PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS

advertisement
PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN
DISPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Heryanti
ABSTRAK
Pemerintah dalam rangka melakukan berbagai kegiatan tidak hanya
menggunakan instrument yuridis (Undang-Undang dan Keputusan)
melainkan juga fungsi administrasi yang dimilikinya dapat memberikan
pelayanan dan fungsinya secara maksimal kepada masyarakat.
Pemberian kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah oleh
undang-undang merupakan konsekuensi logis, karena pemerintah bukan
hanya kepada eksekutif melainkan juga sebagai kepala administrasi di
daerah. Hal ini dapat dimengerti karena tugas dan fungsi birokrasi
pemerintah adalah merupakan jembatan penghubung antara
kepentingan Negara dengan kepentingan rakyatnya.
LATAR BELAKANG
Untuk menjalankan system pemerintahan di daerah dengan
mengandalkan para pegawai negeri sipilnya tidak terlepas dari adanya
konsep Good Governance. Dengan adanya konsep tersebut, maka sector
pemerintah tidak dapat lagi sebagai pemain utama untuk melakukan hak
monopoli dalam penentuan kebijakan publik. Hubungan kemitraan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat harus dikembangkan jika
paradigma kepemrintahan yang baik benar-benar akan dilaksanakan.
Pemerintah sebagai organisasi adalah suatu alat saling hubungan
satuan-satuan kerja yang memberikan mereka kepada orang-orang yang
ditempatkan dalam struktur kewenangan. Dengan demikian pekerjaan
dapat dikoordinasikan oleh pemerintah atasan kepada para bawahan
yang menjangkau dari puncak sampai dasar dari seluruh badan usaha.
Organisasi yang terbesar dimanapun sudag barang tentu
organisasi publik yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan
ruang lingkup Negara. Oleh karena itu organisasi publik mempunyai
kewenangan yang terlegitimasi dibidang politik, administrasi,
pemerintahan dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai
kewajiban melindungi warganya, dan melayani kebutuhannya,
sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta
menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan. Untuk
melaksanakan pemerintahan yang baik, membina hubungan kemitraan
dan saling percaya merupakan kunci utama. Masalahnya sekarang
bagaimana mengembangkan sikap/perilaku saling percaya untuk
membina hubungan kemitraan antara ketiga domain tersebut.
Berkaitan dengan hal ini aparat birokrasi dituntut untuk
menampilkan perilaku yang menumbuhkan kembali kepercayaan
masyarakat yang selama ini menurun. Salah satu upaya untuk
menumbuhkan kepercayaan masyarakat adalah mengembangkan
semangat jiwa kewirausahaan “The Enterpreneurial Spirit”. Hal ini
dimaksudkan untuk merubah orientasi perilaku birokrasi yang selama ini
menghabiskan anggaran dengan melakukan markup, kearah
mengembangkan kreativitas untuk mendapatkan dana, anggaran dapat
dihemat dan selanjutnya dipergunakan untuk kepentingan publik dalam
mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk kegiatan
pemeberdayaan masyarakat.
Setiap organisasi Pemerintah sebaiknya banyak memberi
kesempatan kepada pegawainya untuk dapat mengembangkan diri,
sehingga dengan adanya kesempatan ini pegawai akan berusaha
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaannya. Dengan melihat
bahwa manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan, harapan,
motivasi dan cara berfikir yang berbeda satu dengan yang lainnya serta
menghendaki perlakuan yang adil, maka pimpinan organisasi
pemerintahan berupaya dapat menyelaraskan tujuan individu dengan
tujuan organisasi pemerintahan yang di pimpin, sehingga bawahannya
bersedia melakukan pekerjaan dengan sebaiknya.
Sebagaimana diketahui bahwa warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan diangkat
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokokpokok Kepegawaian, yang dimaksud dengan Pegawai Negara adalah
setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan Negara, atau diserahi tugas Negara lainnya
dan digaji berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian Pegawai Negara sebagai aparatur Negara, abdi Negara
dan abdi masyarakat yang berfungsi menyelenggarakan pemerintahan
dan pembangunan. Dalam hal ini kedudukan pegawai Nagara sangat
penting, sebab lancar dan tidak lancarnya pemerintahan dan
pembangunan Negara tidak lepas dari peranan dan keikutsertaan
pegawai Negara (Ahmad Ghufron dan Sudarsono, 1991 :4).
Sejalan dengan pemberian hak otonomi kepada daerah tanpa
melepaskan rekrutmen pegawai negeri yang akan menjalankan roda dan
fungsi administrasi adalah telah tepat pemerintah pusat untuk tidak lagi
mencampuri urusan penerimaan pegawai negeri yang akan ditempatkan
di kantor ataupun instansi pemerintah di daerah berdasarkan kebutuhan.
Maka dari itu, eksistensi Kepala Daerah (Gubernur) dengan berbagai
kewenangan yang cukup luas dalam mengeluarkan keputusan
pemberian sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin oleh PNS
adalah suatu keharusan untuk menjaga agar seorang PNS tidak
melupakan tugas kewajibannya secara bertanggungjawab kepada
masyarakat dan Negara.
TUGAS DAN KEWAJIBAN KEPALA DAERAH
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah khususnya dalam Pasal 25 yang
menyangkut tugas dan wewenang serta kewajiban kepala daerah
adalah:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD ;
2. Mengajukan rancangan Perda ;
3. Menetapkan Perda yang telah mendapatkan persetujuan
bersama DPRD ;
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan ;
Menyangkut tugas dan wewenang serta kewajiban wakil kepala
daerah diatur dalam Pasal 26 antara lain :
1. Membantu
kepala
daerah
dalam
meyelenggarakan
pemerintahan daerah ;
2. Membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan
vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan atau temuan
hasil pengawasan aparat pengawas ;
3. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan
di wilayah kecamatan, kelurahan dan atau desa bagi wakil
kepala daerah kabupaten dan kota ;
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah
dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah ;
5. Melaksanakan tugas, kewajiban dan wewenang kepala daerah
bilamana berhalangan atau diberikan.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah memberikan suatu sistem pemerintahan di
daerah yang lebih baik lagi dibandingkan dengan undang-undang
pemerintahan yang sebelumnya, dimana kedudukan Wakil Kepala
Daerah yang selam ini tidak diberikan peran dalam mengelola sistem
pemerintahan di daerah dengan alasan bahwa posisi wakil dianggap
hanyalah sebagai “ban serep” atau pengganti bilamana Kepala Daerah
berhalangan tetap, tidak dapat menjalankan pemerintahan serta
meninggal dunia.
Namun setelah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah diberlakukan, maka sistem pemerintahan di
daerah telah memberikan “angin segar” khususnya mengenai pola
hubungan antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebagaimana
yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 26.
PENGERTIAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN
Suatu Peraturan yang baik ialah peraturan yang normanya
disamping mengandung hukum juga mengandung nilai moral.
Mengandung hukum oleh karena di dalam peraturan itu berisikan
perintah, larangan dan sanksi yang tegas sebagai unsurnya.
Mengandung nilai moral karena di dalam setiap klausulnya terkandung
nilai kebenaran, keadilan dan nilai kesusilaan.
A Hamid Attamimi (April 1992:8) Peraturan Perundang-undangan
adalah salah satu metode dan instrumen ampuh yang tersedia untuk
mengatur dan mengarahkan kehidupan manusia menuju cita-cita yang
diharapkan. Dalam praktek memang demikianlah yang dilakukan oleh
pembentuk undang-undang karena kini kekuasaan pembentuk undangundang ialah memberikan arah dan menunjukkan jalan bagi
terwujudnya cita-cita hukum. Peraturan Perundang-undangan mencakup
keseluruhan peraturan yang berhubungan dengan undang-undang dan
bersumber pada kekuasaan legislative, maka jenis-jenis peraturan
perundang-undangan ialah undang-undang dan peraturan lain yang
dibentuk berdasarkan kewenangan atribusi ataupun kewenangan
delegasi dari undang-undang.
Oleh karena itu peraturan perundang-undangan tertentu dan
terbatas jenisnya, mengingat kewenangan atribusi bersifat tertentu dan
terbatas, sedangkan kewenangan delegasi juga tidak dapat dilimpahkan
tanpa persetujuan yang mendelegasikannya. Peraturan Perundangundangan menurut Bagir Manan adalah Peraturan Perundang-undangan
tingkat daerah diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh pemerintah daerah atau salah satu unsur pemerintah
daerah yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan
tingkat daerah (Abdul Latif, 2006:6).
Solly Lubis (1995:1), mengemukakan perundang-undangan itu
sebagai proses pembuatan peraturan Negara mulai dari perencanaan
(rancangan), pembahasan, pengesahan atau penetapan samapai dengan
pengundangannya. Sedangkan peraturan perundang-undangan daerah
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
pemerintah daerah atau salah satu unsur pemerintah daerah yang
berwenang membuat peraturan perundang-undangan tingkat daerah.
Menurut Bagir Manan (1993:14), peraturan perundang-undangan
adalah keputusan tertulis yang dibuat oleh suatu jabatn atau pejabat
yang berwenang yang berisikan tingkah laku yang bersifat atau yang
mengikat secara umum.
1. Peraturan
Peraturan ialah ketentuan umum yang ditujukan kepada hal-hal
yang masih abstrak atau suatu peraturan itu dibuat untuk
menyelesaikan hal-hal yang belum dapat diketahui lebih dahulu
tetapi mungkin akan terjadi. Artinya suatu putusan dari jabatan
pemerintah itu keluar berupa peraturan manakala putusan itu
dimaksudkan untuk mengatur hal-hal yang bersifat umum dan
tindakan yang demikian disebut tindakan pengaturan (Soenobo
Wirjosoegito, 2004: 13).
2. Keputusan
Prins merumuskan pengertian keputusan sebagai tindakan
hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan
oleh alat pemerintah berdasarkan kewenangan yang diatur.
Kemudian E. Ultrecht, suatu perbuatan hukum publik bersegi
satu yang dilakukan oleh alat-alat pemerintah berdasarkan
suatu kekuasaan. Van der Pot, menyatakan sebagai perbuatan
hukum yang dilakukan oleh alat-alat pemerintah dan
pernyataan-pernyataan alat-alat pemerintah itu dalam
menyelenggarakan hal istimewa dengan maksud mengadakan
perubahan dalam hubungan hukum. Berbagai
perumusan
keputusan dapat di simpulkan antara lain : 1). Keputusan
merupakan tindakan/perbuatan hukum, 2). Keputusan
merupakan tindakan hukum sepihak, 3). Keputusan merupakan
lapangan pemerintahan sesuai dengan fungsi pemerintah
sebagai badan yang melaksanakan undang-undang, 4).
Wewenang luar biasa adalah kekuasaan yang diperoleh dari
undang-undang,
diberikan
khusus
kepada
pemerintah/administrasi Negara dan tidak kepada badan swasta
(Anna Erliyana, 2005:101-102).
Keputusan Gubernur adalah peraturan yang ditetapkan sebagai
pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Keputusan Gubernur ada dua yaitu : 1).
Keputusan yang bersifat mengatur (regeling) dan 2). Keputusan yang
bersifat penetapan (beschikking). Keputusan Bupati/Walikota adalah
peraturan pelaksana peraturan daerah kabupaten/kota dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Keputusan yang bersifat regeling
berfungsi mengatur hal-hal yang umum. Sedangkan keputusan yang
bersifat beschikking berfungsi menetapkan hal-hal yang kongkret,
individual dan final (Supardan Modeong, 2003:70) dan lihat juga dalam
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara).
Sedangkan keputusan Gubernur, Bupati dan Walikota yang bersifat
penetapan adalah keputusan yang materi muatannya kongkret
individual dan final yang materi muatannya hanya menetapkan hal-hal
tertentu saja. Apabila menyangkut orang, maka sudah tentu nama jati
dirinya, serta apabila menyangkut benda maka sudah tertentu
jenis,local, dan pemiliknya atau yang menguasainya (Supardan
Modeong, 2003:71).
POKOK- POKOK KEPEGAWAIAN
1). Pegawai Negeri Sipil
Menurut J.H.A. Logemann bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS)
adalah tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas publik (open
bare dienst betrokking) dengan Negara. Mengenai hubungan dinas
publik ini terjadi jika seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada
pemerintah dan pemerintah untuk melakukan suatu atau beberapa
macam jabatan tertentu dengan mendapatkan penghargaan berupa
gaji dan beberapa keuntungan lain (Sudibyo Triatmodjo, 1983:27).
Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 1 ayat (1) menyatakan :
1. Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
Negara lainnya, dan digaji didasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan
mengangkat,
memindahkan
dan
memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang akrena
jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan
hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga
tertinggi/tinggi Negara sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan pejabat Negara lainnya yang ditentukan
oleh undang-undang.
5. Jabatan Negara adalah jabatan dalam bidang eksekutif
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan,
termasuk
didalamnya
jabatan
dalam
kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi Negara, dan
kepaniteraan pengadilan.
6. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional
yang hanya dapat diduduki PNS setelah memenuhi syarat
yang ditentukan.
7. Jabatan organik adalah jabatan Negara yang menjadi
tugas pokok pada suatu kesatuan organisasi pemerintah.
8. Manajemen PNS adalah keseluruhan upaya-upaya untuk
meningkatkan efesiensi, dan derajat profesionalisme
menyelenggarakan tugas, fungsi, dan kewajiban
kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengaduan,
pengembangan
kualitas,
penempatan,
promosi,
pengajian, kesejahteraan dan penghentian.
Pegawai Negeri mempunyai peranan amat penting sebab
pegawai negeri merupakan unsur aparatur Negara untuk
menyelenggarakan pemerintah dan pembangunan dalam rangka
mencapai tujuan Negara kita, seperti terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpa
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Keempat tujuan Negara ini hanya bisa dicapai dengan adanya
pembangunan nasional yang dilakukan dengan perencanaan
matang, realistik, terarah dan terpadu, terhadap bersungguhsungguh, berdaya guna dan berhasil guna (S.F. Marbun dan Moh.
Mahfud MD, 2000:98).
Menurut J.B Sumarlin menyatakan, bahwa agar PNS dapat
melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna,
maka pembinaan harus diarahkan untuk menjamin (Sudibyo
Triatmodjo, 1983:93), antara lain :
1. Agar satuan organisasi lembaga pemerintah mempunyai
jumlah dan mutu pegawai yang rasional berdasarkan
jenis, sifat, dan beban kerja yang dibebankan kepadanya.
2. Pembinaan yang terintegrasi terhadap seluruh PNS artinya
bahwa terhadap semua PNS berlaku ketentuan yang
sama.
3. Pembinaan PNS atas dasar sistem karier dan sistem
prestasi kerja.
4. Pengembangan sistem penggajian yang mengarah pada
penghargaan terhadap prestasi dan besarnya tanggung
jawab.
5. Melaksanakan tindakan korektif yang tegas terhadap
norma-norma hukum dan norma-norma kepegawaian.
6. Penyempurnaan sistem administrasi kepegawaian dan
sistem pengawasannya.
7. Pembinaan kesetiaan dan ketaatan penuh pegawai negeri
terhadap Negara dan pemerintah.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 129 menyatakan bahwa :
1. Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen PNS
Daerah
dalam
satu
kesatuan
penyelenggaraan
manajemen PNS secara nasional.
2. Manajemen PNS Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pemindahan, pemberhentian, penetapan,
pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan
kewajiban kedudukan hukum, pengembangan kompetensi
dan pengembalian jumlah.
Oleh karena itu, pegawai yang menjadi anggota dan atau
pengurus partai politik harus diberhentikan sebagai pegawai negeri.
Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat atau tidak
dengan hormat.
2). Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PNS baik pusat maupun daerah mempunyai kewajiban setia
dan taat pada Pancasila dan UUD 1945, Negara Pemerintah, serta
wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan haknya adalah
mendapatkan gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya.
Gaji PNS yang diterima harus memacu produktivitas dan
menjamin kesejahteraan (Harif Nurcholis, 2007:250). Setiap PNS
berhak memperoleh gaji yang layak dan sesuai dengan pekerjaan
dan tanggung jawab menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun
1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 7 menyatakan:
1. Gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan
dan tanggung jawabnya.
2. Gaji yang diterima oleh pegawai negeri harus mampu
memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraan.
3. Gaji pegawai negeri yang adil dan layak sebagaimana
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokokpokok Kepegawaian Pasal 8 dinyatakan setiap PNS berhak cuti dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 tentang Cuti PNS, ada
6 (enam) macam cuti yaitu :
1. Cuti Tahunan
2. Cuti Besar
3. Cuti Sakit
4. Cuti Bersalin
5. Cuti karena alasan penting
6. Cuti diluar tanggungan Negara
Yang dimaksud dengan cuti PNS adalah keadaan tidak masuk
kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu seperti pimpinan
lembaga tertinggi/tinggi Negara, menteri, jaksa agung, ketua/kepala
lembaga pemerintah non departemen, pimpinan secretariat lembaga
tertinggi/tinggi Negara dan pejabat lain yang ditentukan oleh
presiden (Sudahak dan Suradji, 2003:3).
Selain itu juga, pengabdian seorang PNS sangatlah dibutuhkan
untuk membantu kelancaran daripada pelaksanaan fungsi pelayanan
administrasi kepada masyarakat sehingga setiap PNS wajib :
1. Setia dan taat pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, Negara dan Pemerintah.
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan
tanggungjawab.
3). Kedudukan Pegawai Negeri Sipil
Kiranya adalah merupakan suatu kebenaran apabila dikatakan
bahwa sepanjang sejarah, kedudukan dan peranan pegawai negeri
sipil adalah sangat penting yang menentukan, karena dia adalah
salah satu pelaksanaan pemerintahan untuk menyelenggarakan
tugas-tugas
pemerintah
dan
melancarkan
tugas-tugas
pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional
(Sudibyo Triatmodjo, 1983:106).
Memang harus disadari bahwa kelancaran penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan nasional terutama tergantung dari
kesempurnaan aparatur Negara. Oleh karena itu, harus disadari
bahwa PNS yang sempurna merupakan salah satu faktor penentu
bagi kesempurnaan aparatur Negara. PNS berkedudukan sebagai
unsur aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat serta profesional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas Negara, pemerintahan dan pembangunan
(Sudahak dan Suradji, 2003:5).
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian Pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) menyatakan :
(1). Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia ; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(2). Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat ; dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.
(3). Disamping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), pejabat yang berwenang dapat mengangkut
pegawai tidak tetap.
4). Kepegawaian Daerah
Pemerintah daerah akan dapat diselenggarakan dengan baik
sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efesien jika
didukung oleh sumber daya manusia yang kompoten. Sumber daya
manusia pada pemerintahan daerah disebut pegawai pemerintah
daerah. Pegawai Pemerintah daerah adalah pegawai negeri sipil
pada pemerintah daerah. Pegawai negeri sipil adalah unsur aparatur
Negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan
tugas Negara, pemerintah dan pembangunan (Hanif Nurcholis,
2007: 245).
PNS daerah yaitu PNS daerah otonomi seperti pegawai negeri
sipil daerah/kabupaten/kota yang gajinya dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja pada
pemerintah daerah atau diperkerjakan diluar instansi dinduknya
(Suhadak dan Suradji, 2003: 6) dalam sistem pemerintahan daerah
dikenal 3 (tiga) sistem pengelolaan pegawai daerah menurut Harif
Nurcholis sebagai berikut :
1. Integrated Sistem : suatu system
kepegawaian yang
manajemen kepegawaiannya mulai dari rekrutmen,
penempatan, pengembangan, penilaian sampai penggajian
dan pensiun ditentukan oleh pusat sistem ini umumnya
dilaksanakan di Negara-negara berkembang, karena
ketidakmampuan
daerah
untuk
menggaji
pegawai.
Disamping itu pegawai juga sebagai alat perekat Negara dan
bangsa.
2. Separated Sistem : suatu system kepegawaian yang
manajemen kepegawaiannya mulai dari rekrutmen,
penempatan, pengembangan, penilaian sampai penggajian
dan pensiun dilaksanakan oleh masing-masing daerah. Oleh
karena itu yang menjadi komitmen adalah profesionalisme
pegawai dalam memberikan pelayanan publik.
3. Unified Sistem : suatu system kepegawaian yang manajemen
kepegawaiannya mulai dari rekrutmen, penempatan,
pengembangan, penilaian sampai penggajian dan pensiun
oleh suatu lembaga ditingkat nasional yang khusus dibentuk
untuk keperluan tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil Pasal 2 yang menetapkan kewajiban dan
larangan bagi PNS. Bagi Pegawai Negeri Sipil diwajibkan :
a. Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, Negara dan Pemerintah.
b. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan
golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala
sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara diatas
kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain.
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara,
Pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil.
d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil
dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan pemerintah
perundang-undang yang berlaku.
e. Menyimpan rahasia Negara atau rahasia jabatan dengan
sebaik-baiknya.
f. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya
dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
g. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk
kepentingan Negara.
h. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan,
persatuan dan kesatuan korps PNS.
i. Segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan
Negara/pemerintah terutama dibidang keamanan, keuangan
dan materil.
j. Mentaati ketentuan jam kerja.
k. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.
l. Menggunakan dan memelihara milik Negara dengan sebaikbaiknya.
m. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada
masyarakat menurut bidang tugasnya maisng-masing.
n. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana
terhadap bawahannya.
o. Membimbing bawahannya dan melaksanakan tugasnya.
p. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik
terhadap bawahannya.
q. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi
kerjanya.
r. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan kariernya.
s. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
perpajakan.
t. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah
laku sopan santun terhadap masyarakat, sesame PNS dan
terhadap atasannya.
u. Hormat menghormati antar sesama warganya yang memeluk
agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang
berlainan.
v. Menjadi teladan sebagai warga Negara yang baik dalam
masyarakat.
w. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan
peraturan kedinasan yang berlaku.
x. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang.
y. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
setiap laporan yang diterima mengenai pelangggaran disiplin.
Selain daripada kewajiban yang harus dipenuhi bagi seorang
Pegawai Negeri Sipil, maka diberlakukan juga bagi Pegawai Negeri
Sipil larangan, seperti :
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau
martabat Negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil.
b. Menyalahgunakan wewenangnya.
c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
Negara asing.
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat
berharga milik Negara.
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan
ataupun meminjamkan barang-barang, dokumen atau suratsurat berharga milik Negara secara tidak sah.
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan pribadi,
golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan Negara.
g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain
didalamnya maupun diluar lingkungan kerja.
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja
dan siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga
bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin
bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan.
i. Memasuki tempat-tempat yang mencemarkan kehormatan
atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk
kepentingan jabatan.
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
k. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan
suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga
mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.
l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang
diketahui karena kedudukan jabatn untuk kepentingan
pribadi, golongan atau pihak lain.
n. Bertindak selaku perantara bagi suatu pengusaha atau
golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari
kantor/instansi pemerintahan.
o. Memiliki saham atau suatu perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya
yang jumlah dan sifat pemiliknya itu sedemikian rupa
sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung
atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau
jalan perusahaan.
p. Melakukan kegiatan usaha dagang, baik secara resmi
maupun sambilan, menjadi direksi pimpinan atau komisaris
perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan
ruangan IV/a keatas atau yang merangkap jabatan eselon I.
q. Melakukan penjualan tisak sah dalam bentuk apapun juga
dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi,
golongan atau pihak lain (Philipus M. Hadjo, dkk, 1999:215218).
5). Sanksi Hukuman
Dalam menjatuhkan hukuman disiplin, maka pejabat yang
berwenang menghukum sebelumnya wajib memeriksa terhadap
tersangka yang telah melanggar ketentuan, tujuannya ialah untuk
mengetahui apakah yang bersangkutan benar telah melakukan
pelanggaran serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong
dilakukan pelanggaran tersebut (Sudibyo Triatmodjo, 1983:166).
Hukuman yang dapat dijatuhkan sebagai sanksi terhadap
pelanggaran disiplin PNS ialah teguran lisan, teguran tertulis,
pernyataan tidak puas, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan
kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pemindahan sebagai
hukuman, pembebasan tugas, dan pemberhentian.
Selain dari pada keharusan, larangan, sanksi dalam peraturan
disiplin PNS juga diatur tentang pejabat yang berwenang
menjatuhkan hukuman disiplin dan tata cara mengajukan
keberatan/pembelaan, apabila seorang PNS tidak menerima disiplin
yang dijatuhkan kepadanya. Selanjutnya Pasal 6 Peraturan
Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 menyatakan bahwa :
1. Tingkat dan jenis hukuman disiplin
a. Tingkat hukuman terdiri dari :
1. Hukuman disiplin ringan.
2. Hukuman disiplin sedang.
3. Hukuman disiplin berat.
b. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :
1) Teguran lisan.
2) Teguran tertulis.
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
c. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :
1) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama
1 (satu) tahun.
2) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji
berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun.
3) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1
(satu) tahun.
d. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
1) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat
lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun.
2) Pembebasan dari jabatan.
3) Pemberhentian
dengan
hormat
tidak
atas
permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
4) Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
2. Pelanggaran Disiplin.
Secara ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai
negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin
(kewajiban dan larangan) adalah pelanggaran disiplin.
a. Ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan
dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain,
seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui
telepon, radio, televisi, rekaman atau alat
komunikasi lainnya.
b. Tulisan adalah pernyataan pikiran dan atau
perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan
maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan
dari lain-lainnya yang serupa dengan itu.
c. Perubahan adalah setiap tingkah laku, sikap atau
tindakan dengan tidak mengurangi ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS
yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang
menghukum.
3. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS)
a. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat
karena meninggal dunia.
b. Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan
hormat karena :
1. Atas permintaan sendiri.
2. Mencapai batas usia pensiun.
3. Perampingan organisasi pemerintah atau
4. Tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai pegawai
negeri sipil.
Maka, seorang pegawai negeri sipil bukan saja harus
memenuhi tugas dan kewajibannya akan tetapi bilamana hal tersebut
dilanggar, pegawai negeri sipil tersebut dapat diberhentikan dengan
hormat atau diberhentikan karena :
1. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan sumpah/janji
jabatan selain pelanggaran sumpah/janji pegawai negeri sipil dan
sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah atau ;
2. Di hukum penjara atau kurangan berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.
a.
Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat
karena :
1. Di hukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang telah
melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya 4 (empat) tahun atau lebih atau;
2. Melakukan pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil
tingkat berat.
b. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan tidak hormat
karena :
1. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan
sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
2. Melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara,
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam
kegiatan yang menentang Negara dan pemerintah.
3. Di hukum penjara atau kurangan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekeuatan hokum yang
tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan
atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan.
c. Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh pejabat
yang berwenang karena disangka tleh melakukan tindak
pidana kejahatan sampai mendapat putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dikenakan
pemberhentian sementara.
d. Pemberhentian karena meninggalkan tugas :
1. Pegawai Negeri Sipil meninggalkan tugasnya secara tidak
syah dalam waktu 2 (dua) bulan terus menerus,
diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.
2. Pegawai Negeri Sipil meninggalkan tugasnya secara tidak
sah dalam waktu 6 (enam) bulan terus menerus,
diberhentikan tidak dengan hormat.
e. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan dirinya kembali
ke instansi induknya setelah menjalani cuti diluar
tanggungan Negara, diberhentikan dengan hormat sebagai
pegawai negeri sipil.
Pemerintah sebagai organisasi adalah suatu alat yang saling
berhubungan dengan satuan-satuan kerja yang ada serta memberikan
suatu jabatan maupun amanat kepada orang-orang yang ditempatkan
dalam struktur organisasi tersebut untuk melaksanakan dan
menjalankan fungsi kewenangan masing-masing menurut tugas dan
pekerjaan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi dengan
demikian, pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh pemerintah atasan
kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai dasar dari
seluruh badan usaha. Menurut Ibnu Kencana Syafie (1999:53) organisasi
merupakan :
1. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi.
2. Terjadi berbagai hubungan antara individu maupun kelompok,
baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluar.
3. Terjadinya kerjasama dan pembagian tugas.
4. Berlangsungnya proses aktivitas berdasarkan kinerja masingmasing.
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa pemerintah terdiri dari kepala daerah
beserta perangkat daerah lainnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 120
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa perangka daerah provinsi terdiri atas Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis lainnya.
Oleh karena itu, dalam membentuk suatu susunan organisasi
perangkat daerah tidak terlepas dari apa yang telah ditentukan melalui
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah. Lembaga Teknis dalam provinsi
mempunyai tugas membantu Gubernur dalam penyelenggaran
pemerintahan daerah dalam lingkup tugasnya. Dalam menyelenggarakan
tugas, Lembaga Teknis Daerah Provinsi mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa urusan wajib
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota
meliputi :
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.
2. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.
3. Penyelenggaraan
ketertiban
umum
dan
ketentraman
masyarakat.
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.
5. Penanganan bidang kesehatan.
6. Penyelenggaraan pendidikan.
7. Penanggulangan masalah sosial.
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.
9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pengendalian lingkungan hidup.
Pelayanan pertanahan.
Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
Pelayanan administrasi umum pemerintahan.
Pelayanan adminstrasi penanaman modal.
Penyelenggaraan pelayanan dasar.
Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
PELAKSANAAN
TINDAKAN
ADMINISTRATIF
TERHADAP
PELANGGARAN DISIPLIN PNS
Melalui suatu Keputusan Gubernur tentang Pelaksanaan Tindakan
Administratif terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil dalam
lingkup Pemerintah Provinsi adalah keputusan yang dipergunakan untuk
menilai kinerja pegawai pemerintah telah menerpkan standar kerja
melalui regulasi. Dalam hal ini terutama kaitannya untuk menjamin
adanya objektivitas dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil sehari-hari.
Hasil penilaian tersebut dituangkan dalam satu daftar yang dibuat setiap
akhir tahun yang disebut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
Daftar tersebut merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 jo. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, Pasal 20 tentang
pokok-pokok kepegawaian, yang menyatakan : “untuk lebih menjamin
objektivitas dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian
prestasi kerja”. Kemudian ditegaskan kembali dalam undang-undang
tersebut bilamana telah diadakan penilaian atas prestasi kerja dikenakan
ketentuan Pasal 22 sampai dengan Pasal 26 tentang pemberhentian
seorang pegawai negeri Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian.
Kemudian undang-undang tersebut dijabarkan secara teknis lagi
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1979 tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Selanjutnya untuk lebih
menjamin adanya keseragaman dalam pelaksanaannya, maka BAKN
mengeluarkan petunjuk teknis tentang pelaksanaan penilaian pekerjaan
pegawai negeri sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun
1979, berupa Surat Edaran BAKN Nomor 02/SE/1980 tentang Petunjuk
Pelaksanaan DP3 Pegawai Negeri Sipil. Serta Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil
karena : (a) Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil, sumpah/janji
jabatan negeri atau peraturan disiplin pegawai negeri sipil. (b) Dihukum
penjara, berdasarkan keputusan pengadilan.
Sedangkan pelaksanaan daripada pemberian sanksi kepada
pegawai negeri sipil yang melanggar disiplin berdasarkan ketentuan
daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 2008 tentang
Pendelegasian Wewenang Penjatuhan Hukuman Disiplin bagi Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Departemen Dalam Negeri diserahkan kepada
pejabat eselon I, eselon II, dan eselon IV yaitu pada Pasal 2 sampai
dengan Pasal 5.
Menurut J.H.A Logemann bahwa pegawai negeri sipil adalah tiap
pejabat yang mempunyai hubungan dinas publik dengan Negara.
Mengenai hubungan dinas publik ini terjadi jika seseorang mengikat
dirinya untuk tunduk pada pemerintah dan pemerintah melakukan suatu
atau beberapa bebrapa macam jabatan tertentu dengan mendapatkan
penghargaan berupa gaji dan beberapa keuntungan lain. Jadi, seseorang
yang mempunyai hubungan dinas publik dengan Negara, tidak akan
menolak atau menerima tanpa syarat pengangkatannya dalam suatu
jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah (Sudibyo Triatmodjo,
1983:27).
Pegawai Negeri Sipil baik pusat maupun daerah mempunyai
kewajiban setia dan taat pada pancasila dan UUD 1945, Negara
pemerintah serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan haknya adalah
mendapatkan gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan
dan tanggung jawabnya. Gaji pegawai negeri harus dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya sehingga ia dapat memusatkan perhatian,
pikiran dan tenaganya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan
kepadanya. Gaji pegawai yang diterima harus memacu produktivitas dan
menjamin kesejahteraan (Hanif Nurcholis, 2007: 250).
Setiap pegawai negeri sipil berhak memperoleh gaji yang layak
sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya menurut UndangUndang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal
7 menyatakan :
1. Gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan
tanggung jawabnya.
2. Gaji yang diterima oleh pegawai negeri harus mampu memacu
produktivitas dan menjamin kesejahteraan.
3. Gaji pegawai negeri yang adil dan layak sebagaimana
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Setiap pegawai negeri sipil wajib :
1. Setia dan taat pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Negara dan Pemerintah.
2. Menjaga perastuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya
dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
5. Menyimpan rahasia jabatan.
Merupakan suatu kebenaran apabila dikatakan bahwa sepanjang
sejarah, kedudukan dan peranan pegawai negeri sipil adalah sangat
penting dan menentukan, karena dia adalah salah satu pelaksanaan
pemerintahan untuk menyelenggarakan tugas-tugas pemerintah dan
melancarkan tugas-tugas pembangunan dalam rangka usaha mencapai
tujuan nasional (Sudibyo Triatmodjo, 1983:106).
Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat serta
profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas
Negara, pemerintahan dan pembangunan (Sudahak dan Suradji,
2003:5). Menurut Pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) menyatakan :
1. Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil.
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.
3. Disamping pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak
tetap.
Penerapan sanksi disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan
dan disampaikan secara lisan oleh pejabat yang berwenang menghukum
kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.
Apabila seorang atasan menegur bawahannya tetapi tidak dinyatakan
secara tegas sebagai hukuman disiplin, bukan hukuman disiplin.
Sedangkan hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis dinyatakan
dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran
disiplin.
Sanksi disiplin yang berupa pernyataan tidak puas dinyatakan dan
disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum
kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.
Apabila seorang atasan menegur bawahannya tetapi tidak dinyatakan
secara tegas sebagai hukuman disiplin, bukan hukuman disiplin.
Sedangkan hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis dinyatakan
dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran
disiplin.
Sanksi disiplin yang berupa pernyataan tidak puas dinyatakan dan
disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum
kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin. Maka
semua jenis hukuman disiplin ditetapkan dengan surat keputusan oleh
pejabat yang berwenang.
Sanksi disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala,
ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan untuk
paling lama 1 (satu) tahun. Masa penundaan kenaikan gaji tersebut
dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya. Selain itu juga,
penerapan sanksi dilakukan oleh pimpinan dengan beberapa tahapan
yaitu :
1. Apabila terdapat Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaksanakan
tugas, maka pimpinan memanggil secara kekeluargaan
maupun secara kedinasan dan ditanyakan apa penyebab atau
masalah yang dihadapi pegawai yang bersangkutan sehingga
tak menjalankan tugasnya dan dibantu dicarikan solusinya.
2. Dilanjutkan dengan peringatan secara lisan sebanyak 3 (tiga)
kali.
3. Kalau tidak ada perubahan, maka pimpinan melanjutkan
dengan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali.
4. Apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut tetap malas berkantor,
maka sanksi awal adalam pimpinan mengusulkan untuk
penahanan gaji berkala, dilanjutkan dengan penundaan
kenaikan pangkat, penurunan pangkat dan terakhir
mengusulkan untuk pemecatan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Sanksi disiplin yang berupa penurunan gaji sebesar satu kali
kenaikan gaji berkala, ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan dari untuk paling lama satu tahun. Setelah masa menjalani
hukuman disiplin tersebut selesai, maka gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan langsung kembali pada gaji pokok semula masa
penurunan gaji tersebut dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala
berikutnya.
Apabila dalam masa menjalani hukuman disiplin Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan memnuhi syarat-syarat untuk kenaikan gaji
berkala, maka kenaikan gaji berkala tersebut baru diberikan terhitung
mulai bulan berikutnya dari saat berakhirnya masa menjalani sanksi
disiplin.
Sanksi disiplin yang berupa penundaan kenaikan pangkat
ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan untuk
paling lama 1 (satu) tahun, terhitung mulai tanggal kenaikan pangkat
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat untuk dipertimbangkan.
Sedangkan sanksi disiplin yang berupa penurunan pangkat pada pangkat
yang setingkat lebih rendah, ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan, dan untuk paling lama 1(satu) tahun, setelah masa
menjalani hukuman disiplin penurunan pangkat selesai, maka pangkat
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dengan sendirinya kembali pada
pangkat yang semula.
Agar dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, maka karier Pegawai Negeri Sipil perlu
dikembangkan sesuai dengan kemampuannya. Para tahap pertama
Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan
organisasi Negara. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan
seorang pegawai negeri sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian
susunan kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
dan digunakan sebagai dasar penggajian. Jabatan dalam lingkungan
birokrasi pemerintahan adalah jabatan karir dibedakan menjadi jabatan
struktural dan jabatan fungsional.
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam
struktur organisasi. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang
tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi tapi dari sudut
fungsinya diperlukan oleh organisasi seperti dosen, peneliti, dokter dan
pustakawan.
Pangkat pegawai negeri sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi
kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta
syarat obyektif lain tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras,
atau golongan. Syarat obyektif lain adalah disiplin kerja. Kesetiaan,
pengabdian, pengalaman kerja, kerjasama, dan dapat dipercaya.
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara
dan abdi masyarakat berkewajiban mengangkat sumpah/janji yang
secara otentik diatur di dalam peraturan pemerintah dan hal tersebut
diatur lebih lanjut di dalam Surat Keputusan Gubernur Sulawesi
Tenggara yang memiliki wewenang untuk mengaturnya. Maka pegawai
negeri senantiasa mampu menaikan kualitas dirinya agar tugas-tugas
yang dipercayakan kepadanya dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya,
sehingga apa yang kita harapkan penerapan sanksi disiplin terhadap
kehadiran pegawai negeri sipil pada lingkup pemerintah kota kendari
masih jauh dari harapan.
Sanksi pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil daerah adalah
sebagai berikut :
1. Peringatan lisan sebanyak 3 (tiga) kali.
2. Peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali.
3. Penundaan Gaji Berkala.
4. Penundaan Kenaikan Pangkat.
5. Penurunan Pangkat.
6. Pemecatan.
Namun sanksi yang diterapkan terhadap pelanggaran disiplin
dalam hal kehadiran kerja barulah sebatas peringatan lisan, peringkatan
tertulis dan penahanan gaji berkala. Akan tetapi penerapan sanksi masih
dilakukan secara terbatas yakni diterapkan pada staf atau pegawai
honorer.
Hukuman yang dapat dijatuhkan sebagai sanksi terhadap
pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil ialah teguran lisan, teguran
tertulis, pernyataan tidak puas, penundaan kenaikan gaji berkala,
penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pemindahan sebagai
hukuman, pembebasan tugas, dan pemberhentian.
Selain dari pada keharusan, larangan, sanksi dalam peraturan
disiplin pegawai negeri sipil juga diatur tentang pejabat yang berwenang
menjatuhkan
hukuman
disiplin
dan
tatacara
mengajukkan
keberatan/pembelaan, apabila seorang pegawai negeri sipil tidak
menerima disiplin yang dijatuhkan kepadanya, antara lain:
1. Tingkat dan jenis hukuman disiplin
a. Tingkat hukuman terdiri dari :
1) Hukuman disiplin ringan.
2) Hukuman disiplin sedang.
3) Hukuman disiplin berat.
b. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :
1) Teguran lisan.
2) Teguran tertulis.
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
c. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :
1) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun.
2) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala
untuk paling lama 1 (satu) tahun.
3) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu)
tahun.
d. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
1) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih
rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun.
2) Pembebasan dari jabatan.
3) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
4) Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil.
2. Pelanggaran Disiplin.
Secara ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai negeri sipil yang
melanggar ketentuan peraturan disiplin (kewajiban dan
larangan) adalah pelanggaran disiplin.
a. Ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan
atau dapat didengar oleh orang lain, seperti dalam rapat,
ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman
atau alat komunikasi lainnya.
b. Tulisan adalah pernyataan pikiran dan atau perasaan secara
tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk
gambar, karikatur, coretan dari lain-lainnya yang serupa
dengan itu.
c. Perubahan adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan
dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat
yang berwenang menghukum.
3. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS)
a. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat karena
meninggal dunia.
b. Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat
karena :
1) Atas permintaan sendiri.
2) Mencapai batas usia pensiun.
3) Perampingan organisasi pemerintah atau
4. Tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai pegawai negeri sipil.
Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat diberhentikan dengan
hormat atau diberhentikan karena :
1. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan
sumpah/janji jabatan selain pelanggaran sumpah/janji
pegawai negeri sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak
setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
dan Pemerintah atau ;
2. Di hukum penjara atau kurangan berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.
a. Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat
karena :
1) Di hukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang telah
melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya 4 (empat) tahun atau lebih atau;
2) Melakukan pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil
tingkat berat.
b. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan tidak hormat
karena :
1) Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan
sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan
Pemerintah.
2) Melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara,
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat
dalam kegiatan yang menentang Negara dan
pemerintah.
3) Di hukum penjara atau kurangan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekeuatan hokum
yang tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang
ada hubungannya dengan jabatan.
c. Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh
pejabat yang berwenang karena disangka tleh melakukan
tindak pidana kejahatan sampai mendapat putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap, dikenakan pemberhentian sementara.
d. Pemberhentian karena meninggalkan tugas :
1. Pegawai Negeri Sipil meninggalkan tugasnya secara
tidak syah delam waktu 2 (dua) bulan terus menerus,
diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.
2. Pegawai Negeri Sipil meninggalkan tugasnya secara
tidak sah dalam waktu 6 (enam) bulan terus menerus,
diberhentikan tidak dengan hormat.
e. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan dirinya
kembali ke instansi induknya setelah menjalani cuti diluar
tanggungan Negara, diberhentikan dengan hormat
sebagai pegawai negeri sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran Pasal 3 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 45 tahun 1990 sebelum ada keputusan pejabat yang
bersangkutan tidak boleh melakukan perceraian, tetapi si A tetap
melakukan perceraian sebelum ada keputusan Pengadilan Agama.
Kemudian si A kawin dengan laki-laki lain yang berstatus suami dari
perempuan B. Oleh karena itu perempuan A sesuai Pasal 4 ayat 2
Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 45 tahun 1990 diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil karena si A diberhentikan tidak dengan hormat
maka dia mengajukan keberatan ke Badan Pertimbangan Kepegawaian
(BAPEK) di Jakarta. Tahapan pengajuan keberatan pegawai negeri sipil
ke BAPEK :
1. Pegawai Negeri Sipil A harus membuat surat keberatan kepada
pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal ini Gubernur sebab
sesuai pasal 15 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun
1980 tentang disiplin pegawai negeri sipil menyebutkan bahwa
tenggang waktu keberatan atas hukuman disiplin dengan
hormat atau tidak dengan hormat adalah 14 (empat belas)
hari.
2. Kemudian pejabat Pembina Kepegawaian memberikan jawaban
atas keberatan yang diajukan oleh pegawai negeri sipil atas
hukuman disiplinnya tersebut.
3. Jawaban atas keberatan dari pejabat Pembina Kepegawaian
dikirim ke Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK) untuk
mendapatkan putusan.
4. Kemudian BAPEK bersidang untuk memutuskan hukuman
disiplinnya, apakah sudah sesuai dengan pelanggaran
disiplinya.
5. Dan
BAPEK
dalam
memutuskan,
mempertimbangkan
pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil yang keberatan tadi
dapat melakukan 2 (dua) hal :
a. Dapat merubah hukuman disiplinya.
b. Menguatkan hukuman yang telah dijatuhkan oleh pejabat
Pembina Kepegawaian. Hal ini sesuai dengan amanah
Keputusan Presiden Nomor 67 tahun 1980 tentang Badan
Pertimbangan Kepegawaian.
Pemberian sanksi mutlak harus diberikan pada pegawai negeri
sipil karena sesuai dengan pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 30
tahun 1980 menyebutkan pegawai negeri sipil adalah unsur aparatur
Negara, abdi masyarakat. Sehingga seorang pegawai negeri sipil
bilamana mendapatkan suatu bentuk ketidak adilan dari tempat ia
bekerja ataupun karena mendapatkan suatu peristiwa hukum di
lingkungannya, maka seorang pegawai negeri sipil dapat di ajukan
maupun mengajukan keberatannya ke Peradilan Tata Usaha Negara
(Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1979) tentang Pemberhentian
Putusan Pejabat Pembina Kepegawaian.
Apabila putusan berupa sanksi yang dikeluarkan kepada seorang
pegawai negeri sipil ternyata tidak diterima maka pegawai negeri sipil
tersebut dapat melakukan gugat balik ke PTUN. Pegawai Negeri Sipil
yang mengajukan keberatan yaitu pegawai negeri sipil yang
diberhentikan dengan hormat dan tidak dengan hormat. Sementara
penurunan pangkat tidak bisa mengajukan keberatan karena obyek
pelanggarannya sudah jelas, misalnya pegawai negeri sipil yang tidak
melaksanakan tugas 2 (dua) bulan berturut-turut.
Kemudian menurut Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara mengenai disiplin pegawai negeri sipil, yang
dimaksud dengan peraturan disiplin pegawai negeri sipil adalah
peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila
kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh pegawai negeri sipil.
Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan
pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan pegawai
negeri sipil baik yang dilakukan di dalam maupun di luar kerja.
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada pegawai
negeri sipil karena melanggar peraturan disiplin pegawai negeri sipil.
Pejabat berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang
menjatuhkan hukuman disiplin pegawai negeri sipil. Alasan pejabat yang
berwenang menghukum atas perintah kedinasan adalah perintah yang
diberikan oleh atasan yang berwenang mengenai atau yang ada
hubungannya dengan kedinasan, serta dimaksud peraturan kedinasan
adalah peraturan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
mengenai kedinasan atau yang ada hubungannya dengan kedinasan.
KESIMPULAN
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-pokok Kepegawaian, yang dimaksud dengan pegawai
Negara adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan serahi tugas dalam suatu jabatan Negara, atau diserahi
tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.
Pegawai Negara sebagai aparatur Negara, abdi Negara dan abdi
masyarakat yang berfungsi menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan. Dalam hal ini kedudukan pegawai Negara menjadi sangat
penting, sebab lancar dan tidak lancarnya pemerintahan dan
pembangunan Negara tidak lepas dari peranan dan keikutsertaan
pegawai Negara.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pegawai Negara merupakan tulang
punggung pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan untuk mencapai tujuan pembukaan UUD 1945 yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sebagai abdi masyarakat mempunyai peran yang penting dalam
rangka usaha mencapai tujuan Nasional dan menciptakan masyarakat
madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis makmur,
adil dan bermoral tinggi yang menyelenggarakan pelayanan secara adil
dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh
kesetiaan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pegawai Negeri mempunyai peranan penting sebaba pegawai
negeri merupakan unsur aparatur Negara untuk menyelenggarakan
pemerintah dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Negara
kita, seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpa darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
melaksanakan ketertiban dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmah Ghufron dan Sudarsono, 1991. Hukum Kepegawaian di
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Abdul Latief, 2006. Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan
(Beleldsregel) pada pemerintahan Daerah, Ull
Jogyakarta Press, Jogyakarta.
Amiroedin Syarif, 1987. Perundang-undangan, Dasar, Jenis dan
Teknik Pembuatannya, Bina Aksara, Jakarta.
Aos Kuswandi, 2004. Pelaksanaan Fungsi Legislatif dan Dinamika
Politik DPRD, Laboratorium Ilmu Pemerintahan FISIP
Unisma, Jakarta.
A Hamid Attamimi, 1992. Teori Perundang-undangan Indonesia,
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Fak Hukum
UI, 25 April, Jakarta.
Anna Erliyana, 2005. Keputusan Presiden Analisis Keppres RI
1987-1998, Program Pasca Sarjana FH UI, Jakarta.
Bagir Manan, 1992. Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia,
Ind.Hill.Co Jakarta.
Bagir Manan, 1994. Pemahaman Mengenal Sistem Hukum
Nasional, Pasca Sarjana UNPAD, Bandung.
Bagir Manan, 1993. Sistem Perundang-undangan Indonesia, BPHn
Dep Kehakiman, Jakarta.
BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, 2000. Pokok-pokok Hukum dan
Administrasi Negara, Liberty, jogyakarta.
Darama Kusuma, 2002. Merubah Perilaku Birokrasi Pada
Organisasi Pemerintah Daerah, Orasi Ilmiah Dalam
Rangka Dies Natalis XII Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri, Jatinangor, Bandung.
E Koswara, 2001. Otonomi Daerah Untuk Demokrasi dan
Kemandirian Rakyat, PT Sembrani Aksara Nusantara,
Jakarta.
Ermaya Suradinata, 1998. Manajemen Pemerintahan dan Otonomi
Daerah, CV Ramadan Bandung.
Hanif Nurcholis, 2007. Teori dan Praktek Pemerintahan dan
Otonomi Daerah, Grasindo, Jakarta.
HAW Widjaja, 2002. Otonomi Daerah dan Otonomi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Hardijanto, 2000. Pemberdayaan Aparatur Negara Menuju Good
Governance, Makalah di sampaikan pada TOT Pengadaan
barang/Jasa Menuju Good Governance.
Inu Kencana Syafie, 1999. Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta,
Bandung.
Josef Riwu Kalo, 2001. Prospek Otonomi Daerah di Negara
Republik Indonesia, Identifikasi Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Penyelenggaraannya, Raja Grafindo Pustaka,
Jakarta.
J Salusu, 1996. Pengambilan Keputusan Startejik Untuk
Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, PT
Gramedia, Jakarta.
Philipus M. Hadjo, dkk, 1999. Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia, Gadjah Mada University Press, Jogyakarta.
Sudibyo Triatmodjo. 1983, Hukum Kepegawaian Mengenai
Kedudukan Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Suhadak dan Surajdi. 2003, Administrasi Kepegawaian Negara,
Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III, Jakarta.
Supardan Modeong. 2003, Teknik Perundang-undangan di
Indonesia, Perca, Jakarta.
Solly Lubis, 1995. Landasan dan Teknik Perundang-undangan,
Mandar Maju, Bandung.
Soejono, 2001. Manajemen Pemerintahan Suatu Pemikiran Dalam
Era Supremasi Hukum, Mimbar, Semarang.
Soenobo Wirjosoegito, 2004. Proses dan Perencanaan Peraturan
Perundangan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
A. Dampak Penerapan Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara
Menurut J.B. Sumarlin menyatakan, bahwa agar pegawai negeri
sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil
guna, maka pembinaan harus diarahkan untuk menjamin (Sudibyo
Triatmodjo, 1983:93).
1. Agar satua organisasi lembaga pemerintah mempunyai jumlah dan mutu
pegawai yang rasional berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang
dibebankan kepadanya.
2. Pembinaan yang terintegrasi terhadap seluruh pegawai negeri sipil
artinya bahwa terhadap semua pegawai negeri sipil berlaku ketentuan
yang sama.
3. Pembinaan pegawai negeri atas dasar sistem karir dan sistem prestasi
kerja.
4. Pengembangan system pengajian yang mengarah pada penghargaan
terhadap prestasi dan besarnya tanguung jawab.
5. Melaksanakan tindakan korektif yang tegas terhadap pegawai yang
nyata-nyata melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum dan
norma-norma kepegawaian.
6. Penyempurnaan sistem administrasi kepegawaian dan sistem
pengawasannya.
7. Pembinaan kesetiaan dan ketaatan penuh pegawai negeri terhadap
Negara dan Pemerintah.
Dengan demikian dalam jabatan harus berdasarkan pada sistem prestasi
kerja yang didasarkan atas penilaian obyektif terhadap prestasi,
kompetensi dan pelatihan pegawai negeri sipil. Dalam pembinaan
kenaikan pangkat disamping berdasarkan sistem prestasi kerja juga
diperhatikan sistem karier.
BAB V
PENUTUP
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para Kepala
Daerah Provinsi adalah merupakan tuntutan masyarakat yang dapat
terwujud apabila dapat terciptanya suatu sistem pemerintahan yang
baik, dimana secara utuh dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan
Negara yang efesien dan efektif dengan menjaga sinergi yang
konstruktif di antara pemerintah sektor swasta dan masyarakat yang
bermuara pada terciptanya pemerintahan yang baik.
Oleh karena itu perubahan perilaku birokrasi sangat diperlukan,
karena penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 sejalan dengan konsep Good Governance sebagai
domain pemerintahan yang baik antara lain :
1. Menekankan penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan
pada peraturan perundang-undangan.
2. Kebijakan publik yang transparansi.
3. Adanya partisipasi masyarakat dan akuntabilitas publik.
Paradigma kepemerintahan yang baik, Good Governance
memperhatikan tiga domain yang bersinergi yakni antara sector public,
swasta dan masyarakat. Sesuai dengan paradigma kepemerintahan yang
baik, maka hubungan kerja pada sektor pemerintahan tidak lagi bersifat
hirarkhis (sistem koordinasi dari bawah ke atas ataupun sebaliknya)
tetapi menjadi heterarkhis, artinya penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan dengan memperhatikan hubungan dari tiga domain
kepemerintahan yang baik. Untuk dapat mewujudkan pemerintahan
yang baik menurut Hardjianto (2000:2), beberapa prinsip dasar yang
harus diperhatikan antara lain :
1. Prinsip Kepastian Hukum.
a. Sistem hukum yang benar dan adil, meliputi hukum Nasional
hukum adat dan etika kemasyarakatan.
b. Pemberdayaan pranata hukum, meliputi Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan.
c. Desentralisasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan,
pengambilan keputusan public dan lain-lain yang berhubungan
dengan kepentingan masyarakat luas.
d. Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh DPR, dunia pers dan
masyarakat umum secara transparansi, adil dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Prinsip Keterbukaan
a. Menumbuhkan iklim yang kondusif bagi terlaksananya asa
desentralisasi dan transparansi.
b. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup
layak, hak akan rasa aman dan nyaman, persamaan kedudukan
dalam hukum dan lain-lain.
c. Memberikan informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif.
3. Prinsip Akuntabilitas
a. Prosedur dan mekanisme kerja yang jelas, tepat dan benar, yang
diatur
dalam
peraturan
perundang-undangan
dengan
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
b. Mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja, terutama yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum.
c. Memberikan sanksi yang tegas aparat yang melanggar hukum.
4. Prinsip Profesionalisme
a. Sumber daya manusia yang memiliki profesionalitas dan kapabilitas
yang memadai, netral serta dukungan dengan etika dan moral
sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
b. Memiliki kemampuan kompetensi dank ode etik sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Memodernisasi Administrasi Negara dengan mengaplikasikan
teknologi telekomunikasi dan informatika yang tepat guna.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang memenuhi syarat Good Governance yang
dikemukakan oleh Team Work Lapera (2001:93) sebagai berikut :
1. Akuntabilitas, maksudnya adalah bisa dibaca rakyat dan
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat melalui indicator
atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh rakyat sendiri.
2. Transparansi, maksudnya segala kegiatan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah bersifat terbuka, bisa diketahui atau
diakses oleh masyarakat. Keputusan diambil dengan
melibatkan masyarakat, memungkinkan adanya ide-ide atau
aspirasi masyarakat.
3. Kejujuran, maksudnya adalah adanya kejujuran dari
pemerintah dalam melakukan atau menyelenggarakan
pemerintahan.
4. Kesetaraan, dalam pelayanan non diskriminasi atau tidak
membeda-bedakan dalam proses pelayanannya.
5. Keterlibatan, masyarakat dalam seluruh tahap proses
penyelenggaraan mulai dari perencanaan sampai dengan
distribusi hasil-hasil permbangunan.
6. Konstitusional, berjalan di atas aturan yang ada dan senantiasa
menegakkan hukum.
7. Pengambilan keputusan, mengedepankan musyawarah agar
keputusan yang diambil tidak merugikan masyarakat.
FUNGSI DAN KEDUDUKAN KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI
Pengaturan dalam semua undang-undang tentang pemerintahan
daearh membuat peranan kepala daerah sangat strategis, karena kepala
daerah merupakan komponen signifikan bagi keberhasilan pembangunan
nasional, sebab pemerintahan daerah merupakan subsistem dari
pemerintahan nasional atau Negara. Efektifitas pemerintahan Negara
tergantung pada efektifitas penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Keberhasilan kepemimpinan di daerah menentukan kesuksesan
kepemimpinan nasional.
Dari tinjauan organisasi dan manajemen kepala daerah merupakan
figure atau menejer yang menentukan efektifitas pencapaian tujuan
organisasi pemerintahan daerah. Proses pemerintahan di daerah secara
sinergis di tentukan oleh sejauh mana efektifitas peran yang di mainkan
oleh kepala daerah. Dalam kata lain, arah dan tujuan organisasi
pemerintahan daerah di tentukan oleh kemampuan, kompetensi dan
akapabilitas kepala daerah dalam melaksanakan fungsi-fungsi
administrasi/manejerial, kepemimpinan, pembinaan dan pelayanan, serta
tugas-tugas lain yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab Kepala
Daerah.
Dalam pendekatan pelayanan, Kepala Daerah juga merupakan
komponen strategi dalam mengupayakan terwujudnya pelayanan yang
berkualitas, baik pelayanan internal dalam organisasi maupun pelayanan
eksternal kepada masyarakat. Kepemimpinan Kepala Daerah yang
menerapkan pola dan strategi mendengarkan, merasakan menanggapi
dan mewujudkan keinginan, aspirasi, tuntutan dan kepentingan
masyarakat dan tuntutan organisasi, merupakan kekuatan dalam upaya
mewujudkan tujuan organisasi dan peningkatan kehidupan serta
kesejahteraan masyarakat.
Kepala daerah sebagai puncak suatu piramida hiearkhi
administrative memiliki peranan dalam menjalankan keseluruhan
peraturan daerah yang dibuat bagi pemerintah daerah yang lebih tinggi
atau badan perwakilan daerah . Dengan demikian ia mempunyai hak dan
kewajiban untuk membuat keputusan yang diperlukan untuk
menjalankan peraturan dari unit pemerintahan yang lebih tinggi.
Begitu strategisnya kedudukan dan peran Kepala Daerah dalam
sistem pemerintahan, sehingga seorang Kepala Daerah harus
menerapkan pola kegiatan yang dinamik, aktif serta komunikatif,
menerapkan pola kekuasaan yang tepat maupun pola perilaku
kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang
dipengaruhi oleh latar belakang individual masing-masing kepala daerah.
Dengan kepemimpinan yang efektif, Kepala Daerah yang diharapkan
dapat menerapkan dan menyesuaikan dengan paradigma baru otonomi
daerah, di tengah-tengah lingkungan strategi yang terus berubah seperti
reinventing government (pemerintahan yang memiliki visi dan misi),
akuntabilitas, serta good governance (pemerintahan yang baik).
Setiap Kepala Daerah yang memimpin organisasi pemerintahan
daerah perlu memahami bahwa otonomi daerah adalah suatu instrument
politik dan instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk
mengoptimalkan sumber daya local sehingga dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya demi kemajuan masyarakat di daerah terutama
menghadapi tantangan global, mendorong pemberdayaan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dalam kreatifitas, meningkatkan peran serta
masyarakat dan mengembangkan demokrasi maupun sebagai alat
pemerintah daerah. Sebagai alat pemerintah pusat. Kepala Daerah
memegang pimpinan kebijaksanaan politik di daeranya dengan
mengindahkan wewenang yang ada pada pejabat-pejabat sebagaimana
diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai kepala
eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala
Daerah Provinsi di sebut Gubernur yang karena jabatannya adalah juga
sebagai Wakil Pemerintah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati,
sedangkan Kepala Daerah Kota disebut Walikota. Dalam menjalankan
tugas dan kewenangan selaku kepala daerah,kepala daerah bertanggung
jawab kepada DPRD Kabupaten/kota.
Dalam menjalankan pemerintahan, kepala daerah mempunyai
kewajiban untuk ;
1) Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai cita-cita proklamasi kemerdekaan
17 Agustus1945.
2) Memegang teguh pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
3) Menghormati kedaulatan rakyat
4) Menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan
5) Meningkatkan taraf kesejahteraan dan ketertiban masyarakat
6) Mengajukan rancangan peraturan daerah dan menetapkannya
sebagai peraturan Daerah bersama DPRD.
Kepala daerah memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, kepala Daerah bertanggung
jawab kepada DPRD. Kepala daerah wajib menyampaikan laporan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah kepada Presiden melalui menteri
dalam negeri dengan tembusan kepada gubernur bagi kepala daerah
kabupaten dan daerah kota,sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun,tetapi jika dipandang perlu oleh kepala daerah apabila di minta
presiden.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tugas dan fungsi kepala
daerah telah diatur dengan peraturan pelaksanaan, yang apabila
diidentifikasi, terdapat 2 kriteria tugas dan kewajiban yaitu (1) tugas
administrasi/manajerial dan (2) tugas manajer public.
Ketentuan yang mengatur mengenai Kepala Daerah telah
dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 25 dan 27, bahwa Kepala Daerah
mempunyai tugas dan kewajiban, antara lain :
Pasal 25, Kepala Daerah mempunyai tugas :
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.
2. Mengajukan rancangan perda.
3. Menetapkan perda yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD.
4. Menyusun dan mengajukan rancangan perda tentang APBD
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
5. Mengupayakan daerahnya di dalam dan di luar pengadilan dan
dapat menunjukkan kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 27 Kepala Daerah mempunyai kewenangan :
1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 serta
memepertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
4. Melaksanakan kehidupan demokrasi.
5. Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan.
6. Menjaga
etika
dan
norma
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan daerah memajukan dan mengembangkan daya
saing daerah.
7. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik.
8. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangan daerah.
9. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertical
daerah dan sesuai perangkat daerah.
10. Menyampaikan
rencana
strategis
penyelenggaraan
pemerintahan daerah di hadapan rapat paripurna DPRD.
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BAIK
1). Landasan Filosofis.
Dasar berlakunya secara filosofis (filisofische groundslag)
menurut Bagir Manan (1992:3), jika berlakunya suatu perundangundangan mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
atau cita hukum menurut penjelasan UUD 1945. Atau Perundangundangan itu rumusan atau norma-normanya mendapatkan
pembenaran dikaji secara filosofis. Artinya ia mempunyai alas an
yang dapat dibenarkan apabila dipikirkan secara mendalam.
Peraturan perundang-undangan (hukum tertulis) di Indonesia
adalah merupakan satu kesatuan system norma yang bersumber dari
berbagi paham dan sisitem hukum yang ada. Indonesia memiliki
system hukum asli yang spesifik yaitu hukum adat dan hukum
kebiasaan yang bersumber dari hukum asing. Setiap bangsa memiliki
system hukum sendiri, bahkan setiap daerah dan kelompok
masyarakat hukumnya, memiliki pula sistem hokum tersendiri.
Dimana ada masyarakat di situ ada hukum (ibi societes ubi ius).
2). Landasan Sosiologis.
Suatu Peraturan perundang-undangan diaktakan mempunyai
landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan
kebutuhan, keyakinan dan kesadaran hukum masyarakat (Amiroedin
Syarif, 1987:92). Hal ini berarti peratruran perundang-undangan
yang dibuat harus dipahami oleh masyarakat sesuai dengan
kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan. Karena membuat
suatu aturan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, keyakinan dan
kesadaran masyarakat tidak akan ada artinya dan tidak mungkin
dapat diterapkan karena tidak akan dipatuhi atau ditaati.
Dengan demikian, rancangan peraturan tersebut sudah
berorientasi pada kepentingan masa depan seluruh lapisan
masyarakat yang mencapai tujuan daripada hukum yaitu
kesejahteraan, kebahagiaan dan kesentosaan (Supardan Modeong,
2003:53).
Kemudian Bagir Manan (1992:3) menyatakan bahwa dasar
berlakunya secara sosiologis (sociologische groundslag). Suatu
peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai dasar berlaku
secara sosiologis jika berlakunyatidak hanya karena paksaan
penguasa, tetapi juga karena diterima masyarakat, artinya
ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau
kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar perundangundangan yang dibuat ditaati oleh masyarakat agar tidak menjadi
huruf-huruf yang mati belaka.
3). Landasan Yuridis.
Landasan Yuridis atau landasan hukum yang menjadi landasan
dalam pembuatan peraturan perundang-undangan adalah peraturan
atau sederajat peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
menjadi dasar kewenangan. Dari sini akan diketahui apakah seorang
pejabat atau badan mempunyai kewenangan membentuk peraturan
itu atau apakah putusan yang diatur itu berada di bawah
kewenangan mengatur badan itu.
Tanpa disebutkan peraturan perundang-undangan seorang
pejabat atau suatu jabatan atau suatu lembaga adalah tidak
berwenang mengeluarkan peraturan.
Bagir Manan (1994: 1415), mengemukakan bahwa dasar yuridis sangat penting dalam
pembuatan
peraturan
perundang-undangan
karena
akan
menunjukkan :
a. Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan
perundang-undangan. Setiap peraturan perundangundangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang
berwenang.
b. Keharusan ada kesesuaian bentuk atau jenis peraturan
perundang-undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat.
c. Keharusan mengikuti tata cara tertentu. Apabila tata cara
tersebut tidak diikuti, peraturan perundang-undangan
mungkin batal demi hukum atau tidak/belum mempunyai
kekuatan hukum mengikat.
d. Keharusan tidak bertentangan dengan suatu peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
Suatu Undang-undang tidak boleh mengandung kaidah
yang bertentangan dengan UUD 1945.
Lebih lanjut lagi, Bagir Manan (1992:3), menyatakan bahwa
dasar berlakunya secara yuridis (rechtsground). Suatu peraturan
perundang-undangan dikatakan mempunyai dasar berlakunya secara
yuridis jika ada kesesuaian bentuk dan jenis peraturan perundangundangan dengan materi yang diatur dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam yaitu :
1. Landasan yuridis yang beraspek formal, adalah
ketentuan-ketentuan
hukum
yang
memberikan
kewenangan kepada badan pembentuknya.
2. Landasan yuridis material, adalah ketentuan-ketentuan
hukum tentang masalah atau persoalan apa yang harus
diatur.
4). Landasan Politis
Hukum sebagai produk politik adalah merupakan anggapan
yang benar. Norma peraturan perundang-undangan harus
berlandaskan pada haluan politik pemerintah yang disebut dengan
garis-garis besar haluan Negara. Sebagai implementasi yuridis dalam
penerapan
landasan
politis
secara
kontekstual
haruslah
mencantumkan mengenai dasar hukumnya (konsederan mengingat).
Hal ini adalah merupakan landasan politis daripada peraturan
perundang-undangan yang akan dibuat serta menunjukkan lembaga
politik yang memilki kewenangan untuk mengeluarkan ataupun
menyusun daripada suatu perundang-undangan yang mana harus
menuliskan secara utuh maupun keseluruhan dari jenis peraturan
tersebut.
Hal ini juga tidak boleh diabaikan adalah keharusan untuk
senantiasa menuliskan tahun dan nomor pengundangan baik pada
lembaran Negara untuk peraturan perundang-undangan nasional,
amupun lembaran Negara daerah untuk peraturan daerah dan
keputusan kepala daerah yang bersifat mengatur (regeling).
Download