KARAKTER TRIKOMA DAUN TANAMAN JATI

advertisement
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
113
KARAKTER TRIKOMA DAUN TANAMAN JATI (Tectona grandis L.) YANG DITANAM
PADA TANAH PASCATAMBANG EMAS BOMBANA DENGAN VARIASI DOSIS
PUPUK KANDANG KAMBING
Sri Ambardini1*, Indrawati1, Ratnaeni2
1
2
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari
Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari
1*
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine: the character trichomes of the plant teak
(Tectona grandis L.) planted on gold post-mining soil Bombana with variation dose of goat
manure. This research is experimental use completely randomized design with 4 treatment,
namely without goat manure (control/K0), and treatment of goat manure 100g 10kg-1 soil
(K1), 125g 10kg-1 soil (K2), and 150g 10kg-1 soil (K3) in repeated 3 times. Teak plant
parameters observed were the levels of length and number trichomes on the side abaksial
and adaksial leaves (Tectona grandis L.). The results showed that goat manure of the
treatments K2 gives the highest value of length trichomes abaksial (995,46 µm), highest
length trikomes adaksial K0 (406,203µm). The biggest number trikomes abaksial on K3
(3,481) and biggest number trichomes adaksial on K3 (4,047) too. Three character anatomy
of trichomes was found in this research, namely dichotome multiselluler type on the abaksial
leaf surface, slim uniselluler and biselluler type on the adaksial leaf surface.
Key words: Teak (Tectona grandis L.), Goat manure, post-mining soil, trichomes.
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
yang kaya akan sumberdaya alam.
Salah satu sumberdaya alam yang kita
miliki adalah mineral emas dan perak,
yang
termasuk
dalam
golongan
sumberdaya
yang
tidak
dapat
diperbaharui
(non
renewable).
Pertambangan emas merupakan salah
satu sumber daya alam potensial yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber
devisa untuk pembangunan nasional
dan
menambah
lapangan
kerja.
Sulawesi Tenggara termasuk salah satu
kawasan
pertambangan
nasional,
diantaranya pertambangan emas di
Kabupaten Bombana yang ditemukan
pada bulan Mei 2008 (Ahyani, 2011).
Kegiatan pertambangan emas,
baik yang dilakukan oleh masyarakat
maupun oleh perusahaan memberikan
pengaruh buruk pada lingkungan, yaitu
mengakibatkan lahan pascatambang
menjadi miskin hara, nilai pH rendah,
bersifat toksis karena kandungan logam
yang tinggi, kapasitas menahan air
rendah, kandungan bahan organik
rendah dan kondisi lahan yang tidak
stabil. Sifat-sifat tersebut dapat menjadi
penghambat
untuk
pertumbuhan
tanaman
(Karliansyah,
2001).
Penanganan lahan krisis pascatambang
secara baik dan benar serta pemilihan
tanaman yang tepat merupakan kunci
keberhasilan reklamasi lahan – lahan
tersebut.
Secara
ekologi,
spesies
tanaman lokal dapat beradaptasi
dengan iklim setempat tetapi tidak untuk
kondisi tanah pascatambang. Untuk itu
diperlukan pemilihan spesies yang
toleran, misalnya jati (Tectona grandis
L.), yang telah terbukti adaptif untuk
tanah pascatambang emas Bombana
(Muliati, 2011). Tanaman ini dapat
berfungsi sebagai tanaman revegetasi
114
di lahan-lahan kritis. Menurut Sutedjo
(1995) pupuk kandang merupakan
salah satu pupuk organik yang dapat
membantu meningkatkan keberhasilan
penanaman kembali pada lahan-lahan
kritis pascatambang. Menurut penelitian
Muliati (2011) bahwa pupuk kandang
kambing paling efektif mendukung
pertumbuhan tanaman Jati (Tectona
grandis L.). Pemberian variasi dosis
pupuk kandang menyebabkan respon
yang berbeda-beda terhadap pada
tanaman. Sesuai penelitian Hasria
(2015) yang membandingkan 4 variasi
dosis
pupuk
kandang
kambing
menemukan bahwa semakin tinggi
konsentrasi pupuk kandang kambing
yang diberikan pada tanaman jati maka
pertumbuhan semakin baik karena
kebutuhan unsur hara tanaman dapat
terpenuhi.
Penambahan pupuk kandang
dapat memperbaiki kondisi tanah dan
meningkatkan daya penahan air,
sehingga berpengaruh terhadap proses
transpirasi tanaman. Sehingga dapat
menyebabkan
terjadi
perubahan
karakter
anatomi
daun
tanaman
khususnya panjang dan jumlah trikoma.
Trikoma
adalah
modifikasi
dari
epidermis dengan berbagai bentuk,
struktur dan fungsi. Trikoma berfungsi
mengurangi
laju
transpirasi
saat
tanaman kekurangan air dan melindungi
tanaman dari herbivora, patogen serta
tempat
tersimpannya
metabolit
sekunder (Agren dan Schemske, 1994).
Menurut Lingga dan Marsono
(2001) unsur N yang terkandung pada
pupuk
kandang
mendorong
pertumbuhan organ-organ berkaitan
dengan fotosintesis seperti daun. Unsur
N berperan penting dalam pembentukan
klorofil yang berguna dalam proses
fotosintesis.
Tanah
pascatambang
memiliki kandungan logam berat tinggi
menyebabkan terjadinya pengeringan
sel-sel
tepi
daun,
daun
muda
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
menunjukkan warna keputihan. Hal ini
karena terhambatnya enzim pensintesis
klorofil (Haryanti, dkk, 2009).
Tanah pascatambang memiliki
kandungan logam berat tinggi dan
bersifat racun bagi tanaman sehingga
mengganggu
proses
metabolisme
tanaman maka proses fisiologi tanaman
akan terganggu. Menurut Jaya (2014)
bahwa kandungan logam berat Hg di
dalam tanah pascatambang emas
Bombana (6,5ppm), Cu (644,79ppm)
dan Zn (360ppm). Data ini menunjukkan
angka yang bersifat toksik apabila
terkandung pada tumbuhan maupun
mahluk hidup lainnya (Nopriani, 2011
dalam Jaya, 2014). Tumbuhan yang
toleran terhadap cekaman lingkungan
selain mempunyai mekanisme tersendiri
dalam
menghadapi
cekaman
lingkungan juga mempunyai kelebihan
tersendiri seperti adaptasi secara
biokimia. Adaptasi biokimia yang
dimaksud seperti klorofil, vitamin C,
alkaloid,
antosianin
dan
lain
sebagainya. Metabolit sekunder secara
umum akan meningkat akumulasinya di
dalam tubuh tanaman pada saat
tanaman
mengalami
cekaman
lingkungan (Hopkins, 1999).
Karakter trikoma (panjang dan
jumlah), indeks kadar klorofil dan
alkaloid akan berubah sebagai respon
tanaman
terhadap
perubahan
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di
atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang karakter anatomi dan
fisiologi tanaman jati (Tectona grandis
L.)
yang
ditanam
pada
tanah
pascatambang emas Bombana dengan
variasi dosis pupuk kandang kambing.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui karakter
anatomi (panjang dan jumlah trikoma)
karakter fisiologi (indeks kadar klorofil
115
dan kadar alkaloid) tanaman Jati
(Tectona grandis L.) yang ditanam pada
tanah pascatambang emas Bombana
dengan variasi dosis pupuk kandang
kambing.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah
kaca dan Laboratorium Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Halu Oleo Kendari,
dengan menggunakan alat dan bahan
seperti yang diuraikan berikut ini:
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat
Mikroskop Leica, Mikroskop Nikon
Eclipse
Ti,
Timbangan
Analitik
CHEETAH JA 5003 B, Sentrifuga
BOECO, Hot Plate, Klorofimeter Konica
Minolta , kamera digital, oven, botol
selai, Erlenmeyer, Corong, Cawan petri,
Pipet
tetes, Gelas Ukur, Spatula,
Tabung Reaksi, Kaca obyek dan kaca
penutup, Silet, Gunting, Alat tulis,
Mortal. Bahan-bahan yang digunakan:
daun jati (Tectona grandis L.), Asam
asetat 10% dalam etanol, Ammonium
hidroksida, Kertas saring whatman 41,
Aquades, Larutan FAA (Formalin,
alkohol, asamacetat glacial) 90%,
Reagen Gliserin 30%, Safranin, Bayclin,
Aluminium Foil, Kuteks bening.
Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
variabel bebas meliputi pemberian
variasi dosis pupuk kandang kambing
100g, 125g Variabel terikat meliputi
karakter anatomi (panjang dan jumlah
trikoma) dan fisiologi (indeks kadar
klorofil dan kadar alkaloid) daun jati
(Tectona grandis L.).
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
Jenis dan Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah eksperimental. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan 3 perlakuan dosis pupuk
dan 1 kontrol (tanpa pupuk) dengan
masing-masing 3 kali ulangan, sehingga
seluruhnya terdapat 12 unit percobaan.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Media Tanam
Penyiapan media tanam yang
dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa tahap yaitu tanah yang
digunakan adalah tanah pascatambang
emas Bombana yang diambil dari lokasi
pertambangan pada media sub soil
masing masing polybag berisi 10kg
tanah. Pupuk kandang yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kotoran
kambing,
yang
telah
dilakukan
pengolahan menjadi pupuk dalam
bentuk kering, berdasarkan dosis yang
digunakan (100g, 125g, dan 150g)
dibagi ke dalam polybag yang telah
disediakan yang dicampur secara
merata.
Pembuatan media tanam terdiri
dari media konsentrasi dan kontrol
dimana media perlakuan konsentrasi
berisi tanah pascatambang sebanyak
10kg tanah ditambah pupuk kandang
kambing berdosis 100g (K1), 125g (K2)
dan 150g (K3), sedangkan untuk media
kontrol (K0) berisi tanah pascatambang
sebanyak 10kg/polybag yang dicampur
dengan kapur kalsit 10g/10 kg tanpa
penambahan pupuk kandang kambing.
Penanaman dan pemeliharaan
Bibit yang ditanam berumur 3
bulan berasal dari benih yang seragam
dan tidak terinfeksi mikroorganisme,
bibit jati diperoleh dari Dinas Holtikultura
Sulawesi Tenggara. Penanaman bibit
116
dilakukan dengan cara menanamkan
bibit dengan kedalaman ± 5 cm, 1
polybag dengan 1 bibit jati, kemudian
ditutup
kembali
dengan
tanah.
Penyiraman dilakukan setiap hari, air
yang digunakan adalah air sumur bor,
penyiraman dilakukan dengan volume
yang sama yaitu 400 mL dan waktu
penyiraman dilakukan pada pagi hari
jam 08.00-09.00 WITA. Pemanenan
dilakukan
setelah
usia
tanaman
mencapai 12 minggu atau 3 bulan.
Pengambilan sampel daun
Pengambilan sampel daun jati
(Tectona grandis L.) diambil setiap
tanaman
pada
masing-masing
perlakuan. Mengambil daun kedua
untuk pengamatan fisisologi dan daun
ketiga untuk pengamatan anatomi.
Sampel daun yang ketiga untuk
pengamatan anatomi dimasukan ke
dalam botol selai yang sudah diisi
larutan FAA (larutan fiksatif), dan diberi
label pada setiap perlakuan.
Pengamatan anatomi daun jati
(Tectona grandis L.)
Pengamatan anatomi trikoma
daun jati (Ezeibekwe, et al., 2013) yaitu
daun jati difiksasi dalam larutan fiksatif
(FAA). Kemudian
dicuci dengan
akuades.
Daun
disayat
secara
paradermal pada permukaan atas daun
(adaksial) dan permukaan bawah daun
(abaksial) (bagian pertulangan daun).
Sayatan direndam ke dalam bayclin
untuk menghilangkan klorofil. Sayatan
epidermis daun diwarnai dengan
pewarna tunggal yaitu safranin 1%
(aquosa). Kemudian sayatan yang telah
diwarnai
dibilas
kembali
dengan
akuades.
Sayatan
diambil
dan
diletakkan di atas kaca objek (usahakan
jangan
sampai
terlipat
atau
menggulung) lalu teteskan larutan
gliserin 30%. Tutup dengan kaca
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
117
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
penutup, bersihan sisa larutan gliserin
30%. Pinggiran kaca penutup diolesi
kutek bening. Sayatan daun diamati di
bawah mikroskop serta mengambil
gambar trikoma lalu mengukur luas
bidang pandang, dihitung panjang dan
jumlah trikoma. Untuk mengukur
panjang trikoma dengan cara ditarik
garis dari pangkal sampai ujung
terpanjang dari trikoma menggunakan
program softward.
Pengamatan fisiologi indeks kadar
klorofil dan alkaloid daun jati
(Tectona grandis L.)
Analisis Indeks Kadar Klorofil
(CCI)
menggunakan
klorofil
meter Konica Minolta. Analisis kadar
Alkaloid dimulai dengan ekstraksi
alkaloid diawali dengan menimbang
0,2g daun Jati segar (Tectona grandis
L.) (berat basah) lalu ditambahkan
10mL asam asetat 10% dalam etanol
kemudian ditutup dan dibiarkan selama
4 jam. Setelah itu campuran disaring
dan ekstraknya dipekatkan pada
penangas air hingga volume semula
menjadi 1/4-nya dan ditambahkan
amonium hidroksida pekat ke dalam
ekstrak sampai endapannya sempurna
kemudian disentrifugasi selama 3 menit,
kemudian endapannya dikumpulkan
dan dicuci dengan amonium hidroksida
lalu disaring dan residu dikeringkan
(Seniwaty, dkk., 2009). Kadar alkaloid
daun
dianalisis
dengan
cara
mengeringkan residu hasil ekstraksi
daun kemudian menimbang residu
tersebut (Harborne, 1973).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Panjang trikoma (µm) daun tanaman
Jati (Tectona grandis L.)
Rerata
panjang
trikoma
(abaksial) daun jati (Tectona grandis L.)
pada setiap perlakuan variasi dosis
pupuk kandang kambing dan kontrol
(tanpa pupuk kandang) pada tanah
pascatambang
emas
Bombana
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata Panjang TrikomaAbaksial Daun Jati (µm)
Perlakuan
Panjang trikoma
Ulangan
Rata-rata ± Std
I
II
III
K0
983,3 881,1 569, 811,30
a ±
3
1
44
215,596
K1
1040,
360
788,
729,63 a ±
56
33
344,056
K2
932,2 1160 894,
995,46 a ±
2
17
143,757
K3
527,7 1124, 707,
786,67 a ±
8
44
78
306, 052
Keterangan: Angka yang diikuti dengan
huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf kepercayaan 95%
K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang
100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk
kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis
pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah .
Berdasarkan
Tabel
1,
menunjukkan perbedaan rerata panjang
trikoma (abaksial) daun jati (Tectona
grandis L.) pada umur 12 MST yang
ditanam pada tanah pascatambang
emas Bombana dengan pemberian
variasi dosis pupuk kandang kambing.
Hasil pengukuran panjang
trikoma
(abaksial) daun jati (Tectona grandis L.)
tertinggi pada K2 (995,46µm), kemudian
K0 (kontrol) (811,30µm), dan K3
(786,67µm) sedangkan panjang trikoma
daun jati pada sisi abaksial terendah
pada K1 (729,63µm). Berdasarkan uji
ansira menunjukkan bahwa kontrol dan
perlakuan variasi dosis pupuk kandang
kambing tidak berpengaruh signifikan
(P>0,05) pada taraf kepercayaan 95%
terhadap panjang trikoma daun jati.
Meskipun tidak berbeda signifikan
secara statistik terhadap panjang
trikoma pada sisi abaksial, namun
tampak adanya perbedaan panjang
trikoma pada kontrol dan perlakuan
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
118
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
pupuk kandang kambing yang disajikan
pada gambar 1.
1200
Panjang trikoma - abaksial daun
jati (Tectona grandis) (µm)
a
1000
800
600
a
811,296
a
995,46
a
786,67
729,63
400
200
0
K0
K1
Keterangan: Angka yang diikuti dengan
huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf kepercayaan 95%
K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang
100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk
kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis
pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah .
K2
K3
Gambar 1. Histogram rerata panjang
trikoma (abaksial) daun jati
(Tectona grandis L.) pada
kontrol
dan
perlakuan
variasi
dosis
pupuk
kandang kambing
Berdasarkan
gambar
1,
menunjukkan bahwa pada K2 terlihat
jelas
memiliki
panjang
trikoma
(abaksial) tertinggi diantara semua
perlakuan
dosis pupuk kandang
kambing dan kontrol.
Rerata
panjang
trikoma
(adaksial) daun jati (Tectona grandis L.)
pada setiap perlakuan variasi dosis
pupuk kandang kambing dan kontrol
(tanpa pupuk kandang) pada tanah
pascatambang
emas
Bombana
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Panjang Trikoma Adaksial Daun Jati (µm)
Panjang trikoma
Rata-rata
Perlakuan
Ulangan
± Std
I
II
III
K0
440,5 274, 480,
406,203a
6
17
83
± 109,556
K1
396,6 306, 356,
353,452a
7
72
07
± 45,045
K2
28,3 295, 296,39a ±
312,5
9
28
15,584
K3
269,4 283, 280,
277,575a
4
05
24
± 7,185
Berdasarkan
Tabel
2,
menunjukkan perbedaan rerata panjang
trikoma (adaksial) daun jati (Tectona
grandis L.) pada umur 12 MST dengan
pemberian variasi dosis pupuk kandang
kambing. Hasil pengukuran panjang
trikoma (adaksial) daun jati (Tectona
grandis L.) tertinggi pada K0 (kontrol)
(406,203µm),
kemudian
K1
(353,452µm), dan K2 (296,39µm) dan
terendah
pada
K3(277,575µm).
Berdasarkan uji ansira menunjukkan
bahwa kontrol dan perlakuan variasi
dosis pupuk kandang kambing tidak
berpengaruh signifikan (P>0,05) pada
taraf kepercayaan 95% terhadap
panjang trikoma daun jati. Meskipun
tidak berbeda signifikan secara statistik
terhadap panjang trikoma pada sisi
adaksial, namun tampak adanya
perbedaan panjang trikoma pada kontrol
dan perlakuan variasi dosis pupuk
kandang kambing yang disajikan pada
gambar 2.
500
400
Panjang trikoma - adaksial daun
jati (Tectona grandis) (µm)
a
406,203
a
353,452
300
a
a
296,39
277,575
K2
K3
200
100
0
K0
K1
Gambar 2. Histogram Rerata panjang
trikoma (adaksial) daun jati (Tectona
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
119
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
grandis L.) pada kontrol dan perlakuan
variasi dosis pupuk kandang kambing
Berdasarkan
gambar
2,
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa
pupuk kandang kambing (K0) terlihat
jelas
memiliki
panjang
trikoma
(adaksial) tertinggi diantara semua
perlakuan variasi dosis pupuk kandang
kambing.
Jumlah trikoma daun tanaman
(Tectona grandis L.)
Jati
Rerata
jumlah
trikoma
(abaksial) pada pertulangan daun jati
(Tectona grandis L.) pada kontrol dan
perlakuan variasi dosis pupuk kandang
kambing,
persatuan
luas
bidang
2
pandang mikroskop (1,40 mm ) pada
tanah pascatambang emas Bombana
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Jumlah Trikoma Abaksial Daun Jati
Jumlah trikoma
Rata(mm2)
Perlak
rata ±
uan
Ulangan
Std
I
II
III
K0
1,5 2,2 2,23 2,016a ±
88
21
8
0,370
K1
1,7 1,6 1,58 1,667a ±
46
67
8
0,079
K2
1,9 2,4 2,99 2,486a ±
84
76
9
0,507
K3
6,2 2,0 2,09 3,481a ±
86
63
5
2,428
Keterangan: Angka yang diikuti dengan
huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf kepercayaan 95%
K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang
100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk
kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis
pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah .
Berdasarkan
Tabel
3,
menunjukkan perbedaan rerata jumlah
trikoma (abaksial) daun jati (Tectona
grandis L.) pada umur 12 MST dengan
variasi dosis pupuk kandang kambing
yang
ditanam
pada
tanah
pascatambang emas Bombana.
Hasil
perhitungan
jumlah
trikoma (abaksial) daun jati (Tectona
grandis L.) tertinggi terdapat pada
perlakuan K3 (3,481), kemudian K2
(2,486), dan K0 (kontrol) (2,016)
sedangkan panjang trikoma daun jati
pada sisi abaksial terendah pada
perlakuan K1 (1,667). Berdasarkan uji
ansira menunjukkan bahwa kontrol dan
perlakuan variasi dosis pupuk kandang
kambing tidak berpengaruh signifikan
(P>0,05) pada taraf kepercayaan 95%
terhadap jumlah trikoma daun jati.
Meskipun tidak berbeda signifikan
secara statistik terhadap jumlah trikoma
pada sisi abaksial, namun terdapat
perbedaan jumlah trikoma pada kontrol
dan perlakuan pupuk kandang kambing
yang disajikan pada gambar 3.
Jumlah trikoma - abaksial daun
jati (Tectona grandis)
4
a
3,481
3
2
a
a
2,016
1
a
2,486
1,667
0
K0
K1
K2
K3
Gambar 3. Histogram Rerata jumlah
trikoma (abaksial) daun
jati (Tectona grandis L.)
pada kontrol dan perlakuan
variasi
dosis
pupuk
kandang kambing
Berdasarkan
gambar
3,
menunjukkan bahwa K3 terlihat jelas
memiliki jumlah trikoma (abaksial)
terbanyak diantara semua perlakuan
dosis pupuk kandang kambing dan
kontrol.
Rerata
jumlah
trikoma
(adaksial) daun jati (Tectona grandis L.)
setiap perlakuan dan kontrol persatuan
luas bidang pandang mikroskop (1,40
mm2) pada tanah pascatambang emas
Bombana disajikan pada Tabel 4.
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
120
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
Tabel 4. Rerata Jumlah Trikoma Adaksial Daun Jati
Jumlah trikoma
(mm2)
Rata-rata
Perlakuan
Ulangan
± Std
I
II
III
K0
3,96 3,60 4,11
3,894a ±
8
3
1
0,261
K1
3,14 3,20 3,04
3,132a ±
3
6
7
0,080
K2
3,23 3,33 3,38
3,317a ±
7
3
1
0,073
K3
6,03 3,04 3,14
4,047a ±
2
7
3
0,696
Keterangan: Angka yang diikuti dengan
huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf kepercayaan 95%
K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang
100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk
kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis
pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah .
Berdasarkan
Tabel
4,
menunjukkan perbedaan rerata jumlah
trikoma (adaksial) daun jati (Tectona
grandis L.) pada umur 12 MST dengan
pemberian variasi dosis pupuk kandang
kambing yang ditanam pada tanah
pascatambang emas Bombana. Hasil
perhitungan jumlah trikoma (adaksial)
daun jati (Tectona grandis L.) tertinggi
terdapat pada perlakuan K3 (4,047),
kemudian K0 (kontrol) (3,894), dan K2
(3,317) sedangkan jumlah trikoma daun
jati pada sisi adaksial terendah pada K1
(3,132).
Berdasarkan
uji
ansira
menunjukkan bahwa kontrol dan
perlakuan variasi dosis pupuk kandang
tidak berpengaruh signifikan (P>0,05)
pada taraf kepercayaan 95% terhadap
jumlah trikoma (adaksial) daun jati.
Meskipun tidak berbeda signifikan
secara statistik terhadap jumlah trikoma
pada sisi adaksial, namun adanya
perbedaan jumlah trikoma pada K0 dan
perlakuan pupuk kandang terlihat pada
gambar 10.
5
Jumlah trikoma - adaksial daun jati
(Tectona grandis L.)
3
a
a
4
3,894
a
a
3,132
3,317
K1
K2
4,047
2
1
0
K0
Gambar 4. Histogram Rerata jumlah
trikoma (adaksial) daun
jati (Tectona grandis L.)
pada
kontrol
dan
perlakuan variasi dosis
pupuk kandang kambing
Berdasarkan
gambar
4,
menunjukkan bahwa pada perlakuan
variasi dosis pupuk kandang kambing
K3 terlihat jelas memiliki jumlah trikoma
(adaksial) terbanyak diantara semua
perlakuan dosis pupuk kandang dan
kontrol.
Berdasarkan
pengamatan
karakter anatomi trikoma daun jati pada
kedua sisi abaksial dan adaksial pada
perlakuan
dosis
pupuk
kandang
kambing dan kontrol ditemukan 3 tipe
trikoma,
yaitu
tipe
multiseluler
bercabang pada pertulangan daun
(abaksial), tipe uniseluler ramping dan
tipe biseluler pada permukaan daun
(adaksial).
Terdapat perbedaan karakter
anatomi dari jumlah cabang trikoma
pada sisi abaksial untuk masing-masing
perlakuan
dosis
pupuk
kandang
kambing, dimana pada K0 belum
memiliki cabang trikoma, pada K1
hanya memiliki satu cabang di ujung
trikoma, pada K2 sudah memiliki 2
percabangan
di
ujung
trikoma,
sedangkan pada K3 memiliki 3-4
percabangan di ujung trikoma. Adapun
trikoma pada sisi adaksial memiliki
jumlah trikoma yang berbeda untuk tiap
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
K3
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
perlakuan
dosis
pupuk
kandang
kambing, dimana K3 memiliki jumlah
trikoma yang tertinggi dibandingkan
dengan K1, K2 dan K0. Visualisasi
karakter antomi trikoma daun tanaman
jati (Tectona grandis L.) pada penelitian
ini dapat dilihat pada gambar 4 dan 5
berikut:
Gambar 4. Tipe trikoma (multiseluler
bercabang) pada sisi
abaksial
daun
jati
(Tectona grandis
L.)
setiap perlakuan variasi
dosis pupuk kandang
kambing
dan
tanpa
pupuk kandang pada
tanah
pascatambang.
Perbesaran 100 X
K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang
100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk
kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis
pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah .
Gambar 5. Tipe trikoma (biseluler) pada
sisi adaksial daun jati
(Tectona grandis L.) setiap
perlakuan
variasi
dosis
pupuk kandang kambing
dan tanpa pupuk kandang
pada tanah pascatambang.
Perbesaran 100 X
K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang
100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk
121
kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis
pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah .
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pemberian variasi dosis pupuk
kandang kambing tidak berpengaruh
signifikan terhadap panjang dan
jumlah trikoma pada kedua sisi
(abaksial/adaksial) daun tanaman jati
(Tectona grandis L.) .
2. Terdapat 3 tipe trikoma daun
tanaman jati (Tectona grandis L.)
yang
ditanam
pada
tanah
pascatambang emas dengan variasi
pupuk kandang kambing, yaitu tipe
multiseluler
bercabang
pada
pertulangan daun (abaksial), tipe
uniseluler ramping dan tipe biseluler
pada permukaan daun (adaksial).
DAFTAR PUSTAKA
Agren, J., and Schemske, D., 1994,
Evolution of trichome number ina
naturalized
population
of
Brassica rapa. Am Natural.
143:1–13
Ahsana D., Hamidah, Soedarti T.,
CESA. 2011, Keanekaragaman
Varietas
Dan
Hubungan
Kekerabatan Pada Tanaman Jati
(Tectona grandis Linn.) Melalui
Pendekatan Morfologi Di Kebun
Bibit
Permanen
Kecamatan
Kedungpring
Lamongan,
Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Ahyani, 2011, Pengaruh Kegiatan
Penambangan Emas Terhadap
Kondisi Kerusakan Tanah Pada
Wilayah Pertambangan Rakyat
Di Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara,
Tesis,
Program
Pascasarjana
Universitas
Diponegoro Semarang.
Ai, S.N dan Banyol, Y., 2011,
Konsentrasi
Klorofil
Daun
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
Sebagai Indikator Kekurangan
Air Pada Tanaman, J. Ilmiah
Sains 11 (2).
Alfian, Z, 2006, Merkuri Antara Manfaat
dan Efek Penggunaanya Bagi
Kesehatan
manusia
dan
lingkungannya,
USU
Respository.
Andrita,
F.,
2014,
Optimalisasi
Pertumbuhan Bibit Tanaman
Jambu
Mete
(Anacardium
occidentale L.) dan Distribusi
Logam Berat (Hg, Ag dan Cu)
dengan Pemberian Variasi Dosis
Pupuk Kandang Sapi pada
Tanah Pascatambang Emas
Bombana Sulawesi Tenggara,
Skripsi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
Araya, H.T., Soundy, P., dan Steyn,
J.M.,
Landular
And
NonGlandular Trichome Density Of
Rose-Scented
Geranium
(Pelargonium
Spp.)
As
Influenced
By
Source
Of
Nitrogen, Departemen Produksi
Tanaman dan Ilmu Tanah,
Universitas Pretoria, Pretoria.
Arief I. I., Suryati T., Afiyah, D. N. and
Wardhani,
D.
P.,
2014,
Physicochemical
and
organoleptic of beef sausages
with teak leaf extract (Tectona
grandis) addition as preservative
and natural dye, Department of
Animal
Production
and
Technology, Faculty of Animal
Science,
Bogor
Agricultural
University, IFRJ 21(5): 20332042.
Arienzo, M., Adamo P., Cozzolino V,
2005, The Potention of Lolium
Perenne For Revegetation of
Contamined
Soil
from
a
metallurgical
Site,
Elsevier
Science, 319 : 13-25.
Bandyopadhyay T., Gangopadhyay G.,
Poddar R., dan Mukherjee K.K.,
2004,
Keanekaragaman
Trikoma,
distribusi
dan
kepadatan di aklimatisasi jati
(Tectona grandis L.) tanaman
yang ditanam secara in vitro,
Department of Botany, Bose
122
Institute West Bengal, India,
Plant Cell, Tissue and Organ
Culture 78 : 113–121.
BKPMD dan PTSP, 2014, Keadaan
Wilayah Kabupaten Bombana,
BKPMD dan PTSP Sulawesi
Tenggara.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell,
L.G., 2002, Biology Jilid I,
Erlangga, Jakarta.
Direktorat, J.M., 2009, Batubara dan
Panas Bumi,
RPP Tentang
Reklamasidan
Pascatambang
Sebagai Bagian Pelaksanaan
UU Minerba, Edisi 5, WARTA
Mineral, Batubara & Panas
Bumi, Jakarta : 4.
Ezeibekwe I.O, Nwagbara E.C, Okeke
S.E and Isaac U., 2013,
Comparative Leaf Epidermal
Features Of Gmelina Arborea,
Tectona Grandis, Clerodendron
Spledems, Vitex Doniana, And
Vitex
Simplicifolia
(Verbenaceae), epartment of
Plant
Science
and
Biotechnology,
Imo
State
University
Owerri,
Nigeria.
Global Research Journal of
Science 2(2):73-76
Goncalves L. de A., Azevedo A.A.,
Otoni W.C., Characterization
And Ontogeny Of The Glandular
Trichomes Of Ocimum Selloi
Benth.
(Lamiaceae)
Universidade Federal de Goiás,
Instituto de Ciências Biológicas,
Departamento de Biologia Geral,
Goiânia, GO, Brasil, Acta
Botanica Brasilica, 24 (4).
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia.
Penuntun
Cara
Modern
Menganalisis Tumbuhan, Edisi
ke-2.
London
New
York,
Chapman and Hall.
Hartati, I., 2010, Isolasi Alkaloid dari
Tepung Gadung (Dioscorea
hipsida Dennst) dengan teknik
Ekstraksi Berbantu Gelombang
Mikro,
Tesis,
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Haryanti, S., Setiari N., Hastuti, R.B.,
Hastuti E.D., dan Nurchayati
,Y., 2009, Respon Fisiologi
dan Anatomi Eceng Gondok
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
(Eichornia crassipes
(Mart)
Solm) di Berbagai Perairan
Tercemar. Jurnal Penelitian
Sains dan Teknologi. 10 (1)
:30-40.
Hasria,
2015,
Pertumbuhan
dan
Distribusi Logam Merkuri (Hg)
Dalam Organ Tanaman Jati
(Tectona
grandis
L.)Yang
Ditanam
Pada
Tanah
Pascatambang Emas Bombana
Dengan Perlakuan Konsentrasi
Pupuk
Kandang
Kambing,
Skripsi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
Hendrival, L., dan Rega, H., 2013,
Perkembangan
Spodoptera
Litura F. (Lepidoptera noctuidae)
Pada
Kedelai,
Fakultas
Pertanian,
Universitas
Malikussaleh, J. Floratek, 8 : 88
– 100
Hidayati, N., 1999, Degradasi Lahan
Pasca Pertambangan Emas dan
Upaya Reklamasinya Kasus
Penambangan Emas JampangSukabumi. Prosidang Kongres
Nasional VII HITI: Pemanfaatan
Sumberdaya
Tanah
Sesuai
dengan
Potensinya
Menuju
Keseimbangan
Lingkungan
Hidup
dalam
Rangka
Meningktkan
Kesejahteraan
Rakyat.
Hopkins, W. G., 1999, Introduction to
Plant Physiology, Toronto, John
Wiley and Sons, Inc.
Indranada, K. R., 1986, pengolahan
kesuburan Tanah, Jakarta.
Irwanto, 2006, Usaha Pengembangan
Jati (Tectona grandis L.),
Jurnal,
http://save
forest.webs.com/jati.pdf.
Jaya, I.,B., 2014, pengaruh pupuk
kandang terhadap produktivitas
dan akumulasi logam berat Hg,
Zn, dan Cu dalam tanaman
Cabai merah besar (Capsicum
annum L.) yang ditanam pada
tanah
pascatambang
emas
bombana Sulawesi tenggara,
Skripsi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
123
Johnson, R., 2002, Biology. Edisi VI,
McGraw- Hill Higher Education.
Juliarni, Dewanto H.A.,dan Ermayanti
.T.M., 2007, Karakter Anatomi
Daun
dari
Kultur
Tunas
Artemisia annua L. Bioteknologi
LIPI Cibinong Bogor, Bul. Agron.
35 (3) : 225 – 232.
Karliansyah,
M.R.,
2001,
Aspek
Lingkungan
dalam
AMDAL
Bidang Pertambangan, Pusat
Pengembangan dan penerapan
AMDAL, Jakarta.
Keraf, A. S., 2002, Etika Lingkungan,
Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Levitt, J., 1974, Introduction to Plant
Physiology, Second Edition, The
C.V Mosby Company, America.
Lingga, P.dan Marsono, 2001, Petunjuk
Penggunaan Pupuk, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Maffei, M., Chialva, F., and Sacco, T.,
1989. Glandular trichomes and
essential oils in developing
peppermint
leaves,
New
Phytologist, 111: 707-716.
Majenah, 2007, Pertumbuhan Tanaman
jati (Tectona grandis L.) Pada
Beberapa Sistem Lahan Di
Kalimantan, Fakultas kehutanan,
J. RIMBA 12(1): 43-50.
Metson, A. J. 1961, Methods of
Chemical Analysis for Soil
Survey Samples. Soil Bulletin,
12 GVT Printer Wellington,
DSIR, New Zealand.
Muliati, 2011, Kapasitasi Pertumbuhan
Bibit Jati dengan Pemberian
Pupuk
Kandang,
Skripsi,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Halu Oleo, Kendari.
Mishra, S.S., Mishra,
K.N., and
Mahananda,
M.R.,
2013,
Chlorophyll Content Studies
From Inception Of Leaf Buds
To Leaf-Fall Stages Of Teak
(Tectona grandis) Of Kapilash
Forest Division, Dhenkanal,
Odisha, Journal of Global
Biosciences, 2 (1): 26-30.
Munsif, S. , Khan M.A., Ahmad, M.,
Zafar, M., Shah G.M., Shaheen,
N., 2007, Leaf Epidermal
Anatomy as an Aid to the
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
Identification of Genera Lantana,
Verbena and Vitex of Family
Verbenaceae from Pakistan,
Department of Plant Sciences,
Quaid-i-Azam
University,
Islamabad, Pakistan, Journal Of
Agriculture & Social Sciences, 3
(2).
Nisa’ akhda D., K., 2009, Pengaruh
Dosis Dan Waktu Aplikasi
Kompos Azolla Sp Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Bayam
Merah (Alternanthera amoena
Voss), Skripsi, Jurusan Biologi
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (Uin)
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Nugroho, H., Purnomo dan I. Sumardi,
2006,
Struktur
dan
Perkembangan
Tumbuhan,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Purba, F. D., 1999, Pengaruh Suksesi
Vegetasi Terhadap Kapasitas
Infiltrasi
Tanah
Bekas
Penambangan Emas Rakyat di
Kawasan Hutan Alam Mandor,
Fakultas Pertanian, Universitas
Tanjungpura, Pontianak.
Pranata, A. S., 2010. Meningkatkan
Hasil Panen dengan Pupuk
Organik. Agro Media. Jakarta
Selatan.
Rahardjo, S.S., Ngatijan dan Pramono,
S., 2005, Influen Of Etanol
Extract Of Jati Belanda Leaves
(Guazuma Ulmifolia Lamk) On
Lipase Enzym Activity Of Rattus
Norvegicus Serum, Yogyakarta,
Inovasi 4 (97): 48-49.
Rinsema, W.J., 1983, Pupuk dan Cara
Pemupukan, Bharata, Jakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik
Tumbuhan
Tinggi,
a.b:
terjemahan
Kosasih
Padmawinata, ITB, Bandung.
Sahidin,
2012, Mengenal Senyawa
Alami, Unhalu Press, kendari
Salisbury F.B. and Ross, C.W., 1995,
Fisiologi Tumbuhan Jilid II, ITB,
Bandung.
Sandy, N. J., Nurhidayati. T., Purwani
K.I., Profil Protein Tanaman
Kiambang (Salvinia molesta)
Yang Dikulturkan Pada Media
Modifikasi Air Lumpur Sidoarjo,
124
Program Studi Biologi, Fakultas
Matematika Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya.
Sangman, Lee, Jae S. Moon, Leslie
L Domier, Schuyler S. Norban.
2002.
Molecular
Characterization
of
Phytochelatin
Synthase
Expression
in Transgenic
Arabidopsis.
Plant. Physiol.
Biochem. 40. 727-733.
Sarief, S.E., 1989, Kesuburan Klan
Pemupukan Tanah Pertanian,
Pustaka Buana, Bandung.
Schrisema, J. and R. Verpoorte, 1992,
Search for Factors Related to
The Indole
Alkaloid Production in Cell
Suspension
Cultures
of
Tabernaemontana
Divaricata, Plant Medicine. 58:
245-249.
Selmar, D., 2008, Potential of Salt and
Drought Stress to Increase
Pharmaceutical
Significant
Secondary
Compounds
in
Plants, Agriculture and Forestry
Research, 58: 139-14
Seniwaty, Raihanah, Ika K.N., dan Dewi
U., 2009, Skrining Fitokimia Dari
Alang-Alang (Imperata cylindrica
L.Beauv)
dan
Lidah
Ular
(Hedyotis corymbosa L.Lamk),
Sains dan Terapan Kimia, 3:124133.
Simbala, H . E., 2009, Analisis Senyawa
Alkaloid
Beberapa
Jenis
Tumbuhan Obat Sebagai Bahan
Aktif
Fitofarmaka,
Pacific
Journal, 1: 489-494.
Srivastava, A.K. (1978). Study of leaf
epidermis in the genus digitaria
rich (Gramineae). J. Ind. Bot.
Soc. 37:155-160.
Steenis, V., 1997, Flora, Edisi VII, PT
pradnya paramita, Jakarta :
351
Styaningrum, L., Koesriharti, Moch.
Maghfoer D., 2013, Respons
Tanaman Buncis (Phaseolus
vulgaris L.) Terhadap Dosis
Pupuk Kandang Kambing Dan
Pupuk Daun Yang Berbeda,
Fakultas Pertanian, Universitas
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah
Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing
Brawijaya, Malang, J. Produksi
tanaman. 1 (1) : 55.
Sulaksana
dan
Dadang,
2002,
Kemuning dan Jati Belanda,
Penebat Swadaya, Jakarta.
Sumarna,
Y., 2001, Budidaya Jati,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutedjo, M.M, 1995, Pupuk dan Cara
Pemupukan,
Rineka
Cipta,
Jakarta.
Tan, K.H., 1993, Enviromental Soil
Science, Mercel Dekker, Inc,
New York.
Tianren, Y. 1985. Physical Chemistry of
Paddy Soils. Science Press.
Beijing and Springer-Verlag,
Berlin.
Tini, N. dan Amri. K., 2002,
Mengebunkan
Jati
Unggul
Pilihan investasi prospektif, Agro
Media Pustaka, Jakarta.
Yusuf, 2012, Kandungan Hara Pupuk
Kandang. http:// tohariyusuf.
Blogspot.
Com/
2012/08/kandungan hara pupuk
kandang.
html
diakses
September 2014.
Widowati, A., Astono, J., Purwanto, A.,
2014, Influence Of Frequency
Natural Grasshoppers Sound To
Eaf Chlorophyll Content Teak
(Tectona grandis) And Peanut
(Arachis hypogaea) As Natural
Science Learning Resources,
Proceeding
of
International
Conference
On
Research,
Implementation And Education
Of Mathematics And Sciences,
Yogyakarta State University.
Widowati, L,R., Sri Widati, U , Jaenudin
dan W, Hartatik 2005, Pengaruh
Kompos Pupuk Organik Dan
Pupuk Hayati Yang Efektif
Untuk
Budidaya
Sayuran
Organik,
Laporan
Proyek
Penelitian
Progam
Pengembanangan
Agibisnis,
Balai Penelitian Tanah , TA
2005.
Widyastuti S.M., dan Sumardi, 2004,
Dasar-Dasar
Perlindungan
Hutan, Gadjah Mada University
press, Yogyakarta.
Wijaya. 2006. Pengaruh Dosis Pupuk
Nitrogen dan Jumlah Benih
125
Perlubang
Terhadap
Pertumbuhan
dan
Hasil
Tanaman
Bayam.
Fakultas
Pertanian Unswagati , Jurnal
Agrijati, Cirebon.
Woolley, J.G., 2001, Plant Alkaloids,
De
Montfort
University,
Leicester, Encyclopedia Of Life
Sciences UK, Nature Publishing
Group.
Zhang, X., and Oppenheimer, D.G.,
2004, A Simple And Efficient
Method For Isolating Trichomes
For Downstream Analyses, Plant
cell physiol, 45 (2) : 221-4.
Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015
Download