Keperawatan Sistem Respirasi 2 Pertemuan 8

advertisement
LUKY DWIANTORO
 Meskipun
atelektasis sebenarnya bukan
merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya
dengan penyakit parenkim paru-paru.
 Atelektasis
adalah istilah yang berarti
suatu kondisi dimana paru – paru tidak
dapat mengembang secara sempurna, dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada
bagian paru-paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps.
Atelektasis dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Atelektasis Bawaan
Atelektasis bawaan adalah atelektasis yang
terjadi sejak lahir, di mana paru–paru tidak
dapat berkembang sempurna. Terjadi pada
bayi (aterm/prematur) yang dilahirkan dalam
kondisi telah meninggal (still born) atau lahir
dalam keadaan hidup lalu bertahan hanya
beberapa hari dengan pernafasan buruk.
Paru–paru tampak padat, kempis dan tidak
berisi udara.
 Atelektasis
resorbsi yaitu kondisi bayi
yang mampu bernafas dengan baik,
tetapi terjadi hambatan pada jalan
nafas karena jumlah surfaktan yang
disekresikan oleh alveoli sangat kurang
akibatnya tegangan permukaan cairan
alveolus meningkat sangat tinggi
sehingga dalam alveolus diserap
mengakibatkan alveolus mengempis
kembali (timbul pada penyakit
membran hyalin/sindroma gawat
nafas).
b. Atelektasis Didapat
Mempunyai berbagai macam jenis yaitu:
1. Atelektasis Obstruksi
Terjadi akibat adanya obstruksi total pada jalan nafas,
mulai dari laring sampai dengan bronkiolus. Dimana
obstruksi tersebut bisa dari faktor intrinsik seperti
adanya sekret atau eksudat yang tertahan dan faktor
ekstrinsik seperti neoplasma, aneurisma atau jaringan
parut.
Dimana obstruksi saluran nafas menghambat masuknya
udara dalam alveolus yang terletak distal terhadap
sumbatan, sehingga udara yang terdapat dalam
alveolus tersebut tereabsorbsi sedikit demi sedikit
kedalam aliran darah dan alveolus kolaps.
 Atelektasis
obstruksi dapat terjadi pada pasien dengan
asma bronkhiale, bronkitis kronis, bronkhiektasis,
aspirasi benda asing, pasca bedah, aspirasi darah beku,
neoplasma bronkiolus.
 Faktor
lain penyebab atelektasis adalah melemahnya
gerakan nafas (otot parasternal/diafragma).
 Kondisi
lain yang dapat menyebabkan atelektasis
obstruksi antara lain : usia (sudah tua atau usia anak–
anak) dan kondisi tubuh dengan kesadaran menurun
(pengaruh anesthesi) yang mengakibatkan kelemahan
otot–otot nafas sehingga tidak dapat mengeluarkan
sumbatan pada jalan nafas
2. Atelektasis kompresi
Terjadi akibat tekanan dari luar ,
tekanannya dapat bersifat :
Menyeluruh ( complete )
1) Terjadi bila tekanan besar dan merata
2) Terjadi pada hidrotoraks, hemotoraks,
empiema dan pneumotoraks
3) Terjadi terutama pada bagian basal
a.
b. Sebagian ( partial )
1) Terjadi bila tekanannya hanya terlokalisasi (
setempat )
2) Terjadi misalnya pada tumor, dan
kardiomegali
Akibat tekanan ekstrinsik tersebut pada
semua bagian paru sehingga mendorong udara
ke luar dan mengakibatkan kolaps.
3. Sindroma lobus medialis
Sindrom lobus medialis merupakan
atelektasis jangka panjang dimana
lobus (tengah) dari paru–paru kanan
mengkerut. Penyebabnya adalah
penekanan bronkus oleh suatu tumor
atau pembesaran kelenjar getah
bening.
4. Atelektasis percepatan
Atelektasis percepatan biasanya terjadi
pada pilot atau pesawat tempur.
Penerbangan dengan kecepatan tinggi
akan menutup saluran pernafasan yang
kecil, menyebabkan alveoli ( kantong
udara kecil di paru – paru ) menciut.
5. Mikroatelektasis tersebar atau terlokalisasi
Pada atelektasis ini sistem surfaktan terganggu.
Dimana surfaktan merupakan zat yang melapisi
alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan
permukaan sehingga mencegah pengkerutan.
mikroatelektasis yang disebabkan karena terap
oksigen yang berlebihan, infeksi berat dan luas
(sepsis), serta faktor – faktor lain yang dapat
merusak alveo mengakibatkan jumlah surfaktan
yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang,
akibatnya tegangan permukaan cairan alveolus
meningkat sangat tinggi sehingga paru-paru kolaps
Penyebab dari timbulnya atelektasis
bisa dari :
a. Obstruksi Bronkus
Penyumbatan bisa disebabkan oleh
adanya gumpalan lendir, tumor
atau benda asing yang terhisap
kedalam bronkus ,dan pembesaran
kelenjar getah bening.
b. Berkurangnya surfaktan
c. Faktor risiko :
1) Pembiusan ( anesthesia ) /
pembedahan
2) Tirah baring jangka panjang tanpa
perubahan posisi
3) Pernafasan dangkal
4) Penyakit paru
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Dispneu
Sianosis
Kelemahan
Nyeri dada
Batuk
Takipnea
Takikardi
Demam
Ansietas
Gelisah
Bingung
a.
b.
c.
Rontgen dada akan menunjukkan
adanya daerah bebas udara di paru
- paru
BGA menunjukkan derajat
hipoksemia dan keadekuatan
ventilasi alveolar
CT Scan atau bronkoskopi serat
optik
1.
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji
meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui
tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa
- sesak nafas,
- rasa berat pada dada,
- nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan
bernafas serta
- batuk non produktif.
Pada atelektasis gejala klinis terdapat
- dispnea,
- sianosis dan kolaps,
- bagian dada yang atelektasis tidak
bergerak, dan
- pernapasan terdorong kearah yang
sakit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
•
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan
diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa
berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya.
•
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul.
•
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhankeluhannya tersebut.
 Klien
yang menderita atelektasis biasanya
disertai oleh penyakit paru lainnya seperti
efusi pleura.
 Bagi
klien yang pernapasannya dangkal karena
nyeri, lemah atau peregangan abdominal
seringkali menderita atelektasis pada dasar
paru-parunya.
 Secret
yang tertahan dapat mengakibatkan
atelektasis yang lebih luas.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Perlu ditanyakan apakah pasien
pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal
jantung, trauma, asites dan
sebagainya.
d.
•
Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi.
 Atelektasis
yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan
paru-paru yang terserang dengan
jaringan fibrosa.
 Bayi
premature juga dapat
menyebabkan atelektasis karena kurang
sempurnanya pembentukan surfaktan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai
penyebab efusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
f.
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
1)
•
•
1)
Adanya tindakan medis dan perawatan di
rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol dan penggunaan
obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
• Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme,
kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan
dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas
dan penekanan pada struktur abdomen.
•
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat
proses penyakit. pasien dengan effusi pleura
keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu
ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan
defekasi sebelumdan sesudah MRS.
•
Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otototot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
• Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan
akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal.
•
Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
•
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
•
•
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan
peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain
itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondarmandir, berisik dan lain sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
• Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien
akan mengalami perubahan peran, misalkan
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai
seorang ibu yang harus mengasuh anaknya,
mengurus suaminya.
•
Disamping itu, peran pasien di masyarakat
pun juga mengalami perubahan dan semua
itu mempengaruhi hubungan interpersonal
pasien.
7) Pola persepsi dan konsep diri
• Persepsi pasien terhadap dirinya akan
berubah. Pasien yang tadinya sehat, tibatiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri
dada.
•
Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah
penyakit berbahaya dan mematikan.
•
Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya.
Download