Rencana Aksi yang Belum Terimplementasi Kamis, 4 Februari 2010 JAKARTA (Suara Karya): Pencapaian program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II dinilai tidak nyata. Ini karena seluruhnya hanya berupa rencana aksi yang belum diimplementasikan. "Pemerintah selalu melihat pencapaian dari check list (daftar) secara administratif. Cetak biru yang sudah jadi itu dianggap berhasil. Padahal masyarakat tidak bisa melihat cetak biru itu. Yang dilihat realisasinya seperti apa," kata peneliti senior The Habibie Centre Umar Juoro dalam diskusi bertema "100 Hari SBY dan Arah Ekonomi Indonesia" di Jakarta, kemarin. Umar memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 maksimal hanya akan berkisar pada angka 6 persen. Namun, ini juga sulit untuk direalisasikan jika pemerintah tidak segera mengambil langkah konkret terkait pelaksanaan program 100 hari yang masih di "atas kertas" itu. "Akan susah untuk tumbuh di atas itu (6 persen) karena butuh langkah yang lebih konkret, yaitu bagaimana masyarakat bisa mendapat manfaat (dari pertumbuhan ekonomi). Kalau tidak, nanti akan memciptakan social gap (ketimpangan di masyarakat)," tuturnya. Sementara itu, Staf Ahli Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, tanpa realisasi pembenahan infrastruktur, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia maksimal hanya akan mencapai 6,5 persen saja. "Langkah ke arah pembenahan infrastruktur belum terlihat di 100 hari pertama," ujarnya. Chatib lantas mengingatkan konsep pembenahan infrastruktur yang sebenarnya sudah lengkap hingga di tingkat undang-undang. Karena itu, pemerintah seharusnya berani mulai merealisasikan programnya. "Pada level konsep sudah lengkap, pemerintah harus berani. Undang-undangnya sudah ada. Risikonya harus diambil. Kalau tidak, maka tidak akan bisa jalan. Persoalannya bukan lagi pada level konsep, melainkan implementasinya," tuturnya. Dia juga mencontohkan adanya aturan pembebasan lahan yang melarang orang menaikkan harga tanah yang akan dijual untuk proyek infrastruktur. Di tempat terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan meyakini pertumbuhan ekonomi 2009 mampu tembus 4,3 persen. "Walaupun nanti baru diumumkan 10 Februari (2010), angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3 persen sepertinya pasti lewat," katanya. BPS akan mengumumkan secara pasti angka pertumbuhan ekonomi kuartal IV dan tahunan setiap 10 Februari 2010. Untuk itu, angka pertumbuhan ekonomi 2009 baru akan diumumkan pada 10 Februari 2010 nanti. Menurut Rusman, pertumbuhan ekonomi 2009, terutama didukung dari triwulan IV, karena pada triwulan IV ini telah terjadi pembalikan ekspor yang cukup siginifikan. BPS sendiri mencatat positif ekspor setelah tiga triwulan selama tahun 2009 yang sebelumnya negatif. Pada kuartal IV 2009, BPS mencatat ekspor tahun ke tahun (YoY) tumbuh 23 persen, meskipun secara keseluruhan 2009, ekpor masih tergerus minus 15 persen. "Khusus triwulan IV, ekspornya naik 23 persen. Ini terjadi pembalikan dari tiga triwulan yang sebelumnya negatif. Ini artinya untuk pertama kalinya sepanjang 2009, pertumbuhan didorong oleh ekspor. Sebelumnya ekspor merupakan faktor penghambat," ujar Rusman. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2009 sendiri diperkirakan tembus 4,5 persen. Sebab, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi 4,5 persen pada triwulan IV 2009 agar pertumbuhan tahunan 2009 mencapai 4,3 persen. "Sekarang kan kita sudah punya 4,1 persen (selama tiga triwulan 2009). Untuk sampai ke 4,3 persen selama 2009, kita perlu 4,5 persen pada triwulan IV. Rasanya sampai jika 4,5 persen," ucapnya. (Andrian/Bayu)