mata air

advertisement
35
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Sungai
Ekosistem sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona
krenal (mata air) yang umunya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi
menjadi rheokrenal,yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat
pada tebing-tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk
genangan air yang selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan
helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Berdasarkan keberadaan
air, sunagai dapat disebut sebagai sungai permanen yaitu sungai yang berair
sepanjang tahun, sungai intermiten, yaitu sunagai yang berair di musim hujan dan
kering di musim kemarau serta sungai episodik yaitu sungai yang hanya berair
pada saat terjadi hujan saja (Barus, 2004).
Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja.
Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan
pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi
sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang
diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi
terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air
mengandung bahan pencemar yang sangat besar.Bentuk pencemaran utama yang
terdapat di sungai adalah limbah organikyang berasal dari rumah tangga dan
saluran pembuangan dan industri. Sumberpencemaran tersebut menghasilkan air
dengan keasaman rendah dan keruh. Bahanorganik dihancurkan secara alami oleh
bakteri di dalam air tetapi proses inimembutuhkan oksigen. Bila terlalu banyak
bahan organik yang dihancurkan makakonsentrasi oksigen terlarut akan menurun
secara drastis. Kadang-kadangpenurunan konsentrasi yang drastis dapat
mengakibatkan kematian pada ikan danhanya ikan-ikan yang bernafas dengan
oksigen saja yang dapat hidup karena ikantersebut dapat memanfaatkan lapisan air
yang kaya oksigen, tidak hanya bahanorganik saja yang menyebabkan
pengurangan jumlah oksigen, tetapi juga hasildari proses dekomposisi yang
Universitas Sumatera Utara
36
menghasilkan senyawa-senyawa amoniak, nitratdan fosfor (Kottelat dan Anthony,
1993).
2.2. Biologi dan Klasifikasi Ikan
Pisces (ikan) adalah hewan yang hidup didalam air, mereka dapat bernafas
didalam air karena insang yang mereka miliki. Pisces dapat ditemukan di air tawar
(danau dan sungai) maupun air asin (laut dan samudra). Pisces merupakan hewan
berdarah dingin (poikiloterm), artinya suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan
suhu air ditempat dia hidup.Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam, dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 spesies di seluruh dunia.
Struktur tubuh ikan sebagian besar dibentuk oleh rangkanya, tulang penyusun
tubuhnya ada tulang rawan, dan adapula tulang sejati. Insang dan ekor yang
mereka miliki membantu mereka untuk bergerak dengan cepat didalam air (Rifai,
et al., 1983).
Sumber : Sudi Permana (Fishbase.org)
Gambar 1. Ikan Tor soro.
Struktur tubuh ikan terdiri atas kepala,badan dan ekor. Kepalanya
terbentuk dari struktur tulang tengkoraknya, pada beberapa ikan juga terdapat
rahang yang cukup kuat dan besar yang membentuk kepalanya. Otak pada ikan
terlindungi di dalam tengkorak dan juga tulang rawan yang berada didalamnya,
otak tersebut merupakan sistem saraf pada ikan yang pada gilirannya akan
mengalir melalui tulang belakang (vertebrae) ikan.Ikan bersifat poikiloterm
(berdarah dingin). Jadi suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Alat kelamin
Universitas Sumatera Utara
37
hemafrodit (terpisah). Fertilisasi terjadi didalam atau diluar tubuh, ada yang
ovipar (bertelur). Ikan memiliki sirip yang memudahkannya untuk berenang. Sirip
terdapat dikiri dan kanan tubuhnya, juga di bagian ekornya. Tidak semua ikan
termasuk dalam golongan pisces (paus dan lumba-lumba), akan tetapi semua
pisces merupakan ikan (Effendie, I, 2002).
Pisces termasuk kedalam kelompok vertebrata atau bertulang belakang.
Pisces terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1) Agnatha
Agnatha merupakan ikan yang tidak berahang, memiliki mulut berbentuk
bulat yang berada di ujung depan. Tanpa sirip, namun beberapa jenis Agnatha
memiliki sirip ekor dan sirip punggung. Terdapat notokorda (serabut saraf)
dibagian dorsal (belakang) tulang belakang, dan diselubungi kartilago atau
tulang rawan. Jenis kelamin terpisah (hemaprodit) dan mendapatkan makanan
dengan mengisap tubuh ikan lain dengan mulutnya. Contoh ikan pada
golongan ini adalah : Myxine sp (ikan hantu), Petromyzon sp (belut laut).
2) Chondrichthyes (ikan bertulang rawan)
Chondrichthyes adalah ikan bertulang rawan yang memiliki rahang mulut
pada bagian depannya. Kulit tertutup sisik. Sirip berpasangan, serta sirip ekor
yang tidak seimbang. Sebagian notokorda nya diganti oleh vertebrae yang
lengkap. Ginjalnya berupa mesonefros. Jantung beruang dua, rangkanya
bertulang rawan, sehingga notokorda yang ada pada ikan muda pun lambat
laun tergantikan oleh tulang rawan. Mereka tidak memiliki tulang rusuk, maka
jika keluar dari air, berat tubuh spesies besar dapat menghancurkan organ
dalam mereka. Ikan ini tidak memiliki sumsum tulang, sehingga sel darah
mereah di produksi di limpa dan jaringan khusus di kelaminnya, yaitu organ
leydig (penghasil sel darah merah). Organ unik lainnya adalah epigonal yang
berperan sebagai sistem kekebalan. Subkelas dari ikan ini adalah
Elasmobranchii(hiu, pari dan skate) dan Holochepali (kimera atau hiu hantu).
Universitas Sumatera Utara
38
3) Osteichthyes (ikan bertulang sejati)
Osteochthyes merupakan ikan bertulang keras. Mulutnya memiliki rahang.
Sisiknya bertipe ganoid, sikloid, atau stenoid yang semuanya berasal dari
mesodermal. Bernafas dengan insang yang ditutupi oleh operkulum (penutup
insang). Notokorda-nya ditempati vertebrae (tulang belakang) yang padat,
memiliki gelembung renang yang terletak dekat dengan faring. Celah-celah
faringnya tertutup (tidak tampak dari luar). Jantung beruang dua. Ventrikel
dan atrium. Darah berwarna pucat, mengandung eritrosit yang berinti dan
leukosit. Ikan ini juga memilik sistem limpa dan porta renalis. Mempunyai
hati yang berkantong empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh dua katup.
Memiliki tiga canalis semi-sircularis (organ keseimbangan) yang mengatur
keseimbangan ikan melalui gerakan kepalanya. Contoh ikan pada golongan ini
adalah Ameiurus melas (ikan lele), Anquilla sp (belut), Scomber scombrus
(ikan tuna), Sardinops coerulea (ikan sarden).
2.3. Keanekaragaman Ikan
Ikan merupakan organisme vertebrata akuatik dan bernafas dengan insang.
Ciri-ciri umum dari golongan ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan
bertulang rawan, mempunyai sirip tunggal dan berpasangan, mempunyai
operculum yang menutup insang, tubuh ditutupi oleh sisik dan berlendir serta
mempunyai bagian tubuh yang jelas antara caput (kepala), truncus (badan)
dancaudal (ekor). Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang
besar, bentuk tubuh berbentuk torpedo, pipih, dan ada yang berbentuk tidak
teratur (Rupawanet al, 1999).
Ikan memiliki kemampuan untuk bergerak dengan menggunakan sirip
untuk menjaga keseimbangan dalam air, sehingga tidak bergantung pada arus atau
gerakan air yang disebabkan oleh angin. Ikan juga menggunakan insang untuk
mengambil oksigen dari air yang ada di sekitarnya yang digunakan untuk
pernapasan (Brotowidjoyo et al., 1995).
Salah satu ciri khas ikan ialah letak vertikal sirip yang sama. Ikan
memiliki pola adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan, baik terhadap
Universitas Sumatera Utara
39
faktor fisik maupun faktor kimia lingkungan seperti pH, DO, kecerahan,
temperatur (Rifai et al., 1983).
Eschmeyer (1998) membagi ikan menjadi enam kelas, yaitu sebagai
berikut :
a. Kelas Myxini memiliki ciri-ciri bentuk seperti ular, tidak mempunyai tulang
belakang (vertebra), tidak mempunyai rahang mata rudimenter. Tidak ada sirip
berpasangan dan tidak ada sirip dorsal. Bertulang rawan. Lubang hidung pada
bagian kepala. Nostril di bagian depan kepala. Terdapat 5-15 kantung insang
pada setiap sisi. Sistem garis sisi mengalami degenerasi. Semua anggota kelas
Myxini hidup di laut. sebagian besar di zona intertidal pada dasar berlumpur
lunak dan berpasir.
b. Kelas Cephalaspidomorphi memiliki ciri-ciri bentuk seperti ular. Vertebrae
terdiri atas tulang rawan. Ikan ini tidak mempunyai rahang. Mata berkembang
baik. Nostril di bagian atas kepala, tidak ada lengkung insang sejatiuntuk
menyokong dan melindungi insang, dan sebagai gantinya terdapat suatu
kantung yang terletak di luar insang, arteri insang dan saraf terletak di
dalamnya, satu lubang hidung. Sirip berpasangan tidak ada. Sirip dorsal satu
atau dua. Usus bersilia. Telur kecil dengan kait. Salah satu spesies ikan anggota
kelas ini adalah ikan lamprey (Lampreta planeri, Petromyzon marinus)
c. Kelas Holocephali ikan ini umum disebur sebagai ratfish karena ekornya yang
ramping dan memanjang serta kepala yang meruncing memberikan gambaran
seperti tikus. Rahang atas menyatu dengan kranium. Jumlah insang ada
empatpasang dan celah insang satu pasang. Tanpa sisik pada ikan dewasa.
Tidak punya spirakel dan tidak ada kloaka. Ikan yang jantan mempunyai alat
penyalur sperma disebut tenakulum, yang terletak di kepala bagian
depan.Kelas Holocephali hanya terdiri atas satu ordo, yaitu Chimaeriformes.
Salah satu anggotanya ialah Chimaera monstrosa L.
d. Kelas Elasmobranchii ikan ini mempunyai rahang. Jumlah insang dan celah
insang berkisar antara 5 - 7 pasang, yang setiap pasangnya mempunyai sekat
pelat insang. Spirakel terletak di depan celah insang. Ikan mempunyai sirip
yang berpasangan. Terdapat sepasang nostril (dirhinous). Bersisik plakoid atau
tidak bersisik. Ikan jantan biasanya mempunyai alat penyalur sperma yang
Universitas Sumatera Utara
40
dinamakan klasper (miksopterigium). Bentuk sirip ekor tidak simetris
(heteroserkal).
e. Kelas Sarcopterygii sebagian dari kelas ini sudah punah dan tinggal fosil. Salah
satu anggota kelas ini adalah coelacanth yang berupa fosil dan diperhitungkan
hidup pada kurun waktu antara masa pertengahan Devonian (350 juta tahun
yang lalu) sampai akhir Cretaceous (66 juta tahun yang lalu).
f. Kelas Actinopterygii merupakan kelas yang dominan di bumi. Nelson (2006)
menegaskan bahwa kelas ini mencakup 44 ordo yang memiliki 26.891 spesies.
Sekitar 44% dari jumlah spesies tersebut adalah ikan air tawar. Kelas ini
mempunyai ciri-ciri lengkung insang merupakan tulang sejati, yang terletak di
bagian tengah insang, mengandung arteri dan saraf. Notokorda seperti
rangkaian manik, atau seperti manik-manik yang terpisahmempunyai rahang
(maksila dan premaksila)rangka terdiri atas tulang sejati.mempunyai sirip yang
berpasangan (sirip dada dan sirip perut)mempunyai sepasang lubang
hidungmempunyai sisik yang umumnya bertipe sikloid dan stenoid, tetapi ada
juga yang bersisik tipe ganoid dan beberapa kelompok tanpa sisikbiasanya
mempunyai gelembung gas tidak ada kloaka.
Pada umumnya, semakin besar ukuran sungai semakin besar pula jumlah
dan keanekaragam jenis ikannya. Pulau Sumatera terdapat keragaman jenis ikan
dari golongan suku primer yaitu dari famili Cyprinidae, Siluridae, Bagridae,
Belontiidae, Balitoridae, Cobitidae dan Channidae. (Kottelat et al. 1993).
Beberapa hasil penelitian di beberapa sungai di kawasan pulau Sumatera
menunjukkan bahwa famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang paling
besar jumlah populasinya kemudian disusul kelompok catfish (Bagridae, Claridae,
Pangasidae) (Siregar et al., 1993)
2.4. Ekologi Ikan
Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan dan penghuninya.
Banyak variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah
struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang dikembangkan
ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan tertentu.
Sungai yang deras dan sungai yang tenang memiliki arus yang berbeda sehingga
Universitas Sumatera Utara
41
mempengaruhi kehidupan ikan. Danau yang dangkal dan yang dalam mempunyai
berbagai pola perubahan suhu secara musiman. Kedalaman samudra menyajikan
kemungkinan untuk pegkhususan yang lain. Lingkungan perairan samudra yang
tampak sama di berbagai daerah di dunia ini sebetulnya sama sekali berbeda
dalam hal sifat kimiawi airnya, tipe dasarnya dan perubahan musimnya. Ikan
menyesuaikan diri terhadap segala kondisi tersebut (Nybakken, W.1988).
Suatu spesies akan dipengaruhi oleh anggota-anggota spesies lain dalam
suatu habitat tertentu, bila nicheekologi kedua spesies sama. Bila ada dua spesies
yang kebutuhannya akan pangan dan atau faktor-faktor ekologi lainnya sama,
maka akan terjadi persaingan (kompetisi). Selanjutnya dinyatakan secara umum
kompetisi yang terjadi dalam suatu habitat bertindak sebagai pengatur, misalnya
dalam mengatur kepadatan populasi suatu spesies terhadap kepadatan populasi
spesies lain yang hidup dalam niche ekologi yang sama. Jenis ikan yang
mempunyai luas relung yang luas, berarti jenis ikan tersebut mempunyai peran
yang besar dalam memanfaatkan pakan yang tersedia dan mempunyai
kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan diri terhadap fluktuasi
kesedian pakan, serta mempunyai daya reproduksi secara individual sangat besar.
Jadi berdasarkan luas relung, jenis ikan mempunyai potensi yang paling besar
untuk berkembang menjadi induk populasi di dalam ekosistem perairan dimana
ikan tersebut hidup (Rifai, et al., 1983).
2.5. Peranan dan Manfaat Perikanan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari
ratusan ribu pulau. Memiliki julukan negara kepulauan tak lantas menjadikan
indonesia sebagai negara yang dapat memaksimalkan hasil lautnya secara utuh,
padahal potensi laut negara Indonesia sangat bagus. Disinilah peran perikanan
perlu dioptimalkan dengan dukungan berbagai pihak baik dari pemerintahan
maupun dari seluruh rakyat indonesia khususnya yang berada didaerah pesisir
pantai dan para pembudidaya ikan air tawar.Perikanan merupakan seperangkat
kegiatan yang memiliki ruang lingkup budidaya , manajemen hingga pengolahan
hasil sumberdaya perairan. Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pangan manusia yang kian lama semakin banyak dan sebanding dengan jumlah
Universitas Sumatera Utara
42
pertumbuhan penduduk. Menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004,
kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan (Cahyono, B. 2000).
Selain itu , kegiatan perikanan juga memiliki manfaat ekonomis bagi para
pelakunya. Usaha perikanan dapat dikembangkan oleh individu , perusahaan
maupun badan pemerintahan. Dengan adanya usaha perikanan , lapangan
pekerjaan di Indonesia menjadi semakin bertambahan, khususnya bagi warga
pesisir pantai. Namun dewasa ini tidak hanya para warga yang berada di pesisir
pantai yang dapat mengembangkan usaha perikanan karena budidaya air tawar
juga makin banyak dilakukan oleh masyarakat yang jauh dari pantai. Tidak hanya
memiliki nilai jual sebagai barang, peran perikanan juga sebagai alat
memanajemen sumberdaya alam yang dapat memelihara keindahan alam sehingga
membawa daya tarik sendiri bagi wisatawan lokal maupun asing. Pada dasarnya
usaha perikanan bertujuan untuk mensejahterakan para nelayan dan para petani
ikan meskipun perikanan bisa bercabang ke bidang lain seperti sosial ekonomi
dan kemasyarakatan (Sutisna, D. 1995).
2.5. Faktor-faktor Fisik-Kimia Air
Parameter kualitas air yang umum berpangaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah
temperatur, pH, suhu, oksigen terlarut, cahaya, arus, dan lain sebagainya. Air
sebagai lingkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung
kehidupan dan pertumbuhan dari organisme tersebut. Sebagai salah satu faktor
penting dalam operasional pemeliharaan larva, kualitas air perlu dijaga dalam
kondisi prima, baik dalam aspek fisika, kimia dan biologi (Boyd, 1996).
2.5.1. Suhu
Suhu merupakan salah satu variabel lingkungan yang sangat penting. Ikan
sebagai hewan ektotermal (poikiloterm), sangat bergantung kepada suhu.
Kenaikan suhu meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh. Kenaikan suhu akan
meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan setelah itu kenaikan
suhu justru menurunkan laju pertumbuhan (Rahardjo et al., 2010). Suhu air
Universitas Sumatera Utara
43
normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat
penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung
didalamnya akan menentukan massa jenis air dan bersama-sama dengan tekanan
dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Suhu air sangat bergantung pada
tempat dimana air tersebut berada. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui,
maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati (Irawan et al., 2009).
Kisaran suhu lingkungan perairan lebih sempit dibandingkan dengan
lingkungan daratan, maka kisaran toleransi organisme akuatik terhadap suhu juga
relatif sempit dibandingkan dengan organisme daratan. Berubahnya suhu suatu
badan air sangat besar pengaruhnya terhadap komunitas akuatik. Naiknya suhu
perairan karena pembuangan sisa pabrik, misalnya, dapat menyebabkan
organisme
akuatik
terganggu,
sehingga
dapat
mengakibatkan
struktur
komunitasnya berubah (Suin, 2002).
Suhu merupakan faktor lingkungan yang utama pada perairan karena
merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran hewan,
termasuk dari jenis ikan (Michael, 1994).
2.5.2. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan.
Intensitas cahaya bagi organisme akuatik merupakan faktor yang mendukung
kehidupan organisme di dalam air. Apabila intensitas cahaya matahari berkurang
maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air akan
berkurang,oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk proses metabolisme
(Barus, 2004). Cahaya merupakan unsur penting dalam kehidupan ikan, cahaya
dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator,
membantu dalam penglihatan dan proses metabolisme. Secara tidak langsung
peranan cahaya matahari dalam kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan
(Wardoyo, 1989)
Universitas Sumatera Utara
44
2.5.3. Penetrasi Cahaya
Menurut Suin (2002) kekeruhan air disebabkan adanya partikel-partikel debu, liat,
pragmen tumbuh-tumbuhan dan plankton dalam air. kekeruhan air menyebabkan
penetrasi cahaya ke dalam air berkurang, sehingga penyebaran organisme berhijau
daun tidak begitu dalam, karena proses fotosintesis tidak dapat berlangsung.
Menurut Barus (2004) kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada
setiap ekosistem air yang berbeda. Pada batas akhir penetrasi cahaya disebut
sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada lapisan air, sehingga cahaya
matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi dan
respirasi berada dalam keseimbangan.
2.5.4. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam
peraian. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman
atau kebasahan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7
dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi
perairan bersifat asam (Effendi, 2003).
Nilai pH air turut mempengaruhi kehidupan dari ikan, nilai pH air yang
ideal bagi kehidupan ikan berkisar antara 6,5 -7,5. Air yang masih segar dari
pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. pH air kurang dari 6 atau
lebih dari 8,5 perlu diwaspadai karena mungkin ada pencemaran, hal ini juga
dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi ikan (Barus,
2004).
2.5.5. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem
air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas.
Dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi
sebanyak 21% volum, air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volum
saja (Barus, 2004).
Universitas Sumatera Utara
45
Oksigen terlarut merupakan faktor penting pengendali laju pertumbuhan
ikan (Rahardjo et al., 2010). Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi
bagi sebagian besar organisme air. Pada ekosistem air tawar, pengaruh temperatur
menjadi sangat dominan. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada
temperatur 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/L O2. Konsentrasi ini akan menurun
sejalan dengan meningkatnya temperatur air. Pengaruh oksigen terlarut terhadap
fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi (Barus, 2004).
2.5.6. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Menurut Wardana, 1995 dalam Siagian (2009), BOD atau kebutuhan oksigen
biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam
memecah bahan organik. Penguraian bahan organik melalui proses alamiah yang
mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
Nilai
BOD
menyatakan
jumlah
oksigen
yang
dibutuhkan
oleh
mikroorganisme aerob dalam proses penguraiansenyawa organik, yang diukur
pada temperature 20oC. Proses oksidasi secara biologis membutuhkan waktu yang
lebih lama jika dibandingkan dengan proses oksidasi secara kimia. Pengukuran
BOD didasarkan kepada kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan
senyawa organik, artinya hanya terhadap senyawa yang mudah diuraikan secara
biologis seperti senyawa yang umumnya terdapat dalam limbah rumah tangga.
Produk-produk kimia seperti senyawa minyak dan buangan kimia lainnya akan
sangat sulit atau bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (Barus, 2004).
2.5.7. Kecepatan Arus
Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada
perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan
penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air.
Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertical. Arus air pada perairan lotik
umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air bergerak ke segala arah sehingga air
akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arus
laminar, yaitu arus air yang bergerak ke arah tertentu saja (Barus, 2004).
Universitas Sumatera Utara
46
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang
dipengaruhi oleh arus yaitu dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada
arus. Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yaitu garis mendatar pada
tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah reseptor yangada pada organisme yang
mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti
gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju
arus (Reddy, 1993)
2.5.8. Kejenuhan Oksigen
Menurut Barus (2004), disamping pengukuran konsentrasi oksigen, biasanya
dilakukan pengukuran terhadap tinggkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai
maksimum atau tidak. Pengukuran tingkat kejenuhan oksigen suatu contoh air,
selain mengukur konsentrasi oksigen dalam mg/L maka diperlukan juga
pengukuran temperatur dari ekosistem dari air tersebut.
2.5.9. Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid merupakan jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air
juga mempengaruhi penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam badan
perairan. Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang,
akibatnya proses fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya mengurangi
tingkat produktifitas perairan (Sastrawijaya, 2000).
2.5.10. Total Suspended Solid (TSS)
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid) adalah bahan-bahan tersuspensi
(diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori
0,45m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan
air. TSS merupakan sifat fisik suatu perairan yang berkaitan dengan kekeruhan
(Effendi, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Download