Jamur Shitake (Lentinula edodes) Sebagai Antimikroba Disusun Oleh : 1. Monita Damayanti Putri 2. Jastin Sitanggang (061116017) (061116033) Jamur Shitake (Lentinula edodes) Latar Belakang Jamur memiliki rendah lemak, protein tinggi dan vitamin. Jamur menga ndung beberapa mineral dan elemen, serta sejumlah serat makanan. Jamur Basidiomycetes (filum Basidiomycota) juga merupakan produsen molekul bioaktif dan enzim yang berharga dengan lebih dari 126 efek terapi yang berbeda (Wass er 2002; Wasser 2010; Badalyan 2012). Lentinula edodes (Berk.) Pegler merupakan salah satu jenis jamur pangan yang produksinya di tingkat dunia, menduduki urutan kedua setelah Agaricus bisporus (Lange) Imbach dan diproduksi terutama di Cina, Jepang, dan Korea. Di samping manfaat utamanya sebagai bahan pangan (edible mushroom), jamur ini mampu menghasilkan metabolit bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan obat (medicinal mushroom). Poucheret et al. (2006) Lentinula edodes Sebagai Antimikroba Latar Belakang Staphylococcus aureus bakteri patogen Gram positif Escherichia coli bakteri patogen Gram negatif Candida albicans khamir patogen Metodologi Alat : • Cawan petri • Pipet ukur • Erlenmeyer • Beaker glass • Tabung reaksi • Gelas ukur • Perangkat ekstaksi • Autoklaf • Inkubator • Oven • Rotary vacuum evaporator • • • • • • • • • • • Timbangan analitik Jarum ose Pinset Jangka sorong Mikro pipet Laminar air flow Labu ukur Alumunium foil Kapas Spatel Kaca slinder Metodologi Bahan alami : Pelarut • Simplisia jamur shitake • kloroform, etil asetat dan air • Bakteri Escherichia coli • Bakteri staphylococcus aureus • Candida albicans Antibiotik pembanding • Sebagai kontrol positif digunakan fluc onazole (1mg/ml) untuk jamur dan kha mir serta chloramphenicol (0,2 mg/ml) untuk bakteri. • Sebagai kontrol negatif digunakan laru tan dimethylsulfoxide (DMSO) 5 %. Metodologi cawan petri steril diisi medi um. Sabouraud Agar (SA) untuk jamur dan khamir ser ta medium Nutrien Agar ( NA) untuk bakteri, Inokulum cair unt uk bakteri dan kha mir (umur 24 jam) Setiap cawan petri diisi dengan tiga ca kram kertas. Pengamatan dilaku kan setelah 12-48 j am untuk bakteri da n khamir, serta 5-7 hari untuk jamur. Inokulum padat u ntuk jamur (umur 7 hari) diletakkan dala m cawan petri berisi 10 mL. Aktivitas antimikro ba ditunjukkan oleh hambatan pertumbu han terhadap mikro ba uji. pengujian dengan te knik difusi cakram k ertas (paper disc) di ameter 13 mm Data diameter zona ha mbat dianalisis menggu nakan analisis ragam, dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada tingkat kesalahan 5 %. Hasil dan Pembahasan Pembahasan Penelitian Nuraeni Ekowati et al (2011) Hasil uji aktivitas antimikroba menggunakan ekstrak klo roform, ekstrak etil asetat dan ekstrak air, filtrat kultur L. edodes S. aureus E. coli C. albicans T. mentagrophyte Kemampuan tersebut ditunjukkan dengan zona jerni h disekitar cakram kertas berisi senyawa bioaktif. Zona jernih yang terbentuk selanjutnya di nyatakan sebagai diameter zona hambat. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Nuraeni Ekowati et al (2011) Mikroba uji T. mentagrophytes tidak dapat dihambat baik menggunakan ektrak kloroform, etil asetat maupun ekstrak air. Adanya perbedaan diameter zona hambat pada keempat mikroba uji menunjukkan bahwa ada per bedaan sensitivitas pada mikroba uji tersebut. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Nuraeni Ekowati et al (2011) • Hasil uji menggunakan ekstrak kloroform dari filtrat kultur L. edodes memberikan hasil zona hambat antara 15,67-34,67 mm • Hasil uji menggunakan ekstrak etil asetat memberikan hasil zona hambat antara 15,00-36,33 mm. • Hasil uji menggunakan ekstrak air memberikan hasil zona hambat antara 20,0035,00 mm Mekanisme penghambatan terhadap mikroba uji diantaranya adalah penghambatan terhadap sintesis dinding sel. Komposisi dinding sel dari keempat mikroba uji yang digunakan berbeda sehingga menyebabkan kepekaan yang berbeda terhadap senyawa yang diujikan. Hasil dan Pembahasan • Mikroba uji S.aureus merupakan bakteri Gram positif yang mempunyai komponen dinding sel peptidoglikan yang tebal, asam teikhoat, protein dan polisakarida. • E. coli merupakan bakteri Gram negatif yang mempun yai komponen dinding sel peptidoglikan yang lebih tipis dibandingkan dengan bakteri Gram positif tetapi bakteri Gram negatif mempunyai dua membran yaitu membran luar dan membran dalam, membran luar tida k terdapat pada bakteri Gram positif. • Sedangkan komposisi dinding sel C. albicans dan T. mentagrophytes terdiri atas khitin, selulosa, βglukan , mannan, khitosan, protein, lemak dan ion anorganik. Senyawa antimikroba yang dapat menghambat biosintesis dinding sel jamur pada umumnya adalah menghambat biosintesis khitin (Gar raway dan Evans, 198 4; Griffin, 1994). Hasil dan Pembahasan Yulinah dan Mathilda (1991) mengemukakan bahwa memb ran sitoplasma merupakan barier permeabilitas selektif, berfungsi untuk transport zat yang diperlukan oleh sel, transport cairan sitoplasma, sehingga mengontrol komposi si internal sel. Jika integritas fungsional membran sitoplas ma terganggu, makromolekul dan ion dapat keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel T. mentagrophytes merupakan jamur berfila men yang multiselular, dapat membentuk dua jenis konidia yaitu mikrokonidium dan makrokonidium. Garraway dan Evans (1984) menyatakan bahwa komposisi membran sel pada jamur berfilamen berbeda dengan khamir, pada jamur berfilam en kandungan karbohidrat empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan khamir, kandungan protein dan lemaknya lebih rendah sehingga kepekaan terhadap senyawa antimikroba tidak sama dengan khamir, walaupun keduanya merupakan organisme eukariotik. Kesimpulan • Mikroba uji yang paling peka terhadap senyawa bioakt if dari L. edodes adalah C. albicans diikuti oleh E. coli , S. aureus dan T. mentagrophytes. • Metabolit bioaktif dari L. edodes berpotensi mengham bat mikroba patogen dari kelompok bakteri Gram posit if, bakteri Gram negatif dan khamir tetapi tidak mengh ambat pertumbuhan jamur patogen. Daftar Pustaka Garraway, M.O. and R.C. Evans. 1984. Fungal Nutrition and Physiology. A John Wiley & So ns, Inc., Publicatio n. New York. Griffin, D.H. 1994. Fungal Physiology. A John Wiley & Sons, Inc., Publication. New York. Ishikawa, N.K., M.C.M. Kasuya, M.C.D. Vanetti. 2001. Antibacterial activity of Lentinula ed odes growth in liquid medium. Braz. J. Microbiol., 32 (3) : 206-210. Poucheret, P., F. Fons and S. Rapior. 2006. Biological and Pharmacological Activity of Higher Fungi: 20-Year Retrospective Analysis. Cryptogamie Mycol., 27 (4): 311333. Sudarmono, P. 1992. Antibiotika dan masalah resistensi. Kursus Mikrobiologi, diselenggaraka n atas kerjasama Dirjen Dikti-Unesco-Perhimpunan Mikrobiologi Cab. Jakarta, 1-3 Desember 1992, Universitas Indonesia, Jakarta. Wasser SP. 2010. Medicinal mushroom science: history, current status, future trends, and unso lved problems. Int. J Med Mushr 12: 1-16. Wasser SP. 2002. Medicinal mushrooms, as a source of antitumor and immunomodulating pol ysaccharides. Appl Microbiol Biotechnol 60: 256-274.