BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan daerah dengan angka kematian ibu (AKI) yang paling tinggi. Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang cukup tinggi. Data dari Laporan awal Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup (Azhari, 2002). Perdarahan, keracunan kehamilan, dan infeksi merupakan 3 penyebab klasik kematian ibu. Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu salah satunya dapat disebabkan oleh abortus. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat berakibat kematian bagi ibu (Azhari, 2002; Husnah, 2010). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yaitu pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat kurang dari 500gr. Seorang bayi normal kemungkinan bisa hidup di luar kandungan bila usianya telah mencapai lebih dari 20 minggu atau beratnya lebih dari 500gr (Sarwono, 2008; Martaadisoebrata, 2004). Abortus merupakan salah satu masalah kesehatan. Unsafè abortion menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut Badan 1 2 Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand (Azhari, 2002).Sarwono (2008) menyebutkan bahwa rata-rata dapat terjadi 114 kasus abortus per jam dan sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan terjadi antara 15-20 % dari semua kehamilan. Menurut Wiknjosastro dalam Husnah (2010), ada berbagai macam faktor yang diduga terkait dengan penyebab terjadinya abortus diantaranya adalah faktor usia dan paritas. Usia ibu yang terlalu muda maupun terlalu tua dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus. Usia yang sehat bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar usia 20-30 tahun. Menurut studi yang telah dilakukan, kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun, kemudian kematian maternal akan meningkat kembali pada usia di atas 30 tahun. Begitu juga dengan paritas, semakin banyak paritas seorang ibu maka semakin tinggi pula risiko terjadinya abortus. Paritas 2 dan 3 merupakan paritas yang aman, paritas 3 dan selebihnya mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Berdasarkan SDKI 2002/2003 risiko kematian ibu berkaitan dengan 4 faktor yaitu terlalu muda untuk hamil dan melahirkan, terlalu tua untuk hamil kembali, terlalu pendek jarak hamil dan bersalin, dan terlalu banyak anak yang merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu (Husnah, 2010). Hal ini 3 menunjukan bahwa masih kurangnya perhatian ibu di Indonesia terhadap paritas dan usianya dalam memulai kehamilan. Berdasarkan hal-hal di atas peneliti tertarik untuk membuktikan kebenaran adanya hubungan antara kejadian abortus dengan paritas dan usia ibu hamil. Masih banyak sekali kejadian abortus yang terjadi di Indonesia dan kurangnya pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya abortus kemungkinan merupakan salah satu penyebabnya. RSUD Dr Moewardi Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena RSUD Dr Moewardi merupakan rumah sakit umum tipe A yang memiliki jumlah pasien yang cukup untuk dijadikan bahan penelitian. RSUD Dr Moewardi juga merupakan rumah sakit yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sehingga diharapkan akan mempermudah jalannya proses penelitian bagi penulis. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara kejadian abortus spontan dengan paritas dan usia ibu hamil? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kejadian abortus spontan dengan paritas dan usia ibu hamil. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara kejadian abortus spontan dengan paritas dan usia ibu hamil serta sebagai pembanding dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. 2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi setiap ibu agar mempertimbangkan faktor usia dan paritasnya dalam merencanakan kehamilan untuk mengurangi risiko terjadinya abortus spontan.