daftar isi - Directory UMM

advertisement
DAFTAR ISI
A. Judul
PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG MI BURSA EFEK JAKARTA
B. Latar Belakang Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Batasan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
E. Landasan Teori
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
2. Pengertian Saham
3. Analisis Penilaian Saham
4. Pengertian Return Saham
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian (Return)
6. Elemen-Elemen Return Saham
7. Pengertian Earning Per Share (EPS)
8. Pengertian Return On Equity (ROE)
9. Pengertian Debt To Total Asset (DTA)
10. Hipotesis
11. Kerangka Pikir
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Jenis dan Sumber Data
3. Populasi dan Sampel Penelitian
4. Definisi Operasional Variabel
5. Metode Analisis Data
A. Judul
PENGARUH VARIABEL –variabel fUNDAMENTAL TERHADAP RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERCATAT DI BURSA
EFEK JAKARTA
B. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka
panjang yang dapat diperjualkan. tidak boleh awal kalimat pasar modal merupakan
salah satu perantara untuk menyalurkan pihak-pihak yang kelebihan dana (unit
surplus) kepada pihak-pihak yang kekurangan dana (unit defisit). Bagi unit surplus
(investor) kegiatan tersebut merupakan investasi yang bertujuan untuk meningkatkan
kekayaan para investor atau pemilik modal. (Husnan, 1997) Salah satu kegiatan
investasi tersebut adalah membeli sekuritas dari perusahaan-perusahaan dikreksi
tulisannaya go publick sebagai tanda penyertaan modal yang disetor. Pasar modal
juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana
dari pemberi pinjaman ke peminjam.
Perkembangan pasar modal yang terjadi pada akhir-akhir ini tidak terlepas dari
peran pemodal (investor) yang melakukan transaksi di pasar modal. Pada sisi yang
lain para investor tidak begitu saja melakukan melakukan pembelian saham sebelum
melakukan penilaian dengan baik terhadap emiten (perusahaan). Salah satu aspek
yang menjadi pertimbangan para investor yaitu menghasilkan profit atau keuntungan
secara maksimal. Untuk menarik para investor untuk berpartisipasi, pasar modal
harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid yaitu apabila
penjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal
dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari
perusahaan secara akurat.
Bagi para investor terdapat dua hal yang sering kali menjadi perhatian dalam
memutuskan pilihan investasinya, yaitu return dan risiko. Para investor akan mencari
sekuritas-sekuritas yang memiliki return yang sama dan memiliki risiko yang
terendah. Sedangkan untuk sekuritas-sekuritas yang memiliki risiko-risiko yang sama
mereka memilih return yang tertinggi. Pada dasarnya return merupakan hasil yang
diperoleh dari hasil investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi
atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
yang akan datang (Jogianto, 2003:109).
Dalam mengambil keputusan investasi saham harus didahului adanya proses
analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang memasyarakatkan sahamnya
melalui pasar modal berdasarkan analisis laporan keuangan tersebut akan diketahui
kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaannya. Analisis yang
dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan analisis fundamental. Analisis
fundamental menyatakan bahwa setiap saham memiliki memiliki nilai intrinsik, yaitu
dengan mempertimbangkan unsur-unsur keuangan seperti: earning (laba), deviden,
struktur modal dan risiko.
Dengan kata lain nilai intrinsik adalah cara penentuan harga saham
berdasarkan
kemampuan
atau
performance
masa
depan
perusahaan
yang
mempengaruhi atas return yang dihasilkan sebutkan sumbernya
Melalui analisis fundamental maka dapat diketahui keberhasilan suatu
perusahaan dalam menjalankan usahanya sangat ditentukan oleh kemampuan
integritas dan profesionalisme manajemen. Pada sisi yang lain analisis fundamental
dapat digunakan investor harus mengetahui sejauh mana peranan perusahaan dalam
perekonomian nasional. Ini dapat di lakukan dengan melihat sejauh mana produk
perusahaan dalam persaingan dengan industri sejenis baik domestik dan asing mampu
bertumbuh dan berkembang. Selain itu perkembangan perusahaan juga di tentukan
oleh market share yang ada. Melalui analisis fundamental investor dapat mengetahui
rentabilitas (kemampuan menghasilkan keuntungan) perusahaan mengingat beban
risiko yang melekat pada investasi. Informasi ini dapat di peroleh perusahaan dengan
membuat data dari laporan keuangan perusahaan. Rentabilitas ini akan berpengaruh
terhadap kemampuan perusahaan dalam pembayaran deviden dan peningkatan
pendapatan per lembar saham.
Perusahaan dagang merupakan jenis perusahaan yang tidak melakukan proses
produksi dalam kegiatan operasionalnya. Keadaan tersebut akan memberikan peluang
bagi para investor untuk menghindari segala bentuk kerugian yang dapat ditimbulkan
dari kegiatan investasinya. Keuntungan tersebut dikarenakan kecilnya tingkat risiko
yang merugikan berinvestasi pada perusahaan dagang lebih kecil jika dibandingkan
dengan perusahaan manufaktur. Kaitannya dengan investasi saham pada perusahaan
dagang, para investor harus mampu untuk memperhitungkan laba yang akan
diperolehnya.
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik
yaitu sebagai suatu hal yang diwakili oleh fakta. Nilai intrinsik dipertimbangkan
dengan mempertahankan unsur-unsur keuangan seperti: earning, dividen, struktur
modal, trend (proyeksi) dan risiko. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
analisis fundamental merupakan penentuan harga saham berdasarkan kemampuan
atau kinerja keuangan perusahaan. (Sjahrizal, 1990). Dalam kaitannya dengan
investasi saham, investor harus memperhitungkan laba yang diperoleh. Kondisi
tersebut dikarenakan untuk mengetahui penghasilan yang tersedia bagi pemilik
perusahaan atas modal yang diinvestasikan dari dalam perusahaan diukur dengan
menggunakan analisis Return On Equity (ROE), untuk mengetahui atau mengukur
laba bersih perusahaan yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang
dibeli investor diukur dengan menggunakan analisis Earning Pershare (EPS) selain
itu investor harus mengukur besarnya hutang yang digunakan oleh suatu perusahaan
yaitu dengan Debt To Total Asset (DTA) lengkapi daftar peusahaan yang listing di
BEJ.
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka penulis mengambil judul:
“PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERCATAT DI BURSA EFEK
JAKARTA”yng dimaksud fundamental ini mana jelaskan pada latar belakang.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah variabel fundamental yang meliputi Earning Pershare (EPS), Return On
Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta kala =u yang diambil hanya beberapa variable ;judulnya sebaik
langsung aja; varibelnya berpengaruh ke return?
2. Dari ketiga variabel fundamental tersebut manakah yang bepengaruh dominan
terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta ?
D. Batasan Masalah
Untuk memperoleh hasil studi yang lebih mendalam maka penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:
1. Return saham yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pada komponen
return yang berupa data tahunan yang merupakan selisih antara return aktual yang
sebenarnya terjadi dengan return yang diharapkan.
2. Komponen return yang diperhitungkan hanya capital gain, dalam penelitian ini
tidak menghitung deviden hal tersebut dikarenakan sifatnya accidental dan tidak
semua perusahaan membagikannya.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui variabel fundamental yang meliputi Earning Pershare
(EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2) Untuk mengetahui variabel fundamental tersebut manakah yang bepengaruh
dominan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi investor, dapat memberikan masukan dan penambahan referensi serta
pemahaman harga saham perusahaan yang akan di investasi, khususnya
mengenai pengaruh kinerja keuangan atau variabel fundamental perusahaan
terhadap return saham.
b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
dan sumbangan pemikiran serta referensi bagi peneliti selanjutnya.
F.
Landasan Teori
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Septiana (2001) melakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat
di BEJ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas,
leverage, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ serta variabel untuk
mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh dominant terhadap Tingkat
Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ. Diantara
variabel tersebut menunjukkan bahwa rasio profitabilitas mempunyai pengaruh
dominan terhadap tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di
BEJ. Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang yaitu sebagai berikut:
1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
a. Objek penelitian serta data yang digunakan peneliti terdahulu berbeda dengan
objek penelitian sekarang, yaitu peneliti terdahulu menggunakan perusahaan
manufaktur sedangkan objek penelitian sekarag ini adalah perusahaan
manufaktur.
b. Adanya perbedaan periode pengamatan, penelitian terdahulu menggunakan
periode pengamatan dari tahun1997 sampai 2000, sedangkan penelitian
sekarang tahun 2003 sampai dengan 2005.
2. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
a. Sama-sama
mengangkat
topik
mengenai
permasalahan
analisis
fundamental
b. Faktor kinerja keuangan yang digunakan peneliti terdahulu memeliki
persamaan dengan peneliti yang sekarang yaitu menggunakan variabel
(Earning Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total
Asset (DTA).
2. Pengertian Saham
Sebelum membahas tentang pengertian saham, terlebih dahulu mengetahui apa
yang dimaksud dengan efek (surat berharga). Pengertian efek menurut Kholmi (2002:
85) adalah “Suatu surat berharga, yang dapat berupa surat pengakuan hutang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, unit penyertaan kontrak investasi kolektif dan
setiap derivatif dari efek”.
Menurut Darmadji dan Fahkruddin (2001: 5) saham dapat didefinisikan yaitu
“Sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas”. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah milik perusahan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah
merupakan bukti keikutsertaan seorang investor dalam kepemilikan pada suatu
perseroan terbatas dengan komposisi kepemilikan sebesar dari modal yang
ditanamkan kepada perusahaan.
3. Analisis Penilaian Saham
Investasi pada saham dinilai mempunyai tingkat risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan alternatif lainnya seperti obligasi, deposito, dan tabungan. Hal
ini disebabkan oleh pendapatan yang diharapkan dari investasi saham bersifat tidak
pasti, dimana pendapatan saham terdiri dari deviden dan capital gain. Return suatu
investasi secara sederhana dapat dinyatakan sebagai suatu perbandingan antara laba
yang diperoleh dari investasi dengan investasi awalnya. Sedangkan risiko
didefinisikan sebagai suatu kemungkinan tidak tercapainya hasil yang diharapkan dari
suatu usulan investasi. (Muslich, 1997:30)
Analisis pengolahan saham merupakan hal yang sangat mendasar, yang harus
dilakukan oleh pemodal saham sebelum melakukan investasi pada suatu saham
perusahaan. Dalam konteks teori menurut Husnan (1996: 288) ada 2 (dua) cara untuk
melakukan analisis dalam bentuk saham yakni: Analisis fundamental dan Analisis
teknikal.
1. Analisis Fundamental
Menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat
yang disebut nilai interinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang
sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya
dimasa mendatang. nilai interinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor
perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return)
yang diharapkan dengan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai
inilah yang diestimasikan oleh para pemodal atau analis, dan hasil dari estimasi
ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga
dapat diketahui saham- saham yang overprice maupun underprice
2. Analisis Teknikal
Merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan
pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu
maupun secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan data pasar yang
dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham
baik individual maupun gabungan, serta faktor lain yang bersifat teknis. Model
analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal dimasa akan
datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu (nilai psikologis). Para penganut
analisis ini menyatakan bahwa:
a.
Harga saham merupakan informasi yang relevan
b.
Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu
c.
Karenanya pola tersebut akan berulang
4. Pengertian Return Saham
Tingkat keuntungan (return) mempunyai arti yang tidak sama bagi setiap
investor yang berbeda. Beberapa investor lebih menyukai tingkat keuntungan yang
lebih cepat, sehingga kurang memperhatikan investasi yang keuntungannya terlalu
lama. Investor mungkin cenderung mencari investasi yang memiliki keuntungan yang
relatif tetap tapi pasti. Pertimbangan yang lain yaitu seorang investor mungkin hanya
mencari investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi dengan
ketidakpastian yang tinggi.
Menurut Tandelilin (2001:47) menyatakan bahwa return saham adalah “Salah
satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas
keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya”.
Adapaun menurut Horne & Wachowicz (1997:94) mengemukakan bahwa
“Pengembalian (return) merupakan hasil pendapatan yang diterima dari investasi
ditambah perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga
pasar investasi mula-mula”.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan return saham yaitu merupakan pengembalian hasil atau laba atas
suatu surat berharga atau investasi modal yang biasanya dinyatakan dalam tingkat
prosentase tertentu. Dengan demikian return saham disini yaitu meliputi deviden dan
capital gain atau capital loss.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian (Return)
Faktor utama yang menyebabkan harga saham berubah adalah adanya persepsi
yang berbeda dari masing-masing investor, sesuai dengan informasi yang telah
dimiliki. Persepsi tersebut tercermin melalui tingkat pengembalian (return). Apabila
sebagian besar investor suatu saham mempunyai persepsi bahwa tingkat
pengembalian (return) saham tersebut tidak memadai lagi, maka mereka akan
mengambil keputusan untuk menjualnya. Kalau ini terjadi maka harga saham akan
menurun. Hal itu terjadi dikarenakan akan terjadinya penawaran yang lebih
(oversuply).
Menurut Widoatmojo (1996:81) terdapat empat faktor yang mempengaruhi
tingkat pengembalian (return) yaitu meliputi:
1. Tingkat pengembalian tanpa risiko
Tingkat pengembalian tanpa risiko adalah apabila kita menginvestasikan modal
kita kealat investasi yang tidak mengandung risiko. Di Indonesia sarana investasi
yang biasanya dianggap tidak memiliki risiko adalah deposito dan tabungan,
karena sampai saat ini deposito dan tabungan tetap menjadi alat investasi yang
dianggap paling aman.
2. Premi Risiko
Premi risiko ini menunjukkan seberapa besar kerugian investor apabila dia
menanamkan modalnya untuk pembelian saham biasa. Premi risiko ini perlu
ditambahkan kepada tingkat pengembalian tanpa risiko, sebab investor saham
biasanya akan menanggung risiko berupa kemungkinan masuknya pesaing baru,
permasalahan perburuan, resesi ekonomi atau yang lain. Dengan menambahkan
premi risiko yang harus ditanggungnya dalam investasi saham biasa, yaitu
dengan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tingkat
pengembalian tanpa risiko.
3. Indeks Beta
Indeks beta menunjukkan sensitivitas suatu saham terhadap keseluruhan
pergerakan harga saham. Oleh karena itu tingkat pengembalian juga dipengaruhi
oleh indeks beta. Apabila kita menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi
tentu saja kita bisa memiliki saham yang memiliki indeks beta tinggi.
4.
Tingkat Pertumbuhan Deviden
Tingkat pengembalian saham biasa bisa datang dari dua jurusan, yaitu dari
deviden dan capital gain. Karena itu tingkat pertumbuhan deviden harus
dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian (return).
6. Elemen-Elemen Return Saham
Pemegang saham biasa menerima pengembalian dalam bentuk deviden dan
capital gain. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai deviden dan capital gain:
a. Deviden
Menurut Darmadji (2001) deviden merupakan pembagian keuntungan
yang diberikan perusahaan yang menerbitkan saham atas keuntungan yang
dihasilkan perusahaan. Deviden yang akan didapatkan oleh pemegang saham,
syaratnya yaitu pemodal atau pemegang saham tersebut harus memegang saham
dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut
berada dalam periode dimana diakui sebagai penegang saham yang berhak
mendapatkan deviden. Deviden yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham dapat berupa deviden tunai artinya deviden yang dibagikan
kepada para pemegang berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk
setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham.
Menurut IAI (1999:69) Deviden adalah bagian laba yang ditetapkan oleh
direksi dan disahkan oleh rapat umum pemegang saham untuk dibagikan kepada
para pemegang saham dimana pembayarannya diatur berdasarkan ketentuan yang
berlaku pada jenis saham yang ada. Selain itu deviden merupakan bagian dari laba
yang diberikan oleh emiten kepada pemegang sahamnya.
b. Capital gain
Pengertian capital gain menurut Darmadji (2001) capital gain merupakan
selisih antara harga beli dan harga jual, capital gain terbentuk dengan adanya
aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder pada umumnya pemodal dengan
orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
Menurut Jogiyanto (1998:86) capiatal gain “Merupakan selisih lebih dari
harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa capital gain merupakan keuntungan
yang diperoleh investor dari selisih harga jual di atas harga beli saham atau kerena
adanya peningkatan harga pasar saham. Sebaliknya apabila harga beli saham lebih
tinggi dari harga jual saham maka investor akan mengalami kerugian.
10. Pengertian Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah analisis laba dari sudut
pandang pemilik yang dipusatkan pada laba per lembar saham dalam suatu
perusahaan. Earning Per Share sering dipandang sebagai angka yang memberikan
ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka earning per share paling sering
digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual
sahamnya kepada masyarakat umum. Perhitungan earning per share mempunyai
beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan,
menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya deviden yang akan
dibagikan. Earning Per Share merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen
maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan
secara luas dan sering merupakan dasar untuk menetapkan tujuan serta sasaran
spesifik perusahaan sebagai bagian dari perencanaan strategis.
Standar Akuntansi Keuangan tidak memberikan suatu definisi yang jelas
mengenai laba bersih per lembar saham. Dari dictionary of accounting hasil susunan
Abdullah (1991:32) yang menyatakan bahwa laba bersih per lembar saham adalah:
“Pendapatan bersih perusahaan selama setahun di bagi dengan jumlah rata-rata
lembar saham yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan
devidend saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut”.
Sedangkan menurut Baridwan (1992:448) laba bersih per lembar saham adalah:
“ Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham
yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan
besarnya deviden yang akan dibagikan”.
Adapun Menurut Darmadji (2001:139) EPS adalah: “Rasio yang menunjukkan
berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham
persaham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.
Investor membeli saham dengan harapan memperoleh kembalian baik dalam
bentuk dividen maupun peningkatan nilai saham dimasa yang akan datang. Karena
earning per share menjadi dasar untuk pembayaran dividen dan menjadi dasar untuk
peningkatan nilai saham di masa mendatang, para investor selalu tertarik dengan
earning per share yang dilaporkan oleh perusahaan.
Garrison dan Norren (2001:787) menyatakan bahwa: “Earning per share
dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa
dengan rata- rata jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun. Laba bersih
yang tersedia untuk pemegang saham biasa adalah laba bersih dikurangi dengan
dividen yang harus dibayarkan kepada para pemegang saham preferen”.
EPS =
Laba Bersih - Deviden Un tuk Saham Preferen
Rata - Rata Jumlah Lembar Yang Beredar
Sedangkan Hanafi dan Halim (2003:191) menyatakan bahwa: “EPS bisa
digunakan untuk beberapa macam analisis. Earning Per share bisa digunakan untuk
menganalisis profitabilitas suatu saham oleh analis surat berharga. EPS mudah
dihubungkan dengan harga pada suatu saham dan menghasilkan rasio PER (Price
Earning Ratio)”.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa laba per lembar
saham merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan
jumlah saham yang beredar. Laba per lembar saham ini merupakan angka yang sering
digunakan dalam publikasi mengenai kinerja perusahaan yang sering dipergunakan
dalam publikasi mengenai kinerja perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum.
Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa laba per lembar saham mengandung
informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per
lembar saham di kemudian hari untuk menilai keefektifan manajemen.
Menurut Weston dan Brigham (1993:25), EPS dapat dihitung dengan formulasi
sebagai berikut:
EPS =
Laba Bersih
Jumlah lembar saham biasa yang beredar
EPS dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan usaha
dalam suatu periode tertentu. Tingkat pertumbuhan earning per share tergantung dari
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu ukuran kunci
yang menghubungkan pendapatan perusahaan dengan saham biasanya adalah laba per
lembar saham (earning per share). Laba per lembar saham dipakai untuk mengukur
pertumbuhan laba dan potensi laba perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai
struktur modal yang sederhana maka laba per lembar saham dihitung dengan
membagi laba bersih dengan jumlah saham rata-rata biasanya yang beredar selama
tahun berjalan. Jika struktur perusahaan mencakup saham biasa maupun saham
preferen, maka kebutuhan deviden saham preferen harus dikurangi terlebih dahulu
dari laba bersih sebelum dilakukan komputasi laba bersih per lembar saham.
7. Pengertian Return On Equity (ROE)
Rentabilitas modal sendiri merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memperoleh
laba. Perhitungan rentabilitas ini mempunyai peranan yang sangat penting agar
perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan harus menambah atau mengurangi
modal sendiri dalam rangka melakukan efisiensi. Disamping itu dapat juga dibuat
sebagai dasar perencanaan dalam rangka perluasan usaha, apakah perusahaan perlu
memenuhi dananya dari luar atau dipenuhi dari modal sendiri.
Menurut Hanafi dan Halim (2003:177) Return On Equity atau sering disebut
juga dengan Return on Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering
diterjemahkan sebagai Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal Saham).
Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau
bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Seperti
diketahui, pemegang saham mempunyai klaim residual (sisa) atas keuntungan yang
diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk
membayar bunga hutang, kemudian saham preferen, baru kemudian (kalau ada sisa)
diberikan ke pemegang saham biasa.
Sedangkan menurut Syamsudin (1995:58) menyatakan bahwa return on equity
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas
modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja
semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan
pemilik perusahaan.
Dengan demikian alat pengukur kinerja keuangan yang paling populer diantara
para penanam modal dan manajer senior yaitu hasil atas hak pemegang saham. ROE
merupakan ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam mendayagunakan modal
para pemilik. ROE dapat dicari dengan membandingkan antara laba bersih setelah
pajak dikurangi deviden saham preferen dengan modal.
Tiga penentu ROE yaitu meliputi:
a. Profit Margin
Adalah mengukur bagian tiap penjualan yang diturunkan melalui perhitungan rugi
laba menjadi laba bersih. Rasio ini penting karena mencerminkan strategi
penetapan harga penjualan yang ditetapkan perusahaan dan kemampuan untuk
mengendalikan badan usaha.
b. Asset Turnover
Rasio ini merupakan ukuran intensitas modal (capital intencity), dengan
perputaran aktiva yang rendah menunjukkan suatu bisnis dengan intensitas modal
yang tinggi dan perputaran aktiva yang tinggi menunjukkan sebaliknya.
c. Financial Leverage
Financial Leverage adalah penggunaan hutang (debt), tingkat leverage keuangan
modal (equity) dalam pembelanjaan pasif perusahaan.
Sedangkan menurut Sartono (1996:131) Return on equity termasuk kedalam
kelompok rasio profitabilitas. Return on equity mengukur perusahaan memperoleh
laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Semakin besar ROE
menandakan saham prioritas yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham, secara
sistematis dapat diuraikan sebagai berikut:
ROE =
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
Dengan demikian return on equity dapat diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri yang
bekerja pada perusahaan tersebut. Untuk mengetahui tinggi rendahnya return on
equity suatu perusahaan yaitu dengan jalan membandingkan laba yang diperoleh dari
perusahaan pada periode tertentu dengan modal sendiri untuk menghasilkan laba
tersebut pada periode yang bersangkutan. Dalam menghitung return on equity laba
yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak. Sedangkan modal kerja yang
diperhatikan adalah modal kerja sendiri untuk menghasilkan laba tersebut.
12. Pengertian Debt To Total Asset (DTA)
Rasio jumlah hutang terhadap jumlah harta biasanya disebut rasio hutang (debt
ratio), yang mengukur prosentase jumlah dana yang disediakan para kreditur, yang
termasuk hutang adalah kewajiban lancar dan semua obligasi (hutang jangka
panjang). Para kreditur lebih menyukai rasio hutang (debt ratio) yang modern karena
semakin rendah rasio tersebut semakin diperingan kerugian kreditur kalau terjadi
likuidasi.
Menurut Horne & Wachowicz (1997:138) menyatakan bahwa debt to total
asset merupakan rasio hutang terhadap aktiva yang diperoleh dengan membagi total
hutang dengan total aktivanya. Dengan demikian rasio ini dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut:
DTA =
Total Hutang
Total Aktiva
Sedangkan menurut Husnan (1992:207) menyatakan bahwa “Rasio total hutang
dengan total aktiva merupakan rasio yang mengukur prosentase penggunaan dana
yang berasal dari kreditur”. Para kreditur lebih menyenangi rasio hutang yang rendah,
karena semakin rendah rasio hutang semakin besar pula perlindungan yang diperoleh
para kreditur pada keadaan likuidasi.
Rasio ini memiliki tujuan yang sama dengan rasio hutang terhadap ekuitas.
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang.
Dengan demikian menunjukkan bahwa semakin besar persentase pendanaan berasal
dari ekuitas pemegang saham, semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva
semakin besar risiko keuangan, semakin rendah rasio ini semakin rendah pula risiko
keuangan.
Pemilik perusahaan lebih menyukai rasio ini lebih tinggi dengan adanya
pertimbangan:
1. Memperbesar tingkat keuntungan.
2. Karena mengeluarkan saham baru berarti mengurangi kendali perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila rasio hutang lebih tinggi
bisa timbul kemungkinan bahwa para pemilik perusahaan akan terlalu berani
berspekulasi karena bagian modal milik sendiri yang terlibat pada usaha tersebut
adalah sangat terbatas.
DER 
Total Hutang
Total Modal Sendiri
13. Hipotesis
a. Variabel fundamental yang meliputi Earning Pershare (EPS), Return On Equity
(ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.
b. Earning Pershare (EPS) mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham
pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
14. Kerangka Pikir
Kerangka pikir ini dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan
dilakukan yaitu mengenai analisis pengaruh variabel fundamental terhadap return
saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan
teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka
pikir sebagai berikut:
Earning Per Share (EPS)
Return on Equity (ROE)
Return Saham
Debt To Total Asset (DTA)
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat diketahui tingkat return saham
pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang ditinjau dari
Earning Per Share, Return On Equity Dan Debt To Tal Asset.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian explanatory (penjelasan)
yaitu peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian
deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian explanatory
(penjelasan).
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
data yang dinyatakan dalam bentuk angka, yang meliputi data Earning Pershare
(EPS), Return On Equity (ROE), Debt To Total Asset (DTA) dan return saham.
Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder, dalam hal ini data
sekunder dapat diperoleh atau yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta, Harian Bisnis
Indonesia, dan sumber lain yang berkaitan dengan pasar modal. Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2003 sampai 2005.
3.
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1998: 115) yang dimaksud populasi adalah jumlah
keseluruhan dari obyek penelitian. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah perusahaan dagang yang listing di Bursa Efek Jakarta yang
mempublikasikan laporan keuangannya periode 2003, 2004 dan 2005 yaitu sebanyak
14 perusahaan, adapun daftar nama dan kode perusahaan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Daftar Nama dan Kode Perusahaan
No.
Kode
Nama Perusahaan
1.
AIMS
PT. Akbar Indo Makmur Stimec, Tbk.
2.
ALFA
PT. Alfa Retailindo, Tbk.
3.
AGIS
PT. Artha Graha Investama Sentral, Tbk.
4.
RMBA
PT. Bentoel International Investama, Tbk.
5.
EPMT
PT. Ensevel Putera Megatrading, Tbk.
6.
HERO
PT. Hero Supermarket, Tbk.
7.
MPPA
PT.Matahari Putra Prima, Tbk.
8.
META
PT. Metamedia Technologies, Tbk.
9.
SDPC
PT. Millennium Pharmacon International, Tbk.
10.
RALS
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
11.
RIMO
PT. Rimo Catur Lestari, Tbk.
12.
TGKA
PT. Tiga Raksa Satria, Tbk.
13.
TKGA
PT. Toko Gunung Agung, Tbk.
14.
WICO
PT. Wicaksana Overseas International, Tbk.
Sumber Data: Indonesian Capital Market Directory
Pada penelitian ini tidak terdapat sampel, karena jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian populasi sehingga semua populasi dijadikan sebagai obyek
penelitian. Yang menjadi landasan atau dasar dari jumlah pengambilan sampel adalah
pendapat dari Arikunto (1998: 120) yang mengatakan: “Apabila subyeknya kurang
dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 maka sampel yang diambil antara
10% - 15% atau 20% - 25% tergantung dari luas wilayah, dana, waktu dan tenaga.”
4. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas/ Independent
1) Earning Pershare (EPS)
Merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang
diperoleh investor atau pemegang saham persaham, yaitu dengan membagi
laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Adapun rumus yang
digunakan yaitu:
EPS =
Laba Bersih
Jumlah lembar saham biasa yang beredar
2) Return On Equity (ROE)
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
yang
tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Semakin besar ROE
menandakan saham prioritas yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham.
Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
ROE =
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
3) Debt To Total Asset (DTA)
Merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai banyaknya
hutang yang dapat digunakan sebagai perbandingan suatu indikator umum dari
kemampuan perusahaan, yang diperoleh dengan membagi total hutang dengan
total aktivanya. Rumus yang digunakan yaitu:
DTA =
Total Hutang
Total Aktiva
b. Variabel Terikat
Yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adannya
variabel bebas. Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah return saham
pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEJ pada tahun 2003 sampai 2005.
5. Metode Analisis Data
a. Untuk mencari pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan model analisa regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + E
Di mana:
Y
= Return saham (variabel dependent)
a
= bilangan konstanta
b1 ...b3 = koefisien regresi masing-masing variabel
x1
= variabel Earning Pershare (EPS)
x2
= variabel Return On Equity (ROE)
x3
= variabel Debt To Total Asset (DTA)
E
= Standar Error
b. Uji Hipotesis
1) Uji Hipotesis I
a) Uji F (F-test)
Uji hipotesis I yaitu dengan menggunakan uji F yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel
independent dalam hal ini faktor Earning Pershare (EPS), Return On Equity
(ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) terhadap variabel dependent yaitu
return saham. Dengan rumus:
Fhitung =
R2 / k
(1 - R 2 ) / (n - k - 1)
Di mana:
F = uji pengaruh secara simultan
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel bebas
n = banyaknya sampel
Penolakannya hipotesa atas dasar signifikasi pada taraf nyata 5% (taraf
kepercayaan 95%) dengan kriteria:
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada
pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Jika Fhitung  Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada
pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ho diterima
Ho ditolak
Ha diterima
F – tabel
b) Uji t (t-test)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent secara parsial atau per variabel.
Dengan rumus:
thitung =
b
Sb
di mana:
thitung = nilai t hitung
b
= koefisien regresi
Sb = standart deviasi dari variabel bebas
Sedangkan pada uji t mempunyai kriteria sebagai berikut:
1.
Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independent
terhadap variabel dependent.
2.
Jika t hitung > t tabel atau t hitung <- t tabel ,maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti ada pengaruh antara variabel independent terhadap
variabel dependent.
Ho ditolak
Ho ditolak
Ha diterima
Ha diterima
- t tabel
2) Uji Hipotesis II
t tabel
Dalam pengujian ini digunakan untuk mengetahui faktor diantara Earning
Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA)
yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan
dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Pengujianya
yaitu dengan membandingkan koefisen regresi masing-masing faktor, dimana
faktor yang memiliki koefisen regresi terbesar maka faktor tersebut
mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham.
c. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang
sempurna. Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Santoso
(2002:203) bahwa tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent.
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas menurut Santoso
(2002:206) adalah:
1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1
2. Uji Autokorelasi
Menurut Widayat dan Amirullah (2002:108) jika terjadi autokorelasi
maka kosekuensinya adalah estimator masih tidak efisien, oleh karena itu
interval kenyakinan menjadi lebar. Konsekuensi lain jika permasalahan
autokorelasi
dibiarkan
maka
varian
kesalahan
pengganggu
menjadi
underestimate, yang pada akhirnya penggunaan uji t dan uji F tidak lagi bisa
digunakan. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dari besaran Durbin
Watson. Secara umum nilai Durbin Watson yang bisa diambil patokan
menurut Santoso (2002:219) adalah:
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika
varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002:208). Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang
terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.
Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2.
Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2003. Analisis Investasi; Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta
Agus Subandi, 1994. Manejemen Keuangan; UPP, AMPYKN, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek; Edisi
Revisi II, Rineka Cipta, Jakarta.
Gorrison, Norren, 2001. Akuntansi Manejerial; Buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi; Edisi Kedua, BPFE,
Yogyakarta.
Lukman Syamsudin, 1992. Manajemen Keuangan Perusahaan; Edisi Baru, CV.
Rajawali, yogyakarta.
Masiyah Kholmi, 2001. Lembaga Keuangan dan Akuntansi Perbankan; Labotarium
Akuntansi FE UMM, Malang.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003. Analisis Laporan Keuangan; Edisi Revisi,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mohammad muslich, 1997. Manajemen Keuangan Modern; analisis, perencanaan
dan kebijaksnaan; Bumi Aksara, Jakarta.
Sawidji Widiatmodjo, 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal; Pengetahuan
Dasar, Jurnalindo Aksan Grafika, Jakarta.
Suad Husnan, 1996. Dasar- Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas; Edisi
Kedua, UPP AMMP YKPN, Yogyakarta.
Sugiono, 1994. Metode Penelitian Bisnis; Cetakan ke IV, CV. ALFABETA, Bandung
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2001. Pasar modal Indonesia;
Pendekatan Tanya Jawab; Salemba Empat, Jakarta.
Umar, Husein, 2000. Riset Pemasaran Perilaku Konsumen; Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Septiana, 2001. Pengaruh Variabel Fundemental Terhadap Tingkat Pengembalian
Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ; Skripsi Universitas
Muhammadiyah Malang, Tidak dipublikasikan.
Komentar :
Direvisi beberpa saja
Dan langsung diseminarkan :
Cari teman-yang sudah di acc untuk seminar
Download