BAB I PENDAHULUAN Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan maupun didapat. Infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh lain. Opasitas di paru-paru dapat disebabkan oleh pneumonia, atelektasis, neoplasma maupun cairan. Opasitas kadang sulit di bedakan, bahkan dua proses dapat saling berdampingan. Atelektasis sebenarnya bukan merupakan suatu penyakit, tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru. 1 Istilah atelektasis berasal dari bahasa yunani, ateles dan ektasis, yang berarti pengembangan tidak sempurna.2,3,4Atelektasis merupakan suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh paru tidak dapat berkembang secara sempurna, hal ini mengakibatkan udara dalam alveoli akan berkurang atau menghilang sama sekali pada bagian yang tidak berkembang tersebut atau sering juga disebut kolaps paru (lung collaps). Kolaps terjadi akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Kolaps ini dapat meliputi sub segmen paru atau seluruh paru.2,4 Atelektasis dapat mempengaruhi semua atau bagian dari paru-paru, dan itu adalah salah satu kelainan radiografi yang paling umum ditemukan. Mengenali adanya atelektasis pada rontgen dada adalah penting karena dapat mengetahui patologi buruk yang mendasarinya. Beberapa jenis atelektasis banyak dijelaskan dan masing-masing memiliki pola radiografi yang unik. Atelektasis dapat dikategorikan secara fisiologis sebagai atelektasis obstruktif dan nonobstruktif .2,3 Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang opaq dengan tanda pengempisan lobus.2 1 Alasan pemilihan kasus adalah adanya foto polos thorax yang di expertise sebagai thymus prominent dan tidak sesuai dengan pemeriksaan klinis. Setelah dilakukan analisa ulang pada foto polos thorax secara radiologis di jumpai adanya gambaran atelektasis paru. Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan dan menganalisa kembali gambaran atelektasis pada foto polos thorax yang di kelirukan dengan thymus prominent karena kedua diagnosis ini memiliki penatalaksanaan yang berbeda sehingga penegakan diagnosis harus tepat agar dapat membantu klinisi mempercepat penatalaksanaan guna mencegah komplikasi yang lebih lanjut. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. ATELEKTASIS II.1 DEFINISI Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis atau tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena seluruh pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus, sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah.3,5 II.2 ANATOMI Bagian dari sistem pernapasan meliputi alveoli, trachea, diapragma, bronchus, dan bronchioles. Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat keluar masuknya udara. Udara yang dihirup dari hidung dan mulut akan ditarik ke trachea menuju paru-paru. Bronchus merupakan batang yang menghubungkan paru-paru kanan dan kiri dengan trachea. Udara dari trachea akan di bawa ke paru-paru lewat batang ini. Bronchioles merupakan cabang-cabang dari bronchus berupa tabung-tabung kecil yang akan membawa oksigen lebih jauh ke dalam paru-paru. Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya sekitar 600 juta pada paru-paru manusia dewasa. Asinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolaris dan saccus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kirakira 0,5 s/d 1,0 cm.6 Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai saccus alveolaris. Alveolus merupakan tempat pertukaran gas dan dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn. Alveoli terdiri dari membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar terdiri dari small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli, large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant, dan 3 anastomosing capillary yang merupakan system vena dan arteri yang saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel.6 Sedangkan ruang interstitial merupakan ruangan yang dibentuk oleh endotel kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum. Pada aveoli ini oksigen akan di difusi menjadi karbondioksida yang diambil dari dalam darah. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90 m2.6 Dengan adanya fissure, paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak incisura dan lobus dapat digunakan untuk menentukan diagnosis. Pada paru-paru kiri terdapat incisura obligue. Incisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di depan incisura sedangkan lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah incisura.6 Paru-paru kanan memiliki dua incisura yaitu incisura obligue dan incisura interlobularies sekunder. Incisura obligue (interlobularies primer) mulai daerah atas dan ke belakang sampai ke hilus setinggi vertebra thoracalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah dengan iga ke-6 sampai line aksilaris media ke ruang interkostal ke-6 memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan kembali ke hilus. Insisura interlobularies sekunder mulai insisura obligue pada aksilaris media berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis keenam terus ke hilus. Insisura obligue memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.6 Paru-paru kanan terbagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior terdiri dari segmen anterior, segmen superior dan segmen anterior, lobus medius terdiri dari segmen lateral dan segmen medial serta lobus inferior terdiri segmen superior, segmen mediobasal, segmen aterobasal, segmen laterobasal dan segmen posteriobasal. Sedangkan paru-paru kiri terbagi menjadi 2 lobus yaitu lobus superior terdiri dari segmen apikoposterior, segmen anterior, segmen superior dan segmen inferior serta lobus inferior terdiri dari segmen superior, segmen anteriomediobasal, segmen lateralbasal dan segmen laterobasal. 6 4 II.3 TIPE Berdasarkan patofisiologi ateletasis dibagi menjadi atelektasis obstruktif dan nonobstruktif. Atelektasis obstruktif disebut juga dengan atelaktasis resorptiv. Atelektasis non obstruktif terdiri dari relaxation atelektasis (passive atelectasis), compressive atelectasis, adhesive atelektasis, cicatrization atelectasis.3 Untuk tujuan deskriptif atelektasis dapat dibagi menjadi tipe segmental, lobar, subsegmental, platelike, linier atau discoid.7 II.4 ETIOLOGI Ateleksasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan disekitar paru, yaitu 1. Penyumbatan/obstruksi pada bronkus. Penyumbatan dapat terjadi secara intrinsik (tumor pada bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif) ataupun penyumbatan pada bronkus akibat penekanan dari luar bronkus (tumor di sekitar bronkus,ataupun pembesaran kelenjar limfe). 2. Tekanan ekstra pulmoner. Biasa diakibatkan oleh karena pneumothoraks, adanya cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi organ abdomen ke rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tapi ekstra-pulmoner (tumor mediastinum). 3. Paralisis atau paresis gerakan pernafasan. Hal ini akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomyelitis, dan kelainan neurological lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi kelancaran pengeluaran sekret dalam bronkus dan akhirnya akan memperberat keadaan atelektasis. 4. Hambatan gerakan pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma thoraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat menyebabkan atelektasis yang lebih berat. 5. Adhesif atelektasis. Hal ini merujuk pada atelektasis non-obstruktif, dapat terjadi apabila permukaan luminal dinding alveoli melekat satu dengan lain. Merupakan komponen penting pada khususnya respiratory distress syndrome pada bayi baru lahir (HMD), dan emboli paru, namun dapat pula terjadi akibat pneumonitis akibat radiasi. 6. Sikatriks atelektasis merupakan akibat utama dari fibrosis dan pembentukan jaringan parut (infiltrasi) di dalam ruang intraalveolar dan intertisialis (pneumonitis intertisialis), umumnya berhubungan dengan tuberkulosis paru.2,3,7,8 Rounded atelektasis merupakan bentuk yang tidak biasa dari kolaps paru, biasanya terjadi berdekatan dengan bekas luka pada pleura dan dapat keliru dengan kanker 5 paru-paru. Kebanyakan pasien dengan rounded atelektasis memiliki riwayat paparan asbes. Namun, TBC, infark paru, sindrom postpericardiotomy, keganasan, dan gagal jantung semuanya terlibat dalam pembentukannya.9 II.5 PATOFISIOLOGI Atelektasis obstruktif berhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi udara di sekitar alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps dalam beberapa jam. Pada stadium awal, darah melakukan perfusi paru tanpa udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi sehingga arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit. Ketika paru-paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkhiektasis.2,3 Pada atelektasis non-obstruktif penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan atelektasis pasif. Efusi pleura yang mengenai lobus bawah lebih sering dibanding dengan pneumothorax yang sering menyebabkan kolaps pada lobus atas. Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan. Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli. Berkurang atau tidaknya produksi surfaktan biasanya terjadi pada ARDS, pneumonitis radiasi, ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak stabil dan kolaps. Kerusakan parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps, sedangkan replacement atelektasis dapat disebabkan oleh tumor seperti bronchialveolar carcinoma.2,3 Platlike atelektasis (Focal atelectasis) disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering ditemukan pada penderita obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan horizontal atau “platlike”. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi regional yang 6 tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia, iskemia, hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin.2,3 Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang melakukan anestesi ataupun bedah yang dapat menyebabkan atelektasis karena disfungsi dari diafragma dan berkurangnya aktivitas suarfactan. Atelektasis ini biasanya pada bagian basal paru ataupun segmen tertentu.3,8 II. 6 DIAGNOSIS Gambaran klinis sebagian besar berhubungan dengan kelainan yang mendasarinya, sebagian tampak seperti keadaan normal, namun pada sejumlah kasus, terutama kasus akut dapat berupa batuk non produktif, nyeri dada, sesak napas, sianosis, hipotensi, takikardi, demam dan syok.3,5,10 Pada inspeksi tampak cekungan atau bagian yang tertinggal pada daerah yang sakit, palpasi terdapat penurunan fremitus, trakea, dan jantung mengalami shift ke daerah yang sakit, pada perkusi suara lebih redup dan pada auskultasi ditemukan menghilangnya bunyi nafas. 3 Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah foto thorax, CT-Scan dan MRI. Foto Thorax merupakan jenis pemeriksaan yang paling banyak dilakukan pada anak-anak sehingga interpretasi yang benar menjadi sangat penting untuk diagnosis yang tepat dan menghindari pengobatan yang tidak di perlukan akibat tehnik radiografi dan variasi normal. Yang paling umum dilakukan dengan posisi PA dan Lateral. Foto thorax posisi lateral bertujuan untuk melihat letak atelektasis, apakah anterior ataukah posterior agar mempermudah mengetahui lobus paru bagian mana yang mengalami kolaps. Foto thorax dapat mendiagnosis platelike atelektasis, post operative atelektasis, dan rounded atelektasis yang mengikuti jalannya ateletasis tersebut, dan juga untuk menentukan apakah penanganan seperti chest fisioterapi memberikan hasil yang baik atau tidak.11,12 Pada foto polos thorax dan CT scan dapat menunjukkan direct sign maupun indirect sign dari suatu lobar atelektasis. Foto polos thorax memiliki sensitivitas tinggi ketika tandatanda langsung (direct sign) atelektasis dapat di deteksi dan tanda-tanda tidak langsung 7 (indirect sign) dapat menguatkan diagnosis atelektasis. Tanda tanda langsung atelektasis : 1. Pergeseran dari fissure interlobar. Fissura minor pada RUL kolaps biasanya cembung pada aspek superior dan bisa juga cekung karena adanya lesi massa yang mendasarinya sehingga tampak gambaran Golden S sign atau S sign of Golden. 2. Peningktan dentitas/opasitas dari collaps paru. 3 Tanda-tanda indirect berupa 1. displascement hilum, 2. mediastinum bergeser ke sisi yang kolaps, 3. loss volume pada hemithorax ipsilateral, 4. elevasi dari diafragma ipsilateral.Tenting dari pleura diafragma di sebut juga juxta phrenic peak sign, suatu tanda yang dapat membantu adanya RUL atelektasis, 5. kompensasi hiperlusensi pada lobus yang tersisa. 6. Sillhoute dari diafragma dan batas jantung. Namun ada beberapa kasus pada temuan radiografi dada yang tidak diagnostic misalnya adanya cairan pleura bersamaan dengan massa paru yang besar. Dalam kasus tersebut dibutuhkan CT Scan untuk pencitraan selanjutnya. Modalitas ini juga berguna untuk mengevaluasi mediastinum, dinding dada, hilus, pleura dan kondisi parenkim paru sekitarnya. Ketika ada opasitas di basal hemithorax dan tanda-tanda ateletasis tidak begitu jelas maka CT scan thorax sangat membantu untuk menentukan opasitas tersebut suatu cairan efusi atau atelektasis. Pemeriksaan CT scan secara akurat menggambarkan proses penyakit pada saluran udara kecil dan kadang-kadang dapat mendiagnosis secara spesifik beberapa kemungkinan klinis yang relevan. Pada pasien dengan asma pada gambaran CT scan dapat menunjukkan penebalan dinding saluran nafas, adanya plug pada saluran udara besar maupun kecil, atelektasis subsegmental dan air trapping sedangkan emfisema jarang terlihat bahkan pada pasien asma berat sekalipun.13 Pemeriksaan CT Scan adalah modalitas tambahan yang membantu mengidentifikasi dan melokalisir lesi obstruksi bronchial. Korelasi dengan foto polos dada membantu evaluasi pemeriksaan yang cermat pada mediastinum, hilum dan pleura.14 II.7 PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan adalah untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa dilakukan adalah 8 berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang, menghilangkan penyumbatan baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya, latihan menarik nafas dalam( spirometri insentif ), perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak, postural drainase, antibiotik diberikan untuk semua infeksi, pengobatan tumor atau keadaan lainnya, pada kasus tertentu apabila infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru- paru yang terkena mungkin perlu diangkat, setelah penyumbatan dihilangkan secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya. 4 II.8 PENCEGAHAN Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis yaitu 1. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin, 2. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasan. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut. 2,3 II.9 PROGNOSIS Prognosis tergantung pada penyebab, umur, komplikasi yang terjadi dan managemen terhadap penyakit. Umumnya baik pada atelektasis post operasi dan buruk pada kanker tingkat lanjut.2,15 Pada orang dewasa bila atelektasis terjadi pada sebagian kecil lapangan paru biasanya dapat mengancam jiwa. Sebagai kompensasi bagian paru yang masih berfungsi dengan baik akan menyediakan oksigen yang cukup untuk seluruh tubuh.2,15 Atelektasis yang besar akan berbahaya, terutama pada bayi,anak kecil, atau pada mereka yang mempunyai penyakit paru. Biasanya terjadi perbaikan secara bertahap bila obstruksi telah dihilangkan. Bagaimana pun juga, pemulihan akan meninggalkan bekas parut (fibrosis).2 9 II.10 KOMPLIKASI Pnemonia bisa diakibatkan oleh berkurangnya oksigen dan kemampuan paru untuk mengembang sehingga secret mudah tertinggal dalam alveolus dan mempermudah menempelnya kuman dan mengakibatkan terjadinya peradangan pada paru. Hypoxemia dan gagal napas bila keadaan atelektasis dimana paru tidak mengembang dalam waktu yang cukup lama dan tidak terjadi perfusi ke jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal napas. Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan hipoksia mudah terjadi pada obstruksi bronkus. 3 Sepsis dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu proses infeksi, dan bila keadaan terus berlanjut tanpa diobati maka mudah terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah di paru, namun bila keadaan segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi. Bronkiektasis terjadi ketika paru-paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.3 II.11 DIAGNOSIS BANDING Opasitas di paru-paru dapat disebabkan oleh konsolidasi pneumonia, atelektasis, neoplasma maupun terkumpulnya cairan. Kadang-kadang opasitas ini sulit dibedakan, bahkan dua proses dapat saling berdampingan. Pneumonia lobaris dapat mengaburkan (silluet) mediastinum dan meniru gambaran atelektasis tetapi tidak ada pergeseran fissure interlobar maupun mediastinum.7 Umumnya massa di paru-paru anak sebenarnya merupakan sebuah pseudomassa yang disebabkan oleh rounded pneumonia. Opasitas begitu sempurna membulat yang mirip dengan neoplasma, tindak lanjutnya adalah dilakukan foto evaluasi setelah 15 hari untuk melihat apakah massa menghilang atau tidak.7 Neoplasma paru primer pada anak-anak jarang terjadi dan yang banyak terjadi adalah ekstensi dari struktur mediastinum atau disebabkan oleh kelainan pada diafragma dan di luar paru. Pada kasus, diagnosis di kelirukan dengan thymus prominent yang memberikan gambaran opasitas di lobus superior pulmo kanan. 10 III. THYMUS PROMINENT III.1 Definisi Thymus merupakan organ limfoepitelial yang terletak di mediastinum anterior yang berperan banyak pada pengembangan dan pematangan sistem imun pada masa kanak-kanan. Thymus biasanya prominent pada bayi baru lahir dan dapat terjadi peningkatan ukuran selama beberapa bulan pertama kehidupan.1,16 III.2 Anatomi Thymus terletak di mediastinum anterior menutupi pericardium, arcus aorta, vena innominata kiri dan trachea. Thymus dapat meluas ke superior di pole bawah trachea dan secara inferior ke diafragma. Thymus melekat pada thyroid oleh ligamentum thyrothymic.16 Thymus memiliki lobus yang di bungkus oleh suatu kapsul jaringan ikat yaitu tempat trabekula berasal. Trabekula masuk ke dalam organ dan membagi kelenjar timus menjadi banyak lobulus yang tidak utuh. Setiap lobulus terdiri dari kortex yang terpulas gelap dan medulla terpulas terang. Karena lobulus tidak utuh, medulla memperlihatkan kontinuitas d i a n t a r a lobulus yang berdekatan. Pembuluh darah masuk kedalam kelenjar timus melalui kapsul jaringan ikat dan trabekula. Korteks setiap lobulus mengandung limfosit yang tersusun padat yang tidak membentuk nodulus limfoid.17 Morfologi thymus sangat bervariasi bahkan dalam kelompok usia yang sama. Misalnya, pada orang dewasa muda, biasanya bilobed dan berbentuk V, dengan dua proses kecil memperluas ke leher, namun juga dapat unilobed, trilobed, atau berbentuk seperti X atau V terbalik. Ukuran timus bervariasi juga. Sebuah penelitian terbaru dari 136 spesimen thymus dari korban sehat dengan kematian mendadak menyimpulkan bahwa timus mencapai ukuran maksimumnya selama beberapa bulan pertama kehidupan dan tidak tumbuh lebih besar lagi di luar pubertas. Berat thymus dapat mencapai 5 g sampai 50 g sepanjang hidup seseorang, dengan sedikit peningkatan berat badan selama dekade pertama kehidupan dan penurunan bertahap sesudahnya.16,17,18 11 III.3 Temuan Radiologi III.3.1 Foto polos thorax Pada radiografi dada frontal bayi dan anak-anak, timus mencolok besar tapi sulit untuk membedakan dari siluet jantung. Thymus biasanya memiliki batas halus dan tetap terlihat pada radiografi sampai usia 3 tahun. Thymus memberikan gambaran seperti gelombang (wave thymic sign) diciptakan oleh tekanan refleksi anterior dari tulang rusuk. Sedangkan thymic sail sign berupa gambaran seperti layar bentuk segitiga, lobus kanan timus sedikit cembung dengan basis dipisahkan tajam oleh fisura minor dan terlihat pada sekitar 5 % anak-anak .16,17 Pada foto polos dada dapat mengukur rasio CT / T yang menjadi indikator untuk membantu memprediksi kelangsungan hidup pada bayi prematur dengan berat lebih dari 1030 gr. CT / T dihitung sebagai rasio dari bayangan cardiothymic di carina dibagi dengan lebar thorax dari sudut kostofrenikus. Ratio CT/T ditentukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan.19 III.3.2 Ultrasonografi Tymus adalah organ mudah terlihat pada sonografi pada periode kanak-kanak karena sonografi memiliki beberapa keuntungan seperti ketersediaannya cukup, kurangnya radiasi pengion, tanpa injeksi bahan kontras dan sedasi serta dapat digunakan untuk mengevaluasi timus dengan mudah. Timus yang normal kadang-kadang memiliki penampilan membingungkan pada radiografi dada polos. Umumnya masalah yang dihadapi adalah normal tetapi timus menonjol meniru massa mediastinum atau pneumonia lobus atas atau atelektasis. Ultrasonografi memberikan informasi berharga tentang parameter morfometrik di samping morfologi sifat seperti echogenitas, bentuk, ekstensi, dan kontur thymus.18,20 Pada gambaran ultrasonografi, timus pada bayi mungkin memiliki beberapa echogenitas linear atau bercabang. Dalam sebuah penelitian terhadap 56 bayi (usia 0-10 bulan), echogenitas timus adalah homogen dan mirip echogenitas pada hati dan limpa pada 42 bayi ( 75 % ) dan 14 bayi ( 25 % ) echogenitasnya sedikit kurang homogen dibanding hati atau limpa.18,20 12 Warna aliran pada ultrasound menunjukkan bahwa timus normal hypovascular atau hampir avaskular. Pada anak-anak, pola gema thymus muncul sebagai campuran jaringan limfoid dan lemak. Komponen leher timus, yang kadang-kadang terdeteksi dengan ultrasonografi, menunjukkan fokus hyperechoic yang berbeda yang menyerupai starry sky. Thymus ini sangat lentur dan tidak menyebabkan kompresi atau perpindahan dari struktur yang berdekatan. Temuan ini dapat menjadi bagian penting dari pemeriksaan sonografi realtime karena denyutan jantung dan gerakan pernapasan mempengaruhi bentuk dari timus. Sebaliknya, tumor padat atau proses infiltratif difus kurang lunak dan lebih kaku.18 III.3.3 Computed Tomography Biasanya, thymus terlihat di CT dan mengisi ruang perivaskular sepanjang 2 dekade pertama kehidupan. Pada anak-anak muda kurang dari 5 tahun, biasanya berbentuk segiempat dengan batas cembung. Seiring dengan pertumbuhan, thymus secara bertahap menjadi segitiga dengan batas lurus atau cekung.20 III.3.4 MRI Pada pencitraan MRI, thymus tampak homogen dengan intensitas sinyal yang lebih besar dibanding otot pada gambar T1-weighted dan intensitas dekat dengan lemak pada sinyal gambar T2- weighted.20 III.3.5 Positron Emission Tomography Sebuah thymus yang normal mungkin hampir tidak terlihat pada PET scan. Namun, mungkin menunjukkan mencolok.20 13 BAB III LAPORAN KASUS Seorang anak laki-laki usia 7 tahun 6 bulan rujukan dari RS PR dengan keluhan utama batuk dan sesak napas. Dua hari SMRS anak mulai demam nglemeng dari sore dan diminumkan bodrexin tablet, demam sempat turun, malamnya anak mulai pilek dan batuk tapi tidak sesak. BAB maupun BAK normal, makan minum mau. Hari masuk rumah sakit anak batuk grok-grok, pilek, sesak nafas dan demam. Anak kemudian dibawa berobat ke bidan dan mendapat obat amoxicillin syrup dan puyer batuk pilek tetapi siangnya anak bertambah sesak dan dibawa orang tua ke RS PR, anak diuapkan 1x di UGD, sesak napas tidak berkurang namun saat itu disuruh pulang oleh pihak RS. Saat malam harinya karena sesak bertambah, anak dibawa kembali ke RS PR dan diuapkan 2x, dipasang infus dan dipasang selang oksigen. Karena tidak ada perbaikan anak dirujuk ke RSS. Di IGD RSS, anak datang tampak sesak napas, anak masih dapat berbicara kalimat tanpa terputus. Keadaan umum tampak lemah, tampak sesak napas, kesadaran compos mentis. Pada pemeriksaan fisik tanda vital HR 128x/mnt, RR 56x/mnt, T 37,5OC. SpO2: 92% (room air) BB: 20 kg TB: 120 cm, LK: 52 cm LD: 56 cm Leher: Lnn tidak teraba. Dada: Simetris, Ketinggalan Gerak (-), Retraksi subcostal, intercostal, suprasternal (minimal). Jantung: S1 tunggal, S2 Split tidak konstan, bising (-). Pemeriksaan fisik jantung dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru-paru ekspirasi memanjang, Vesikuler (+/+) normal, Ronki(+/+), wheezing (+/+), krepitasi (+/+). Kesan pada paru-paru didapatkan tanda adanya infiltrat di kedua lapangan paru. Abdomen: Supel, BU (+) normal, T/E normal. Kepala : nafas cuping hidung (+/+), head nodding (-/-), sianosis (-). Terdapat riwayat asma yang diturunkan dalam keluarga yaitu ayah dan pamannya. Riwayat kehamilan dan persalinan baik. Riwayat kualitas dan kuantitas makanan tidak baik dimana pada usia 0 – 3 bln sudah mendapat ASI dan susu formula. Riwayat perkembangan motorik kasar, halus, bahasa dan sosial tidak sesuai dengan usia. Riwayat imunisasi lengkap menurut PPI. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil hemoglobin 13,5g/Dl, hematokrit 38,8%, jumlah eritosit 5.340.000/Ul, MCV 80,3, MCH 27.2, MCHC 33,9, jumlah trombosit 14 292.000 /Ul, Jumlah leukosit 18.500/Ul, Eosinofil 0,6%, Basofil 0,1%, Neutrofil 84,8%, Limfosit 7,7%, Monosit 6,8%. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan adalah foto thorax proyeksi AP dan lateral view, posisi supine, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup dengan hasil tampak corakan bronchovaskuler normal, tampak opasitas homogen, bentuk segitiga di suprahiler pulmo dextra, tak tampak penebalan pleural space bilateral, kedua diafragma licin, Cor, CTR < 056, retrosternal space dan retrocardial space terbuka, sistema tulang yang tervisualisasi intak. Dikesankan sebagai pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal dan thymus prominent. Kemudian hasil foto thorax tersebut di konsultasikan ulang kepada Ahli Radiologi Anak dan setelah di analisis ulang di temukan adanya gambaran atelektasis di lobus superior pulmo dextra. 15 BAB IV PEMBAHASAN Foto thorax merupakan salah satu dari pencitraan paru yang sangat praktis dan ekonomis serta mudah dikerjakan untuk membantu melihat kelainan dalam rongga thorax, yang secara anamnnese dan temuan fisik diagnostik bisa serupa, sehingga sulit untuk penegakkan diagnosis tanpa bantuan sarana penunjang. Foto thorax masih merupakan pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi kelainan pada rongga thorax, di perlukan proyeksi anteroposterior (AP)-view atau posterioanterior (PA)view dan lateral-view untuk mendapatkan hasil intepretasi yang lebih informatif. 2,3 Sangat penting mengetahui anatomi saluran pernafasan untuk bisa memahami hasil pencitraan dan patofisiologi terjadinya kelainan. Fungsi pokok dari paru adalah untuk pertukaran udara, yang terjadi di airspace, terutama di alveoli. Dimulai dari udara luar yang masuk melalui airway dengan cabang-cabangnya hingga mencapai alveoli, dan kemudian terjadi pertukaran 02 dan CO2 di kapilar alveoli, dan siatem pembuluh darah dan saluran limfe yang terfiksasi dalam jaringan penyangga, interstitiel, maka kelainan bisa dikelompokkan dalam kelompok airway, airspace dan interstitiel. 2,3,6,11 Pada foto thorax akan tampak gambaran lusen lebih prominen, yaitu udara dalam sistem alveoli, dibanding gambaran semiopak, representasi jaringan penyangga. Sehingga kelainan yang merupakan penambahan opasitas di alveoli akan lebih cepat terdeteksi pada foto thorax dibanding penambahan lusensi. 12 Gangguan aerasi paru, baik karena sumbatan di airway dari luar maupun dari dalam lumennya akan terjadi mekanisme stop valve, udara tak bisa masuk ke distal sumbatan saat inspirasi, maupun mekanisme check valve, udara bisa masuk ke distal sumbatan saat inspirasi dan tak bisa keluar melewati sumbatan saat ekpirasi, akan memberikan gambaran yang sangat berbeda pada foto thorax. Pada mekanisme stop valve, maka akan terjadi proses penyerapan udara di distal sumbatan sehingga terjadi atelektasis, yang tampak sebagai peningkatan densitas atau opasitas pada foto paru, selain pengurangan volume paru yang mengalami atelektasis, 16 sehingga menyebabkan tarikan organ sekitarnya. Gambaran sebaliknya akan tampak pada mekanisme check valve. 11,15,18 Gambaran atelektase bisa terjadi antara lain akibat sumbatan oleh lendir maupun kesalahan pemasangan endotracheal tube (ET), yang masuk ke salah satu bronchus utama, yang dikenal dengan atelektase obstruktiv atau resorptiv. Atelektase tipe ini merupakan tipe atelektase yang paling sering.4,15,18 Pemeriksaan thorax foto pada penderita asma juga dimaksudkan untuk melihat komplikasi antara lain atelektasis, emphysema obstruktive, “airblock phenomenom” (pneumomediastinum, pneumothorax) dan pneumonia. Atelektasis dari emphysema obstruktive dikaitkan dengan terjadinya penyumbatan oleh secret mucosal dan karena spasme bronchus atau disebabkan infeksi virus. Airblock phenomenon disebabkan airtrapping saat terjadi serangan asma.15 Tymus tampak prominent pada bayi baru lahir dan terjadi peningkatan ukuran selama beberapa bulan pertama kehidupan. Secara radiologis gambaran tymus mirip layar (“sail sign”). Margin thymus bergelombang (“thymic wave”) karena lekukan yang disebabkan oleh tekanan kosta anterior pada tymus. Tymus prominent menandakan bayi sehat, sementara situasi stres (infeksi, dll) menyebabkan thymus atrofi. Tymus menurun dalam ukuran pada usia 1-3 tahun. Pada usia 4 tahun hanya dapat dilihat pada CXR dari 2% pasien, tetapi biasanya masih terlihat pada CT dada pada pasien kurang dari 20 tahun. Perubahan tymus dalam ukuran dan bentuk terjadi selama inspirasi dan ekspirasi dengan peningkatan relatif diameter thymus transversal selama ekspirasi yang kembali normal pada saat inspirasi.20 Pada CT Scan tymus muncul sebagai struktur segitiga bilobed yang terletak di mediastinum anterior, paling sering anterior aorta ascendens proximal, tract outflow pulmonary dan distal vena cava superior sebelum masuk ke atrium kanan. Membedakan tymus dari struktur mediastinum lainnya seperti kelenjar getah bening atau sinus superior dari pericardium mungkin sulit sehingga penting menjadi familier terhadap lokasi, bentuk dan ukuran tymus normal.17 Ukuran tymus normal banyak di pelajari di CT dan MRI, rata-rata tymus normal menurun dengan bertambahnya usia dari 1,1cm (standar deviasi 0,4cm) untuk kelompok 17 usia 6-19 tahun sampai 0,5cm (standar deviasi 0,27cm) untuk pasien diatas usia 50 tahun. Ketebalam maksimum adalah 1,8cm pada pasien usia 20 tahun dan 1,3 cm apada usia kurang dari 20 tahun. Namun ketebalan pada MRI lebih besar (15-20mm antara usia 20 tahun dan 70 tahun) mungkin karena deteksi yang lebih baik pada jaringan lemak dan margin tymus pada modalitas ini.17 Pada awalnya hasil foto polos thorax pasien ini di interpretasikan sebagai tymus prominent tetapi setelah di konfirmasi ulang dan di analisis kembali tidak tampak adanya gambaran thymus yang prominent secara radiologis. Hasil analisis ditemukan adanya opasitas bentuk segitiga di lobus paru kanan atas dengan pergeseran fissure interlobular, displacement hilum dan tenting dari pleura diafragma kanan yang di sebut juxta phrenic peak sign, suatu tanda yang dapat membantu adanya RUL atelektasis. 18 BAB V KESIMPULAN Telah dilaporkan seorang anak laki-laki usia 6 tahun 7 bulan dengan keluhan batuk dan sesak napas dan riwayat asma yang diturunkan dari ayahnya. Tymus menunjukkan perubahan yang unik dari waktu ke waktu sehingga penting bagi ahli radiologi memahami secara komprehensif entitas tymus dan harus lebih familier mengenai bentuk, lokasi dan ukuran thymus normal sehingga peran radiologi akan lebih optimal, khususnya dalam membantu menegakkan diagnosis. Pada pasien asma kemungkinan penyebab terjadinya atelektasis adalah mucous plaque sehingga terjadi obstruksi pada saluran pernapasan yang dikenal dengan obstructive atelectasis dan merupakan tipe atelektasis yang paling sering terjadi. 19 DAFTAR PUSTAKA 1. Haller J.O, Slovis T.L, Joshi, A. Chest Examinations In Children, In : Pediatric Radiology. 3rd ed. Spinger-Verlag Heidelberg New York. 2005; 25 – 62. 2. Sharma.Lobar Atelectasis Imaging. Available from http://emedicine.medscape.com. Last update: May 27, 2011. Accesed on September 19, 2013. 3. Madappa T. Atelectasis. Available from http://emedicine.medscape.com. Last update: Mar 30, 2012. Accesed on Oktober 21,2013. 4. Hammon W and Martin RJ. Chest Physical Therapy For Acute Atelectasis : A Report On Its Effectiveness. PHYS THER. 1981; 61: 217-220 5. Anonyms. Atelectasis. Available from www.mayoclinic.com. Accesed on November 11, 2013. 6. Mendoza J. Lung Anatomy. Available from http://emedicine.medscape.com. Last update: Feb 20, 2013. Accesed on October 12, 2013. 7. Woodring JH, Reed JC. Types and mechanisms of Pulmonary Atelectasis. J Thorac Imaging. 1996 Spring;11(2):92-108 8. Duggan M, Kovonagh B.P. Pulmonary Atelectasis : A Pathogenic Peroperative Entity. Anesthesiology. 2005;102:838-854. 9. Teel GS, Engeler CE, Tashijian JH, Ducret RP. Imaging of Small Airways Disease. Radiographics. 1996; 16 : 27-41 10. Raman TS, Mathew S, Ravikumar, Garcha PS. Atelectasis in Children. Indian Pediatrics.1998;35(5):439-35. 11. Arthur Rosemary. Interpretation of The Paediatric chest X-ray. Current Paediatric. 2003;13:438-447. 12. Delrue L et..all. Difficulties In The Interpretation of Chest Radiographic. Medical Radiology.2011;12 :27-49 13. Teel GS, Engeler CE, Tashijian JH, Ducret RP. Imaging of Small Airways Disease. Radiographics. 1996; 16 : 27-41 20 14. Haroon A et all. Differential Diagnosis of Non-Segmental Consolidation, J Pulmon Resp Med. 2013: 1-6.doi : 10.4172/2161-105X.58-001. 15. Ashizawa K, et all.Lobar Atelectasis : Diagnosis Pitfalls On Chest Radiography. The British Journal of Radiology. 2001; 74 : 89-97 16. Nasseri F, Eftekhari F. Clinical and Radiologic Review of The Normal and Abnormal Thymus : Pearls and Pitfalls. Radiographics.2010; 30 : 413 – 428. 17. Nishino et all. The Thymus : A Comprehensive Review. Radiographic.2006; 26: 335-48 18. Kim OH, Kim WS, Kim MF, Fung FY, Suh FH. US In The Diagnosis of pediatric Chest Disease. Radiographic. 2000;20:653-671 19. Tooke, et all. Thimic Size at Birth In Preterm Infants With Severe Respiratory Distress Syndrome Can be Used to Predict the Likelihood of Survival : A Retrospective Cohort Studi. SA Journal of Child Health. 2010 ; 4 : 50 – 53. 20. Woodring JH. Determining The Cause of Pulmonary Atelectasis : A comparison On Plain Radiographic and CT. AJR.1988;150:757-63. 21 LAMPIRAN Gambar 1. (A). Anatomi lokasi struktur pernapasan dalam tubuh. (B) Tampilan yang diperbesar dari saluran napas, alveoli (kantung udara), dan kapiler (pembuluh darah kecil). (C) adalah pandangan close up pertukaran gas antara kapiler dan alveoli. CO2 = karbon dioksida dan O2 = oksigen. Paru-paru kanan : 1. Lobus superior - Segmen anterior - Segmen superior - Segmen anterior 2. Lobus medius - Segmen lateral - Segmen medial 3. Lobus inferior - Segmen superior - Segmen mediobasal - Segmen anterobasal - Segmen laterobasal - Segmen posteriobasal Paru-paru kiri : 1. Lobus superior - Segmen apikoposterior - Segmen anterior - Segmen superior - Segmen inferior 2. Lobus inferior - Segmen superior - Segmen anteriomediobasal - Segmen Posterior - Segmen laterobasal. Gambar 2. Segmen-segmen Paru 22 Gambar 3. Anatomi thymus Gambar 4. Foto thorax AP dan Lateral view, supine, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup. Tampak perselubungan semiopak homogen di proyeksi pulmo dextra lobus superior, bentuk segitiga, batas tegas, air bronchogram (-) dengan fissura minor bergeser ke arah cranial. Airway intak , tak terdeviasi. Kedua pleural space tak menebal. Tampak diafragma dextra tenting, juxta phrenic peak sign (+) dan sinistra licin. Cor, konfigurasi normal. Retrocardial space dan retrosternal space terbuka. Sistema tulang yang tervisualisasi intak. KESAN : Atelektasis lobus superior pulmo dextra. 23 Gambar. 5. Gambar 6. Thymus normal-Sail sign Appearance. 24 Gambar 7. Gambar 8. Lobar Kolaps. (a).Kolaps lobus kanan atas. (b). Kolaps lobus medius kanan. (c). Kolaps Lobus bawah kanan. (d). Kolaps lobus kiri atas. (e). Kolaps lobus kiri bawah. 25 A B C D E Gambar 9. A. Menunjukkan Kolaps lobus kanan atas dengan elevasi fisura minor (panah). B,C. Menunjukkan mengaburkan hak batas jantung, kolaps lobus tengah, dan pergeseran mediastinum ke arah kanan. Foto lateral yang menunjukkan kolaps berbentuk baji di atas jantung. D,E. Kolaps lobus kanan lebih rendah. Batas jantung kanan masih terlihat tetapi pada film lateral, opasitas berada di posterior dan fisura mayor ter-deppresed ke posterior (Panah). Margin jantung normal. 26