Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 113 KARAKTER TRIKOMA DAUN TANAMAN JATI (Tectona grandis L.) YANG DITANAM PADA TANAH PASCATAMBANG EMAS BOMBANA DENGAN VARIASI DOSIS PUPUK KANDANG KAMBING Sri Ambardini1*, Indrawati1, Ratnaeni2 1 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari 1* [email protected] ABSTRACT The purpose of this study was to determine: the character trichomes of the plant teak (Tectona grandis L.) planted on gold post-mining soil Bombana with variation dose of goat manure. This research is experimental use completely randomized design with 4 treatment, namely without goat manure (control/K0), and treatment of goat manure 100g 10kg-1 soil (K1), 125g 10kg-1 soil (K2), and 150g 10kg-1 soil (K3) in repeated 3 times. Teak plant parameters observed were the levels of length and number trichomes on the side abaksial and adaksial leaves (Tectona grandis L.). The results showed that goat manure of the treatments K2 gives the highest value of length trichomes abaksial (995,46 µm), highest length trikomes adaksial K0 (406,203µm). The biggest number trikomes abaksial on K3 (3,481) and biggest number trichomes adaksial on K3 (4,047) too. Three character anatomy of trichomes was found in this research, namely dichotome multiselluler type on the abaksial leaf surface, slim uniselluler and biselluler type on the adaksial leaf surface. Key words: Teak (Tectona grandis L.), Goat manure, post-mining soil, trichomes. Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah mineral emas dan perak, yang termasuk dalam golongan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable). Pertambangan emas merupakan salah satu sumber daya alam potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber devisa untuk pembangunan nasional dan menambah lapangan kerja. Sulawesi Tenggara termasuk salah satu kawasan pertambangan nasional, diantaranya pertambangan emas di Kabupaten Bombana yang ditemukan pada bulan Mei 2008 (Ahyani, 2011). Kegiatan pertambangan emas, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh perusahaan memberikan pengaruh buruk pada lingkungan, yaitu mengakibatkan lahan pascatambang menjadi miskin hara, nilai pH rendah, bersifat toksis karena kandungan logam yang tinggi, kapasitas menahan air rendah, kandungan bahan organik rendah dan kondisi lahan yang tidak stabil. Sifat-sifat tersebut dapat menjadi penghambat untuk pertumbuhan tanaman (Karliansyah, 2001). Penanganan lahan krisis pascatambang secara baik dan benar serta pemilihan tanaman yang tepat merupakan kunci keberhasilan reklamasi lahan – lahan tersebut. Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah pascatambang. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang toleran, misalnya jati (Tectona grandis L.), yang telah terbukti adaptif untuk tanah pascatambang emas Bombana (Muliati, 2011). Tanaman ini dapat berfungsi sebagai tanaman revegetasi 114 di lahan-lahan kritis. Menurut Sutedjo (1995) pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang dapat membantu meningkatkan keberhasilan penanaman kembali pada lahan-lahan kritis pascatambang. Menurut penelitian Muliati (2011) bahwa pupuk kandang kambing paling efektif mendukung pertumbuhan tanaman Jati (Tectona grandis L.). Pemberian variasi dosis pupuk kandang menyebabkan respon yang berbeda-beda terhadap pada tanaman. Sesuai penelitian Hasria (2015) yang membandingkan 4 variasi dosis pupuk kandang kambing menemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk kandang kambing yang diberikan pada tanaman jati maka pertumbuhan semakin baik karena kebutuhan unsur hara tanaman dapat terpenuhi. Penambahan pupuk kandang dapat memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan daya penahan air, sehingga berpengaruh terhadap proses transpirasi tanaman. Sehingga dapat menyebabkan terjadi perubahan karakter anatomi daun tanaman khususnya panjang dan jumlah trikoma. Trikoma adalah modifikasi dari epidermis dengan berbagai bentuk, struktur dan fungsi. Trikoma berfungsi mengurangi laju transpirasi saat tanaman kekurangan air dan melindungi tanaman dari herbivora, patogen serta tempat tersimpannya metabolit sekunder (Agren dan Schemske, 1994). Menurut Lingga dan Marsono (2001) unsur N yang terkandung pada pupuk kandang mendorong pertumbuhan organ-organ berkaitan dengan fotosintesis seperti daun. Unsur N berperan penting dalam pembentukan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis. Tanah pascatambang memiliki kandungan logam berat tinggi menyebabkan terjadinya pengeringan sel-sel tepi daun, daun muda Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing menunjukkan warna keputihan. Hal ini karena terhambatnya enzim pensintesis klorofil (Haryanti, dkk, 2009). Tanah pascatambang memiliki kandungan logam berat tinggi dan bersifat racun bagi tanaman sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman maka proses fisiologi tanaman akan terganggu. Menurut Jaya (2014) bahwa kandungan logam berat Hg di dalam tanah pascatambang emas Bombana (6,5ppm), Cu (644,79ppm) dan Zn (360ppm). Data ini menunjukkan angka yang bersifat toksik apabila terkandung pada tumbuhan maupun mahluk hidup lainnya (Nopriani, 2011 dalam Jaya, 2014). Tumbuhan yang toleran terhadap cekaman lingkungan selain mempunyai mekanisme tersendiri dalam menghadapi cekaman lingkungan juga mempunyai kelebihan tersendiri seperti adaptasi secara biokimia. Adaptasi biokimia yang dimaksud seperti klorofil, vitamin C, alkaloid, antosianin dan lain sebagainya. Metabolit sekunder secara umum akan meningkat akumulasinya di dalam tubuh tanaman pada saat tanaman mengalami cekaman lingkungan (Hopkins, 1999). Karakter trikoma (panjang dan jumlah), indeks kadar klorofil dan alkaloid akan berubah sebagai respon tanaman terhadap perubahan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakter anatomi dan fisiologi tanaman jati (Tectona grandis L.) yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana dengan variasi dosis pupuk kandang kambing. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakter anatomi (panjang dan jumlah trikoma) karakter fisiologi (indeks kadar klorofil 115 dan kadar alkaloid) tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana dengan variasi dosis pupuk kandang kambing. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah kaca dan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari, dengan menggunakan alat dan bahan seperti yang diuraikan berikut ini: Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat Mikroskop Leica, Mikroskop Nikon Eclipse Ti, Timbangan Analitik CHEETAH JA 5003 B, Sentrifuga BOECO, Hot Plate, Klorofimeter Konica Minolta , kamera digital, oven, botol selai, Erlenmeyer, Corong, Cawan petri, Pipet tetes, Gelas Ukur, Spatula, Tabung Reaksi, Kaca obyek dan kaca penutup, Silet, Gunting, Alat tulis, Mortal. Bahan-bahan yang digunakan: daun jati (Tectona grandis L.), Asam asetat 10% dalam etanol, Ammonium hidroksida, Kertas saring whatman 41, Aquades, Larutan FAA (Formalin, alkohol, asamacetat glacial) 90%, Reagen Gliserin 30%, Safranin, Bayclin, Aluminium Foil, Kuteks bening. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut variabel bebas meliputi pemberian variasi dosis pupuk kandang kambing 100g, 125g Variabel terikat meliputi karakter anatomi (panjang dan jumlah trikoma) dan fisiologi (indeks kadar klorofil dan kadar alkaloid) daun jati (Tectona grandis L.). Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing Jenis dan Desain penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan dosis pupuk dan 1 kontrol (tanpa pupuk) dengan masing-masing 3 kali ulangan, sehingga seluruhnya terdapat 12 unit percobaan. Prosedur Penelitian Penyiapan Media Tanam Penyiapan media tanam yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu tanah yang digunakan adalah tanah pascatambang emas Bombana yang diambil dari lokasi pertambangan pada media sub soil masing masing polybag berisi 10kg tanah. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran kambing, yang telah dilakukan pengolahan menjadi pupuk dalam bentuk kering, berdasarkan dosis yang digunakan (100g, 125g, dan 150g) dibagi ke dalam polybag yang telah disediakan yang dicampur secara merata. Pembuatan media tanam terdiri dari media konsentrasi dan kontrol dimana media perlakuan konsentrasi berisi tanah pascatambang sebanyak 10kg tanah ditambah pupuk kandang kambing berdosis 100g (K1), 125g (K2) dan 150g (K3), sedangkan untuk media kontrol (K0) berisi tanah pascatambang sebanyak 10kg/polybag yang dicampur dengan kapur kalsit 10g/10 kg tanpa penambahan pupuk kandang kambing. Penanaman dan pemeliharaan Bibit yang ditanam berumur 3 bulan berasal dari benih yang seragam dan tidak terinfeksi mikroorganisme, bibit jati diperoleh dari Dinas Holtikultura Sulawesi Tenggara. Penanaman bibit 116 dilakukan dengan cara menanamkan bibit dengan kedalaman ± 5 cm, 1 polybag dengan 1 bibit jati, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Penyiraman dilakukan setiap hari, air yang digunakan adalah air sumur bor, penyiraman dilakukan dengan volume yang sama yaitu 400 mL dan waktu penyiraman dilakukan pada pagi hari jam 08.00-09.00 WITA. Pemanenan dilakukan setelah usia tanaman mencapai 12 minggu atau 3 bulan. Pengambilan sampel daun Pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis L.) diambil setiap tanaman pada masing-masing perlakuan. Mengambil daun kedua untuk pengamatan fisisologi dan daun ketiga untuk pengamatan anatomi. Sampel daun yang ketiga untuk pengamatan anatomi dimasukan ke dalam botol selai yang sudah diisi larutan FAA (larutan fiksatif), dan diberi label pada setiap perlakuan. Pengamatan anatomi daun jati (Tectona grandis L.) Pengamatan anatomi trikoma daun jati (Ezeibekwe, et al., 2013) yaitu daun jati difiksasi dalam larutan fiksatif (FAA). Kemudian dicuci dengan akuades. Daun disayat secara paradermal pada permukaan atas daun (adaksial) dan permukaan bawah daun (abaksial) (bagian pertulangan daun). Sayatan direndam ke dalam bayclin untuk menghilangkan klorofil. Sayatan epidermis daun diwarnai dengan pewarna tunggal yaitu safranin 1% (aquosa). Kemudian sayatan yang telah diwarnai dibilas kembali dengan akuades. Sayatan diambil dan diletakkan di atas kaca objek (usahakan jangan sampai terlipat atau menggulung) lalu teteskan larutan gliserin 30%. Tutup dengan kaca Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 117 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing penutup, bersihan sisa larutan gliserin 30%. Pinggiran kaca penutup diolesi kutek bening. Sayatan daun diamati di bawah mikroskop serta mengambil gambar trikoma lalu mengukur luas bidang pandang, dihitung panjang dan jumlah trikoma. Untuk mengukur panjang trikoma dengan cara ditarik garis dari pangkal sampai ujung terpanjang dari trikoma menggunakan program softward. Pengamatan fisiologi indeks kadar klorofil dan alkaloid daun jati (Tectona grandis L.) Analisis Indeks Kadar Klorofil (CCI) menggunakan klorofil meter Konica Minolta. Analisis kadar Alkaloid dimulai dengan ekstraksi alkaloid diawali dengan menimbang 0,2g daun Jati segar (Tectona grandis L.) (berat basah) lalu ditambahkan 10mL asam asetat 10% dalam etanol kemudian ditutup dan dibiarkan selama 4 jam. Setelah itu campuran disaring dan ekstraknya dipekatkan pada penangas air hingga volume semula menjadi 1/4-nya dan ditambahkan amonium hidroksida pekat ke dalam ekstrak sampai endapannya sempurna kemudian disentrifugasi selama 3 menit, kemudian endapannya dikumpulkan dan dicuci dengan amonium hidroksida lalu disaring dan residu dikeringkan (Seniwaty, dkk., 2009). Kadar alkaloid daun dianalisis dengan cara mengeringkan residu hasil ekstraksi daun kemudian menimbang residu tersebut (Harborne, 1973). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Panjang trikoma (µm) daun tanaman Jati (Tectona grandis L.) Rerata panjang trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada setiap perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing dan kontrol (tanpa pupuk kandang) pada tanah pascatambang emas Bombana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Panjang TrikomaAbaksial Daun Jati (µm) Perlakuan Panjang trikoma Ulangan Rata-rata ± Std I II III K0 983,3 881,1 569, 811,30 a ± 3 1 44 215,596 K1 1040, 360 788, 729,63 a ± 56 33 344,056 K2 932,2 1160 894, 995,46 a ± 2 17 143,757 K3 527,7 1124, 707, 786,67 a ± 8 44 78 306, 052 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang 100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah . Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan perbedaan rerata panjang trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada umur 12 MST yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana dengan pemberian variasi dosis pupuk kandang kambing. Hasil pengukuran panjang trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) tertinggi pada K2 (995,46µm), kemudian K0 (kontrol) (811,30µm), dan K3 (786,67µm) sedangkan panjang trikoma daun jati pada sisi abaksial terendah pada K1 (729,63µm). Berdasarkan uji ansira menunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada taraf kepercayaan 95% terhadap panjang trikoma daun jati. Meskipun tidak berbeda signifikan secara statistik terhadap panjang trikoma pada sisi abaksial, namun tampak adanya perbedaan panjang trikoma pada kontrol dan perlakuan Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 118 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing pupuk kandang kambing yang disajikan pada gambar 1. 1200 Panjang trikoma - abaksial daun jati (Tectona grandis) (µm) a 1000 800 600 a 811,296 a 995,46 a 786,67 729,63 400 200 0 K0 K1 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang 100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah . K2 K3 Gambar 1. Histogram rerata panjang trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing Berdasarkan gambar 1, menunjukkan bahwa pada K2 terlihat jelas memiliki panjang trikoma (abaksial) tertinggi diantara semua perlakuan dosis pupuk kandang kambing dan kontrol. Rerata panjang trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada setiap perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing dan kontrol (tanpa pupuk kandang) pada tanah pascatambang emas Bombana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Panjang Trikoma Adaksial Daun Jati (µm) Panjang trikoma Rata-rata Perlakuan Ulangan ± Std I II III K0 440,5 274, 480, 406,203a 6 17 83 ± 109,556 K1 396,6 306, 356, 353,452a 7 72 07 ± 45,045 K2 28,3 295, 296,39a ± 312,5 9 28 15,584 K3 269,4 283, 280, 277,575a 4 05 24 ± 7,185 Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan perbedaan rerata panjang trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada umur 12 MST dengan pemberian variasi dosis pupuk kandang kambing. Hasil pengukuran panjang trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) tertinggi pada K0 (kontrol) (406,203µm), kemudian K1 (353,452µm), dan K2 (296,39µm) dan terendah pada K3(277,575µm). Berdasarkan uji ansira menunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada taraf kepercayaan 95% terhadap panjang trikoma daun jati. Meskipun tidak berbeda signifikan secara statistik terhadap panjang trikoma pada sisi adaksial, namun tampak adanya perbedaan panjang trikoma pada kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing yang disajikan pada gambar 2. 500 400 Panjang trikoma - adaksial daun jati (Tectona grandis) (µm) a 406,203 a 353,452 300 a a 296,39 277,575 K2 K3 200 100 0 K0 K1 Gambar 2. Histogram Rerata panjang trikoma (adaksial) daun jati (Tectona Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 119 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing grandis L.) pada kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing Berdasarkan gambar 2, menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk kandang kambing (K0) terlihat jelas memiliki panjang trikoma (adaksial) tertinggi diantara semua perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing. Jumlah trikoma daun tanaman (Tectona grandis L.) Jati Rerata jumlah trikoma (abaksial) pada pertulangan daun jati (Tectona grandis L.) pada kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing, persatuan luas bidang 2 pandang mikroskop (1,40 mm ) pada tanah pascatambang emas Bombana disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata Jumlah Trikoma Abaksial Daun Jati Jumlah trikoma Rata(mm2) Perlak rata ± uan Ulangan Std I II III K0 1,5 2,2 2,23 2,016a ± 88 21 8 0,370 K1 1,7 1,6 1,58 1,667a ± 46 67 8 0,079 K2 1,9 2,4 2,99 2,486a ± 84 76 9 0,507 K3 6,2 2,0 2,09 3,481a ± 86 63 5 2,428 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang 100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah . Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan perbedaan rerata jumlah trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada umur 12 MST dengan variasi dosis pupuk kandang kambing yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana. Hasil perhitungan jumlah trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (3,481), kemudian K2 (2,486), dan K0 (kontrol) (2,016) sedangkan panjang trikoma daun jati pada sisi abaksial terendah pada perlakuan K1 (1,667). Berdasarkan uji ansira menunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada taraf kepercayaan 95% terhadap jumlah trikoma daun jati. Meskipun tidak berbeda signifikan secara statistik terhadap jumlah trikoma pada sisi abaksial, namun terdapat perbedaan jumlah trikoma pada kontrol dan perlakuan pupuk kandang kambing yang disajikan pada gambar 3. Jumlah trikoma - abaksial daun jati (Tectona grandis) 4 a 3,481 3 2 a a 2,016 1 a 2,486 1,667 0 K0 K1 K2 K3 Gambar 3. Histogram Rerata jumlah trikoma (abaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing Berdasarkan gambar 3, menunjukkan bahwa K3 terlihat jelas memiliki jumlah trikoma (abaksial) terbanyak diantara semua perlakuan dosis pupuk kandang kambing dan kontrol. Rerata jumlah trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) setiap perlakuan dan kontrol persatuan luas bidang pandang mikroskop (1,40 mm2) pada tanah pascatambang emas Bombana disajikan pada Tabel 4. Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 120 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing Tabel 4. Rerata Jumlah Trikoma Adaksial Daun Jati Jumlah trikoma (mm2) Rata-rata Perlakuan Ulangan ± Std I II III K0 3,96 3,60 4,11 3,894a ± 8 3 1 0,261 K1 3,14 3,20 3,04 3,132a ± 3 6 7 0,080 K2 3,23 3,33 3,38 3,317a ± 7 3 1 0,073 K3 6,03 3,04 3,14 4,047a ± 2 7 3 0,696 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang 100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah . Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan perbedaan rerata jumlah trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada umur 12 MST dengan pemberian variasi dosis pupuk kandang kambing yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana. Hasil perhitungan jumlah trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (4,047), kemudian K0 (kontrol) (3,894), dan K2 (3,317) sedangkan jumlah trikoma daun jati pada sisi adaksial terendah pada K1 (3,132). Berdasarkan uji ansira menunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada taraf kepercayaan 95% terhadap jumlah trikoma (adaksial) daun jati. Meskipun tidak berbeda signifikan secara statistik terhadap jumlah trikoma pada sisi adaksial, namun adanya perbedaan jumlah trikoma pada K0 dan perlakuan pupuk kandang terlihat pada gambar 10. 5 Jumlah trikoma - adaksial daun jati (Tectona grandis L.) 3 a a 4 3,894 a a 3,132 3,317 K1 K2 4,047 2 1 0 K0 Gambar 4. Histogram Rerata jumlah trikoma (adaksial) daun jati (Tectona grandis L.) pada kontrol dan perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing Berdasarkan gambar 4, menunjukkan bahwa pada perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing K3 terlihat jelas memiliki jumlah trikoma (adaksial) terbanyak diantara semua perlakuan dosis pupuk kandang dan kontrol. Berdasarkan pengamatan karakter anatomi trikoma daun jati pada kedua sisi abaksial dan adaksial pada perlakuan dosis pupuk kandang kambing dan kontrol ditemukan 3 tipe trikoma, yaitu tipe multiseluler bercabang pada pertulangan daun (abaksial), tipe uniseluler ramping dan tipe biseluler pada permukaan daun (adaksial). Terdapat perbedaan karakter anatomi dari jumlah cabang trikoma pada sisi abaksial untuk masing-masing perlakuan dosis pupuk kandang kambing, dimana pada K0 belum memiliki cabang trikoma, pada K1 hanya memiliki satu cabang di ujung trikoma, pada K2 sudah memiliki 2 percabangan di ujung trikoma, sedangkan pada K3 memiliki 3-4 percabangan di ujung trikoma. Adapun trikoma pada sisi adaksial memiliki jumlah trikoma yang berbeda untuk tiap Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 K3 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing perlakuan dosis pupuk kandang kambing, dimana K3 memiliki jumlah trikoma yang tertinggi dibandingkan dengan K1, K2 dan K0. Visualisasi karakter antomi trikoma daun tanaman jati (Tectona grandis L.) pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 berikut: Gambar 4. Tipe trikoma (multiseluler bercabang) pada sisi abaksial daun jati (Tectona grandis L.) setiap perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing dan tanpa pupuk kandang pada tanah pascatambang. Perbesaran 100 X K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang 100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah . Gambar 5. Tipe trikoma (biseluler) pada sisi adaksial daun jati (Tectona grandis L.) setiap perlakuan variasi dosis pupuk kandang kambing dan tanpa pupuk kandang pada tanah pascatambang. Perbesaran 100 X K0: Kontrol, K1: dosis pupuk kandang 100g 10kg-1 tanah, K2: dosis pupuk 121 kandang 125g 10kg-1 tanah, K3: dosis pupuk kandang 150g 10kg-1 tanah . PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian variasi dosis pupuk kandang kambing tidak berpengaruh signifikan terhadap panjang dan jumlah trikoma pada kedua sisi (abaksial/adaksial) daun tanaman jati (Tectona grandis L.) . 2. Terdapat 3 tipe trikoma daun tanaman jati (Tectona grandis L.) yang ditanam pada tanah pascatambang emas dengan variasi pupuk kandang kambing, yaitu tipe multiseluler bercabang pada pertulangan daun (abaksial), tipe uniseluler ramping dan tipe biseluler pada permukaan daun (adaksial). DAFTAR PUSTAKA Agren, J., and Schemske, D., 1994, Evolution of trichome number ina naturalized population of Brassica rapa. Am Natural. 143:1–13 Ahsana D., Hamidah, Soedarti T., CESA. 2011, Keanekaragaman Varietas Dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jati (Tectona grandis Linn.) Melalui Pendekatan Morfologi Di Kebun Bibit Permanen Kecamatan Kedungpring Lamongan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Ahyani, 2011, Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat Di Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Ai, S.N dan Banyol, Y., 2011, Konsentrasi Klorofil Daun Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman, J. Ilmiah Sains 11 (2). Alfian, Z, 2006, Merkuri Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan manusia dan lingkungannya, USU Respository. Andrita, F., 2014, Optimalisasi Pertumbuhan Bibit Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) dan Distribusi Logam Berat (Hg, Ag dan Cu) dengan Pemberian Variasi Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Sulawesi Tenggara, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. Araya, H.T., Soundy, P., dan Steyn, J.M., Landular And NonGlandular Trichome Density Of Rose-Scented Geranium (Pelargonium Spp.) As Influenced By Source Of Nitrogen, Departemen Produksi Tanaman dan Ilmu Tanah, Universitas Pretoria, Pretoria. Arief I. I., Suryati T., Afiyah, D. N. and Wardhani, D. P., 2014, Physicochemical and organoleptic of beef sausages with teak leaf extract (Tectona grandis) addition as preservative and natural dye, Department of Animal Production and Technology, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University, IFRJ 21(5): 20332042. Arienzo, M., Adamo P., Cozzolino V, 2005, The Potention of Lolium Perenne For Revegetation of Contamined Soil from a metallurgical Site, Elsevier Science, 319 : 13-25. Bandyopadhyay T., Gangopadhyay G., Poddar R., dan Mukherjee K.K., 2004, Keanekaragaman Trikoma, distribusi dan kepadatan di aklimatisasi jati (Tectona grandis L.) tanaman yang ditanam secara in vitro, Department of Botany, Bose 122 Institute West Bengal, India, Plant Cell, Tissue and Organ Culture 78 : 113–121. BKPMD dan PTSP, 2014, Keadaan Wilayah Kabupaten Bombana, BKPMD dan PTSP Sulawesi Tenggara. Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G., 2002, Biology Jilid I, Erlangga, Jakarta. Direktorat, J.M., 2009, Batubara dan Panas Bumi, RPP Tentang Reklamasidan Pascatambang Sebagai Bagian Pelaksanaan UU Minerba, Edisi 5, WARTA Mineral, Batubara & Panas Bumi, Jakarta : 4. Ezeibekwe I.O, Nwagbara E.C, Okeke S.E and Isaac U., 2013, Comparative Leaf Epidermal Features Of Gmelina Arborea, Tectona Grandis, Clerodendron Spledems, Vitex Doniana, And Vitex Simplicifolia (Verbenaceae), epartment of Plant Science and Biotechnology, Imo State University Owerri, Nigeria. Global Research Journal of Science 2(2):73-76 Goncalves L. de A., Azevedo A.A., Otoni W.C., Characterization And Ontogeny Of The Glandular Trichomes Of Ocimum Selloi Benth. (Lamiaceae) Universidade Federal de Goiás, Instituto de Ciências Biológicas, Departamento de Biologia Geral, Goiânia, GO, Brasil, Acta Botanica Brasilica, 24 (4). Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Edisi ke-2. London New York, Chapman and Hall. Hartati, I., 2010, Isolasi Alkaloid dari Tepung Gadung (Dioscorea hipsida Dennst) dengan teknik Ekstraksi Berbantu Gelombang Mikro, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Haryanti, S., Setiari N., Hastuti, R.B., Hastuti E.D., dan Nurchayati ,Y., 2009, Respon Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing (Eichornia crassipes (Mart) Solm) di Berbagai Perairan Tercemar. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 10 (1) :30-40. Hasria, 2015, Pertumbuhan dan Distribusi Logam Merkuri (Hg) Dalam Organ Tanaman Jati (Tectona grandis L.)Yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Perlakuan Konsentrasi Pupuk Kandang Kambing, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. Hendrival, L., dan Rega, H., 2013, Perkembangan Spodoptera Litura F. (Lepidoptera noctuidae) Pada Kedelai, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh, J. Floratek, 8 : 88 – 100 Hidayati, N., 1999, Degradasi Lahan Pasca Pertambangan Emas dan Upaya Reklamasinya Kasus Penambangan Emas JampangSukabumi. Prosidang Kongres Nasional VII HITI: Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Sesuai dengan Potensinya Menuju Keseimbangan Lingkungan Hidup dalam Rangka Meningktkan Kesejahteraan Rakyat. Hopkins, W. G., 1999, Introduction to Plant Physiology, Toronto, John Wiley and Sons, Inc. Indranada, K. R., 1986, pengolahan kesuburan Tanah, Jakarta. Irwanto, 2006, Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.), Jurnal, http://save forest.webs.com/jati.pdf. Jaya, I.,B., 2014, pengaruh pupuk kandang terhadap produktivitas dan akumulasi logam berat Hg, Zn, dan Cu dalam tanaman Cabai merah besar (Capsicum annum L.) yang ditanam pada tanah pascatambang emas bombana Sulawesi tenggara, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. 123 Johnson, R., 2002, Biology. Edisi VI, McGraw- Hill Higher Education. Juliarni, Dewanto H.A.,dan Ermayanti .T.M., 2007, Karakter Anatomi Daun dari Kultur Tunas Artemisia annua L. Bioteknologi LIPI Cibinong Bogor, Bul. Agron. 35 (3) : 225 – 232. Karliansyah, M.R., 2001, Aspek Lingkungan dalam AMDAL Bidang Pertambangan, Pusat Pengembangan dan penerapan AMDAL, Jakarta. Keraf, A. S., 2002, Etika Lingkungan, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Levitt, J., 1974, Introduction to Plant Physiology, Second Edition, The C.V Mosby Company, America. Lingga, P.dan Marsono, 2001, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta. Maffei, M., Chialva, F., and Sacco, T., 1989. Glandular trichomes and essential oils in developing peppermint leaves, New Phytologist, 111: 707-716. Majenah, 2007, Pertumbuhan Tanaman jati (Tectona grandis L.) Pada Beberapa Sistem Lahan Di Kalimantan, Fakultas kehutanan, J. RIMBA 12(1): 43-50. Metson, A. J. 1961, Methods of Chemical Analysis for Soil Survey Samples. Soil Bulletin, 12 GVT Printer Wellington, DSIR, New Zealand. Muliati, 2011, Kapasitasi Pertumbuhan Bibit Jati dengan Pemberian Pupuk Kandang, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. Mishra, S.S., Mishra, K.N., and Mahananda, M.R., 2013, Chlorophyll Content Studies From Inception Of Leaf Buds To Leaf-Fall Stages Of Teak (Tectona grandis) Of Kapilash Forest Division, Dhenkanal, Odisha, Journal of Global Biosciences, 2 (1): 26-30. Munsif, S. , Khan M.A., Ahmad, M., Zafar, M., Shah G.M., Shaheen, N., 2007, Leaf Epidermal Anatomy as an Aid to the Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing Identification of Genera Lantana, Verbena and Vitex of Family Verbenaceae from Pakistan, Department of Plant Sciences, Quaid-i-Azam University, Islamabad, Pakistan, Journal Of Agriculture & Social Sciences, 3 (2). Nisa’ akhda D., K., 2009, Pengaruh Dosis Dan Waktu Aplikasi Kompos Azolla Sp Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss), Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang. Nugroho, H., Purnomo dan I. Sumardi, 2006, Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Penebar Swadaya, Jakarta. Purba, F. D., 1999, Pengaruh Suksesi Vegetasi Terhadap Kapasitas Infiltrasi Tanah Bekas Penambangan Emas Rakyat di Kawasan Hutan Alam Mandor, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Pranata, A. S., 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Agro Media. Jakarta Selatan. Rahardjo, S.S., Ngatijan dan Pramono, S., 2005, Influen Of Etanol Extract Of Jati Belanda Leaves (Guazuma Ulmifolia Lamk) On Lipase Enzym Activity Of Rattus Norvegicus Serum, Yogyakarta, Inovasi 4 (97): 48-49. Rinsema, W.J., 1983, Pupuk dan Cara Pemupukan, Bharata, Jakarta. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, a.b: terjemahan Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung. Sahidin, 2012, Mengenal Senyawa Alami, Unhalu Press, kendari Salisbury F.B. and Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid II, ITB, Bandung. Sandy, N. J., Nurhidayati. T., Purwani K.I., Profil Protein Tanaman Kiambang (Salvinia molesta) Yang Dikulturkan Pada Media Modifikasi Air Lumpur Sidoarjo, 124 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Sangman, Lee, Jae S. Moon, Leslie L Domier, Schuyler S. Norban. 2002. Molecular Characterization of Phytochelatin Synthase Expression in Transgenic Arabidopsis. Plant. Physiol. Biochem. 40. 727-733. Sarief, S.E., 1989, Kesuburan Klan Pemupukan Tanah Pertanian, Pustaka Buana, Bandung. Schrisema, J. and R. Verpoorte, 1992, Search for Factors Related to The Indole Alkaloid Production in Cell Suspension Cultures of Tabernaemontana Divaricata, Plant Medicine. 58: 245-249. Selmar, D., 2008, Potential of Salt and Drought Stress to Increase Pharmaceutical Significant Secondary Compounds in Plants, Agriculture and Forestry Research, 58: 139-14 Seniwaty, Raihanah, Ika K.N., dan Dewi U., 2009, Skrining Fitokimia Dari Alang-Alang (Imperata cylindrica L.Beauv) dan Lidah Ular (Hedyotis corymbosa L.Lamk), Sains dan Terapan Kimia, 3:124133. Simbala, H . E., 2009, Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka, Pacific Journal, 1: 489-494. Srivastava, A.K. (1978). Study of leaf epidermis in the genus digitaria rich (Gramineae). J. Ind. Bot. Soc. 37:155-160. Steenis, V., 1997, Flora, Edisi VII, PT pradnya paramita, Jakarta : 351 Styaningrum, L., Koesriharti, Moch. Maghfoer D., 2013, Respons Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Dosis Pupuk Kandang Kambing Dan Pupuk Daun Yang Berbeda, Fakultas Pertanian, Universitas Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015 Karakter Trikoma Daun Tanaman Jati (Tectona grandis L.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Bombana Dengan Variasi Dosis Pupuk Kandang Kambing Brawijaya, Malang, J. Produksi tanaman. 1 (1) : 55. Sulaksana dan Dadang, 2002, Kemuning dan Jati Belanda, Penebat Swadaya, Jakarta. Sumarna, Y., 2001, Budidaya Jati, Penebar Swadaya, Jakarta. Sutedjo, M.M, 1995, Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta. Tan, K.H., 1993, Enviromental Soil Science, Mercel Dekker, Inc, New York. Tianren, Y. 1985. Physical Chemistry of Paddy Soils. Science Press. Beijing and Springer-Verlag, Berlin. Tini, N. dan Amri. K., 2002, Mengebunkan Jati Unggul Pilihan investasi prospektif, Agro Media Pustaka, Jakarta. Yusuf, 2012, Kandungan Hara Pupuk Kandang. http:// tohariyusuf. Blogspot. Com/ 2012/08/kandungan hara pupuk kandang. html diakses September 2014. Widowati, A., Astono, J., Purwanto, A., 2014, Influence Of Frequency Natural Grasshoppers Sound To Eaf Chlorophyll Content Teak (Tectona grandis) And Peanut (Arachis hypogaea) As Natural Science Learning Resources, Proceeding of International Conference On Research, Implementation And Education Of Mathematics And Sciences, Yogyakarta State University. Widowati, L,R., Sri Widati, U , Jaenudin dan W, Hartatik 2005, Pengaruh Kompos Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati Yang Efektif Untuk Budidaya Sayuran Organik, Laporan Proyek Penelitian Progam Pengembanangan Agibisnis, Balai Penelitian Tanah , TA 2005. Widyastuti S.M., dan Sumardi, 2004, Dasar-Dasar Perlindungan Hutan, Gadjah Mada University press, Yogyakarta. Wijaya. 2006. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Jumlah Benih 125 Perlubang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam. Fakultas Pertanian Unswagati , Jurnal Agrijati, Cirebon. Woolley, J.G., 2001, Plant Alkaloids, De Montfort University, Leicester, Encyclopedia Of Life Sciences UK, Nature Publishing Group. Zhang, X., and Oppenheimer, D.G., 2004, A Simple And Efficient Method For Isolating Trichomes For Downstream Analyses, Plant cell physiol, 45 (2) : 221-4. Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (1) : Hal 113-125, April, 2015