m-Tota l Sta tisti cs X1 X2 X3 X4 X5 X6 Sc ale Mean if Item Deleted 21.27 21.37 21.53 21.70 21.77 21.37 Sc ale Variance if Item Deleted 8.754 7.826 8.326 8.631 8.737 8.171 Correc ted Item-Total Correlation .718 .784 .635 .586 .667 .750 Scale Sta tisti cs Mean 25.80 Variance 11.821 St d. Deviation 3.438 N of Items 6 82 Cronbach's Alpha if Item Deleted .855 .840 .868 .875 .861 .847 Lampiran 6 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Frequency Table Y1 Valid 3 4 5 Total Frequency 15 29 31 75 Percent 20.0 38.7 41.3 100.0 Valid Percent 20.0 38.7 41.3 100.0 Cumulative Percent 20.0 58.7 100.0 Y2 Valid 3 4 5 Total Frequency 19 23 33 75 Percent 25.3 30.7 44.0 100.0 Valid Percent 25.3 30.7 44.0 100.0 Cumulative Percent 25.3 56.0 100.0 Y3 Valid 3 4 5 Total Frequency 21 23 31 75 Percent 28.0 30.7 41.3 100.0 Valid Percent 28.0 30.7 41.3 100.0 Cumulative Percent 28.0 58.7 100.0 Ki nerj a Bi snis Valid 9 10 11 12 13 14 15 Total Frequency 9 9 9 9 5 13 21 75 Percent 12.0 12.0 12.0 12.0 6.7 17.3 28.0 100.0 Valid Percent 12.0 12.0 12.0 12.0 6.7 17.3 28.0 100.0 83 Cumulative Percent 12.0 24.0 36.0 48.0 54.7 72.0 100.0 Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian M1 Valid 3 4 5 Total Frequency 6 31 38 75 Percent 8.0 41.3 50.7 100.0 Valid Percent 8.0 41.3 50.7 100.0 Cumulative Percent 8.0 49.3 100.0 M2 Valid 3 4 5 Total Frequency 5 34 36 75 Percent 6.7 45.3 48.0 100.0 Valid Percent 6.7 45.3 48.0 100.0 Cumulative Percent 6.7 52.0 100.0 M3 Valid 3 4 5 Total Frequency 12 29 34 75 Percent 16.0 38.7 45.3 100.0 Valid Percent 16.0 38.7 45.3 100.0 Cumulative Percent 16.0 54.7 100.0 M4 Valid 3 4 5 Total Frequency 13 32 30 75 Percent 17.3 42.7 40.0 100.0 Valid Percent 17.3 42.7 40.0 100.0 Cumulative Percent 17.3 60.0 100.0 M5 Valid 3 4 5 Total Frequency 11 34 30 75 Percent 14.7 45.3 40.0 100.0 Valid Percent 14.7 45.3 40.0 100.0 84 Cumulative Percent 14.7 60.0 100.0 Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian M6 Valid 3 4 5 Total Frequency 11 28 36 75 Percent 14.7 37.3 48.0 100.0 Valid Percent 14.7 37.3 48.0 100.0 Cumulative Percent 14.7 52.0 100.0 E-Marketing Valid 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Frequency 1 3 5 10 4 3 2 1 9 19 12 6 75 Percent 1.3 4.0 6.7 13.3 5.3 4.0 2.7 1.3 12.0 25.3 16.0 8.0 100.0 Valid Percent 1.3 4.0 6.7 13.3 5.3 4.0 2.7 1.3 12.0 25.3 16.0 8.0 100.0 Cumulative Percent 1.3 5.3 12.0 25.3 30.7 34.7 37.3 38.7 50.7 76.0 92.0 100.0 X1 Valid 3 4 5 Total Frequency 6 28 41 75 Percent 8.0 37.3 54.7 100.0 Valid Percent 8.0 37.3 54.7 100.0 Cumulative Percent 8.0 45.3 100.0 X2 Valid 3 4 5 Total Frequency 15 19 41 75 Percent 20.0 25.3 54.7 100.0 Valid Percent 20.0 25.3 54.7 100.0 85 Cumulative Percent 20.0 45.3 100.0 Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian X3 Valid 3 4 5 Total Frequency 14 24 37 75 Percent 18.7 32.0 49.3 100.0 Valid Percent 18.7 32.0 49.3 100.0 Cumulative Percent 18.7 50.7 100.0 X4 Valid 3 4 5 Total Frequency 15 34 26 75 Percent 20.0 45.3 34.7 100.0 Valid Percent 20.0 45.3 34.7 100.0 Cumulative Percent 20.0 65.3 100.0 X5 Valid 3 4 5 Total Frequency 16 32 27 75 Percent 21.3 42.7 36.0 100.0 Valid Percent 21.3 42.7 36.0 100.0 Cumulative Percent 21.3 64.0 100.0 X6 Valid 3 4 5 Total Frequency 10 28 37 75 Percent 13.3 37.3 49.3 100.0 Valid Percent 13.3 37.3 49.3 100.0 Cumulative Percent 13.3 50.7 100.0 Lampiran 6 (Lanjutan) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 86 Orientasi P asa r Valid 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 Total Frequency 4 4 8 5 4 1 4 9 14 16 6 75 Percent 5.3 5.3 10.7 6.7 5.3 1.3 5.3 12.0 18.7 21.3 8.0 100.0 Valid P ercent 5.3 5.3 10.7 6.7 5.3 1.3 5.3 12.0 18.7 21.3 8.0 100.0 Cumulative Percent 5.3 10.7 21.3 28.0 33.3 34.7 40.0 52.0 70.7 92.0 100.0 Frequencies Statistics N Valid Missing Mean St d. Error of Mean Median Mode St d. Deviat ion Variance Range Minimum Maximum Sum Kinerja Bis nis 75 0 12.53 .251 13.00 15 2.177 4.739 6 9 15 940 Lampiran 7 Output PLS 87 E-Mark eting 75 0 25.95 .379 27.00 28 3.279 10.754 12 18 30 1946 Orientasi Pasar 75 0 25.77 .416 27.00 29 3.604 12.988 11 19 30 1933 Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS 88 Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS 89 Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS 90 Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS 91 Lampiran 7 (Lanjutan) Output PLS 92 93