tingkat evidens VI rekomendasi A Terapi Cairan a. Tanpa Dehidrasi b. Diare ringan-sedang Keterangan 1. Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. 2. ASI harus tetap diberikan 3. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus) a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair. b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap dberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah Ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala. a. Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari b. Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari c. Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari d. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi c. Dehidrasi Berat tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua 1. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer laktat atau ringer asetat 100 ml/kgBB dengan cara pemberian: 2. Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya 3. Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya 4. Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi 5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 6. Hipernatremia (Na > 155 mEq/L): Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak 7. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L): Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb: a. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0,6 x berat badan, diberikan dalam 24 jam 8. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L): Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5-1 ml/kgBB IV secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit, sambil dimonitor irama jantung dengan EKG. 9. Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L) Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium: 10. Kadar K 2,5 – 3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi 3 dosis 11. Kadar K < 2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis: Seng Nutrisi Medikamentosa a. 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama b. 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis: a. Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari b. Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang. a. Tidak boleh diberikan obat anti diare b. Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.