MAKALAH IKHTIOLOGI OSTEICHTHYES Dosen pengampu : Aris Munandar S.Pi, M.Si Bakti Septian Andriansyah 4443180047 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSTAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Sejak berabad-abad sebelum masehi bangsa China telah berusaha untuk mengetahui tentang ikan dan cukup sukses menyebarluaskannya, begitu juga dengan Mesir kuno, Yunani dan Romawi berhasil merekam variasi, kebiasaan, serta kualitas dari berbagai jenis ikan. Menurut Lagler et. al (1977), sejak abad 18 studi tentang ikan (Ichthyology) telah berkembang. Ikan merupakan salah satu jenis hewan dalam filum chordate, dengan subfilum vertebrata. Yang di bagi dalam superkelas menjadi 2 yaitu gnathostoma dan agnatha. Dan salah satu kelasnya adalah osteichthyes. Osteichthyes atau disebut juga Ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari Pisces Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon yang berati tulang dan ichthyes yang berarti ikan. Hidup dilaut, rawa-rawa, atau air tawar. Lebih kurang 20 ribu spesies ikan bertulang sejati mempunyai skeleton dari tulang sejati. Kelompok ini merupakan vertebrata paling sukses dan beragam. Sifat dan cara hidupnya bermacam-macam, antara lain sebagai penyaring makanan ataupun predator. Permukaan tubuh tertutup oleh sisik bertipe sikloid dan stenoid. Ciri-ciri sisik tipe sikloid antara lain adalah bebentuk sirkuler, jika diamati dibawah mikroskop akan tamnpak garis-garis konsentris berjumlah sesuai dengan umumnya, tampak mengkilap kebiruan mengandung kristal guanine, dan sel-sel pigmen yang berbentuk bintang, mengandung zat warna hitam (melatonin). Bentuk sirip stenoid mirip dengan siri sikloid, tetapi bagian belakang memiliki gerigi. Ayat al-Quran yang menjelasan mengenai Osteichthyes atau makhluk laut terdapat dalam surat An-nahl ayat 14 : Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS: An-Nahl Ayat: 14). 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut: 1. Untuk memahami kelas Osteichtyes BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Osteichthyes Osteichtyes berasal dari bahasa Yunani yaitu Osteon yang berarti tulang dan ichtyes yang berarti ikan. Jadi Osteichtyes adalah ikan bertulang sejati. Kelompok Osteichtyes berjumlah sekitar 30.000 spesies. Ikan kelompok ini memiliki kerangka yang tersusun dari tulang keras yang mengandung matriks kalsium fosfat. Osteichthyes atau disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari pisces. Hidup di laut, rawa-rawa, atau air tawar. Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. jantung beruang dua, darah berwarna pucat, mengandung eritrosit yang berinti dan leukosit. Ikan ini juga mempunyai sistem limfa dan sistem porta renalis. Mempunyai hati yang berkantong empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas. Terdapat gelembung renang. Mempunyai gurat sisi, indra mata, telinga dalam dengan tiga saluran semisirkuler dan memiliki otolit untuk keseimbangan. Bernapas dengan insang yang memiliki tutup insang (operkulum). Sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah, kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit, adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak. Sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh, usus panjang dan ramping menggulung, fertilisasi terjadi di luar, mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar. Ikan bertulang sejati memiliki gelembung renang yaitu kantong udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung dan sebagai alat bantu dalam bernafas. 2.2 Klasifikasi Class Osteichthyes Subclass Sarcopterygii - Superordo Dipnoi - Superordo Crossopterygii Ordo † Rhipidista Ordo Actinistia (Coelcanth) Subclass Actinopterygii - Infraclass Chondrostei Ordo † Paleonisciformes Ordo Polypteryformes Ordo Acipenseriformes (Sturgeon) - Infraclass Holostei Ordo Semionotiformes Ordo Amiiformes (bowfins) - Infraclass Teleostei Superordo Clupomorpha (Herring) Superordo Elopomorpha (Belut) Superordo Osteoglossomorpha (Bony tongue) Superordo Protacanthopterygii (Trout) Superordo Ostariophysi (Catfish) Superordo Paracanthopterygii (Cod) Superordo Acanthopterygii 2.3 Ciri-Ciri 2.3.1 Ciri-Ciri Umum 1. Struktur tulang keras 2. 3. 4. 5. Mulut terdapat di bagian depan tubuh Celah insang satu di masing-masing kepala Kulit licin karena sekresi mucus oleh kelenjar pada kulit Panjang sirip ekor atas dan bawah sama 6. Memiliki system qurat sisi 7. Adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak 8. System gurat sisik terdapat pada sisi tubuh 9. Usus panjang dan ramping menggulung 10. Fertilisasi terjadi di luar (eksternal) 11. Ovipar/ovovivipar 2.3.2 Ciri-ciri khusus 1. Kulit banyak mengandung kelenjar mocusa, biasanya diliputi oleh sisik (ganoid, cycloid atau ctenoid) beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada mediana, baik dorsal maupun ventral dan pada sebelah tubuh dengan beberapa pengecualian. Sirip (pina) biasanya disokong oleh jari dari tulang rawan atau tulang keras, tidak berkaki. 2. Mulut terletak diujung dan bergigi baik. Rahang tumbuh dengan baik dan bersendi pada tempurung tulang kepala, mempunyai dua sacci olfactorius yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut,bermata besar dan tidak berkelopak mata. 3. Skleton terutama tulang keras, kecuali beberapa jenis sebagian bertulang rawan,bentuk vertebrata bermacam-macam, sirip anus/belakang (pina caudalis) biasanya bersifat homocerca, sisa-sisa notochord (perkembangan skleton masing-masing).4. Cor terdiri dari dua ruangan(auriculum dan ventriculum) dengan sinus venosus dan conus arteriosus yang berisi darah vena, terdapat empat pasang archus aorticus, sel darah merah berbentuk oval dan berinti. 5. Pernapasan(respirasi) dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak pada archus branchius yang berada dalam ruangan celah insang pada kedua tepi samping dari pharing, tertutup oleh operculum, biasannya memiliki vesica pneumatica(gelembung udara) dan memiliki dustu spneumaticus. beberapa jenis mempunyai bentuk seperti “paru-paru”,misalnnya pada dipnoi. 6. Terdapat sepuluh pasang nervi cranialis (saraf pusat). 7. Suhu tubuh bergantung dengan lingkungan sekitar. 8. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang ovovivipar dan vivipar), fertilisasi atau pembuahan terjadi didalam tubuh, telur kecil berukuran sampai 12mm, kandungan kuning telur (yolk) bermacam-macam, segmentasi biasanya secara meroblastis, tidak mempunyai membrane embrio, hewan mudanya (post larva) kadang-kadang tidak mirip dengan yang dewasa. 2.4. Zoogeografi Osteichthyes Zoogeografi dari ikan-ikan perairan laut lebih sulit untuk diketahui dan dipahami daripada zoogeografi dari ikan-ikan air tawar. Hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang saling berkaitan yang mempengaruhi luasnya persebaran dari ikan-ikan laut. Faktor yang saling berkaitan tersebut adalah oseanografi, posisi/letak dari benua dan pengaruh dari sejarah yang terjadi pada masa Pleistosen. Diskusi dan perdebatan mengenai zoogeografi dari ikan laut sampai saat ini masih berjalan, sehingga dalam membahas dinamika kehidupan ikan-ikan laut akhirnya disimpulkan untuk menjawab dua pertanyaan: (1) apakah keanekaragaman spesies ikan semakin meningkat jika garis lintang semakin menurun dan, (2) apakah keanekaraman spesies ikan semakin menurun seiring dengan maningkatnya kedalaman (Moyle & Cech, 2004). Distribusi dari ikan-ikan laut pada paparan benua tidak hanya berhubungan dengan keberadaan benua dan pulau serta ikan tersebut, akan tetapi juga fluktuasi suhu tahunan dan arus laut. Dengan dasar suhu perairan laut dapat dibagi menjadi 5 daerah/bagian, yaitu daerah sekitar ekuator, dearah temperate utara dan selatan serta dua daerah kutub (Gambar 5). Untuk daerah sekitar ekuator (tropis) terbagi menjadi empat daerah yang besar, yaitu: (1) daerah Indo-Pasifik, (2) daerah Pasifik Timur, (3) daerah Atlantik Barat dan, (4) daerah Atlantik Timur. Sedangkan berdasarkan kedalaman dan penetrasi sinar matahari, dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah pelagis dan daerah laut dalam (Gambar 6). Daerah pelagis sendiri terdiri dari: Arctik, Subarctik, Temperate utara, Subtropis utara, Tropis, Subtropis selatan, Temperate selatan dan Antartika (Moyle & Cech, 2004). Masing-masing daerah tersebut mempunyai suatu ciri khas yang membedakan antara daerah satu dengan lainnya. Ciri khas tersebut dapat diketahui dari spesies yang ada dan yang mendominasi daerah tersebut. Sebagai contoh daerah Indo-Pasifik merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman yang tertinggi di dunia. Contoh lain adalah spesies ikan yang hidup pada daerah laut dalam mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda dengan ikan-ikan pelagis. Sampai saat ini sejarah dan asal-muasal perbedaan spesies pada masing daerah belum diketahui, sebagai contoh pada daerah pantai Pasifik Amerika Utara berkembang 65 juta spesies rockfish, akan tetapi rockfish sangat sedikit di perairan daerah lain. Gambar 6. Zoogeografi ikan pelagis (Moyle & Cech, 2004). 2.5 Contoh Spesies 2.5.1 Subclass Sarcopterygii Ciri-ciri : a.Memiliki sirip berpasangan,mempunyai bonggol di bagian pangkal berdaging b.Mempunyai lubang hidung yang bermuara ke mulut c.Memiliki sisik yang disokong oleh elemen-elemen Tulang yang kuat Terdiri atas 2 ordo yaitu : A. Dipnoi = Diperiformes = Bangsa Ikan paru Contoh :Lepidosiren paradosa Ciri-ciri : 1. Tulang-tulang terdapat di kepala 2. 3. 4. 5. 6. Sisik bertipe Sikloid Sirip mempunyai pangkal mirip benjolan Sirip punggung dan anus membentuk sirip yang melingkari bagian belakang tubuh Jika kadar air cukup Ia bernafas dengan menggunakan insang Paru – paru yang terletak di atas Esopagus juga digunakan sebagai organ pernapasan (Musim kering Coleantyformes = Crossoptetygii = Bangsa ikan Celakan) Ciri-ciri: 1. Ikan ini muncul pada Zaman Devon (400 juta tahun yang lampau) 2. Tulang belakang berongga 3. Terdapat tonjolan seperti kaki yang menopang Sirip dada ,sirip pinggul,sirip punggung kedua serta Sentral yang aneh di ekor. 4. Tengkorak berengsel 5. Pada beberapa spesies gelembung renang mengeras/tidak Contoh : Latimeria chalumnae 2.5.2 Subclass Actinopterygii A. Pengertian Actinopterygii Actinopterygii berasal dari bahasa Yunani yaitu aktin = berkas dan pteryg = sirip. Jadi Actinopterygii adalah ikan yang memiliki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur. Actinopterygii merupakan sub divisi dari Osteichthyes (ikan bertulang sejati) yang hidup sejak zaman devon. Ikan ini hidup di air tawar maupun air asin. Actinopterygii merupakan spesies terbanyak dari divisi Osteichthyes. Secara evolusi, kelompok ini merupakan pengembangan lebih lanjut yang paling adaptif pada keadaan bumi pada masa kini. Actinopterygii mencakup banyak ikan yang dikenal awam sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias/peliharaan. Contoh ikan actinopterygii adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan louhan (Cichlasoma sp), ikan nila (Oreochromis niloticus B. Karakteristik Actinopterygii 1. Sistem pencernaan Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas, dan dinding usus itu sendiri. 2. Sistem Peredaran Darah Ikan mempunyai sistem peredaran darah tunggal. Jantung terdiri atas dua ruang yaitu serambi dan bilik. Peredaran ikan termasuk peredaran darah tunggal. Sistem peredaran darah pada ikan terdiri dari: jantung beruang dua, yaitu sebuah-bilik (ventrikel) dan sebuah serambi (atrium). Darah ikan tampak pucat dan relative sedikit bila dibanding dengan vertebrata darat. Plasma darah mengandung sel darah merah yang berinti dan sel darah putih. 3. Sistem Ekskresi Ikan mempunyai sistem ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan sisa hasil metabolisme berjalan lambat. 4. Sistem Reproduksi Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan. Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. 5. Sistem pernafasan Bagian-bagiannya organ : - tulang lengkung insang - tulang tapis insang - daun insang Fungsi bagian-bagian insang : 1. Tulang lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf 2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang 3. Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2. Mekanisme pernafasan :Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya. 6. Sistem Saraf Dan Hormon Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon dikirim ke hormon-hormon yang dibutuhkan organ target dan akan merangsang aktivitas metabolisme jaringan-jaringan untuk bergerak. Sistem saraf terdiri dari : - sistem cerebro spinal : - sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung - sistem saraf tepi - organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, dll Sistem Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon yaitu hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi. Menurut hasil kelenjar hormon : - endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas - ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah. 7. Contoh Ikan Bandeng Ikan bandeng adalah ikan payau golongan teleostei karena ikan ini mempunyai tulang keras (sejati). Ikan bandeng adalah salah satu ikan catadromeous yaitu ikan yang melakukan perjalanan ke laut untuk bertelur dan memijah dilaut, maka dari itu ikan bandeng mempunyai kemampuan osmotic yang tinggi. Mereka hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Affandi, 2004) Berikut Klasifikasi Ilmiah dari ikan bandeng : Kingdom : Animalia Kelas : Actinopterygii Ordo : Gonorynchiformes Famili : Chanidae Genus : Chanos Spesies : C. chanos Nama binomial : Chanos chanos BAB III PENUTUP KESIMPULAN Hipotesis mengenai evolusi ikan bertulang sejati sampai saat ini masih diperdebatkan, hal ini terutama pada saat proses perkembangan Agnatha menjadi spesies ikan yang berahang. Proses pembentukan rahang dari mulut yang berfungsi untuk menghisap terlalu kompleks dan rumit, disamping itu faktor yang mengubah terjadinya pembentukan rahang tersebut juga masih belum diketahui. Adanya perbedaan hipotesis mengenai asal-usul Condrichthyes dan Osteichthyes juga merupakan salah satu faktor kelemahan dari hipotesis terjadinya evolusi ikan. Saat ini ikan bertulang sejati mempunyai spesies yang sangat beragam, baik bentuk dan warna. Kebaragaman ini masih belum bisa dijelaskan dengan teori evolusi, seperti mengenai asal-usul keberagaman spesies ikan dan faktor apa yang menyebabkan keberagaman ikan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2003. Biologi edisi kelima jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Futuyma & J. Douglas. 2005. Evolution. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates, Inc. ISBN 087893-187-2 Hickman, C. P., L. S. Roberts & A. Larson. 2001. Integrated Principles of Zoology - eleventh edition. McGraw-Hill. New York. Lande, R., S. J. Arnold. 1983. "The measurement of selection on correlated characters". Evolution 37: 1210–26. DOI:10.2307/2408842. Moyle, P. B. & J. J. Cech. 2004. Fishes An Introduction to Ichthyology. Pearson Prentice Hall. Upper Saddle River. New Jersey. Young, J. Z. 1981. The Life of Vertebrates – third edition. Clarendon Press. Oxford. http://bill.srnr.arizona.edu/classes/182/BonyFishEvol.htm