Uploaded by lenisuryani.lase

BAB I, II, III Pendarahan Kehamilan Muda

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama
kehamilan. Pendarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat
kecil (binti-bintik), sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dank ram
perut. Karena itu, pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai
suatu keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat
menimbulkan kematian. Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami
perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Hal ini
tentu akan menimbulkan ketidakberdayaan dari wanita sehingga ditinjau
dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi utnuk meningkatakan
keberdayaan seorang wanita. Mengingat akan hal tersebut, maka penting
untuk mengetahui lebih dalam mengenai masalah perdarahan saat
kehamilan ini.
1.1
Tujuan
1.
Tujuan Umum:
Untuk Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
perdarahan kehamilan muda.
2.
Tujuan Khusus:
a)
Untuk mengetahui konsep abortus
b)
Untuk mengetahui konsep kehamilan anggur previa
c)
Untuk mengetahui konsep KET
d)
Untuk mengetahui asuhan keperawatan perdarahan kehamilan
muda.
1
BAB II
TINJAU TEORITIS
2.1
Konsep Abortus
2.1.1 Pengertian Abortus
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran harus konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar. Di bawah ini ditemukan beberapa definisi para
ahli tentang abortus.
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum anggup diartikan apalagi
fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu (Eastman,2002).
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang
sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin
sekitar 500 gram (Manuaba, 2007). Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan
kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan
maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar
umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah
terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500
g (Handono, 2009).
2.1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum
sendiri, faktor ibu, dan faktor bapak.
1. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari
1000 aborus spontal, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang
2
patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6%
disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadi abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
2. Kelainan genitalia ibu
Misalnya paa bayi yang menderita:
 Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dan lainlain)
 Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fksata
 Tidak sempurnanya persiapan uterus dalammenanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau
esterogen, endomentritis, mioma submukosa
 Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
 Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3. Ganguan irkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gradivarum, anomati plaseta dah karna lues.
4. Penyakit-penyakit Ibu
Misalnya pada:
 Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan
sebagainya. Kematian fentus dapat disebabkan karena toksin
dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fentus .
 Keracunan Pb, nikotin, gas racun, akohol dan lain-lain.
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
paru berat, anemi gravis.
 Malnutrisi, avitaminasi dan gangguan metabolisme, hipotiroit,
kekurangan vitamin A,C, atau E, diabetes melitus.
5. Antogonis Rhesus
3
Pada antogonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fentus,
sehingga
terjadi
anemia
pada
fetus
yang
berakibat
meninggalnya fetus.
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis; atau faktor serviks
Inkompentensi serviks, sevisitis
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Contohnya: sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan,
laparatomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung
terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda,
dan obat-obatan.
8. Penyakit bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasis
kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan
lain-lain), sinar rontgen, dan avitaminosis.
2.1.3 Patologi
Pada permulaan, terjadi pendarahan pada desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil
konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus
berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, krena vili korealis
belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 814 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan
sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi
pendarahan.
2.1.4 Klasifikasi
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor almiah.
2. Abortus Provakatus (indiced abortus)
4
Adalah abortus yang disegaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a) Abortus Medisinalis ( abortus abotion)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasa bila
kehamilan
dilanjutkan,
dapat
membahayakan
jiwa
ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapatkan
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b)
Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2.1.5 Komplikasi Abortus
1. Pendarahan (hemorrhage)
2. Perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan atau dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, pada abortus disebabkan oleh:
a) Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
b) Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.
2.1.6 Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid
yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa nyeri
pada perut bagian bawah.
2.1.7 Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan
terjadi selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan
untuk relaksasi. Tetapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan
bila diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk
5
mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus
missed abortion jika janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya
adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat
penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani, 2009).
2.2
Konsep Kehamilan Anggur Previa (Mola Hydatidaosa)
2.2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan)
yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau
mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan
(Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam Sujiatini, 2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai
dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur
atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”
sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane (villi) mirip
gelombolan buah anggur (Sujiatini, 2009).
2.2.2 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun
faktor penyebabnya adalah :
1.
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati,
tetapi terlambat dikeluarkan.
2.
Imunoselektif dari tropobalast.
3.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
4.
Kekurangan protein.
5.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar,
Rustam, 1998: 238 dalam Sujiyatini, 2009).
6
2.2.3 Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1.
Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2.
Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau
bagian janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan
pathogenesis dari penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah
mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan
peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari
villi
dan
akhirnya
terbentuklah
gelembung-gelembung.
Teori
neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki
fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang berlebihan
ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih
menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya
embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan
cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).
2.2.5 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasanya timbul pada klien dengan
“mola hidatidosa” adalah :
1.
Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2.
Perdarahan pervagina berulang. Darah cenderung berwarna
coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3.
Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak
terdengarnya DJJ sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau
lebih.
5.
Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24
minggu (Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam Sujiyatini, 2009).
7
2.2.5 Penatalaksanaan Medik
1.
Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa
adalah: Diagnosis dini untuk menguntungkan prognosis.
2.
Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik
dengan focus pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan,
b.Perdarahan tidak teratur atau spotting, c.Perbesaran abnormal
uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan
dengan pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement)
atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
3.
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4.
Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau
pervorasi uterus).
5.
Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini,
2009).
2.3
Konsep KET
2.3.1 Defnisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan etopik terganggu
(KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus
atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin
tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus,
tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium,
rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter
dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada
tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars ismika
8
tuba, kehamilan pars ampularis tuba dan kehamilan infundibulum
tuba.
2.3.6 Klasifikasi
Menurut Tinus klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya
kehamilan etopik adalah:
a) Kehamilan tuba
b) Kehamilan ovarial
c) Kehamilan abdominal
d) Kehamilan intraligamenter
e) Kehamilan servikal
f)
Kehamilan tanduk rahim rudimenter.
2.3.3 Etiologi
Penyebab kehamilan etopik ada yang diketahui dan ada pula
yang tidak diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan etopik
1. Faktor uterus
a) Tumor rahim yang menekan tuba
b) Uterus hipoplastik
2. Faktor tuba
a) Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
b) Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
c) Ganguan fungsi rambut getar (silia) tuba
d) Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sepurna
e) Endometriosis tuba
f)
Striktur tuba
g) Divertikel tuba dan kelainan kongenital lainnya
h) Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
i)
Tumor lain menekan tuba
j)
Lumen kembar dan sempit
3. Faktor ovum
a) Migrasi eksterna dari ovum
9
b) Perlekatan membrana granulosa
c) Rapid cell devision
d) Migrasi internal ovum.
2.3.4 Komplikasi
1.
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang. Ini
merupakan indikasi operasi.
2.
Infeksi
3.
Sub illeus karena massa pelvis
4.
Sterilitas
2.3.5 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah
senagai berikut :
1.
Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas.
Pada umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda
dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang
tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus
membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi
karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2.
Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai
terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosisnya.
3.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi
secara tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk dalam
syok.
10
4.
Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang
kedua pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Hal ini
menunjukkan kematian janin.
5.
Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin,
sehingga dapat bervariasi (Mitayani, 2009).
3.3.6 Penatalaksanaan
Penanganan
kehamilan
ektopik
pada
umumnya
adalah
laparatomi. Dalam tindakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan
dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
1.
Kondisi ibu pada saat itu
2.
Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3.
Lokasi kehamilan ektopik
4.
Kondisi anatomis organ pelvis
5.
Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6.
Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apabila kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok,
lebih baik dilakukan salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani dengan
menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan
(Mitayani, 2009).
11
2.4
Asuhan Keperawatan Pendarahan
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan
data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah :
A. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi
; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
B. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang
C. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
a.
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
b.
Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan : Kaji
adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung. 
c.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya.
d.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
e.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe,
siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
12
f.
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
g.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi
yang
digunakan
serta
keluahn
yang
menyertainya. 
h.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obatobatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
D. Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum Kesadaran : composmetis s/d coma Postur
tubuh : biasanya gemuk Cara berjalan : biasanya lambat dan
tergesa-gesa Raut wajah : biasanya pucat
b.
Tanda-tanda vital Tensi : normal sampai turun (syok) (<>
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit) Suhu :
normal / meningkat (> 37o c) RR : normal / meningkat (>
24x/menit)
c.
Pemeriksaan cepalo caudal
1) Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah
mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok
2) Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
3) Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
4) Mata : conjunctiva anemis
5) Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat
da dangkal, hiperpegmentasi aerola.
6) Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area
perut, terlihat linea alba dan ligra Palpasi rahim keras,
13
fundus uteri naik Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak
terdengar gerakan janin.
d.
Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar
darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua
paha / femur.
e.
Ekstremitas : Akral dingin, tonus otot menurun.
2.4.2 Diagnosa
1.
Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi serviks.
2.
Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi bakteri.
4.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informas
14
2.4.3 Intervensi
NO
Diagnosa
NOC
NIC
1
Nyeri akut
 Pain level
berhubung
 Pain control
an
 Comfrort level
secara komperhesif
Kriteria hasil :
termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol
karakteristik, durasi,
Pain management
 Lakukan pengkajian nyeri
nyeri(tahu penyebab
frekuensi, kualitas, dan
nyeri, mampu
faktor presitipasi
menggunakan tehnik
 Gunakan tekni komunikasi
Rasional
 Membantu dalam evaluasi
kebutuhan danketidak
efektifan intervensi.
 Mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Mengetahui penyebab
nyeri pada pasien
 Merencanakan intervensi
nonfarmatologi untuk
teraupeutik untuk
selanjutnya jika intervensi
mengurangurangi nyeri,
mengetahui pengalaman
sebelumnya tidak efektiv
mencari bantuan)
nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri
 Kaji kultur yang
berkurang dengan
menggunakan manajmen
mengetahui respon nyeri
 Evaluasi bersama pasien
nyeri
dan tim kesehatan lain
 Mampu mengenai nyeri
tentang ketidak evektifan
15
 Pemberian farmakologi
secara benar
(sekala intesitas frekuensi
dan tanda)
kontrol nyeri masa lampau
 Pilih dan lakukan
 Menyatakan rasa nyaman
pengalaman nyeri
setelah nyeri berkurang
(farmakologi, nonfarmakologi, dan
interpersonal)
2
Resiko
 Immune status
tinggi
 Knowledge : infection
infeksi
control
 Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain.
 Pertahankan teknik isolasi.
 Risk control
 Batasi pengunjung bila perlu.
Kriteria Hasil:
 Intruksikan pada pengunjung
 Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
 Mendiskripsikan proses
penularan penyakit, faktor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksaannya
 Menunjukkan kemampuan
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien.
 Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan.
 Mengetahui keadaan umum
klien
 Menjaga agar luka bersih
dan kering
 Mencegah terjadi infeksi
lebih lanjut
 Memberikan data penunjang
tentang resiko infeksi
 Membunuh mikroorganisme
penyebab infeksi
 Menjaga kesetabilan tubuh
 Tingkatkan intake nutrisi.
pasien agar terhindar dari
 Berikan terapi antibiotik bila
infeksi
16
untuk mencegah
perlu infection protection (
timbulnya infeksi
proteksi terhadap infeksi).
 Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
 Ajarkan pasien dan keluarga
 Inspeksi kulit dan membran
 Keadaan umum pasien terjaga
mukosa terhadap kemerahan ,  Luka termonitoring dengan
bedah
Kekuranga
NOC
 NIC
n volume
 00027 Fluid balance
- monitor status hidrasi
cairan
 Nutritional status : food
 Mempertahankan urine
(kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortosatatik)
- monitor vital sign
output sesuai dengan usia
- berikan penggantian
dan BB, BJ urine normal,
nesogatrik sesuai
HT normal
output
 Tekanan darah, suhu, nadi
 Mengatasi tanda dan gejala
terhadap infeksi sejak dini
 Inspeksi kondisi luka / insisi
Kriteria Hasil
terhadap infeksi
tanda dan gejala infeksi..
panas, drainase.
and fluid intake
 Menstabilkan kekebalan tubuh
- atur kemungkinan transfuse
17
baik
dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
- monitor tingkat HB dan
hematocrit
- monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
- kolaborasikan pemberian
cairan intravena
Resiko
NOC
tinggi
 Immune status
infeksi
 Knowledge : infection
control
 Risk control
Kriteria hasil
 Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
 Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
penularan serta
NIC
- Pertahankan lingkungan aseptic
selama pemasangan alat
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Inspeksi kondisi luka/ insisi
bedah
- Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi
- Berikan terapi antibiotic bila
18
penatalaksanaannya
perlu
 Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
 Jumlah leukosit dalam
batas normal
 Menunjkkan perilaku
hidup sehat
19
2.4.4 Implementasi
Pelaksanaan tindakan dilakukan pada klien disesuaikan dengan
prioritas masalah yang telah disusun. Yang paling penting
pelaksanaan mengacu pada intervensi yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Dahulukan
tindakan yang dianggap prioritas/masalah utama.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan kepada pasien.
20
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan
maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar
umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah
terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500
g (Handono, 2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan
degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi
sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk
jaringan permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur
(Sujiatini, 2009).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan etopik terganggu
(KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau
pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.
Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada
kehmilan kurang dari 22 minggu. Kehamilan muda umum disebut pada ibu
hamil yang berusia 1-3 bulan.
3.2
Saran
Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini
melakukan
penyuluhan
mengenai
pentingnya
mengetahui
tentang
perawatan luka diabetes melitus.
Selain itu perawat harus memberikan pengetahuan pada masyarakat
mengenai cara merawat luka dm di rumah.
21
Download