Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Dan

advertisement
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Dan
Pengurangan Bilangan Dua Angka Menggunakan Alat Peraga
di Kelas I SD GKST Hanggira
Nitaleni Mentara, Dasa Ismaimuza dan Anggraini
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Masalah yang paling mendasar dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Peneliti menggunakan media alat peraga
dalam pembelajaran. Penggunaan alat peraga ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas I SD GKST Hanggira pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan dua angka. Desain penelitian adalah peneltian tindakan
kelas yang dikemukakan oleh Arikunto yang terdiri atas empat komponen yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Subyek
penelitian ini adalah para siswa kelas I SD GKST Hanggira dan dilaksanakan
dalam dua siklus. Hasil observasi siklus I materi penjumlahan bilangan dua angka
menunjukkan bahwa partisipasi siswa masih digolongkan pada kategori kurang
sedangkan aktivitas guru telah berada pada kategori baik. Dari hasil tes akhir pada
siklus I diperoleh hasil tuntas belajar klasikal 60%. Pada observasi siklus II materi
pengurangan bilangan dua angka terlihat bahwa partisipasi siswa telah
digolongkan pada kategori baik sedangkan aktivitas guru telah berada pada
kategori sangat baik. Hasil tes akhir siklus II diperoleh tuntas belajar klasikal
93,33%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD GKST Hanggira
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
Kata Kunci: Alat Peraga, Hasil Belajar Siswa, Penjumlahan dan Pengurangan,
Bilangan Dua Angka.
I. PENDAHULUAN
Dalam sekolah keberadaan guru sangatlah vital. Hal ini disebabkan karena
bila dalam sekolah tanpa ada guru maka proses pendidikan tidak akan dapat
berlangsung atau terlaksana. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak
diwujudkan dengan adanya kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan
karena kedudukannya sebagai pengelola pendidikan diantara siwa-siswa dalam
kelas.
274
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Ternyata pembelajaran di kelas I mata pelajaran Matematika kurang
memuaskan hasilnya. Melihat realita di atas bahwa proses pembelajaran selama
ini yang berlangsung di kelas belum memenuhi harapan guru, siswa dan sekolah.
Hal ini karena guru dalam menyampaikan materi hanya monoton saja, sehingga
membuat siswa bosan.
Setelah menelaah proses pembelajaran yang sudah berlangsung dan sudah
dilaksanakan dan diuraikan di atas maka permasalahan terletak pada guru sebagai
penyaji
materi.
Permasalahan–permasalah
itu
sebagai
berikut:
Tujuan
pembelajaran belum tercapai karena guru kurang menguasai materi; Alat/media
yang digunakan guru kurang sesuai atau kurang tepat dan siswa pasif karena guru
dalam penyampaian materi kurang memakai metode yang bervariasi dan keaktifan
anak kurang karena kegiatan hanya berpusat pada guru.
Kemampuan siswa kelas I SD GKST Hanggira pada materi penjumlahan
dan pengurangan dua angka belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan yaitu 65% dan nilai tuntas belajar 75%. Hal ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dari 15 siswa kelas I SD GKST Hanggira, hanya 3 anak yang
berhasil tuntas belajar. Hal ini berarti, ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai
20%.
Dengan memperhatikan nilai ulangan siswa yang rendah di atas, maka
untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi pelajaran tersebut, guru
harus melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan
proses perbaikan pembelajaran serta dilakukan observasi maupun diskusi
observasi dengan teman sejawat.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai pengajar dan pendidik di SD
GKST Hanggira dan melihat hasil ulangan dan tingkat penguasaan siswa terhadap
materi matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka
masih rendah, maka penulis mengadakan penelitian dalam rangka memecahkan
masalah tersebut diatas.
Pengertian Belajar
Masalah belajar adalah masalah yang pelik dan kompleks, sehingga tiada
seorang ahlipun yang dapat membahas secara tuntas dan sempurna. Hal yang
275
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
sewajarnya apabila antara pakar yang satu dengan yang lain mempunyai
perbedaan pendapat dalam mengemukakan definisi tentang belajar meskipun
bukan perbedaan yang mendasar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi
tentang belajar sebagai berikut:
1) Menurut Lester D. Crow and Crow (1956:215) dalam Slameto (2003:3):
“Learning is a modification of behavior accompanying growth processes that
are brought about through adjusment to tensions initiated through sensory
stimulation”.
Artinya: “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses
pertumbuhan yang semua itu disebabkan melalui penyesuaian terhadap
keadaan yang diawali lewat rangsangan panca indera”. Dalam hal ini seorang
yang belajar akan mendapatkan perubahan tingkah laku yang sesuai dengan
proses pertumbuhan yang dimiliki anak tersebut akibat adanya penyesuaian
diri oleh anak terhadap apa yang telah dipelajarinya.
2) Menurut Slameto (2003:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli tersebut dapat
disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang relatif permanen yang meliputi pengetahuan (kognitif), nilai
dan sikap (afektif), serta keterampilan (psikomotor) sebagai hasil pengalaman,
latihan dan interaksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan
suatu cerminan atau kesimpulan yang mantap pada penampilan atau tingkah laku
potensial dengan akibat dari praktek pengalaman situasi pada masa lalu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: (Sutopo, 1997:41-42)
 Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
276
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
 Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa atau yang sering
dikenal dengan faktor sosial.
 Faktor Situasional.
Pembelajaran
a. Pengertian Mengajar
Mengajar adalah menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan
pandangan
(Rooijakkers,
1982:1).
Mengajar
adalah
suatu
kegiatan
mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Sulistriyo, 1997:1).
b. Jenis-jenis metode pembelajaran
Banyak jenis metode pengajar yang ada dalam dunia pendidikan, yaitu antara
lain: (Syaiful Sagala, 2005:261)
 Metode Ceramah.
 Metode Diskusi dan Musyawarah.
 Metode Tanya Jawab.
 Metode pemberian tugas dan resitasi.
 Metode Karya Wisata.
 Metode Demonstrasi dan Alat Peraga.
 Metode Problem Solving.
 Metode Discovery-Inquiry.
 Metode Role Playing.
 Metode belajar atau paket berdasar kompetensi.
c. Faktor-faktor dalam memilih metode pembelajaran
Agar dalam memilih jenis metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan
tujuan pengajaran maka guru haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Tujuan yang hendak dicapai.
 Siswa.
 Bahan Pelajaran.
 Fasilitas yang tersedia.
 Guru.
277
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
 Kebaikan dan kelemahan metode tertentu.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti (Hamalik, 1992). Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar
dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu antara lain:
a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam (6) aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian.
b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda.
Berdasarkan pengertian di atas, maka hasil belajar merupakan hasil
dari
kegiatan
pembelajaran
yang
telah
dilakukan
siswa
dengan
menggunakan bantuan pengajaran antara siswa dengan guru maupun siswa
tanpa guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor
dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi,
perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar
yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun
faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman
konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
c. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses.
Belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang
diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang
dicapai siswa.
278
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Pembelajaran dengan Alat Peraga
a.
Pengertian Alat Peraga
Pembelajaran dengan alat peraga, maksudnya adalah cara yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat bantu
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu manfaat yang dapat
diperoleh dari pembelajaran dengan alat bantu adalah memudahkan guru dan
siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
Alat peraga akan sangat mudah sekali penggunaanya apabila dipersiapkan,
dirancang dan dipergunakan sebagai alat bantu sendiri. Dalam pembuatan alat
peraga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, untuk memilih,
mempersiapkan bahan, pengayaan atau penjelasan. Pergunakan kesempatan yang
baik dalam menggunakan alat peraga sehingga ada respon yang positif dari siswa,
sehingga dapat melatih daya pikir dan perkembangan siswa. Namun demikian
manfaat lain dari alat peraga bisa dipergunakan dilain waktu atau apabila materi
pembahasan sama.
b.
Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran meliputi yang berupa sarana, prasarana, dan fasilitas
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran kepada
subyek didik untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan
efektifitas dalam proses pembelajaran. Berdasarkan klasifikasinya, maka jenisjenis media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: (1)
Media Grafis, (2) media Gambar dan Ilustrasi Fotografi, (3) Media Bendanya, (4)
Media Proyeksi, dan (5) Media Audio.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran perlu persiapan yang
cukup. Kesalahan yang sering terjadi ialah timbulnya anggapan bahwa dengan
media pembelajaran, guru tidak perlu membuat persiapan mengajar lebih dahulu.
Justru sebaliknya dalam hal ini guru dituntut untuk melakukan persiapan dengan
cermat dengan mempelajari bahan dalam buku sendiri, mempersiapkan bahan,
pengayaan dan penjelasan. Media pembelajaran hendaknya tidak sekedar menjadi
selingan, hiburan, atau pengisi waktu, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.
279
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Mengingat beraneka ragamnya media pembelajaran yang masing-masing
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, maka kita harus berusaha memilih
dengan cermat agar dapat digunakan secara tepat. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Ngadino (1986:52) bahwa: Memang hingga kini belum ada suatu
rumus yang berlaku mutlak untuk melakukan pemilihan media tertentu, untuk
melakukan pengajaran suatu obyek tertentu. Dengan kata lain tidak ada suatu
media yang lain untuk mencapai segala macam hasil yang diharapkan dan untuk
segala jenis pelajaran.
Dari berbagai penelitian dibidang media dan desain sistem intruksional,
yang dapat dirumuskan hanyalah pedoman umum atau pedoman pokok untuk
melakukan berdasarkan berbagai macam variabel yang terdapat dalam suatu
sistem intruksional.
Operasi Hitung pada Bilangan Dua Angka
1) Operasi Penjumlahan Bilangan Dua Angka
Operasi penjumlahan pada bilangan dua angka merupakan aturan yang
mengaitkan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka yang lain. Jika a dan b
adalah bilangan dua angka, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut
dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan
b”.
Jumlah dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan yang
merupakan gabungan dari himpunan yang mempunyai a anggota dan himpunan
yang mempunyai b anggota, asalkan ke dua himpunan tersebut tidak mempunyai
unsur persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan
bilangan tersebut a + b.
2) Operasi Pengurangan Bilangan Dua Angka
Operasi pengurangan bilangan dua angka merupakan kebalikan dari
operasi penjumlahan.Bilangan dua angka mendefinisikan pengurangan dengan
menggunakan penjumlahan. Jika bilangan dua angka a dikurangi dengan bilangan
dua angka b menghasilkan bilangan c (dilambangkan dengan a – b = c), maka
operasi penjumlahan yang terkait adalah b + c = a.
280
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
Dalam menyampaikan materi kepada siswa salah satu cara yang harus dilakukan
oleh guru adalah menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat
peraga. Dengan menggunakan alat peraga diharapkan siswa dengan mudah
menerima dan memahami materi pelajaran. Dengan memahami materi pelajaran
yang disampaikan berarti diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar
yang baik dan maksimal.
Hasil belajar
sebelumnya
Pembelajaran tanpa
alat peraga
Hasil belajar
kurang baik
Hasil belajar
setelah siklus I
Pembelajaran
dengan alat peraga
Hasil belajar
meningkat
Hasil belajar
setelah siklus II
Pembelajaran
dengan alat peraga
Hasil belajar makin
meningkat
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris
(Sumadi Suryabrata, 2003: 21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban
dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan
sebagai tuntunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam penulisan
usulan penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui alat
peraga dapat meningkatan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan
dua angka pada siswa kelas I SD GKST Hanggira tahun pelajaran 2013/2014.
281
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
II. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat yang penulis jadikan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
iniadalah di SD GKST Hanggira Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso, di
mana tempat ini sekaligus tempat penulis melaksanakan tugas mengajar.
Penelitian ini dijadwalkan mulai bulan April sampai dengan bulan Juni tahun
2014.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas I SD GKST Hanggira
sebanyak 15 orang siswa, yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang lakilaki.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan model yang didasarkan atas konsep
pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yangjuga
menunjukkan langkah pelaksanaan penelitian, yaitu: 1. Perencanaan atau
Planning, 2. Tindakan atau Acting,3. Pengamatan atau Observating dan 4.Refleksi
atau Reflekting (Arikunto, 2002: 83), di mana dari empat hal tersebut dapat
diilustrasikan dengan bagan gambar 2.
Tindakan
Perencanaan
Pengamatan
Refleksi
Gambar 2. Prosedur Penelitian
Secara lebih rinci, dapat digambarkan dengan skema pelaksanaan prosedur
penelitian tindakan kelas terlihat pada gambar 2.
282
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Permasalahan
PerencanaanTindakan
Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi I
Analisis Data
Obsevasi
Belum
terselesaikan
PerencanaanTindakan
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi II
Analisis Data II
observasi
Siklus I
Terselesaikan
Siklus II
Terselesaikan
kan
SIKLUS SELANJUTNYA
Belum
Terselesaikan
Gambar 3
Siklus I
a.
Pratindakan
Persiapan yang dilakukan untuk proses penelitian tindakan kelas ini adalah
mendata seberapa banyak anak yang kesulitan belajar matematika.
b.
Pelaksanaan Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Anak–anak yang akan ditingkatkan hasil belajar matematika dengan
menggunakan alat peraga.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahapan ini antara lain:
 Pengumpulan data diri anak yang hasil belajar matematikanya rendah.
 Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memecahkannya.
 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat yakni
pembelajaran dengan alat peraga.
2) Tahapan Pelaksanaan Tindakan
 Guru menerapkan metode pembelajaran dengan alat peraga.
 Siswa belajar dalam situasi pembelajaran matematika dengan alat peraga.
283
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
 Memantau perkembangan prestasi belajar yang terjadi pada anak.
3) Tahapan Observasi
Tindakan guru memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan
selama pengajaran matematika dengan alat peraga.
4) Tahapan Refleksi Tahapan Rekomendasi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1), 2), 3).
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi siklus I dibuat siklus II yang meliputi:
 Tahap Perencanaan Tindakan
 Tahap Pelaksanaan Tindakan
 Tahap Observasi
 Tahap Refleksi
5) Tahapan Rekomendasi
Tahap ini dilakukan dengan merumuskan tindakan pembelajaran dengan alat
peraga yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa
kelas I SD GKST Hanggira.
Siklus II
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk proses ini adalah mendata seberapa banyak
anak yang belum tuntas belajar matematika setelah siklus I.
b. Pelaksanaan Siklus II
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Anak–anak yang akan ditingkatkan hasil belajar matematika dengan
menggunakan alat peraga. Adapun langkah yang dilakukan pada tahapan ini
antara lain:
 Pengumpulan data diri anak yang belum tuntas hasil belajar matematikanya
setelah siklus I.
 Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memecahkannya.
 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat yakni
Pembelajaran dengan alat peraga.
2) Tahapan Pelaksanaan Tindakan
 Guru menerapkan metode pembelajaran dengan alat peraga.
284
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
 Siswa belajar dalam situasi pembelajaran matematika dengan alat peraga.
 Memantau perkembangan prestasi belajar yang terjadi pada anak.
3) Tahapan Observasi
Tindakan guru memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan
selama pengajaran matematika dengan alat peraga.
4) Tahapan Refleksi Tahapan Rekomendasi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1), 2), 3). Berdasarkan hasil
refleksi dan evaluasi siklus I dibuat siklus II yang meliputi:
 Tahap Perencanaan Tindakan
 Tahap Pelaksanaan Tindakan
 Tahap Observasi
 Tahap Refleksi
 Tahapan Rekomendasi
Tahap ini dilakukan dengan merumuskan tindakan pembelajaran dengan alat
peraga yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa
kelas I SD GKST Hanggira.
1. Indikator Kinerja
Tindakan dianggap berhasil jika ketuntasan individu mencapai 75% dan
Tuntas Belajar Klasikal (TBK) mencapai 65% (KKM SDN Hanggira), serta
aktivitas siswa dan guru telah berada dalam kategori baik atau sangat baik.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pra Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti perlu mengetahui pengetahuan
prasyarat siswa terhadap penjumlahan dua angka. Oleh karena itu peneliti
melaksanakan tes awal pada pada hari Sabtu, tanggal 17 Mei 2014. Tes awal
diikuti dari 15 orang siswa yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang lakilaki kelas I SD GKST Hanggira. Selanjutnya peneliti bersama observer
mendiskusikan langkah-langkah penelitian yang telah disusun sebelumnya.
285
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Sebagai langkah awal, peneliti memberikan tes awal untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang materi penjumlahan dan pengurangan dua angka.
Berdasarkan hasil analisis tes awal siswa, diperoleh data bahwa dari 15
orang siswa, yang tuntas belajar hanya 3 orang siswa dengan persentase 20%
sedangkan 12 siswa lainnya termasuk dalam kategori tidak tuntas belajar dengan
persentase 80%. Daya serap klasikal yang diperoleh adalah 53,33%.
Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini terdiri dua siklus. Adapun hasil penelitian dari siklus I dan
siklus II adalah sebagai berikut:
Hasil Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Tindakan dalam siklus I ini dilaksanakan dengan 1 kali pertemuan di
dalam kelas. Setelah kegiatan belajar mengajar (KBM), dilanjutkan dengan
melaksanakan tes akhir tindakan siklus I. Dalam mengajarkan materi
penjumlahan dua angka, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai
acuan dalam pelaksanaan tindakan. Hal-hal tersebut sebagai berikut :
 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tindakan siklus I.
 Menyiapkan materi tentang penjumlahan dua angka.
 Membagi siswa ke dalam 3 kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5
orang.
 Menyiapkan alat peraga kelereng, buku matematika dan lembar kerja siswa.
 Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru.
 Lembar observasi siswa selama pelaksanaan proses belajar-mengajar.
 Menyiapkan tes akhir tindakan.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I sekaligus yang menyajikan materi adalah
peneliti sendiri dan dibantu oleh salah seorang staf pengajar pada SD GKST
Hanggira yang bertindak sebagai pengamat (observer). Tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Mei 2014.
Kegiatan pembelajaran diawali
dengan mempersiapkan siswa. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari.
286
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru kemudian membagi para siswa ke dalam 3 kelompok dengan jumlah
anggota tiap kelompok sebanyak 5 orang. Pembagian anggota kelompok disusun
dengan pembagian bahwa dalam setiap kelompok terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Guru kemudian memberikan apersepsi
kepada siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai contoh benda alat peraga
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah melaksanakan apersepsi, guru kemudian membagikan LKS dan
memberikan soal-soal latihan yang akan dibahas dan dikerjakan secara
berkelompok oleh para siswa. Guru kemudian memberikan tes individu yaitu tes
akhir siklus I untuk mengukur tingkat kemampuan siswa.
Berdasarkan hasil analisis tes akhir siklus I, terlihat peningkatan yang
dialami oleh para siswa. Dari 15 orang siswa yang ada, yang mengalami
ketuntasan belajar berjumlah 9 orang dengan persentase 60% dengan daya serap
klasikal siswa memperoleh persentase 76%.
c. Hasil Observasi Guru Siklus I
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat menunjukkan
bahwa peneliti telah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan baik. Lembar observasi menunjukkan hasil observasi guru termasuk dalam
kategori baik dengan persentase 83,33%. Peneliti telah berusaha mengaktifkan
siswa, memotivasi siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa.
d. Hasil Analisis Observasi Siswa Siklus I
Observasi terhadap aktivas siswa dilakukan selama pembelajaran
berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Hasil observasi yang didapatkan dari kegiatan
belajar mengajar pada siklus I menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa
terhadap materi sangat rendah. Penjelasan antar siswa di dalam kelompok masih
kurang dan kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi pada kegiatan belajar
mengajar pada siklus I masih digolongkan pada kategori kurang.
e. Refleksi siklus I
287
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Pada tahap ini, guru bersama pengamat melaksanakan refleksi
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil refleksi dari peristiwaperistiwa yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
 Berdasarkan hasil pengamatan, guru telah melaksanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran
sebagaimana
seharusnya.
Dalam
hal
ini
guru
telah
melaksanakan tugasnya dengan baik mulai dari menjelaskan tujuan
pembelajaran dan membimbing siswa mengerjakan soal.
 Ketika mengikuti kegiatan pembelajaran siswa kurang mengajukan
pertanyaan atau tanggapan kepada guru. Sehingga guru berusaha untuk
melakukan pendekatan dan membimbing siswa dalam mengatasi kesulitan
dalam mengerjakan soal.
 Penggunaan alat peraga sangat membantu pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan. Siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui
aktivitas yang dilakukannya.
 Hasil tes evaluasi tindakan siklus I menunjukan bahwa jawaban siswa belum
semuanya menjawab benar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mengerti
dengan soal yang diberikan dan kurang perhatian saat guru menjelaskan dan
saat menjelaskan guru terlalu cepat.
Hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada
pelaksanaan tindakan siklus I ternyata masih banyak memiliki kekurangan.
Untuk itu peneliti membuat alternatif untuk menutupi kekurangankekurangan tersebut dan akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perencanaan pada siklus II. Adapun rencana perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus II antara lain sebagai berikut:
 Pemberian motivasi kepada siswa agar siswa bisa lebih aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok dan berani bertanya tentang kesulitan-kesulitan yang
dialami dalam pembelajaran.
 Peneliti akan lebih pelan dalam menjelaskan materi dan arahan/tugas
kelompok agar siswa lebih mudah memahami materi yang didemonstrasikan
oleh guru.
288
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
 Kurangnya ketelitian dan kesungguhan siswa untuk mengerjakan soal-soal
yang diberikan oleh guru, sehingga guru akan lebih memperhatikan dan
memberikan arahan kepada siswa saat mengerjakan soal-soal yang diberikan.
 Untuk materi yang belum dipahami guru akan memberikan pemahaman lagi
agar siswa dapat memahami sehingga dapat mengerjakan soal yang diberikan
guru.
Hasil Siklus II
a.
Perencanaan Tindakan Siklus II
Tindakan dalam siklus II ini dilaksanakan dengan 1 kali pertemuan di
dalam kelas. Setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) dilanjutkan dengan
melaksanakan tes akhir tindakan siklus II. Dalam mengajarkan materi menghitung
pengurangan dua angka, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai
acuan dalam pelaksanaan tindakan. Hal-hal tersebut sebagai berikut:
 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tindakan siklus II.
 Menyiapkan materi tentang pengurangan bilangan dua angka.
 Menyiapkan alat peraga berupa manik-manik dan lembar kerja siswa.
 Meminta siswa bergabung dengan kelompoknya untuk berdiskusi kelompok dan
menyelesaikan tugas kelompok.
 Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru.
 Membuat lembar observasi siswa selama pelaksanaan proses belajar-mengajar.
 Memberikan tes akhir siklus II.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014. Pertemuan
berlangsung selama 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan
awal, yaitu membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mempersiapkan
siswa, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa serta mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Kemudian guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari. Guru lalu meminta para siswa untuk
bergabung
dengan
kelompoknya.
Selanjutnya
guru
menuliskan
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memberikan apersepsi kepada siswa
dengan melakukan tanya jawab dan mengingat kembali penjumlahan dua angka.
289
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Kegiatan selanjutnya dengan menjelaskan pengertian penjumlahan
bilangan dua angka memperlihatkan contoh alat peraga manik-manik. Dalam
kegiatan ini guru membagikan manik-manik dan LKS pada setiap kelompok
untuk diselesaikan. Kegiatan kelompok ini dilakukan agar siswa ikut berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah menerima LKS dan alat peraga, guru meminta setiap kelompok
untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di dalam LKS. Dari kegiatan yang
dilakukan tersebut masing-masing kelompok diminta untuk membuat kesimpulan.
Pada pertemuan ini siswa sudah mulai berani untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dipahami. Selama siswa membuat kesimpulan, guru mengamati kegiatan
siswa dengan berkeliling di dalam kelas dan melihat pekerjaan siswa.
Pada diskusi kelompok, umumnya siswa antusias dan saling kerja sama
dengan anggota kelompoknya masing-masing dalam menyelesaikan masalah yang
terdapat pada LKS. Masing-masing siswa sudah berani untuk mengeluarkan
pendapatnya dalam menyelesaikan LKS. Peneliti berperan sebagai fasilitator
dalam mengontrol setiap kelompok untuk melihat kerja siswa. Peneliti
memberikan bantuan seperlunya pada setiap kelompok yang mengalami kesulitan
atau kebingungan saat menyelesaikan masalah pada LKS. Selanjutnya guru
menunjuk salah satu siswa dari masing-masing kelompok untuk menyimpulkan
materi yang telah mereka pelajari. Setelah kerja kelompok selesai, guru
menjelaskan dan memberikan contoh cara menghitung pengurangan bilangan dua
angka. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang
telah dibahas. Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan tes akhir siklus II.
c. Hasil Observasi Guru Siklus II
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat menunjukkan
bahwa peneliti telah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan baik. Lembar observasi menunjukkan hasil observasi guru termasuk dalam
kategori sangat baik dengan persentase 95,83%.
d. Hasil Observasi Siswa Siklus II
290
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Observasi terhadap aktivas siswa dilakukan selama pembelajaran
berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Hasil observasi yang didapatkan dari kegiatan
belajar mengajar pada siklus II menunjukkan bahwa siswa telan berperan dengan
baik dalam kegiatan pembelajaran. Observasi partisipasi siswa digolongkan dalam
kategori baik dengan persentase 87,5%.
e. Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II
Berdasarkan analisis tes akhir tindakan siklus II bahwa hasil belajar siswa
kelas I SD GKST Hanggira telah menunjukan peningkatan yang diharapkan. Hal
tersebut tercermin dari hasil analisis hasil belajar siswa dengan daya serap klasikal
89,33% dan ketuntasan belajar klasikal 93,33%.
f. Hasil Refleksi Siklus II
Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I, akan tetapi
pada siklus II melalui perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
pada siklus I, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I dapat
diperbaiki dan tidak terjadi kembali pada pelaksanaan siklus II.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa selama siklus II
berlangsung diperoleh data yang menunjukkan bahwa peneliti berhasil
menggunakan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan telah
berlangsung dengan kategori sangat baik, dan pada hasil penilaian tes akhir
tindakan juga mengalami peningkatan cukup baik, hal ini dikarenakan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berjalan secara efektif sehingga hasil
yang diperoleh sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan oleh guru (peneliti).
Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian dengan menggunakan alat
peraga pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka di kelas I
SD GKST Hanggira, berdasarkan kajian pustaka, hasil penelitian dan sesuai fakta
dilapangan.
Penyajian alat peraga dalam bentuk konkret, dimaksudkan untuk
meningkatkan pemahaman siswa agar hasil belajar dapat meningkat. Pada
pelaksanaan proses pembelajaran siswa dibagi secara berkelompok dengan
291
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
kemampuan yang berbeda-beda. Guru membagikan alat peraga berupa kelereng
dan manik-manik kepada masing-masing kelompok dengan maksud agar masingmasing kelompok dapat lebih mudah dalam menjumlahkan dan mengurangi
bilangan dua angka.
Selama proses pembelajaran, siswa terlihat antusias dan bersemangat
walaupun ada sebagian siswa yang masih ribut. Tetapi secara umum siswa sudah
menunjukan respon yang baik kepada guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Ini berarti bahwa siswa mempunyai pengalaman yang tidak mudah
dilupakan dan siswa dapat menghubungkan secara nyata antara konsep yang
dipelajari dengan benda nyata.
Hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I didapatkan hasil bahwa melalui
diskusi kelompok pada umumnya siswa antusias dan saling kerjasama dalam
menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan guru mengelola proses pembelajaran
termaksud kategori sangat baik (95,83%) dan aktivitas siswa kategori baik
(87,5%). Hal ini berdampak pada hasil ketuntasan belajar secara klasikal sebesar:
93,33% dan hanya satu siswa yang tidak tuntas secara individu .
Hasil refleksi pelaksanaan siklus II didapat hasil bahwa setelah guru
memperbaiki proses pembelajaran maka hasil aktivitas siswa dan hasil belajar
meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil:

Aktivitas siswa : 62,5% menjadi: 87,5%

Aktivitas guru : 83,33% menjadi: 95,83%

Ketuntasan belajar klasikal : 60% menjadi: 93,33%

Daya serap klasikal : 76% menjadi: 89,33%
Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
alat peraga (kelereng dan manik-manik) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas I SD GKST Hanggira tahun ajaran 2013/2014 pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan dua angka.
292
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
IV.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan, hasil serta pembahasan penelitian tindakan kelas
yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan bilangan dua angka pada siklus I
dengan banyaknya siswa yang tuntas 9 orang dari 15 siswa dengan persentase
60% dan 14 orang siswa yang tuntas pada siklus II dengan persentase
93,33%. Jadi terdapat peningkatan pada ketuntasan klasikal sebesar 33,33%.
b. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan bilangan dua angka pada siklus I
dengan daya serap klasikal 76% dan siklus II 89,33%. Jadi terdapat
peningkatan pada daya serap klasikal sebesar 13,33%.
c. Nilai observasi aktivitas guru siklus I sebesar 83,33%, sedangkan nilai Nilai
observasi aktivitas guru pada siklus II sebesar 95,83%. Jadi terdapat
peningkatan sebesar 12,5%.
d. Nilai observasi aktivitas siswa siklus I sebesar 62,5%, sedangkan nilai Nilai
observasi aktivitas siklus II sebesar 87,5%%. Jadi terdapat peningkatan
sebesar 25%.
Saran
Saran yang dapat peneliti berikan kepada peneliti lain atau pembaca yaitu
sebagai berikut:
a. Penelitian dilaksanakan pada musim hujan sehingga menyebabkan siswa
kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dikarenakan kondisi fisik yang
lemah. Maka diharapkan untuk peneliti lain yang akan menerapkan penelitian
yang sama, jangan dilaksanakan pada musim hujan supaya tidak terjadi
hambatan yang sama.
b. Peneliti dalam mempersiapkan media manik-manik dan kelereng belum
sempurna, sehingga mengganggu kelancaran dalam proses penelitian.
Diharapkan kepada peneliti lain yang akan menerapkan media yang sama
untuk lebih mempersiapkan media yang akan digunakan.
c. Media manik-manik dan kelereng yang disediakan oleh peneliti terbatas,
sehingga tidak semua siswa dapat menggunakannya secara langsung.
293
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Disarankan kepada peneliti lain yang akan menggunakan media yang sama
untuk mempersiapkan media manik-manik dan kelereng. Sesuai dengan
jumlah siswa, sehingga semua siswa dapat menggunakan media dengan
leluasa.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Lester D. Crow and Crow. 1956. Human Development and Learning. New York:
American Book Company.
Ngadino. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Roijakkers. 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sutopo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press
294
Download