BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Obyek Penelitian Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu sebanyak 9 (sembilan) perusahaan yaitu perusahaan-perusahaan jasa transportasi yang masuk di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk tahun 2003 sampai 2005 yang terdiri dari 9 (sembilan) perusahaan, dengan sumber data dari Indonesian Capital Market Directory 2006. Adapun secara lengkap gambaran umum masing-masing perusahaan secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut: 1. PT. Berlian Laju Tangker (ditambah kode perusahaan untuk semua) Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981, sejak didirikannya perusahaan ini dinamakan PT. Berlian Laju Tangker dan nama perusahaan ini dilegalkan pada tahun 1988. alur kerja perusahaan ini dari bisnis pengoperasian dimiliki oleh kedua perusahaan dan penyewaan kapal tangker untuk transportasi cairan bahanbahan kimia, minyak mentah, gas cair, sirup gula, dan minyak makanan. Pada awalnya perusahaan ini mengontrol dan mengoperasikan 19 kapal tangker dari ukuran dan tipe yang berbeda. Beberapa dari kapal tersebut saat ini disewa oleh pihak PERTAMINA yang digunakan untuk transportasi minyak dan bahan-bahan mentah, dan sisanya untuk digunakan sebagai transportasi kontrak dan pemasaran untuk perusahaan minyak swasta. Perusahaan ini juga bekerja sama dengan pihak agen perusahaan kapal asing dan jaringan pemasaran. Cabang perusahaan PT. Berlian Laju Tangker bertempat didaerah pelabuhan Merak, yang meliputi Anyer dan Bojonegoro sebagai jaringan operasional. Pada akhir tahun 1994 perusahaan ini membuka kantor cabang baru di Dumai dan Pekanbaru. Perusahaan ini mendapatkankan penghasilan sebesar US$ 24 juta dari perusahaan Marubei untuk memasok kapal tangker kimia. Kapal pertama yang akan dibuat dengan daya tampung 5.600 ton oleh pembuat kapal Fukuoka menghabiskan dana sebesar US$ 15 juta, yang akan diluncurkan pada bulan April 1997. Kapal kedua denagan ukuran yang lebih kecil dengan kapasitas 3.200 ton akan dibuat oleh Shinatone dan mengucurkan dana sebesar 9 milyar, dan akan dioperasikan pada bulan Desember 1996. Perusahaan ini juga mempunyai kantor cabang serta menjadi wakil sepanjang perairan Indonesia. Perolehan dana sebesar US$ 24 juta yang dihasilkan dari biaya pengiriman kapal tangker Coop. Marubei berupa bahan-bahan kimia. Awal tahun 1998, perusahaan ini telah mengirim 19 kapal tangker yang baru dari Jepang dan Korea, dengan total kuantitas US$ 230 juta. Ini juga akan mendapatkan 100 % dari saham perkapalan Coop Malaysian Asian Maritime dan singapore Union. Pada akhir tahun 1998, Berlian Laju Tangker menambahkan delapan buah kapal di armadanya, dengan total 25 buah kapal. Penambahan lima buah kapal ini berasal dari pendapatan Coop. Asian Maritim sebesar US$ 45 juta pada 5 juli tahun lalu. Untuk mendukung jaringan pemasaran di Asia Selatan, firma meninvestasikan dua service perusahaan pengangkutan di Filipina dan Thailand. 2. PT. Centris Multi Persada Pratama Tbk. Ditetapkan pada tahun 1989 di Semarang, kepemilikan perusahaan dan tempat pengoperasiannya berkapasitas 40 buah taxi, dibawah nama ”centris”, sama baiknya dengan kapasitas lima buah bis kota. Perusahaan ini memiliki 11 subsidi, yang dioperasikan dalam alur bisnis yang sama, delapan diantaranya dioperasionalkan. PT. Bogor Adi Perdana, 70 % dimiliki oleh perusahaan induk, yang mengoperasikan 230 taxi dibawah nama “Mercury”, dan PT. Botabek Central Taxi mempunyai kepemilikan 95 %, yang mengoperasikan 200 taxi “Victory”. Kedua subsidi ini beroperasi di wilayah Jakarta-Bogor-TangerangBekasi (JABOTABEK). PT. Solo Central Taxi memiliki kepemilikan 90%, yang beroperasi 80 “SCT” taxi di solo’ dan PT. Centris Raya Taxi transportasi mempunyai kepemilikan 80%, mengoperasikan 83 taxi “CTT” di Yogyakarta. Sekali lagi dijabotabek, PT. Adhicita Sarana mengoperasikan 300 taxi “Kartika”, PT. CentrisMetro Saarana mengoperasikam 300 taxi “Liberti”, dan PT. Vaya Interpersada mengoperasikan 575 taxi “Ratax” dan “Exee” : dari ketiga secara keseluruhan memiliki subsidi. Akhirnya, PT. Agung Citra Wibawa, memiliki kepemilikan sebesar 90 %, yang dioperasikan 35 taxi bernama “Agung”, juga diwilayah jabotabek. Tiga subsidi tersebut tidak dioperasionalkan: PT. Centris Wahana Taxi, yang secara keseluruhan memiliki; PT. Triasa Megaperkasa, yang memiliki kepemilikan 90 %, dan PT. Centris Nusantara Transportasi, Juga secara keseluruhan dimiliki. Di tahun 1995, perusahaan ini mengambil alih PT. Citra Kendedes Utama di Malang dan PT. Vaya Interpersada di Medan dengan 300 unit taxi. Dengan pendapatan tersebut, mengoperasikan 2,693 unit taxi di Indonesia. Di tahun 1997 mendapatkan keuntungan 75 % dari saham PT. Citra Dewa Rembulan, yang digunakan dalam service perusahaan pengangkutan darat. 3. PT. Humpuss Intermoda Tbk. Ditetapkan pada tahun 1992, perusahaan ini adalah cabang dari PT. Humpuss, pemilik perusahaan ini adalah anak dari Presiden Soeharto, Sigit Harjojudanto dan Hutomo Mandala Putra, dengan pembagian saham sebesar 40 % dan 60 %. Tambang minyak dan gas (PERTAMINA) milik pemerintah dan PT. Humpusss Trading adalah pelangan utama dari perusahaan. Dalam jalannya aktivitas, perusahaan didukung oleh 4 tangki minyak, dengan kapasitas mulai dari 2,135 DWT sampai 5,500 DWT perkapal. Mereka yaitu Eka Saputra, Dwi Samudra, Tri Samudra dan Catur Samudra. Dalam penambahan tangki-tangki perusahaan juga dijaga oleh dua dan 13 cabang perusahaan. Cabang-cabang perusahaa tersebut adalah Humpuss terminal peti kemas dan PT. Humpuss Sea transport Pte. Ltd. Dari Singapura. Perusahaaan menangani 51,80 % saham dalam persediaan pelayanan jasa transport laut PT. Humpuss terminal peti kemas. Sementara PT. Humpuss Sea Transport Pte. Ltd. Dari Singapura yang semuannya dimiliki oleh PT. Intermoda Transportasi, dioperasikan digedung dan pengoperasiannya dilakukan didalam kapal. Bersamaan, prduksi perusahaan dan cabang-cabangnya menurun sampai 12 % hingga 2,54 juta ton pada 1996, produksi yang semakin menurun disebabkan oleh menurunnya volume dari minyak. 4. PT. Mitra Rajasa Tbk. Ditemukan pada April 1979, perusahaan mulai keluar dengan 20 truk yang mengangkut semen untuk Indocement untuk semua daerah di Jawa. Dengan menanam modal dan menambah produksi dari Customer perusahaan, yang menjadi esensial untuk mendapat armada sarana yang lebih besar/luas. Sekarang ini, perusahaan mengoperasikan 1011 truk, 50 kali lipat dari 17 tahun yang lalu. Perusahaan juga mengoperasikan jenis-jenis dengan menemukan 3 subsidi dengan semua saham mayoritas. Ke-3 subsidi adalah: Rama Dinamika Raya, yang memiliki kepemilikan 99.86 % dari perusahaan, dioperasikan di Bodyworks dan sarana-sarana untuk perbaikan; Inti continental, memiliki kepemilikan 85 %, menyediakan transportasi untuk turis Mancanegara Industri; dan Continent al Mega Express, memiliki kepemilikan 99.25%, dengan mengoperasikan dalam transportasi publik. 5. PT. Pelayaran Tempura Emas, Tbk. Perusahaan ini bergerak dalam pelayaran atau angkutan barang baik ekspor maupun impor. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 September 1991 dari Rukmasantri Hardjasatya, SH notaris Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiserasi. Akta pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat Keputusan No. C2-1326. HT.01.01TH-91 tanggal 11 Februari 1992 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sutjipto, SH, mengenai pengeluaran saham dan efek ekuitas. Kantor pusat beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua km 2 Kelapa Gading, Jakarta. 6. PT. Rig Tenders Indonesia Tbk. Didukung oleh 23 saham vessels sejak 1998, perusahaan memperluas perusahaan-perusahaan yang pengoperasiannya ke bentuk yang lain termasuk batu bara dan jumlah transportasi. Dalam kegiatan ini, perusahaan beroperasi dengan Chuan Hup Hogs Ltd. Dari Singapura, salah satu pemegang saham. Di tahun 1996, keuntungan pelayanan jasa perkapalan mencapai Rp. 8,12 miliar atau bertambah 24 % dari Rp. 6,16 miliar. penambahan tersebut sesuai dengan penambahan perkapalan dan bentuk bisnis yang lain. Berdasarkan sekretaris perusahaan, S.L. Eng, bertambahnya perusahaan tergantung pada kekuatan penanaman modal yang lain, dengan perusahaan yang mana yang memiliki kontrak pada penanaman modal pengangkutan batu bara. Walaupun modal yang di tanam mungkin ditunda karena adanya krisis ekonomi, perusahaan ini pun tetap berjalan dengan beberapa kapal yang sahamnya digunakan untuk membeli 4 kapal baru dengan harga US$ 7 juta. Dengan melakukan hal tersebut, perusahaan mempersembahkan 30 kapal. Awal tahun 2002, Fraser Securities Pre. Ltd. Singapura yang membeli 11.38 % saham perusahaan selama masa penanaman modal. 7. PT. Samudera Indonesia Tbk. Perusahaan ini terbentuk pada tahun 1964. Juli 1999, perusahaan ini termasuk dalam daftar Jakarta Stock Exchange dan menjadi perusahaan umum. Perusahaan ini memberikan jarak penawaran jasa transportasi termasuk alat pengisi dan pengangkut minyak di lepas pantai, angkutan darat berupa container dan peralatan berat. Penyimpanan serta biaya container, gudang dan jasa pengiriman. Perusahaan ini juga bertindak sebagai agen dengan berbagai ragam perusahaaan perkapalan, dinamakan Tokyo Senpaku Kaisha (TSK), Hapag-Lloyd AG, Perkapalan Serikat Arab (UASC), dan Perusahaan Transportasi Perairan Korea (KMTC), untuk menjadi pusat jasa, perusahaan ini mengoperasikan dan mengurus suatu armada yang berkapasitas 55 buah kapal. Melalui jalur samudera perkapalan, Ltd, cabang yang berada di wilayah di singapura dan mempunyai daftar saham didalam Singaporean Stock Exchange, perusahaaan ini mengadakan jasa transportasi antara di deep-harbor “pusat” ports dan tempat yang jauh “spoke” ports, menghubungkan rute dari wilayah Timur Tengah, sub-sub kepulauan, Asia hingga ke daerah Timur. 8. PT. Steady Safe Tbk. Perusahaan ini terbentuk pada tahun 1971, dibawah nama PT. Tanda Widjaya Sakti. Pada bulan desember 1993, dalam persiapan penawaran saham secara umum, perusahaan ini berganti namanya menjadi PT. Steady Safe. Dimulai dengan keabsahannya untuk mengoperasikan 150 taxi di wilayah Jakarta yang menjadi perusahaan transportasi untuk kepentingan masyarakat. Steady safe dikenal sebagai transportasi yang menggunakan fasilitas berupa AC untuk pertama kalinya di Indonesia dan hingga saat ini telah mengoperasikan 12 POOL dan WORKSHOP di wilayah Jakarta untuk logistik dan perlengkapan pendukung teknis untuk taxi dan pangkalan bis. 10 Juni 1994, saham perusahaan ini terdaftar di Jakarta Stock Exchange. Pada tahun 1997, firma ini memulai program ekspansinya meliputi usaha pendapatan 1.000 buah bis, investasi di kapal veri, terminal, dan jalan tol hingga pendapatannya mencapai 14,2 % dari modal diluar perusahaan PT. Cipta Marga Nushapala Persada (CMNP). Inisiatif dalam menginvestasi ini secara inisial pendapatan dengan mempertemukan fasilitas pinjaman dari Peregrine Fixed Income Limited (PFIL) mengesahkan kesepakatan solusi akhir yang ditetapkan untuk melunasi hutang perusahaan sebesar US$ 281 juta kepada PFIL. SA barubaru ini telah kembali efektif pada tanggal 14 maret 2002. Pengesahan ini terus berjalan dan diharapkan dapat dipenuhi pada akhir tahun 2002. Perusahaan ini juga telah mempunyai 12 buah subsidi perusahaan swasta: PT. Buana Metropolitan Taxi, PT. Citra Pancakabraja, PT. Utama Fajar Semesta, PT. Has Muda Internusa, PT. Infinit Indosakti, PT. Luhur Sakti Dwiraya, PT. Mastrans Swadaya, PT. Sembada Permai Sejati, PT. Sonny pong Yatim, PT. Steady Safe Finance BV, PT. Volgren Indonesia, dan PT. Wahana Artha Sentosa. 9. PT. Zebra Nusantara Tbk. Dimulai dari pangkalan taxi sebanyak 25 buah pada tahun 1987 dan meluas hingga mencapai 1.350 kendaraan tahun 1994, tetapi pada awal mula perusahaan ini hanya 90 % beroperasi. pada tahun 1994, pemasukan jaringan perusahaan ini mengalami peningkatan dari Rp 3.1 miliar atau sebesar 17,8 % jika di persentasekan dibandingkan tahun 1993 hanya Rp 2.6 miliar. Secara jelas perusahaan ini masuk dalam daftar saham Over the Counter Stock Market. Perusahaan taxi ini beroperasi di Surabaya pertama kalinya dan telah mencapai nilai sebesar 1.440. terlepas dari pelayanan jasa taxi, perusahaan ini juga menyediakan transportasi bagi para wisatawan asing dan jasa muatan. Didalam penawaran jasa dibutuhkan surat penguatan, merencanakan untuk pembuatan peraturan bagi para subsidi. Pada tahun lalu, perusahaan inin membuat suatu peraturan tentang penukaran kwantitas dalam hutang yang meliputi dan mengeluarkan dana sebesar Rp. 13.33 miliar. B. Pembahasan 1. Analisis Regresi Linier Berganda Pada bagian ini akan dilakukan analisis data mengenai pengaruh variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Adapun data-data hasil penelitian mengenai perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ untuk tahun 2003 sampai 2005 dapat dilihat pada lampiran. Hasil penelitian ini telah diolah komputer melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan data dari hasil penelitian tersebut maka secara lengkap hasil analisa regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah: Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Regresi Standar Error thitung Sig. Return On Equity (ROE) 2,778 0,751 3,698 0,001 Earning Per Share (EPS) 1,858 0,251 7,396 0,000 Price Earning Ratio (PER) 2,148 0,660 3,255 0,004 Debt To Total Asset (DTA) -2,241 0,928 -2,415 0,025 Constanta : 67,155 Koefisien Determinasi (R2) : 0,886 Koefisien Korelasi (R) : 0,941 Fhitung : 42,701 Sig. : 0,000 = 5% Sumber: Data Diolah Dari hasil perhitungan analisis regresi berganda yang telah dilakukan menunjukkan besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,886. Dengan demikian berarti bahwa pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 sebesar 88,6% sedangkan sisanya sekitar 11,4% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Koefisien korelasi berganda R (multiple corelation) menggambarkan kuatnya hubungan antara variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) secara bersama-sama terhadap variabel return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 adalah sebesar 0,941. Hal ini berarti hubungan antara keseluruhan variabel independent dengan variabel dependent sangatlah erat karena nilai R tersebut mendekati 1. Besarnya koefisien variabel Return On Equity (ROE) yaitu sebesar 0,001, Earning Pershare (EPS) sebesar 0,000, Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,004 dan Debt To Total Asset (DTA) yaitu sebesar 0,025, hasil tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan variabel yang digunakan pada penelitian ini mempunyai probabilitas kesalahannya < sehingga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Berdasarkan hasil analisa regresi di atas, maka dapat dirumuskan suatu persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = a + b1. ROE + b2. EPS + b3. PER+ b4. DTA + e Y = 67,155 + 2,778 ROE + 1,858 EPS + 2,148 PER -2,241 DTA + 4,2886 SE (0,751) (0,251) (0,660) (0,928) t hitung (3,698) (7,396) (3,255) (-2,415) Dari persamaan regresi linier berganda di atas, maka dapat diartikan sebagai berikut : Y= Variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah return saham pada return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 yang nilainya diprediksi oleh Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA). a = 67,155 merupakan nilai konstanta, yaitu estimasi dari return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005, jika variabel bebas yang terdiri dari variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai nilai sama dengan nol. b1= 2,778 merupakan besarnya kontribusi variabel Return On Equity (ROE) yang mempengaruhi return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Koefisien regresi (b1) sebesar 2,778 dengan tanda positif. Jika variabel Return On Equity (ROE) berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 akan naik sebesar 2,778. b2= 1,858 merupakan besarnya kontribusi variabel Earning Pershare (EPS) yang mempengaruhi return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Koefisien regresi (b2) sebesar 1,858 dengan tanda positif. Jika variabel Earning Pershare (EPS) berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 akan naik sebesar 1,858. b3= 2,148 merupakan besarnya kontribusi variabel Price Earning Ratio (PER) yang mempengaruhi return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Koefisien regresi (b3) sebesar 2,148 dengan tanda positif. Jika variabel Return On Equity (ROE) berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 akan naik sebesar 2,148. b4= -2,241 merupakan besarnya kontribusi variabel Debt To Total Asset (DTA) yang mempengaruhi return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Koefisien regresi (b4) sebesar -2,241 dengan tanda positif. Jika variabel Return On Equity (ROE) berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005 akan turun sebesar 2,241. e = 16,4318 merupakan nilai residu atau kemungkinan kesalahan dari model persamaan regresi, yang disebabkan karena adanya kemungkinan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi variabel Y tetapi tidak dimasukkan kedalam model persamaan. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik urutannya setelah dianalisis regresi terus asumsi klasik terus hipotesis Untuk membuktikan apakah model regresi linier berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik atau belum, maka selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonometrika. Evaluasi ekonometrika terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Santoso (2002:203) bahwa tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dari besarnya VIF (Variance Inflating Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas menurut Santoso (2002:206) adalah: a. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1 Berikut ini akan disajikan hasil pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS for windows, secara lengkap hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Nilai VIF Tolerance X1 = (ROE) 1,149 0,972 X2 = (EPS) 1,046 0,873 X3 = (PER) 1,068 0,960 X4 = (DTA) 1,066 0,926 Sumber: Data Diolah Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai VIF masing-masing variabel bebas di sekitar angka satu dan nilai tolerance mendekati angka 1. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan bebas multikolinearitas. Nilai VIF (Variance Inflating Factor) pada variabel Return On Equity (ROE) (X1) yaitu sebesar 1,149 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai VIF disekitar angka 1 sedangkan nilai tolerance mendekati angka 1. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada variabel Return On Equity (ROE) (X1) tidak terjadi multikolinearitas. Pada variabel Earning Pershare (EPS) (X2) menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,046 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,873 yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel Earning Pershare (EPS) tidak terjadi multikolinearitas. Pada variabel Price Earning Ratio (PER) (X3) menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,068 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,960 yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel Price Earning Ratio (PER) tidak terjadi multikolinearitas. Adapun untuk variabel Debt To Total Asset (DTA) menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,066 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,926 yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel Debt To Total Asset (DTA) tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. b. Uji Autokorelasi Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh model regresi adalah tidak ada autokorelasi. Menurut Widayat dan Amirullah (2002:108) jika terjadi autokorelasi maka kosekuensinya adalah estimator masih tidak efisien, oleh karena itu interval kenyakinan menjadi lebar. Konsekuensi lain jika permasalahan autokorelasi dibiarkan maka varian kesalahan pengganggu menjadi underestimate, yang pada akhirnya penggunaan uji t dan uji F tidak lagi bisa digunakan. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dari besaran Durbin Watson. Secara umum nilai Durbin Watson yang bisa diambil patokan menurut Santoso (2002:219) adalah: a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif. Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,166 di mana angka tersebut terletak di antara -2 dan +2 yang berarti tidak ada autokorelasi dalam model regresi yang digunakan. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002:208). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot. Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk pada grafik scaterplot (terdapat pada lampiran) tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan bebas heteroskedastisitas. Hasil tersebut membuktikan bahwa pengaruh variabel independent yaitu variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai varian yang sama. Dengan demikian membuktikan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini efisien dan kesimpulan yang dihasilkan tepat. 3. Hasil Uji Hipotesis a. Hasil Analisis Uji F Untuk mengetahui apakah variabel independent secara simultan (bersamasama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent atau tidak berpengaruh maka digunakan uji F (F-test) yaitu dengan cara membandingkan F hitung dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan Df1 = 4 dan Df2 = 22 diperoleh F tabel sebesar 2,820. Sedangkan F hitungnya diperoleh sebesar 42,701 sehingga dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil tersebut maka menunjukkan bahwa variabel independent yaitu variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2003 sampai 2005. Hasil uji tersebut dapat membuktikan bahwa hipotesis I yang diajukan dalam penelitian terbukti diterima, yang menyatakan bahwa variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Untuk lebih jelasnya hasil uji F dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Secara Simultan (Uji F) Ho diterima Ho ditolak Ha diterima 2,820 b. Hasil Analisis Uji t Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) maka digunakan uji t (t – test) dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar 95% ( = 5%) diperoleh ttabel sebesar 2,060. Pada tabel 2 di bawah akan disajikan hasil perbandingan antara nilai thitung dengan ttabel. Tabel 2 Perbandingan Antara Nilai thitung Dengan ttabel Variabel thitung ttabel X1 3,698 2,060 X2 7,396 2,060 X3 3,255 2,060 X4 -2,415 2,060 Sumber: Lampiran 2 Dari uraian hasil thitung dan ttabel di atas menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) pada penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005. Hal ini disebabkan karena t hitung >t tabel atau t hitung <- t tabel sehingga seluruh variabel tersebut dapat menolak Ho dan menerima Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Secara Parsial (Uji t) Ho ditolak Ho ditolak Ha diterima Ha diterima -2,060 2,060 Secara statistik analisis regresi secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel Return On Equity (ROE) a. Bila t hitung >t tabel atau t hitung <- t, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel Return On Equity (ROE) (X1) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). b. Bila -t tabel < t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Return On Equity (ROE) (X1) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel Return On Equity (ROE) sebesar 2,778 sedangkan t tabel sebesar 2,060, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel Return On Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan. 2. Variabel Earning Pershare (EPS) a. Bila t hitung >t tabel atau t hitung <- t, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel Earning Pershare (X2) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). b. Bila -t tabel < t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Earning Pershare (X2) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t Earning Pershare (X2) sebesar 1,858 sedangkan t tabel hitung pada variabel sebesar 2,060, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel Earning Pershare (X2) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan. 3. Variabel Price Earning Ratio (PER) a. Bila t hitung >t tabel atau t hitung <- t, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel Price Earning Ratio (X3) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). b. Bila -t tabel < t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Price Earning Ratio (X3) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t Earning Ratio (X3) sebesar 2,148 sedangkan t tabel hitung pada variabel Price sebesar 2,060, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel Price Earning Ratio terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan. 4. Variabel Debt To Total Asset (DTA) a. Bila t hitung >t tabel atau t hitung <- t, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel Debt To Total Asset (X4) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). b. Bila -t tabel < t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Debt To Total Asset (X4) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005 (Y). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t To Total Asset sebesar -2,241 sedangkan t tabel hitung pada variabel Debt sebesar 2,060, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel Debt To Total Asset (DTA) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai 2005, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan. Berdasarkan hasil koefisien regresi masing-masing variabel dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel, untuk Return On Equity (ROE) sebesar 2,778, Earning Pershare (EPS) sebesar 1,858, Price Earning Ratio (PER) sebesar 2,148 dan Debt To Total Asset (DTA) sebesar -2,241. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa hipotesis II yang diajukan dalam penelitian ini terbukti ditolak, yang menyatakan bahwa Earning Pershare mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kesimpulan tersebut diambil karena berdasarkan koefisien regresi masing-masing variabel menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terbesar terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 4. Interpretasi Hasil Penelitian Hasil analisis secara keseluruhan dapat membuktikan bahwa hipotesis I yang diajukan dalam penelitian terbukti diterima, yang menyatakan bahwa variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hipotesis II yang diajukan dalam penelitian ini terbukti ditolak, yang menyatakan bahwa Earning Pershare (EPS) mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kesimpulan tersebut diambil karena berdasarkan koefisien regresi masing-masing variabel menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terbesar terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Berdasarkan hasil analisis tersebut maka terdapat keterkaitan antara kinerja keuangan perusahaan yang meliputi Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) terhadap return saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan semakin baik atas kinerja keuangan perusahaan maka secara langsung mempengaruhi atas tingkat return yang akan diterima oleh para investor atau pemilik modal. 5. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel Return On Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peningkatan tingkat prosentase ini menunjukkan adanya peningkatan atas harga saham yang diterbitkan atau ditawarkan kepada para investor. Hasil tersebut juga membuktikan bahwa dengan adanya peningkatan kinerja perusahaan maka secara langsung akan mempengaruhi harga saham yang ditawarkan kepada pihak investor. Rasio Earning Pershare (EPS) merupakan rasio untuk mengetahui atau mengukur laba bersih perusahaan yang dihasilkan perusahaan yang akan diberikan kepada investor per lembar sahamnya. Dalam kaitannya dengan return saham rasio ini mampu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam pengembalian atas aset atau ekuitas. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Earning Pershare (EPS) terhadap return saham. Dengan demikian apabila perusahaan memiliki kemampuan untuk meningkatkan rasio ini maka dengan sendirinya return saham juga akan mengalami peningkatan. Rasio Price Earning mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, hal tersebut dikarenakan rasio ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai dan menggambarkan appresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba, dengan demikian semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut murah dan dapat meningkatkan return saham yang akan diterima oleh investor. Rasio total hutang terhadap total total asset (DTA) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai banyaknya hutang yang dapat digunakan sebagai perbandingan suatu indikator umum dari kemampuan perusahaan, yaitu dengan membagi total hutang dibagi dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel Debt Total Asset (DTA) terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa dengan adanya proporsi yang seimbang antara total aktiva dengan total hutang perusahaan maka dengan sendirinya meningkatkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan return yang akan diterima oleh investor. Hasil analisis secara keseluruhan dapat membuktikan bahwa variabel Return On Equity (ROE), Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Adapun variabel Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terbesar terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil tersebut didukung oleh teori yang dikemukan oleh Syamsudin (1995:58) yang menyatakan bahwa return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Urutan pengerjaan: 1.analisis regresi 2.dilihat ada penyakitnya (mutli, oto,hetero dan normalits)apa tidak 3.kalao ada bagai mana menyembuhkannya 4.ada yang dibuang apa tidak 5.setelah sembuh semua baru diintepretasikan ( a, b1, b2 dst) 6.baru hipotesis 7.dastt malang 18/5/07