Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Dua Angka Menggunakan Alat Peraga di Kelas I SD GKST Hanggira Nitaleni Mentara, Dasa Ismaimuza dan Anggraini Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Masalah yang paling mendasar dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Peneliti menggunakan media alat peraga dalam pembelajaran. Penggunaan alat peraga ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD GKST Hanggira pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Desain penelitian adalah peneltian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Arikunto yang terdiri atas empat komponen yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah para siswa kelas I SD GKST Hanggira dan dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil observasi siklus I materi penjumlahan bilangan dua angka menunjukkan bahwa partisipasi siswa masih digolongkan pada kategori kurang sedangkan aktivitas guru telah berada pada kategori baik. Dari hasil tes akhir pada siklus I diperoleh hasil tuntas belajar klasikal 60%. Pada observasi siklus II materi pengurangan bilangan dua angka terlihat bahwa partisipasi siswa telah digolongkan pada kategori baik sedangkan aktivitas guru telah berada pada kategori sangat baik. Hasil tes akhir siklus II diperoleh tuntas belajar klasikal 93,33%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD GKST Hanggira pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Kata Kunci: Alat Peraga, Hasil Belajar Siswa, Penjumlahan dan Pengurangan, Bilangan Dua Angka. I. PENDAHULUAN Dalam sekolah keberadaan guru sangatlah vital. Hal ini disebabkan karena bila dalam sekolah tanpa ada guru maka proses pendidikan tidak akan dapat berlangsung atau terlaksana. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan dengan adanya kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pengelola pendidikan diantara siwa-siswa dalam kelas. 274 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Ternyata pembelajaran di kelas I mata pelajaran Matematika kurang memuaskan hasilnya. Melihat realita di atas bahwa proses pembelajaran selama ini yang berlangsung di kelas belum memenuhi harapan guru, siswa dan sekolah. Hal ini karena guru dalam menyampaikan materi hanya monoton saja, sehingga membuat siswa bosan. Setelah menelaah proses pembelajaran yang sudah berlangsung dan sudah dilaksanakan dan diuraikan di atas maka permasalahan terletak pada guru sebagai penyaji materi. Permasalahan–permasalah itu sebagai berikut: Tujuan pembelajaran belum tercapai karena guru kurang menguasai materi; Alat/media yang digunakan guru kurang sesuai atau kurang tepat dan siswa pasif karena guru dalam penyampaian materi kurang memakai metode yang bervariasi dan keaktifan anak kurang karena kegiatan hanya berpusat pada guru. Kemampuan siswa kelas I SD GKST Hanggira pada materi penjumlahan dan pengurangan dua angka belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65% dan nilai tuntas belajar 75%. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dari 15 siswa kelas I SD GKST Hanggira, hanya 3 anak yang berhasil tuntas belajar. Hal ini berarti, ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 20%. Dengan memperhatikan nilai ulangan siswa yang rendah di atas, maka untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi pelajaran tersebut, guru harus melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan proses perbaikan pembelajaran serta dilakukan observasi maupun diskusi observasi dengan teman sejawat. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai pengajar dan pendidik di SD GKST Hanggira dan melihat hasil ulangan dan tingkat penguasaan siswa terhadap materi matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka masih rendah, maka penulis mengadakan penelitian dalam rangka memecahkan masalah tersebut diatas. Pengertian Belajar Masalah belajar adalah masalah yang pelik dan kompleks, sehingga tiada seorang ahlipun yang dapat membahas secara tuntas dan sempurna. Hal yang 275 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X sewajarnya apabila antara pakar yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan pendapat dalam mengemukakan definisi tentang belajar meskipun bukan perbedaan yang mendasar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut: 1) Menurut Lester D. Crow and Crow (1956:215) dalam Slameto (2003:3): “Learning is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought about through adjusment to tensions initiated through sensory stimulation”. Artinya: “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu disebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat rangsangan panca indera”. Dalam hal ini seorang yang belajar akan mendapatkan perubahan tingkah laku yang sesuai dengan proses pertumbuhan yang dimiliki anak tersebut akibat adanya penyesuaian diri oleh anak terhadap apa yang telah dipelajarinya. 2) Menurut Slameto (2003:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang meliputi pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif), serta keterampilan (psikomotor) sebagai hasil pengalaman, latihan dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu cerminan atau kesimpulan yang mantap pada penampilan atau tingkah laku potensial dengan akibat dari praktek pengalaman situasi pada masa lalu. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: (Sutopo, 1997:41-42) Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. 276 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa atau yang sering dikenal dengan faktor sosial. Faktor Situasional. Pembelajaran a. Pengertian Mengajar Mengajar adalah menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Rooijakkers, 1982:1). Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Sulistriyo, 1997:1). b. Jenis-jenis metode pembelajaran Banyak jenis metode pengajar yang ada dalam dunia pendidikan, yaitu antara lain: (Syaiful Sagala, 2005:261) Metode Ceramah. Metode Diskusi dan Musyawarah. Metode Tanya Jawab. Metode pemberian tugas dan resitasi. Metode Karya Wisata. Metode Demonstrasi dan Alat Peraga. Metode Problem Solving. Metode Discovery-Inquiry. Metode Role Playing. Metode belajar atau paket berdasar kompetensi. c. Faktor-faktor dalam memilih metode pembelajaran Agar dalam memilih jenis metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan tujuan pengajaran maka guru haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Tujuan yang hendak dicapai. Siswa. Bahan Pelajaran. Fasilitas yang tersedia. Guru. 277 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Kebaikan dan kelemahan metode tertentu. Hasil Belajar Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 1992). Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu antara lain: a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam (6) aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda. Berdasarkan pengertian di atas, maka hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan siswa dengan menggunakan bantuan pengajaran antara siswa dengan guru maupun siswa tanpa guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. c. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses. Belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa. 278 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Pembelajaran dengan Alat Peraga a. Pengertian Alat Peraga Pembelajaran dengan alat peraga, maksudnya adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan alat bantu adalah memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. Alat peraga akan sangat mudah sekali penggunaanya apabila dipersiapkan, dirancang dan dipergunakan sebagai alat bantu sendiri. Dalam pembuatan alat peraga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, untuk memilih, mempersiapkan bahan, pengayaan atau penjelasan. Pergunakan kesempatan yang baik dalam menggunakan alat peraga sehingga ada respon yang positif dari siswa, sehingga dapat melatih daya pikir dan perkembangan siswa. Namun demikian manfaat lain dari alat peraga bisa dipergunakan dilain waktu atau apabila materi pembahasan sama. b. Jenis Media Pembelajaran Media pembelajaran meliputi yang berupa sarana, prasarana, dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran kepada subyek didik untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan efektifitas dalam proses pembelajaran. Berdasarkan klasifikasinya, maka jenisjenis media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: (1) Media Grafis, (2) media Gambar dan Ilustrasi Fotografi, (3) Media Bendanya, (4) Media Proyeksi, dan (5) Media Audio. Penggunaan media dalam proses pembelajaran perlu persiapan yang cukup. Kesalahan yang sering terjadi ialah timbulnya anggapan bahwa dengan media pembelajaran, guru tidak perlu membuat persiapan mengajar lebih dahulu. Justru sebaliknya dalam hal ini guru dituntut untuk melakukan persiapan dengan cermat dengan mempelajari bahan dalam buku sendiri, mempersiapkan bahan, pengayaan dan penjelasan. Media pembelajaran hendaknya tidak sekedar menjadi selingan, hiburan, atau pengisi waktu, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 279 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Mengingat beraneka ragamnya media pembelajaran yang masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, maka kita harus berusaha memilih dengan cermat agar dapat digunakan secara tepat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ngadino (1986:52) bahwa: Memang hingga kini belum ada suatu rumus yang berlaku mutlak untuk melakukan pemilihan media tertentu, untuk melakukan pengajaran suatu obyek tertentu. Dengan kata lain tidak ada suatu media yang lain untuk mencapai segala macam hasil yang diharapkan dan untuk segala jenis pelajaran. Dari berbagai penelitian dibidang media dan desain sistem intruksional, yang dapat dirumuskan hanyalah pedoman umum atau pedoman pokok untuk melakukan berdasarkan berbagai macam variabel yang terdapat dalam suatu sistem intruksional. Operasi Hitung pada Bilangan Dua Angka 1) Operasi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Operasi penjumlahan pada bilangan dua angka merupakan aturan yang mengaitkan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka yang lain. Jika a dan b adalah bilangan dua angka, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan b”. Jumlah dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan yang merupakan gabungan dari himpunan yang mempunyai a anggota dan himpunan yang mempunyai b anggota, asalkan ke dua himpunan tersebut tidak mempunyai unsur persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan tersebut a + b. 2) Operasi Pengurangan Bilangan Dua Angka Operasi pengurangan bilangan dua angka merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan.Bilangan dua angka mendefinisikan pengurangan dengan menggunakan penjumlahan. Jika bilangan dua angka a dikurangi dengan bilangan dua angka b menghasilkan bilangan c (dilambangkan dengan a – b = c), maka operasi penjumlahan yang terkait adalah b + c = a. 280 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: Dalam menyampaikan materi kepada siswa salah satu cara yang harus dilakukan oleh guru adalah menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga diharapkan siswa dengan mudah menerima dan memahami materi pelajaran. Dengan memahami materi pelajaran yang disampaikan berarti diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik dan maksimal. Hasil belajar sebelumnya Pembelajaran tanpa alat peraga Hasil belajar kurang baik Hasil belajar setelah siklus I Pembelajaran dengan alat peraga Hasil belajar meningkat Hasil belajar setelah siklus II Pembelajaran dengan alat peraga Hasil belajar makin meningkat Gambar 1. Kerangka Berfikir Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2003: 21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam penulisan usulan penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui alat peraga dapat meningkatan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas I SD GKST Hanggira tahun pelajaran 2013/2014. 281 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X II. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat yang penulis jadikan pelaksanaan penelitian tindakan kelas iniadalah di SD GKST Hanggira Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso, di mana tempat ini sekaligus tempat penulis melaksanakan tugas mengajar. Penelitian ini dijadwalkan mulai bulan April sampai dengan bulan Juni tahun 2014. Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas I SD GKST Hanggira sebanyak 15 orang siswa, yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang lakilaki. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yangjuga menunjukkan langkah pelaksanaan penelitian, yaitu: 1. Perencanaan atau Planning, 2. Tindakan atau Acting,3. Pengamatan atau Observating dan 4.Refleksi atau Reflekting (Arikunto, 2002: 83), di mana dari empat hal tersebut dapat diilustrasikan dengan bagan gambar 2. Tindakan Perencanaan Pengamatan Refleksi Gambar 2. Prosedur Penelitian Secara lebih rinci, dapat digambarkan dengan skema pelaksanaan prosedur penelitian tindakan kelas terlihat pada gambar 2. 282 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Permasalahan PerencanaanTindakan Pelaksanaan tindakan I Refleksi I Analisis Data Obsevasi Belum terselesaikan PerencanaanTindakan Pelaksanaan Tindakan II Refleksi II Analisis Data II observasi Siklus I Terselesaikan Siklus II Terselesaikan kan SIKLUS SELANJUTNYA Belum Terselesaikan Gambar 3 Siklus I a. Pratindakan Persiapan yang dilakukan untuk proses penelitian tindakan kelas ini adalah mendata seberapa banyak anak yang kesulitan belajar matematika. b. Pelaksanaan Siklus I 1) Tahap Perencanaan Tindakan Anak–anak yang akan ditingkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan alat peraga. Adapun langkah yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: Pengumpulan data diri anak yang hasil belajar matematikanya rendah. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memecahkannya. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat yakni pembelajaran dengan alat peraga. 2) Tahapan Pelaksanaan Tindakan Guru menerapkan metode pembelajaran dengan alat peraga. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran matematika dengan alat peraga. 283 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Memantau perkembangan prestasi belajar yang terjadi pada anak. 3) Tahapan Observasi Tindakan guru memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan selama pengajaran matematika dengan alat peraga. 4) Tahapan Refleksi Tahapan Rekomendasi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1), 2), 3). Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi siklus I dibuat siklus II yang meliputi: Tahap Perencanaan Tindakan Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap Observasi Tahap Refleksi 5) Tahapan Rekomendasi Tahap ini dilakukan dengan merumuskan tindakan pembelajaran dengan alat peraga yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas I SD GKST Hanggira. Siklus II a. Persiapan Persiapan yang dilakukan untuk proses ini adalah mendata seberapa banyak anak yang belum tuntas belajar matematika setelah siklus I. b. Pelaksanaan Siklus II 1) Tahap Perencanaan Tindakan Anak–anak yang akan ditingkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan alat peraga. Adapun langkah yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: Pengumpulan data diri anak yang belum tuntas hasil belajar matematikanya setelah siklus I. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memecahkannya. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat yakni Pembelajaran dengan alat peraga. 2) Tahapan Pelaksanaan Tindakan Guru menerapkan metode pembelajaran dengan alat peraga. 284 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Siswa belajar dalam situasi pembelajaran matematika dengan alat peraga. Memantau perkembangan prestasi belajar yang terjadi pada anak. 3) Tahapan Observasi Tindakan guru memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan selama pengajaran matematika dengan alat peraga. 4) Tahapan Refleksi Tahapan Rekomendasi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1), 2), 3). Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi siklus I dibuat siklus II yang meliputi: Tahap Perencanaan Tindakan Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap Observasi Tahap Refleksi Tahapan Rekomendasi Tahap ini dilakukan dengan merumuskan tindakan pembelajaran dengan alat peraga yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas I SD GKST Hanggira. 1. Indikator Kinerja Tindakan dianggap berhasil jika ketuntasan individu mencapai 75% dan Tuntas Belajar Klasikal (TBK) mencapai 65% (KKM SDN Hanggira), serta aktivitas siswa dan guru telah berada dalam kategori baik atau sangat baik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pra Tindakan Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti perlu mengetahui pengetahuan prasyarat siswa terhadap penjumlahan dua angka. Oleh karena itu peneliti melaksanakan tes awal pada pada hari Sabtu, tanggal 17 Mei 2014. Tes awal diikuti dari 15 orang siswa yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang lakilaki kelas I SD GKST Hanggira. Selanjutnya peneliti bersama observer mendiskusikan langkah-langkah penelitian yang telah disusun sebelumnya. 285 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Sebagai langkah awal, peneliti memberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi penjumlahan dan pengurangan dua angka. Berdasarkan hasil analisis tes awal siswa, diperoleh data bahwa dari 15 orang siswa, yang tuntas belajar hanya 3 orang siswa dengan persentase 20% sedangkan 12 siswa lainnya termasuk dalam kategori tidak tuntas belajar dengan persentase 80%. Daya serap klasikal yang diperoleh adalah 53,33%. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini terdiri dua siklus. Adapun hasil penelitian dari siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: Hasil Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I Tindakan dalam siklus I ini dilaksanakan dengan 1 kali pertemuan di dalam kelas. Setelah kegiatan belajar mengajar (KBM), dilanjutkan dengan melaksanakan tes akhir tindakan siklus I. Dalam mengajarkan materi penjumlahan dua angka, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan. Hal-hal tersebut sebagai berikut : Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tindakan siklus I. Menyiapkan materi tentang penjumlahan dua angka. Membagi siswa ke dalam 3 kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 orang. Menyiapkan alat peraga kelereng, buku matematika dan lembar kerja siswa. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru. Lembar observasi siswa selama pelaksanaan proses belajar-mengajar. Menyiapkan tes akhir tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I sekaligus yang menyajikan materi adalah peneliti sendiri dan dibantu oleh salah seorang staf pengajar pada SD GKST Hanggira yang bertindak sebagai pengamat (observer). Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mempersiapkan siswa. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. 286 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru kemudian membagi para siswa ke dalam 3 kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok sebanyak 5 orang. Pembagian anggota kelompok disusun dengan pembagian bahwa dalam setiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Guru kemudian memberikan apersepsi kepada siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai contoh benda alat peraga yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melaksanakan apersepsi, guru kemudian membagikan LKS dan memberikan soal-soal latihan yang akan dibahas dan dikerjakan secara berkelompok oleh para siswa. Guru kemudian memberikan tes individu yaitu tes akhir siklus I untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Berdasarkan hasil analisis tes akhir siklus I, terlihat peningkatan yang dialami oleh para siswa. Dari 15 orang siswa yang ada, yang mengalami ketuntasan belajar berjumlah 9 orang dengan persentase 60% dengan daya serap klasikal siswa memperoleh persentase 76%. c. Hasil Observasi Guru Siklus I Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat menunjukkan bahwa peneliti telah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik. Lembar observasi menunjukkan hasil observasi guru termasuk dalam kategori baik dengan persentase 83,33%. Peneliti telah berusaha mengaktifkan siswa, memotivasi siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa. d. Hasil Analisis Observasi Siswa Siklus I Observasi terhadap aktivas siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi yang didapatkan dari kegiatan belajar mengajar pada siklus I menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa terhadap materi sangat rendah. Penjelasan antar siswa di dalam kelompok masih kurang dan kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi pada kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih digolongkan pada kategori kurang. e. Refleksi siklus I 287 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Pada tahap ini, guru bersama pengamat melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil refleksi dari peristiwaperistiwa yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengamatan, guru telah melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana seharusnya. Dalam hal ini guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik mulai dari menjelaskan tujuan pembelajaran dan membimbing siswa mengerjakan soal. Ketika mengikuti kegiatan pembelajaran siswa kurang mengajukan pertanyaan atau tanggapan kepada guru. Sehingga guru berusaha untuk melakukan pendekatan dan membimbing siswa dalam mengatasi kesulitan dalam mengerjakan soal. Penggunaan alat peraga sangat membantu pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui aktivitas yang dilakukannya. Hasil tes evaluasi tindakan siklus I menunjukan bahwa jawaban siswa belum semuanya menjawab benar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mengerti dengan soal yang diberikan dan kurang perhatian saat guru menjelaskan dan saat menjelaskan guru terlalu cepat. Hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I ternyata masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu peneliti membuat alternatif untuk menutupi kekurangankekurangan tersebut dan akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus II. Adapun rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II antara lain sebagai berikut: Pemberian motivasi kepada siswa agar siswa bisa lebih aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan berani bertanya tentang kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pembelajaran. Peneliti akan lebih pelan dalam menjelaskan materi dan arahan/tugas kelompok agar siswa lebih mudah memahami materi yang didemonstrasikan oleh guru. 288 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Kurangnya ketelitian dan kesungguhan siswa untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, sehingga guru akan lebih memperhatikan dan memberikan arahan kepada siswa saat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Untuk materi yang belum dipahami guru akan memberikan pemahaman lagi agar siswa dapat memahami sehingga dapat mengerjakan soal yang diberikan guru. Hasil Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II Tindakan dalam siklus II ini dilaksanakan dengan 1 kali pertemuan di dalam kelas. Setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) dilanjutkan dengan melaksanakan tes akhir tindakan siklus II. Dalam mengajarkan materi menghitung pengurangan dua angka, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan. Hal-hal tersebut sebagai berikut: Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tindakan siklus II. Menyiapkan materi tentang pengurangan bilangan dua angka. Menyiapkan alat peraga berupa manik-manik dan lembar kerja siswa. Meminta siswa bergabung dengan kelompoknya untuk berdiskusi kelompok dan menyelesaikan tugas kelompok. Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru. Membuat lembar observasi siswa selama pelaksanaan proses belajar-mengajar. Memberikan tes akhir siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014. Pertemuan berlangsung selama 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan awal, yaitu membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mempersiapkan siswa, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. Guru lalu meminta para siswa untuk bergabung dengan kelompoknya. Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan melakukan tanya jawab dan mengingat kembali penjumlahan dua angka. 289 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Kegiatan selanjutnya dengan menjelaskan pengertian penjumlahan bilangan dua angka memperlihatkan contoh alat peraga manik-manik. Dalam kegiatan ini guru membagikan manik-manik dan LKS pada setiap kelompok untuk diselesaikan. Kegiatan kelompok ini dilakukan agar siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Setelah menerima LKS dan alat peraga, guru meminta setiap kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di dalam LKS. Dari kegiatan yang dilakukan tersebut masing-masing kelompok diminta untuk membuat kesimpulan. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai berani untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami. Selama siswa membuat kesimpulan, guru mengamati kegiatan siswa dengan berkeliling di dalam kelas dan melihat pekerjaan siswa. Pada diskusi kelompok, umumnya siswa antusias dan saling kerja sama dengan anggota kelompoknya masing-masing dalam menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS. Masing-masing siswa sudah berani untuk mengeluarkan pendapatnya dalam menyelesaikan LKS. Peneliti berperan sebagai fasilitator dalam mengontrol setiap kelompok untuk melihat kerja siswa. Peneliti memberikan bantuan seperlunya pada setiap kelompok yang mengalami kesulitan atau kebingungan saat menyelesaikan masalah pada LKS. Selanjutnya guru menunjuk salah satu siswa dari masing-masing kelompok untuk menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Setelah kerja kelompok selesai, guru menjelaskan dan memberikan contoh cara menghitung pengurangan bilangan dua angka. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas. Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan tes akhir siklus II. c. Hasil Observasi Guru Siklus II Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat menunjukkan bahwa peneliti telah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik. Lembar observasi menunjukkan hasil observasi guru termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 95,83%. d. Hasil Observasi Siswa Siklus II 290 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Observasi terhadap aktivas siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi yang didapatkan dari kegiatan belajar mengajar pada siklus II menunjukkan bahwa siswa telan berperan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Observasi partisipasi siswa digolongkan dalam kategori baik dengan persentase 87,5%. e. Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II Berdasarkan analisis tes akhir tindakan siklus II bahwa hasil belajar siswa kelas I SD GKST Hanggira telah menunjukan peningkatan yang diharapkan. Hal tersebut tercermin dari hasil analisis hasil belajar siswa dengan daya serap klasikal 89,33% dan ketuntasan belajar klasikal 93,33%. f. Hasil Refleksi Siklus II Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I, akan tetapi pada siklus II melalui perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki dan tidak terjadi kembali pada pelaksanaan siklus II. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa selama siklus II berlangsung diperoleh data yang menunjukkan bahwa peneliti berhasil menggunakan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan telah berlangsung dengan kategori sangat baik, dan pada hasil penilaian tes akhir tindakan juga mengalami peningkatan cukup baik, hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berjalan secara efektif sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan oleh guru (peneliti). Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian dengan menggunakan alat peraga pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka di kelas I SD GKST Hanggira, berdasarkan kajian pustaka, hasil penelitian dan sesuai fakta dilapangan. Penyajian alat peraga dalam bentuk konkret, dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman siswa agar hasil belajar dapat meningkat. Pada pelaksanaan proses pembelajaran siswa dibagi secara berkelompok dengan 291 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X kemampuan yang berbeda-beda. Guru membagikan alat peraga berupa kelereng dan manik-manik kepada masing-masing kelompok dengan maksud agar masingmasing kelompok dapat lebih mudah dalam menjumlahkan dan mengurangi bilangan dua angka. Selama proses pembelajaran, siswa terlihat antusias dan bersemangat walaupun ada sebagian siswa yang masih ribut. Tetapi secara umum siswa sudah menunjukan respon yang baik kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung. Ini berarti bahwa siswa mempunyai pengalaman yang tidak mudah dilupakan dan siswa dapat menghubungkan secara nyata antara konsep yang dipelajari dengan benda nyata. Hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I didapatkan hasil bahwa melalui diskusi kelompok pada umumnya siswa antusias dan saling kerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan guru mengelola proses pembelajaran termaksud kategori sangat baik (95,83%) dan aktivitas siswa kategori baik (87,5%). Hal ini berdampak pada hasil ketuntasan belajar secara klasikal sebesar: 93,33% dan hanya satu siswa yang tidak tuntas secara individu . Hasil refleksi pelaksanaan siklus II didapat hasil bahwa setelah guru memperbaiki proses pembelajaran maka hasil aktivitas siswa dan hasil belajar meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil: Aktivitas siswa : 62,5% menjadi: 87,5% Aktivitas guru : 83,33% menjadi: 95,83% Ketuntasan belajar klasikal : 60% menjadi: 93,33% Daya serap klasikal : 76% menjadi: 89,33% Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga (kelereng dan manik-manik) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD GKST Hanggira tahun ajaran 2013/2014 pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. 292 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan, hasil serta pembahasan penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan bilangan dua angka pada siklus I dengan banyaknya siswa yang tuntas 9 orang dari 15 siswa dengan persentase 60% dan 14 orang siswa yang tuntas pada siklus II dengan persentase 93,33%. Jadi terdapat peningkatan pada ketuntasan klasikal sebesar 33,33%. b. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan bilangan dua angka pada siklus I dengan daya serap klasikal 76% dan siklus II 89,33%. Jadi terdapat peningkatan pada daya serap klasikal sebesar 13,33%. c. Nilai observasi aktivitas guru siklus I sebesar 83,33%, sedangkan nilai Nilai observasi aktivitas guru pada siklus II sebesar 95,83%. Jadi terdapat peningkatan sebesar 12,5%. d. Nilai observasi aktivitas siswa siklus I sebesar 62,5%, sedangkan nilai Nilai observasi aktivitas siklus II sebesar 87,5%%. Jadi terdapat peningkatan sebesar 25%. Saran Saran yang dapat peneliti berikan kepada peneliti lain atau pembaca yaitu sebagai berikut: a. Penelitian dilaksanakan pada musim hujan sehingga menyebabkan siswa kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dikarenakan kondisi fisik yang lemah. Maka diharapkan untuk peneliti lain yang akan menerapkan penelitian yang sama, jangan dilaksanakan pada musim hujan supaya tidak terjadi hambatan yang sama. b. Peneliti dalam mempersiapkan media manik-manik dan kelereng belum sempurna, sehingga mengganggu kelancaran dalam proses penelitian. Diharapkan kepada peneliti lain yang akan menerapkan media yang sama untuk lebih mempersiapkan media yang akan digunakan. c. Media manik-manik dan kelereng yang disediakan oleh peneliti terbatas, sehingga tidak semua siswa dapat menggunakannya secara langsung. 293 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Disarankan kepada peneliti lain yang akan menggunakan media yang sama untuk mempersiapkan media manik-manik dan kelereng. Sesuai dengan jumlah siswa, sehingga semua siswa dapat menggunakan media dengan leluasa. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Lester D. Crow and Crow. 1956. Human Development and Learning. New York: American Book Company. Ngadino. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Roijakkers. 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia. Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sutopo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press 294