MAKNA PESAN PROPAGANDA KOMUNIKASI POLITIK TENTANG ISLAM DALAM FILM 3 (ALIF, LAM, MIM) Skripsi Diajakun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Skom. I) Disusun Oleh : Wiwi Alawiyah NIM 1112051000009 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli karya saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 Agustus 2016 Wiwi Alawiyah Nim: 1112051000009 ABSTRAK Wiwi Alawiyah NIM: 1112051000009 Makna Pesan Propaganda Komunikasi Politik Tentang Islam dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) Berbagai film yang bermunculan saat ini dikalangan masyarakat. Bahkan, film bisa dijadikan salah satu alat propaganda untuk mempengaruhi pikiran seseorang. Melalui Film 3 (Alif, Lam, Mim) seorang pemimpin politik berusaha mempengaruhi pikiran masyarakat dengan menyebarkan berbagai fitnah tentang Islam, semata-mata hal itu untuk kepentingan pribadi. Berdasarkan konteks di atas, maka peneliti menggunakan kajian semiotik Roland Barthes. Pada beberapa adegan Film 3 yang mengandung pesan propaganda politik tentang Islam dengan beberapa teknik yang digunakan. Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: Bagaimana pesan propaganda politik tentang Islam dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim)? Teori yang digunakan adalah analisis semiotik Roland Barthes. Konsep analisis semiotik ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos. Makna denotasi adalah makna awal utama dari sebuah tanda, teks, dan sebagainya. Sedangkan makna konotasi sebagai sesuatu yang hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan signifikasi tertentu seperti novel, puisi, dan musik. Kemudian mitos berfungsi untuk mengungkapkan nilai-nilai dominan yang berlaku biasanya berkaitan dengan kebudayaan yang ada di masyarakat. Berdasarkan penilitian yang dilakukan, maka pesan propaganda politik yang digunakan dengan menyebarkan fitnah dan informasi yang bohong. Kemudian pemimpin politik menjadikan Islam sebagai dalang dari kejadian pengeboman yang terjadi saat itu. Selain itu juga, Islam sebagai teroris, elit-elit politik yang berkuasa pada negara saat itu yang berusaha mempengaruhi pikiran masyarakat dengan menganggap bahwa Islam sebagai pengacau di negara kita, masyarakat percaya dengan isu yang disebarluaskan oleh pemimpin politik tersebut. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif. Tujuan untuk memberikan gamabaran tentang suatu fenomena secara detail (untuk menggambarkan yang terjadi) sehingga mendapatkan fakta-fakta yang akurat yang terdapat dalam objek. Ditemukan, pertama seorang Kyai yang dianggap sebagai pimpinan teroris, pakaian umat Muslim yang dicuriga menimbulkan citra buruk di mata masyarakat sehingga masyarakat beranggapan dengan memberikan persepsi bahwa pakaian itu adalah pakaian seorang teroris. Kedua, mengandung pesan propaganda politik oleh seorang Kolonel terhadap umat Muslim dan agama Islam. Dengan menyebarkan isu-isu negatif tentang Islam kepada masyarakat. Teknik-teknik propaganda seperti, Name Calling, Card Stacking, Frustration or Spacegot,propaganda ratio (positif). Teknik-teknik itu dilakukan untuk melancarkan tujuannya mendapatkan kedudukan lebih tinggi dan membuat citra agama Islam buruk di mata masyarakat. Kata Kunci: Propaganda, Islam, Teroris, Pemimpin Politik, Masyarakat. i KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw, kaum keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu senantiasa mengikuti sunnahnya sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Strata I, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Dan saya sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, dari awal masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, segala upaya tidak akan berhasil tanpa adanya motivasi dan dukungan dari orang-orang yang telah memberikan motivasi kepada saya. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Arief Subhan. M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Dr. Suparto, M.Ed, MA selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. ii iii 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs. Masran, MA beserta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fita Fathurokhmah, M. Si. 3. Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, selaku Dosen Penasihat Akademik. Terima kasih untuk saran dan masukan yang diberikan selama ini. 4. Dr. Suhaimi M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dengan sabar. Terima kasih untuk waktu, tenaga, saran, dan ilmunya yang bapak berikan selama masa bimbingan. 5. Terima kasih untuk Orang tua saya, Bapak Acang dan Ibu Fatimah (Alm), yang telah mendidik dan mendoakan saya selama kuliah. Terima kasih untuk Ibu saya yang telah mengajarkan saya banyak hal meskipun beliau kini telah tiada. 6. Keluarga Besar Bapak Muhayar dan Bapak Januri, 7. Sahabat-sahabat saya getmerried: Erki, Rizal, Jaenudin. 8. Teman-teman kelas KPI A angkatan 2012 yang telah berjuang bersama dan selalu kompak dalam segala hal. Terima kasih untuk kesan dan kenangan yang telah kalian berikan selama empat tahun ini. 9. Kelompok KKN Reaktif Desa Karang Tengah, Sentul Bogor. Serta untuk teman Ciwi-ciwi KKN Reaktif: Tami, Aura, Kiki, Diana, Lisma, Suci, Siska, dan Friska. 10. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang telah diajarkan kepada saya. iv 11. Segenaf Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. 12. Terima kasih untuk Yusuf Rachman yang telah memberikan support kepada saya. Serta orang-orang yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih untuk doa yang diberikan kepada saya. Semoga senantiasa Allah selalu memberikan kebaikan dan kesehatan untuk kalian semua, Amin. Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti meminta saran dan kritik untuk penelitian ini agar kedepannya lebih baik lagi. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat membantu untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Jakarta, 9 Agustus 2016 Wiwi Alawiyah DAFTAR ISI ABSTRAK........................................................................................................... KATA PENGANTAR………………………………………………................. LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………… DAFTAR ISI………………………………....................................................... DAFTAR TABEL…………………………....................................................... DAFTAR GAMBAR…………………………….............................................. BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G. BAB II BAB III i ii v vi vii viii Latar Belakang Masalah…………….................................... Batasan dan Rumusan Masalah……..................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian………................................. Metodelogi Penelitian………............................................... Kerangka Konsep………………………………………….. Tinjauan Pustaka.................................................................. Sistematika Penulisan……................................................... LANDASAN TEORI A. Propaganda 1. Pengertian Propaganda…………..................................... 2. Teknik-teknik Propaganda……........................................ 3. Jenis-jenis Propaganda…….............................................. 4. Film sebagai Media Propaganda………………….…….. 5. Politik sebagai Struktur Kekuasaan…………………….. B. Semiotika 1. Konsep Semiotika Roland Barthes…............................... C. Konsep Teror dan Fanatisme 1. Teror dan Terorisme……….............................................. 2. Fanatik atau Fanatisme…….............................................. 3. Prasangka Terhadap Islam sebagai Agama Teroris…...... D. Film 1. Pengertian Film……........................................................ 2. Jenis-jenis Film……….................................................... SINOPSIS dan PROFIL PEMAIN FILM 3 (ALIF LAM MIM) A. Sinopsi Film 3…….............................................................. B. Profil Sutradara Film 3........................................................ C. Profil Pemain Film 3………………………....................... D. Tim Produksi dan Nama-nama Pemain Film 3…............... E. Keistimewaan Film 3…………………………………...... 1 4 5 6 11 13 15 17 21 26 27 30 33 41 42 43 45 46 49 52 53 61 62 BAB IV PROPAGANDA KOMUNIKASI POLITIK TENTANG ISLAM DALAM FILM 3 A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Dalam Semiotik …... 69 B. Pesan Propaganda Politik Tentang Islam Dalam Film 3……. 98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………............................................................ B. Saran.…............................................................................. 103 105 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. LAMPIRAN…………………………………………………………………. 106 109 DAFTAR GAMBAR Signifikasi Dua Tahap………………………………………………… Cover Film 3 (Alif Lam Mim)…………………………………………. Gambar Data 1………………………………………………………… Gambar Data 2………………………………………………………… Gambar Data 3………………………………………………………… Gambar Data 4………………………………………………………… 31 45 70 77 82 89 DAFTAR TABEL Tabel Peta Barthes……………………………………………………… Tabel 1 Analisis Data 1…………………………………………………. Tabel 2 Analisis Data 2…………………………………………………. Tabel 3 Analisis Data 3…………………………………………………. Tabel 4 Analisis Data 4…………………………………………………. 34 71 77 83 90 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai media audio-visual komunikasi politik dan banyak dijadikan sebagai alat propaganda yang digunakan untuk mempengaruhi pikiran manusia dengan memanipulasi representasinya.1 Oleh karena itu, film sebagai medium yang paling ampuh dalam mempengaruhi pikiran khalayak. Seperti propaganda yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim ) yang terdapat unsur propaganda politik tentang Islam yang dilakukan oleh seorang pemimpin politik semata-mata untuk tujuan tertentu. John A. Broadwin dan V.R Berghahn (1996), dalam Bukunya The Triumphof Propaganda, mengutip pernyataan Fritz Hippler bahwa “Dibandingkan dengan seni lain, film menimbulkan dampak psikologis dan propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat dan efeknya tidak hanya melekat pada pikiran, tetapi juga emosi dan bersifat visual sehingga bertahan lebih lama daripada pengaruh yang dicapai oleh ajaran gereja atau sekolah.2 1 Toni, Ahmad. Jurnal: Mitologi Perempuan dalam Film Drama:Analisis Semiotik Roland Barthes dalam Film “Jamila dan Sang Presiden” Karya Ratna Sarupaet. (Jakarta: UIN Jakarta, 2014), hal. 45. 2 Soelhi, Mohammad. Propaganda dalam Komunikasi Internasional. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), h. 165 1 2 Film “3 (Alif, Lam, Mim)” yang ditulis oleh Anggy Umbara. Film ini diproduksi oleh MVP Pictures (Multivision Plus) dan FAM Productions. Film ini juga dibintangi oleh Abimana Aryasatya, Agus Kuncoro, Cornelio Sunny, Prisia Nasution, Tika Bravani, Donny Alamsyah, Piet Pagau, Cecep Arif Rahman, dan lainnya. Film ini bergenre film laga futuristik (futuristis) pertama di Indonesia. Film 3 (Alim, Lam, Mim) ini mengisahkan perbedaan pandangan tiga sahabat yang mempunyai kemampuan bela diri dan tumbuh besar bersama sejak kecil di sebuah pondok pesantren Al-Ikhlas.3 Keistimewaan yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) dibandingkan dengan film-film lainnya yaitu berhasil mendapatkan beberapa penghargaan seperti Best Feature Film Freethought International Film Festival di Florida – USA, 5 Nominasi di FFI (Festival Film Indonesia) 2015, 8 Nominasi di Piala Maya 2015, 4 Nominasi di Indonesian Movie Actor Awards (IMAA) 2016.4 Selain itu, Film 3 (Alif, Lam, Mim) sempat menjadi tayangan regular di Singapura. Dibandingkan dengan film-film lainnya, seperti film The Raid dan film lainnya. Film ini mampu menceritakan keadaan kota Jakarta pada tahun 2036 begitu banyak terjadi perubahan. Film ini juga berawal berawal dari mimpi sang sutradara yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah film. Meskipun film ini berani mengusung paham-paham Liberalis yang masih jarang sekali untuk perfilman di Indonesia. 3 4 www.wikipedia.com diakses tgl. 20 Feb 2016, pkl. 11:00. https://twitter.com//@3_themovie/ diakses pada 18 juni 2016 3 Dalam film ini menggambarkan keadaan negara saat sudah kembali damai dan sejahtera sejak perang saudara dan pembantaian kaum radikal berakhir di Revolusi tahun 2026. Jakarta saat itu menjadi Negara yang Liberal, ketika agama sudah tidak menjadi nilai yang diutamakan dan tidak dianggap penting lagi kecuali bagi mereka golongan minoritas yang masih mengutamakan agama khsusnya bagi orang-orang Islam. Hak asasi manusia menjadi segalanya. Manusia diberi kebebasan untuk melakukan hal apa saja selama itu sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemimpin negara termasuk dalam hal agama. Bahkan, tidak sampai 20 tahun, 232 tempat beribadah yang ada di Jakarta dihancurkan dan ditransformasi menjadi gudang. Pemikiran-pemikiran logis saat itu yang lebih mendasar dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran yang mengandung nilai-nilai keagamaan. Film 3 (Alif, Lam, Mim) ini juga, menggambarkan Islam di mata masyarakat karena pengaruh yang diberikan oleh seorang Kolonel. Agama yang saat itu dicap sebagai pemicu kekacauan. Sehingga orang-orang Islam yang mengenakan pakaian seperti jubbah, gamis, dan sorban dianggap sebagai seorang teroris. Orang-orang yang mengenakan pakaian seperti itu dianggap dapat melakukan tindakan kekerasan dan kekecauan bahkan sampai melakukan pengeboman. Hal yang ingin disampaikan dalam Film 3 ini agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap ucapan atau pesan yang disampaikan oleh seseorang sebelum pesan yang disampaikan tersebut dapat dibuktikan. Masyarakat juga tidak menuduh orang lain hanya karena berpenampilan berbeda dengan dirinya sama saja masyarakat melakukan diskriminasi terhadap orang lain. 4 Pemimpin politik menyampaikan berbagai pesan propaganda tentang Islam kepada masyarakat, sehingga secara tidak langsung pesan tersebut dapat merubah pandangan masyarakat terhadap agama Islam. Bahkan masyarakat menganggap bahwa orang-orang Islam harus dihindari dan dihancurkan. Secara sengaja pemerintah telah melakukan propaganda kepada agama Islam terutama untuk orangorang Islam dengan memberikan citra yang jelek kepada agama Islam di mata masyarakat. Film pada umumnya dibangun dengan berbagai tanda-tanda yang ada kemudian dimaknai oleh masyarakat. untuk mengetahui hal tersebut, kita dapat melakukan penelitian melalui pendekatan semiotik. Karena tanda tidak pernah benarbenar mengatakan sesuatu kebenaran secara keseluruhan.5 Dalam film “3 (Alif, Lam, Mim)” ini terdapat propaganda politik tentang Islam. Propaganda yang dilakukan oleh para pemimpin kekuasaan dengan menggambarkan Islam sebagai teroris. Pemimpin kekuasaan memberikan pengaruh negatif kepada pikiran masyarakat dengan pesan yang menganggap agama Islam sebagai agama yang sering membuat kekacauan, bom, kekerasan. Orang-orang Islam dianggap memiliki pemikiran kolot. Hal tersebut terdapat dalam alur cerita yang ada dalam film ini. Terutama mengenai agama Islam yang dianggap teroris oleh negara sendiri dalam film ini. 5 21. Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media, (Yogyakarta: Jala Sutra, 2010), h. 5 Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul “Makna Pesan Propaganda Komunikasi Politik Tentang Islam dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim)”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Agar pembahasannya lebih terarah lagi dan lebih fokus lagi, maka penulis membatasi dan merumuskan masalah dalam penelitian ini. maka peneliti membatasi objek penelitian pada adegan atau tanda-tanda dan makna yang mengandung propaganda Islam. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim)? 2. Apa pesan propaganda politik tentang Islam yang terdapat dalam Film 3(Alif, Lam, Mim)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam Film 3(Alif, Lam, Mim). 2. Untuk mengetahui pesan atau dialog propaganda yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim). 6 2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan konstribusi positif bagi pengembangan dalam menambah wawasan pengetahuan mengenai model propaganda politik. Selain itu juga diharapkan dapat menambah refernsi bagi mahasiswa-mahasiswi yang berada di Universitas Islam Negeri Jakarta untuk mengetahui tentang media dan propaganda yang terdapat dalam sebuah film. 2. Manfaat Praktis 1. Mitos-mitos yang terdapat dalam Film 3 dapat bermanfaat bagi masyarakat umum atau khalayak. 2. Pesan komunikasi politik yang terdapat dalam Film 3 dapat bermanfaat bagi pemimpin dan komunikasi politik. 3. Model propaganda yang terdapat dalam Film 3 dapat bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi yang ingin melakukan penelitian dengan memggunakan model propaganda. D. Metodelogi Penelitian 1. Paradigma dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menurut Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilken menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi 7 yang mengalahkan cara berpikir dalam penelitian.6 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstrukvis berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis. Little John mengatakan bahwa teoriteori aliran ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.7 Peneliti mencoba untuk mengungkapkan realitas yang tersembunyi dalam Film 3 (Alif. Lam, Mim). Metode penelitian pada penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian bersifat deskriptif.8 Menurut Bosrowi Sadikin penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedurprosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya.9 Melalui penelitian kualitatif dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Data yang dihasilkan adalah data deskriptif berupa gambaran mengenai makna dari tanda-tanda suatu teks secara detail. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena secara detail (untuk menggambarkan yang terjadi). 6 Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 49. 7 Stephen W. Little John, Theories of Human Communication, Wadsworth, Belmon, 2002, h.163 8 Wibowo, Indriawan Seto Wahyu, Semiotik Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2913), h. 162 9 Sudikin, Bosrowi, Metode Penelitian Kualitatif Prespektif Mikro, (Surabaya: Insancendikia, 2002), h.1 8 2. Metode Penelitian Objek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mengenai sinematografi merupakan tanda-tanda verbal dan no-verbal yang terdiir dari berbagai macam tanda yang tergabung dalam sistem, maka metode analisis yang digunakan adalah analisis semiotika. Barthes mengungkapkan bahwa semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusian memaknai hal-hal.10 Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sendiri adalah tim produksi Film 3 (Alif, Lam, Mim). Sedangkan untuk objek penelitiannya adalah berbagai potongan adegan-adegan dan dialog yang mengandung unsur propaganda politik tentang Islam yang dilakukan pemerintah kepada rakyat dalam mempengaruhi rakyat untuk menganggap Islam itu agama yang buruk dalam film tersebut. 4. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 21 Januari 2016 oleh penulis setelah mendapatkan persetujuan dari proposal yang diajukan penelitian kepada dosen penasihat akademik. Tempat penelitian dilakukan di kampus UIN Jakarta dan sekitarnya yang akan membantu untuk referensi dalam 10 Ibid, h.15. 9 mengumpulkan data penelitian. Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian di Senayan City saat mewawancarai narasumber pada tanggal 23 mei 2016. 5. Tahapan Penelitian Prosedur penelitian terdiri dari mengumpulkan data, mengolah data, dan menganlisa data sebagaimana akan di bahas di bawah ini. a. Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan instrument sebagai berikut: 1) Observasi Observasi merupakan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti dengan mengamati langsung setiap adegan yang terdapat dari hasil download Film 3 (Alif, Lam, Mim)melalui youtube. Dengan mengambil simbol-simbol dan tanda-tanda yang terdapat dalam film tersebut sesuai dengan model penelitian yang digunakan oleh peneliti. 2) Wawancara Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (sutradara dan penulis film) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti.11 Wawancara yang dilakukan oleh peneliti baik itu secara langsung ataupun tidak langsung dengan narasumber. Peneliti 11 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT. LKS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007), h. 157. 10 mewawancarai Anggy Umbara sebagai sutradara sekaligus penulis Film 3 sebagai narasumber. 3) Dokumentasi Dokumen merupakan data film yang dapat mendukung peneliti dalam melakukan penelitian, seperti bahan pustaka, referensi-referensi yang dapat menunjang penulis, studi berupa buku-buku, majalah (3 movie dan lainlain), dan artikel-artikel yang berhubungan dengan objek permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, data didapatkan melalui rekaman dan adegan yang terdapat dalam Film sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. b. Pengolahan Data Pada jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data sementara yang dikumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan analisis data secara bersamaan. Dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan yang pertama, reduksi data dalam pemilihan, pemusatan, dan penyerhadaan data yang telah didapatkan di lapangan. Kedua, penyajian data dilakukan setelah melakukan reduksi data, penyajian data dilakukan agar data hasil reduksi teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga lebih mudah dipahami. Ketiga, menarik kesimpulan setelah mendapatkan semua data yang diperolah dari lapangan kemudian data disimpulkan sebagai hasil penelitian dan mencari makna. Data tersebut dimasukkan ke dalam gambar-gambar (21 gambar), baganbagan seperti kerangka konsep, kemudian daftar tabel yang terdapat di dalam 11 penelitian. Peneliti menggunakan pedoman penulisan dalam menulis skripsi ini yaitu pedoman akademik tahun 2012. c. Teknik Analisis Data Temuan ditafsirkan berdasarkan kerangka konsep setelah mendapatkan sumber dari data primer dan data sekunder yang sudah terkumpul, kemudian hal itu dikaitkan dengan rumusan masalah yang sudah dilakukan peneliti. Kemudian peneliti mengkaitkan dengan analisis semiotik model Roland Barthes dengan mencari gambaran mengenai tanda-tanda dan simbol-simbol yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) yang mengenai propaganda politik tentang Islam yang terdapat dalam film tersebut. Selain itu, juga peneliti mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos yang ada dalam film tersebut sesuai dengan rumusan masalah. E. Kerangka Konsep Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus.oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Menurut Dan Nimmo, pengertian komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (actual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.12 Sementara menurut Anwar Arifin, komunikasi politik sebagai suatu fungsi politik, 12 Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989, h. 9. 12 bersama-sama dengan fungsi artikulasi, agregasi, sosialiasasi, yang terdapat dalam suatu sistem politik.13 1. Komunikasi Politik dalam Pesan Dakwah Siyazah Dan Nimmo (1989), Anwar Arifin (2003) Tenik-teknik Propaganda terdiri 7 teknik yang terdapat dalam Film 3 antara lain: 1. 2. 3. 4. Name Calling Card Stacking Frustration or Spacegot Propaganda positif Semiotika model 1. Denotasi 2. Konotasi 3. 3.mitos Contoh Film Futuristik Teknik-teknik propaganda yang terdapat seperti Name Calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Card Stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik ini 13 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi dan Komunikasi Politik di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 9 13 digunakan untuk menyalurkan kebencian atau frustasi dengan cara menciptakan kambing hitam.14 Makna denotasi adalah makna awal utama dari sebuah tanda, teks, dan sebagainya. Sedangkan makna konotasi sebagai sesuatu yang hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan signifikasi tertentu seperti novel, puisi, dan musik. Kemudian mitos berfungsi untuk mengungkapkan nilai-nilai dominan yang berlaku biasanya berkaitan dengan kebudayaan yang ada di masyarakat. 15 Beberapa contoh film futuristik yang ada seperti, A Trip to the Moon (1902), Metropolis (1927), A Space Odyssey (1968), Film 3 (Alif, Lam, Mim) (2015). F. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memliki beberapa persamaan dengan skripsi yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk menginspirasi peneliti dalam melakukan penelitiannya. Selain itu, untuk membantu peneliti dalam merumuskan masalah yang ada dalam penelitiannya, seperti skripsiskripsi berikut ini “Semiotik Taubat Dalam Film Mama Cake”16, yang ditulis oleh Ika Kurnia Utami, menemukan makna taubat yang dilakukan oleh oleh Ananda Omes sebagai pemeran dalam film itu yang melakukan taubat setelah mendapatkan pesan dari neneknya. Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Persamaan yang terdapat dalam Skripsi ini yaitu sama-sama 14 Mohammad Soelhi, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, (Bandung: Simbiosa Reakatama Media, 2012), h. 67. 15 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 266. 16 Ika, Kurnia Utami, Semiotik Taubat Dalam Film Mama Cake, Skripsi, Fak. Fidkom, Jur. KPI. 14 menggunakan metode analisis yang digunakan adalah model Roland Barthes. Hasil dari penelitian yang didapatkan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos. Serta untuk perbedaan yaitu mengenai makna yang ingin diteliti yaitu untuk mengetahui makna taubat dalam film tersebut. Kemudian sebagai bahan untuk menginspirasi lainnya peneliti juga menggunakan skripsi-skripsi lain. seperti, Propaganda Media Dalam Bentuk Kekerasan Terbuka (Studi Semiotika Terhadap Film Pengkhianatan G 30 S PKI)” 17, yang ditulis oleh Mamik Sarmiki, menyimpulkan tanda kekerasaan yang menggambarkan sifat kebrutalan dan kekejaman yang dilakukan oleh PKI, kekerasan terbuka, dimana banyaknya tindakan pemukulan, pengeroyokan, bahkan penganiayaan hingga pembunuhan secara terang-terangan yang dilakukan oleh gerakan PKI. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam skripsi ini ingin mengetahui bagaimana teknik propaganda yang dilakukan dalam film tersebut. Persamaan yang terdapat yaitu ingin mengetahui teknik propaganda yang digunakan sedangkan perbedaan yang terdapat yaitu mengenai objek yang diteliti. Skripsi lain yang digunakan sebagai bahan refensi untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu, Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak Dalam Film Sniper18, yang ditulis oleh Nur Ajijah, menulis bahwa Amerika melakukan propaganda kepada Irak dengan menggunakan berbagai teknik propaganda sehingga 17 Mamik, Sarmiki, Propaganda Media Dalam Bentuk Kekerasan Terbuka (Studi Semiotika Terhadap Film Pengkhianatan G 30 S PKI, Skripsi, Fak. Fidkom, Jur. KPI. 18 Nur Ajijjah, Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak Dalam Film Sniper, Skripsi, Fak. Fidkom, Jur. KPI. 15 menimbulkan pengaruh buruk. Mahasiswi UIN Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam film ini yang ingin disampaikan oleh penulis mengenai teknik propaganda perang dilakukan Amerika terhadap Islam yang ada di Irak dalam film tersebut. Persamaan dalam film ini dengan skripsi yang saya teliti yaitu sama-sama ingin mengetahui pesan propaganda dan teknik propaganda yang digunakan. Sedangkan perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu objek atau film yang diteliti berbeda. G. Sistematika Penulisan Secara sistematis dalam penulisan skripsi ini dibagi kedalam lima bab. Dalam setiap bab terdiri oleh sub-sub bab yang saling memiliki keterkaitan pada tiap babnya. Untuk lebih jelasnya lagi penulis uraikan penulisan sistematis sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI Membahas tentang konsep dan teori mengenai propaganda, film dan teori semiotika oleh Roland Barthes. BAB III GAMBARAN UMUM Dalam bab ketiga ini akan diuraikan sinopsi mengenai Film 3 dan beberapa profil pemain Film 3, pemeran dan sutradara Film 3 serta tim produksi yang mensukseskan Film 3 (Alif, Lam, Mim) ini. 16 BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA Berisi analisis mengenai data semiotik pada makna denotasi, konotasi, dan mitos dari temuan data yang dilakukan peneliti berupa data-data dari film 3 (Alif, Lam, Mim) serta propaganda yang dilakukan oleh para elit politik dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim). BAB V PENUTUP Yang berisi kesimpulan peneliti terhadap beberapa pertanyaan dari rumusan masalah penelitian, serta saran peneliti untuk memberi motivasi kepada peneliti lain jika ingin melakukan penelitian yang sama. BAB II KERANGKA TEORITIS A. Teori Propaganda 1. Pengertian Propaganda Propaganda merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang atau sebuah organisasi untuk mempengaruhi manusia. Terkadang propaganda dilakukan untuk merubah pemikiran seseorang dengan tujuan untuk kepentingan sendiri karena propaganda dapat merubah kepercayaan dan opini. Dalam propaganda mempunyai kajian pokok “How to Influence and to control the mind’s of men”- Bagaimana mempengaruhi dan menguasai pikiran manusia.1 Istilah propaganda bisa jadi telah mengukirkan suatu gambaran negatif atau hal buruk di dalam pikiran seseorang.2 kegiatan seperti ini bagian dari upaya untuk membujuk orang lain agar mengikuti dan melakukan sesuai keinginan propagandis. Propaganda berasal dari bahasa Latin propagare artinya cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi suatu tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata lain juga berarti mengembangkan atau memekarkan (untuk tunas).3 Dari sejarahnya sendiri, propaganda awalnya adalah mengembangkan dan memekarkan agama Khatolik Roma baik di Italia maupun di negara-negara lain. sejalan dengan tingkat 1 Ginting Munthe, Moeryanto, Propaganda dan Ilmu Komunikasi, Jurnal IISIP, Vol. IV, No. 1, Edisi Juni 2012, h. 49 2 Ginting Munthe, Moeryanto, Propaganda dan Ilmu Komunikasi, Jurnal IISIP, Vol. IV, No. 1, Edisi Juni 2012, h. 40 3 Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 9 17 18 perkembangan manusia, propaganda tidak hanya digunakan dalam bidang keagamaan saja tetapi juga dalam bidang pembangunan, politik, komersial, pendidikan, dan lainlain. Menurut Jacques Ellul, seorang sosiolog dan filosof Perancis, pengertian propaganda sebagai komunikasi yang “digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptkan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungan dalam suatu organisasi”. 4 Jacques Ellul (1965) propaganda politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik, dan kepentingan untuk mencapai tujuan politik (strategis dan taktis) dengan pesan-pesan yang lebih khas yang lebih berjangka pendek.5 Propaganda politik adalah sebuah bentuk kekerasan yang halus dan tak mampu, yang menyembunyikan pemaksaan interpretasi dan realitas, maka dia dapat dilihat sebagai sebauh bentuk kekerasan pada tingkat tanda atau simbol.6 Propaganda politik dapat merupakan kegiatan komunikasi politik yang dilakukan secara terencana dan sistematik, untuk menggunakan sugesti (mempermainkan emosi), untuk tujuan mempengaruhi seseorang atau kelompok orang, khalayak atau komunitas yang lebih besar (bangsa) agar melaksanakan atau menganut suatu ide (ideology, gagasan, sampai sikap), atau kegiatan tertentu dengan kesadarannya sendiri tanpa merasa dipaksa/terpaksa. 4 Dan Nimmo, Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media), (Bandung: Remadja Karya, 1989), h. 136 5 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi dan Komunikasi Politik di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 74 6 Arief Adityawan S, Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), h. xix 19 Harold D. Lasswell dalam tulisannya Propaganda mengatakan propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasi representasinya (Propaganda in broadest sense is the technique of influencing human action by the manipulation of representations)”. Definsi lainnya dari Laswell yang menyebutkan propaganda adalah semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat (teliti), melalui sebuah cerita, rumor laporan gambar-gambar dan bentukbentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial (It refeers propaganda solely to the control of public opinion by significant symbols, or to speak more concretely and less accurately, by the stories, rumours, report, pictures and other form of social communication)”.7 Dalam negara demokrasi, propaganda menurut Leonard W. Dobb dipahami sebagai suatu usaha individu atau individu-individu yang berkepentingan untuk menggunakan sugesti. Sedang Harbert Blumer mengemukakan bahwa propaganda dapat dianggap sebagai suatu kampanye politik yang dengan sengaja mengajak dan membimbing untuk mempengaruhi/membujuk orang guna menerima suatu pandangan, sentiment, atau nilai.8 Dalam propaganda media memiliki peran yang penting dalam proses penyebaran pesan. Salah satu media yang biasanya digunakan dalam kegiatan propaganda adalah media massa karena keunggulan media massa adalah 7 Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 10 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi dan Komunikasi Politik di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 74 8 20 jangkauannya yang sangat luas. Sehingga peran media massa untuk propaganda sangat efektif.9 Propaganda politik yang dilakukan melalui media massa sebenarnya upaya untuk mengemas isu, tujuan, pengaruh, dan kekuasaan politik untuk memanipulasi psikologi khalayak.10 Salah satu media yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan yang bertujuan mempengaruhi pikiran manusia adalah film. Dalam Film 3 ini, propaganda yang dilakukan yaitu dengan menyerbarluaskan isu-isu yang bohong kepada masyarakat untuk merubah kepercayaan masyarakat terhadap Islam. Berbagai pesan yang disampaikan oleh pemimpin politik untuk mempengaruhi pemikiran rakyat hal itu bertujuan agar masyarakat membenci agama Islam sehingga tujuan yang diinginkan oleh pemimpin politik tercapai. Pesan-pesan yang disebarluaskan mengandung bujukan atau rayuan sehingga rakyat mengikuti apa yang diinginkan oleh seorang propagandis. Proapaganda yang disebarluaskan dalam Film 3 ini dengan mengungkapkan pesan yang belum tahu kebenarannya sehingga pesan yang disampaikan oleh kalangan pemimpin politik masih mengandung kenyataan yang semu atau kebohongan. Dalam Film 3 ini, pemimpin negara yang memiliki kekuasaan tertinggi di negara yang melakukan propaganda kepada masyarakat. Bahakan, dia yang menyebarkan isu-isu yang bohong semata-mata hanya untuk memperoleh kekuasaan yang lebih tinggi lagi dan agara masyarakat percaya kepada pemerintah dan peraturan yang ada bukan kepada agama Islam. 9 Nurudin, Komunikasi Propaganda. (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2002), h. 35 Gungun, Heryanto, Propaganda Politik Melalui Media Massa: Analisa Dari Perspektif Teori Agenda Setting, Jurnal Dakwah UIN Jakarta, Volume IX No. 1, Edisi Juni 2007, h. 7 10 21 Jadi, propaganda politik merupakan cara yang dilakukan oleh kalangan elitelit politik yang berkuasa di dalam sebuah pemerintahan. Para pemimpin politik biasanya mempengaruhi pemikiran rakyatnya dengan mengubah representasi yang ada sehingga secara tidak sadar rakyat terpengaruh dengan apa yang disampaikan oleh kalangan pemimpin politik tersebut. Biasanya mereka menyebarkan pesan-pesan yang tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga secara tidak langsung para elit politik membohongi rakyat. Dengan seperti itu para pemimpin politik melakukan propaganda terutama jika itu dilakukan secara terus menerus. 2. Teknik-teknik Propaganda Berbagai teknik propaganda yang digunakan oleh seorang propagandis untuk mempengaruhi masyarakat dalam merubah persepsi. Propaganda juga dapat dilakukan dalam beberapa teknik memanipulasi emosi bahkan bisa dilakukan dengan cara membahayakan bagi seorang propagandis karena tujuan dari teknik yang digunakan seorang propagandis untuk “memanipulasi” mulai dari perasaan suka menjadi perasaan tidak suka, dari perasaan cinta menjadi benci, dan lain sebagainya. Memanipulasi emosi seorang masyarakat juga merupakan teknik yang digunakan oleh seorang propagandis untuk mencapai sasaran dan tujuannya, propaganda seperti halnya komunikasi, sangat membutuhkan teknik. Seperti halnya dengan menggunakan media film yang dijadikan sebagai propaganda dalam mempengaruhi seseorang. Melalui berbagai teknik ini, propagandis memanipulasi kata, suara, simbol pesan non verbal, sehingga secara tidak langsung tingkat emosinal masyarakat jadi 22 berubah. Dengan cara seperti itu seorang propagandis mempengaruhi masyarakat karena melalui teknik seperti ini tingkat emosional masyarakat akan berubah ketika seorang propagandis menyebarkan pesan. Seperti yang terdapat dalam Film 3 ini beberapa teknik yang digunakan seorang propagandis dalam merubah persepsi atau pandangan mansyarakat terhadap agama Islam sebagai berikut: a. Name Calling Name Calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar orang menolak dan mengangsikan ide tertentu tanpa mengkoreksinya/memeriksa terlebih dahulu. Salah satu yang paling melekat pada teknik ini adalah seorang propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju seperti halnya dalam film 3 (Alif, Lam, Mim) ini seorang Kolonel di Negara memberikan sebutan-sebutan buruk kepada Islam dengan menyebut Islam sebagai teroris. Contoh lain adalah pernyataan Kolonol sebagai seorang pemimpin negara yang menyebut agama Islam sebagai teroris, pemimpin menganggap bahwa orang-orang yang mengenakan pakaian gamis dan sorban dapat menimbulkan tindakan-tindakan kekerasan seperti pengeboman sehingga disebut sebagai seorang teroris. Islam juga dianggap sebagai agama yang fanatik dengan seperti itu sama saja telah memberikan label yang buruk kepada Islam. b. Glittering Generalities 23 Glittering Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Teknik ini dimunculkan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat agar mereka ikut serta mendukung gagasan propagandis. Hal yang dapat kita lihat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) ini ketika Kolonel menyuruh seorang propagandis untuk menyebarkan pesan yang buruk mengenai Islam kepada rakyat akan tetapi, seorang propagandis tersebut menyampaikannya dengan kata-kata bijak seolah-olah rakyat percaya dengan ucapan yang disampaikan oleh propagandis tersebut. c. Transfer Transfer meliputi kekuasaan, sanski dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat “sesuatu” lebih bisa diterima. Teknik yang seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dalam sebuah negara. Teknik propaganda transfer bisa digunakan dengan memakai pengaruh seseorang atau tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu. Seorang propagandis dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) ini menyebarkan pesan buruk tentang Islam dengan mengatas namakan Kolonel yang saat itu sebagai pemimpin negara, propagandis melakukan hal tersebut dengan maksud agar komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang dipropagandakan oleh si propagandis. d. Testimonial 24 Testimonial berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide atau program/produk adalah baik atau buruk. Propaganda ini sering digunakan dalam kegiatan komersial, meskipun juga bisa digunakan untuk kegiatan politik. Dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) ini aparat negara menggunakan teknik ini sebagai kegiatan politiknya untuk memanipulasi pikiran masyarakat dengan memberikan pemahaman-pemahaman negatif tentang Islam kepada masyarakat, selain itu, aparat negara memberikan pemahaman kepada masyarakat agar membenci Islam karena orang-orang Islam dianggap sebagai teroris. e. Card Stacking Card Stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja. Pada teknik Card Stacking yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) ini adalah Aparat negara berusaha menonjolkan sesuatu usaha yang baik yang telah dilakukan oleh pemerintah kepada rakyat seolah-olah rakyat percaya dengan hal tersebut. Pemimpin negara menjelaskan kepada rakyat bahwa mereka berhasil menangkap teroris yang selama ini membuat kehancuran di negara kita. 25 f. Frustration or Spacegot Teknik ini digunakan untuk menyalurkan kebencian atau frustasi dengan cara menciptakan kambing hitam.11 Sementara untuk teknik seperti ini dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim), Kolonel Mason yang menjadi pemimpin negara dengan sengaja menjadikan agama Islam sebagai kambing hitam dalam kasus pengeboman yang terjadi di Candi cafe. Hal tersebut bertujuan agar rakyat membenci Islam hingga masyarakat memushi orang-orang Islam. Teknik yang lebih banyak digunakan dalam Film 3 ini, yaitu teknik Name Calling, Card Stacking, Frustration or Spacegot. Dalam teknik name calling ini, pemerintah memberikan ide-ide dan pemahaman yang buruk kepada masyarakat dengan mengatakan bahwa agama Islam itu bukan agama yang membawa kebenaran dan kebaikan untuk manusia sehingga secara tidak sadar masyarakat terpengaruh dengan menganggap Islam sebagai teroris. Sedangkan dalam teknik card stacking, saat pemerintah memberikan bukti-bukti dan kesaksian palsu kepada masyarakat mengenai kasus pengeboman yang terjadi di candie café. Kemudian untuk teknik frustration or spacegot saat pemimpin negara menjadi orang-orang Islam sebagai kambing hitam yang melakukan pengeboman. 11 Mohammad Soelhi, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, (Bandung: Simbiosa Reakatama Media, 2012), h. 67. 26 3. Jenis-jenis Propaganda Jenis propaganda dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Propaganda Politik adalah propaganda yang dipraktikan melalui pesanpesan dalam jangka pendek dan sementara. Propaganda jenis ini biasanya melibatkan usaha dari pemerintah, partai atau korporasi, dan golongan tertentu yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sosialnya untuk mencapai suatu tujuannya. 2. Propaganda Sosial adalah propaganda yang sifatnya berangsur-angsur terserap ke dalam lembaga ekonomi, kehidupan sosial, dan politik dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial propaganda ini terserap ke dalam sendi-sendi kehidupan sehingga dapat memengaruhi cara hidup dan ideologi masyarakat. 3. Propaganda Agitasi adalah propaganda yang biasanya dilakukan oleh tokoh, aktivis partai politik dan ormas. Karena pada praktiknya kegiatan propaganda agitasi lebih cenderung menghasut atau memprovokasi dan membangkitkan emosional khalayak sehingga khalayak bersedia memberikan jiwa dan pengorbanan yang besar untuk mencapai cita-cita dan tujuan. 4. Propaganda Integratif adalah propaganda yang ditempuh melalui komunikasi interpersonal dengan target orang-orang tertentu dalam rangka penanaman doktrin, kemudian target yang sudah kuat mengikuti doktrin melancarkan propaganda pada target tertentu lainnya, dan seterusnya. Propaganda ini mengejar suatu tujuan dalam jangka panjang. 27 5. Propaganda Ratio adalah sejenis propaganda yang bersifat positif. Jenis ini lebih menjurus kea rah perpaduan dan mencipta nama baik.selain itu, ia mempromosikan ikatan persahabatan dan meningkatkan moral sesuatu yang disebarkan. Tiga tambahan tipe propaganda yang dapat melengkapi jenis sebelumnya: 1. Propaganda putih yaitu propaganda yang menyebarkan informasi ideologi dengan menyebutkan sumbernya. 2. Propaganda kelabu yaitu propaganda oleh kelompok yang tidak jelas. Biasanya ditunjukkan untuk mengacaukan pikiran orang lain seperti adu domba, intrik, dan gosip. 3. Propaganda hitam yaitu propaganda yang menyebarkan informasi palsu untuk menjatuhkan moral lawan, tidak mengenal etika dan cenderung berpikir sepihak. Misalnya CIA dan KGB saling menyebarkan berita palsu yaitu sekedar menggertak atau menakutnakuti pihak lawan. 4. Film Sebagai Media Propaganda Film sangat besar pengaruhnya dan paling banyak digunakan sebagai alat propaganda, baik secara terang-terangan maupun secara terselubung. Film merupakan refleksi dari masyarakat mulai dilakukan dalam beberapa penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami 28 secara linear.12 Dalam hal ini film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya tanpa pernah berlaku sebaliknya. Dalam film secara tidak sadar seseorang akan mudah terpengaruh terhadap film yang ditontonnya. Sehingga film memiliki peran yang penting untuk dijadikan media propaganda oleh kalangan para elit politik dalam mempengaruhi masyarakat. Film selalu menjadi media yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap audiensnya. Film yang ditonton secara terus-menerus akan merubah pola pikir manusia karena film dan manusia memiliki hubungan yang erat. Sehingga banyak kalangan politik memilih film sebagai media propaganda untuk menyebarkan isu atau pesan yang berisi kepentingan para politik. Pemimpin yang ingin mencapai kinerja kepemimpinan optimal dengan massa pengikut yang luas dan dikenang sepanjang zaman, akan memilih propaganda sebagai alat untuk menanamkan pengaruh yang kokoh ditengah massanya. Upaya yang ditempuh pun beragam, mulai dari kerapnya ia tampil dalam berbagai forum untuk berkomunikasi dengan massa pengikutnya, juga menyampaikan pesan melalui media massa, seperti surat kabar, radio, televisi, dan film, pertunjukan musik, atraksi, gerak tubuh, atraksi latar, pelantunan lirik lagu. 12 Disitu ia menguatkan kesan Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer, Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, (Media Perssindo: Yogyakarta, 1999), h. 13 29 kepemimpinannya melalui simbol tertentu, baik simbol gambar maupun simbol gerak.13 John A. Broadwin dan V.R. Berghahn (1996), dalam bukunya The Triumphof Propaganda, Mengutip pernyataan Fritz Hippler bahwa “Dibandingkan dengan seni lain, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga bertahan lebih lama daripada pengaruh yang dicapai oleh ajaran gereja atau sekolah, buku, surat kabar, atau radio.14 Tidak diragukan lagi media massa yang paling berpengaruh pada masa Reich Ketiga adalah film. Film yang bersifat seni merupakan sarana komunikasi yang digunakan Hilter untuk menanamkan pengaruh pada dunia politik dan menimbulkan efek terpenting pada massa. Selain film dengan daya persuasif emosional, radio dan surat kabar juga tidak kalah penting dalam membawa dan menyebarkan pesan ideologi baru. Dalam konteks strategi propaganda Goebbles, alat propaganda tersebut merupakan alat faktor yang sangat diperlukan dalam kampanye indoktrinisasi apa pun, khususnya ditinjau dari fakta bahwa efek film lebih bertahan lama karena tidak mengenal aktualitas seperti radio dan surat kabar.15 13 Mohammad Soelhi, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, (Bandung: Simbiosa Reakatama Media, 2012), h. 157 14 Mohammad Soelhi. Propaganda dalam Komunikasi Internasional. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), h. 165 15 Mohammad Soelhi. Propaganda dalam Komunikasi Internasional. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), h. 166 30 Film merupakan alat yang paling ampuh untuk dijadikan media propaganda. Seperti disalah satu negara yang banyak melakukan propaganda dalam film-filmnya yaitu Amerika adalah negara yang sengaja atau tidak melakukan propaganda melalui film-film kepahlawanan tentara Amerika ditunjukkan dalam perang dengan setting perang “Perang Vietnam”. Untuk menyebut contoh antara lain Coming Home (Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo Blood Part II (Goerge F. Cosmatus, 1985), Platon (Oliver Stone, 1986), Full Metal Jacket (Stanley Kubrick, 1987), dan Apocalyspe Now (Franciz Ford Capollo, 1979).16 Dalam Film 3, film merupakan media yang digunakan untuk mempengaruhi pikiran manusia. Film menjadi media yang paling ampuh untuk memanipulasi pesanpesan yang terdapat dalam sebuah film. Film yang bersifat audio-visual sehingga film berbeda dengan media lain yang digunakan sebagai media propaganda lainnya. Dalam film sutradara berusaha menjelaskan bagaimana kalangan pemimpin politik dalam mempengaruhi rakyat melalui pesan-pesan propaganda yang disebarluaskan melalui media massa yang ada di era globalisasi saat ini. Pesan propaganda tidak hanya disampaikan melalui media cetak dan elektronik saja akan tetapi, film juga mampu menjadi media propaganda yang digunakan untuk memanipulasi pesan. Pesan propaganda yang terdapat dalam film 3, saat pemimpin menyebarluaskan pesan yang mengandung kebohongan mengenai suatu peristiwa dimana saat itu pemimpin politik menjadikan Islam sebagai kambing hitam dalam kejadian tersebut. Dengan seperti itu, masyarakat terpengaruh dengan pesan 16 Nurudin, Komunikasi Propaganda. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 37 31 propaganda yang disebarluaskan oleh kalangan pemimpin politik. Saat seorang pemimpin politik ingin memperoleh kekuasaan tertinggi di negara mereka akan rela melakukan hal-hal yang negatif demi keinginan yang dituju. B. Politik Dalam Struktur Kekuasaan Istilah “politik” (politics) sering dikaitan dengan bermacam-macam kegiatan dalam sistem politik ataupun negara yang menyangkut proses penentuan tujuan maupun dalam melaksanakan tujuan tersebut. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Biasanya menggunakan cara atau taktik untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik sesungguhnya tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset mengindikasikan bahwa politik kantor muncul dan ia punya dampak terukur dalam perilaku organisasi. Definisi lain politik diajukan oleh Richard L. Daft, yang menurutnya adalah “...penggunaan kekuasaan guna mempengaruhi keputusan dalam rangka memperoleh hasil yang diharapkan." Penggunaan kekuasaan dan pengaruh membawa pada 2 cara mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri. Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya alamiah. 32 Politik dapat seni. Dalam prespektif dipahami melalui liberal, substansi dua politik prespektif, yakni adalah nilai liberal dan otoritatif, yakni: bagaimana jabatan, kekayaan, dan pengaruh yang melekat pada diri seseorang atau sekelompok orang didistribusikan kepada yang lain. Sedangkan dalam prespektif seni, politik menyangkut kemampuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan memang selalu menjadi perhatian utama para elit politik. Untuk mendapat kekuasaan, tidak hanya harta benda yang dikorbankan bahkan kehormatan yang layak jualpun terkadang dijual untuk mendapatkan kekuasaan. Betapa besar pengaruh seseorang yang memiliki kekuasaan, contoh paling nyata yang bisa kita lihat adalah Soeharto. Soeharto mendapatkan kekuasaan melalui kudeta,dan ketika berada dan memiliki tahta kekuasaan tertinggi dia melakukan apaapa yang dia inginkan, bersifat diktator tetapi hal itu adalah benar pada masanya karna dia yang memiliki kekuasaan tertinggi. Dia dapat mengubah dan membuat peraturan sesuai kebutuhannya. Kekuasaan adalah gagasan politik yang berkisar pada sejumlah karakteristik. Karakteristik tersebut mengelaborasi kekuasaan selaku alat yang digunakan seseorang, yaitu pemimpin (juga pengikut) gunakan dalam hubungan interpersonalnya. Karakter kekuasaan, menurut Fairholm adalah:17 17 Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics in Organizational Leadership, 2nd Edition (Santa Barbara: Praeger, 2009) , p.5. 33 1. Kekuasaan bersifat sengaja, karena meliputi kehendak, bukan sekadar tindakan acak. 2. Kekuasaan adalah alat (instrumen), ia adalah alat guna mencapai tujuan. 3. Kekuasaan bersifat terbatas, ia diukur dan diperbandingkan di aneka situasi atau dideteksi kemunculannya. 4. Kekuasaan melibatkan kebergantungan, terdapat kebebasan atau faktor kebergantungan-ketidakbergantungan yang melekat pada penggunaan kekuasaan. 5. Kekuasaan adalah gagasan bertindak, ia bersifat samar dan tidak selalu dimiliki. 6. Kekuasaan ditentukan dalam istilah hasil, hasil menentukan kekuasaan yang kita miliki. 7. Kekuasaan bersifat situasional, taktik kekuasaan tertentu efektif di suatu hubungan tertentu, bukan seluruh hubungan. 8. Kekuasaan didasarkan pada oposisi atau perbedaan, partai harus berbeda sebelum mereka bisa menggunakan kekuasaan-nya. Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana influence (pengaruh) adalah apa yang kita gunakan saat kita menggunakan kekuasaan. C. Teori Semiotika 34 1. Konsep Semiotika Roland Barthes Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengan manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak memperlajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur tanda.18 Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastika atas seni logika, retorika, dan peotika. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api.19 Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan 18 19 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 15. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 16 35 bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukkan (denotative).20 Salah satu pakar semiotik yang memfokuskan permasalah semiotik pada dua makna tersebut adalah Roland Barthes. Ia adalah pakar semiotik Prancis yang pada tahun 1950-an menarik perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotik sebagai alat teoritisnya. Tesis tersebut mengatakan bahwa makna struktur yang terbangun di dalam produk dan genre diturunkan dari mitosmitos kuno, dan berbagai peristiwa media ini mendapatkan jenis signifikansi yang sama dengan signifikansi yang secara tradisional hanya dipakai untuk ritual-ritual keagamaan. Dalam terminologi Barthes, jenis budaya popular apapun dapat diurai kodenya dengan membaca tanda-tanda di dalam teks. Tanda-tanda tersebut adalah hak otonom pembacanya atau penonton.21 Sehingga, dalam semiotik Barthes, proses represntsi itu berpusat pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. Ia mencontohkan, ketika mempertimbangkan sebuah berita atau laporan, akan menjadi jelas tanda lingustik, visual dan jenis tanda lain mengenai bagaimana berita itu direpsentasikan seperti tata letak atau lay out, rubrikasi dan sebagainnya, tidaklah sesederhana 20 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2004), h. 126-127 21 Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009), h. 42 36 mendenotasikan sesuatu hal, tetapi juga menciptkan tingkat konotasi yang dilampirkan pada tanda. 22 Tatanan Pertama Realitas Tatanan Kedua Tanda Kultur bentuk Konotasi Penanda Denotasi Petanda Mitos isi Signifikasi Dua Tahap Melalui gambar diatas, Barthes, seperti dikutip Friske, menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Denotasi adalah hubungan yang digunakan didalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah pertanda.23 Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan 22 Jonathan Bignell, Media Semiotic: An Introduction, (Manchester and New York: Menchester University Press, 1997), h. 16 23 Marcel Danesi, Semiotika Komunikasi, h. 125. 37 pasti. Denotasi juga merupakan makna yang objektif dan tetap. Makna denotasi adalah makna awal utama dari sebuah tanda, teks, dan sebagainya. 24 makna ini tidak bisa dipastikan dengan tepat, karena makna denotasi merupakan generalisasi. Dalam terminologi Barthes, denotasi adalah sistem signifikansi tahap pertama. Sedangkan makna konotatif salah satu jenis makna di mana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif terjadi karena sebagian makna pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar.25 Dalam makna konotatif, orang yang tersenyum bisa berarti sebagai kesenangan dan kebahagian atau sebaliknya bisa saja ekspresi senyum itu diartikan sebagai sindiran atau penghinaan terhadap orang lain. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut dengan „mitos‟, yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.26 Jadi, mitos memiliki tugasnya untuk memberikan justifikasi ilmiah kepada kehendak sejarah, dan membuat kemungkinan tampak abadi.27 Dapat dikatakan bahwa makna denotatif adalah makna yang digunakan untuk menunjukkan secara jelas tentang sesuatu yang memiliki arti sebenarnya dari sebuah tanda. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang memiliki arti tambahan dari makna denotatif yang merupakan hasil dari pikiran yang mengacu pada tradisi, 24 Marcel Danesi, Semiotika Komunikasi, h. 274 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 266. 26 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi.,h. 71 27 Roland Barthes, Mitologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009), h. 208 25 38 emosional maupun nilai rasa pada seseorang terhadap sesuatu, baik berupa kata ataupun benda. Mitos menurut Barthes, disebut sebagai tipe wicara. Ia juga menegaskan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi, bahwa dia adalah sebuah pesan. Hal ini memungkinkan kita untuk berpandangan bahwa mitos tak bisa menjadi sebuah objek, konsep, atau ide; mitos adalah cara penandaan (signification), sebuah bentuk. Segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana.28 Dalam mitos sekali lagi kita mendapati tiga pola dimensi yang disebut Barthes sebagai: penanda, petanda, dan tanda. Ini bisa dilihat dari peta tanda Barthes yang dikutip dari buku Semiotika Komunikasi, karya Alex Sobur sebagai berikut; Sumber: Paul Cobley & Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books, hlm. 51. 28 Ibid., h. 151-152 39 Dari peta Barthes di atas terlihat bahawa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Mitos menurut Barthes memaparkan fakta. Mitos adalah murni sistem ideografis. Mitos pun dapat sangat bervariasi dan lahir di lingkup kebudayaan massa. Mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Konotasi yang menetap pada suatu komunitas berakhir menjadi mitos. Pemaknaan tersebut terbentuk oleh kekuatan mayoritas yang memberi konotasi tertentu kepada suatu hal secara tetap sehingga lama kelamaan menjadi mitos: makna yang membudaya. Mitos ini menyebabkan kita mempunyai prasangka tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam mitos.29 Barthes membuktikannya dengan melakukan pembongkaran (demontage semiologique). Mitos juga merupakan suatu bentuk pesan atau tuturan yang diyakini kebenarannya tetapi tidak dapat dibuktikan. Barthes juga mengupas 28 teks dari berbagai bidang dalam konteks kehidupan sehari-hari: pertunjukan, novel, buku petunjuk, iklan, keadaan, ma- kanan, boneka, foto, mobil, bahan baku -plastik-, film, dan otak manusia (Einstein) disebut Mythologies. Adapun ciri-ciri mitos menurut Roland Barthes,30 yaitu: 1. Detormatif. Barthes menerapkan unsur-unsur Saussure menjadi form (signifier), concept (signified). Ia menambahkan signification yang merupakan 29 Indriawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi, (Tangerang: Wisma Tiga Dara Perum Cimone Permai, 2009), h. 20. 30 Roland Barthes, Mythologies, (Paris: Seuil, 1957), h. 122-130. 40 hasil dari hubungan kedua unsur tadi. Signification inilah yang menjadi mitos yang mendistorsi makna sehingga tidak lagi mengacu pada realita yang sebenarnya. 2. International. Mitos merupakan salah satu jenis wacana yang dinyatakan secara internasional. Mitos berakar dari konsep historis. Pembacalah yang harus menemukan mitos tersebut. 3. Motivasi. Bahasa bersifat arbiter, tetapi kearibiteran itu mempunyai batas, misalnya melalui afikasi, terbentuklah kata-kata turunan: baca-membacadibaca-terbaca-pembaca. Sebaliknya, makna mitos tidak arbiter, selalu ada motivasi dan analogi. Mitos bermain atas analogi antara makna dan bentuk. Analogi ini bukan sesuatu yang Alami, tetapi bersifat historis. Salah satu contoh mitosnya. Seperti; minuman anggur di Prancis: denotasi dari anggur adalah minuman beralkohol yang bisa memabukkan. Barthes mengamatinya lebih dalam. Orang sangat menikmati anggur yang diminumnya bukan sekadar untuk bermabuk-mabukan. Hal tersebut ditunjukkan pula oleh adanya pelabelan tahun bagi minuman tersebut. Anggur dengan merek tertentu dengan usia yang semakin tua semakin mahal harganya. Di dalam menu makan, anggur mengambil bagian sintagmatik, yaitu anggur putih menyertai makanan dengan ikan, anggur merah dengan daging, dsb. Dengan demikian, konotasi anggur, yaitu kenikmatan, tertanam di dalam praktik kehidupan sehari-hari, memegang peranan dalam menu dan pada akhirnya menjadi mitos. 41 Contoh yang terdapat dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) berusaha menjelaskan penanda, pertanda, dan mitos yang terdapat dalam beberapa adegan yang ada dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) yang menjelaskan mengenai penanda seorang teroris yang digambarkan oleh pemerintah terhadap agama Islam, sedangkan pertandanya agama Islam dikaitkan dengan kekerasan dan pengeboman. Kemudian adanya mitos yang mengidentikan agama Islam dengan teroris, mitos itu muncul karena pengaruh yang disebarkan oleh budaya Barat dalam menggambarkan agama Islam. Sehingga masyarakat percaya dengan mitos yang disebarluaskan oleh kalangan politik. D. Konsep Teror dan fanatik a. Teror dan Terorisme Teror dan terorisme adalah dua kata hamper sejenis yang dalam satu dekade ini sangat popular. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Teror ialah rasa takut yang ditimbulkan oleh orang atau sekelompok orang.31 Teror secara harfiah berarti menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Teroris adalah orang yang menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik. Sedangkan terorisme adalah penggunaan kekerasan 31 h. 654 Pusat Bahasa Indonesia, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 42 untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik). Kata teror pertama kali dikenal pada zaman Revolusi Perancis. Di akhir abad ke-19, di awal abad ke-20 dan menjelang PD II, terorisme menjadi teknik revolusi. Istilah “terorisme” pada tahun 1970-an dikenakan pada beragam fenomena: dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan dan kelaparan. Pemerintah bahkan menstigma musuh-musuhnya sebagai “teroris” dan aksi-aksi mereka disebut “terorisme”. Pada dasarnya istilah terorisme merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sensitif karena terorisme mengakibatkan timbulnya korban warga sipil yang tidak berdosa.32 Terorisme saat ini menjadi isu global bagi masyarakat dunia. Terkadang tindakan terorisme selalu diidentikan dengan agama tertentu sehingga menimbulkan prangka dan rasa takut terhadap seseorang. Terorisme dapat dikatakan sebagai perbuatan atau tindakan dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan termasuk cara kekerasan, jelas tindakan terorisme bertentang dengan ajaran agama Islam. Dalam ajaran agama Islam tidak ajarkan melakukan terorisme dengan berbuat kekerasan terhadap sesame umat manusia. Teroris yang digambarkan dalam Film 3, seperti cara berpakaian orang-orang Muslim yang menggunakan baju gamis serta sorban di atas kepala. Selain itu juga, 32 Indriyanto Seno Adji, Terorisme dan HAM dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia, (Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001), h. 17 43 teroris yang selalu diidentikan dengan kekerasan tidak hanya itu saja, tetapi dalam Film 3 masyarakata mengidentikan terorisme dengan kasus pengeboman yang terjadi di Candi Café. Masyarakat menuduh orang-orang Muslim yang melakukan pengeboman tersebut. Hingga menimbulkan prasangka terhadap umat Muslim. b. Fanatik atau Fanatisme Kata fanatisme berasal dari dua kata yaitu “fanatik” dan “isme”. Kata fanatik dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan sungguh-sungguh. Sedangkan “isme” dapat diartikan sebagai suatu bentuk keyakinan atau kepercayaan. Dapat disimpulkan dari dua defines tersebut bahwa fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik politik atau agama. Fanatisme sesungguhnya adalah sebuah konsekuensi seseorang yang percaya dan meyakini suatu agama, bahwa apa yang dianutnya adalah benar. Seperti orangorang muslim yang mempercayai bahwa agama Islam yang mereka anut adalah agama yang benar dan bukan agama yang mengajarkan kejahatan untuk sesamanya. Fanatik juga dapat diartikan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah untuk diluruskan atau diubah. Dalam Film 3, orang-orang Muslim dianggap sebagai orang-orang yang fanatik terhadap agama yang mereka anut. Hingga pemerintah membenci orang-orang Muslim karena sikap fanatik mereka kepada agama Islam. 44 Masyarakat Muslim tidak ingin budaya Barat mempengaruhi agama Islam dengan merubah jati diri agama Islam. Sehingga orang-orang Islam berusaha mempertahankan agama Islam dengan cara sikap fanatik yang mereka tunjukkan. Seseorang yang memiliki sikap fanatik cenderung bersikeras terhadap ide-ide mereka yang menganggap diri sendiri atau kelompok mereka benar dan mengabaikan semua fakta atau argument yang bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan mereka. Sehingga seseorang yang memiliki sikap fanatik akan mengabaikan semua argument-argumen yang menjelekkan keyakinan yang mereka anut. c. Prasangka terhadap Islam sebagai Agama Teroris Konfrontasi dunia Barat dengan dunia Islam sudah bukan hal baru. Pandangan dunia Barat semakin negatif terhadap umat Islam pasca serangan teroris yang dilakukan oleh Al-Qaeda terhadap Amerika Serikat pada tanggal 11 september 2001. Serangan teroris yang dikenal dengan sebutan tragedy 9/11 tersebut menghancurkan gedung World Trade Center (WTC) dan juga gedung pertahanan Amerika Serikat Pentagon. Tindakan terorisme yang dilakukan oleh gerakan Al Qaeda selalu dikaitkan dengan Islam, hal ini dikarenakan Al Qaeda mengaku bahwa tindakan yang dilakukan adalah jihad. Sementara jihad oleh dunia Barat selalu berkaitan dengan umat Islam. Dunia Barat khususnya bagi negara-negara yang menganut paham Liberalis menganggap bahwa Islam adalah agama yang keras dan identik dengan jihad dalam bentuk terorisme seperti pengeboman atau bom bunuh diri. Agama Islam yang selalu 45 dipandang sebagai agama teroris disebabkan karena berbagai peristiwa yang selalu dikaitkan dengan orang-orang Muslim. Agama Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi dan kehidupan yang damai dengan semua manusia. Agama Islam melihat bahwa semua manusia adalah makhluk yang mulia dan terhormat tanpa pandang bulu.33 Orang-orang Barat yang selalu mengidentikan orang-orang Islam dan agama Islam sebagai teroris adalah salah, karena tidak semua tindakan terorisme dilakukan oleh orang-orang Islam akan tetapi, bisa saja tindakan itu dilakukan oleh kalangankalangan politik yang mengatasnamakan agama Islam untuk mencapai tujuannya. 34 Dalam Film 3, masyarakat menggambarkan orang-orang Islam sebagai pelaku terorisme. Sementara agama Islam sebagai agama yang mengajarkan manusia untuk menjadi seorang teroris. Prasangka yang digambarkan masyarakat yang menganggap agama Islam sebagai agama teroris adalah salah. Karena dalam agama Islam manusia diajarkan untuk membawa kedamaian bukan untuk melakukan kekerasan bahkan kehancuran di muka bumi. Dalam Film 3 masyarakat selalu menjadi orang-orang Islam sebagai pelaku kejahatan yang terjadi di muka bumi. Masyarakat menganggap seperti itu karena mereka telah terkontruksi oleh pemikiran-pemikiran Barat yang selalu menghubungkan terorisme dengan agama Islam. 33 http://fokusislam.com/4378-paus-fransiskus-islam-bukan-agama-teroris.html diakses pada 9 Agustus 2016 34 Surya Sukti, Islam dan Terorisme di Asia Tenggara, Junal Studi Agama dan Masyarakat, Vol, 5, No. I, Thn. 2008, h. 96. 46 E. Film 1. Pengertian Film Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama untuk memperoleh hiburan. Akan tetapi, dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bukan persuasif. 35 Film memiliki kekuatan besar dari segi estetika karena menjajarkan dialog, musik, pemandangan dan tindakan secara bersama-sama secara visual dan naratif. Dalam bahasa semiotik, sebuah film dapat didefinisikan sebagai sebuah teks yang, pada tingkat penanda, terdiri atas serangkaian imaji yang mempresentasikan aktivitas dalam kehidupan nyata. Pada tingkat petanda, film adalah cermin metaforis kehidupan. Jelas bahwa topic tentang sinema adalah salah satu sentral dalam semiotika karena genre-genre dalam film merupakan sistem signifikasi yang mendapat respons sebagian besar orang saat ini dan yang dituju orang untuk memperoleh hiburan, ilham, dan wawasan pada level interpretan. 36 Media hiburan film juga dapat dijadikan sebagai media propaganda yang dilakukan oleh kalangan-kalangan penguasa dan partai politik. Melalui sebuah film kita dapat menyaksikan tindakan-tindakan yang diperankan tokoh utamanya yang hampir selalu berakhir dengan kisah sukses yang menggembirakan. 35 36 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Jogja: Jalasutra, 2010), h.134 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 100 47 Secara umum film memiliki empat fungsi yaitu film sebagai alat hiburan, film sebagai sumber informasi, film sebagai alat pendidikan, dan film sebagai pencerminan nilai-nilai sosial budaya suatu bangsa.37 Film Sebagai media komunikasi massa, dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang laizimnya disebut dakwah.38 2. Jenis-jenis film Film terbagi ke dalam beberapa jenis diantarnya: a. Film Horor Film ini biasanya berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan supranatural, yang sering berhungan dengan hal gaib atau yang diluar nalar kita. Sehingga film jenis terkesan menyeramkan. b. Film Drama Film drama biasanya bercerita tentang suatu konflik dalam sebuah kehidupan sehari-hari. Namun, film ini terkadang dibuat secara berlebihan sehingga penonton terbawa suasana ketika melihat film tersebut. c. Film Komedi Film ini biasanya berisi tentang kelucuan atau komedia sehingga membuat penonton tertawa ketika melihat film genre ini. d. Film Musikal 37 Teguh Trianto, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 3 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 38 112 48 Film jenis ini hamper sama dengan jenis film drama. Akan tetapi, dalam cerita jenis film ini terdapat nuansa musik dari beberapa adegan yang terdapat dalam film ini. e. Film Laga (action) Film laga adalah genre utama dalam film yang satu atau beberapa tokohnya terlibat dalam tantangan yang memerlukan kekuatan fisik ataupun kemampuan khusus. 39 Film ini biasanya berisi adegan-adegan yang dilakukan oleh pemainnya. Film laga Seperti adegan berantem, loncat dari gedung satu ke gedung lainnya dan lain sebagainnya. Film seperti ini juga terkadang membuat penonton yang melihat film ini membuat mereka tegang karena alur cerita yang disajikan. Film 3 (Alif, Lam, Mim), termasuk ke dalam film laga (action), karena film ini dalam beberapa adegannya menampilkan adegan-adegan yang diperagakan oleh pemainnya. Sehingga saat penonton melihat film ini mereka merasa tegang dengan alur yang diceritakan dalam Film 3. Akan tetapi, tidak hanya adegan laga saja yang terdapat dalam beberapa bagian di dalam film. Dalam film juga terdapat beberapa adegan yang menceritakan unsur-unsur yang mengandung nilai agama Islam. Terutama ketika seorang Kolonel Mason yang menjabat sebagai pemimpin politik di negara. Seorang Kolonel yang memiliki kekuasaan di negara berusaha mempengaruhi masyarakat dengan menyebarkan isu-isu yang masih semu kebenarannya. Kolonel 39 www.wikipedia.com diakses pada tanggal 6 Juni 2016 pukul 11:09 49 mencoba memberikan citra buruk kepada agama Islam, dia sebarkan pesan kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat percaya terhadap perkataannya kemudian masyarakat akan membenci Islam. Dengan begitu, propaganda yang dilakukan akan berhasil. BAB III SINOPSIS DAN PROFIL PEMAIN FILM 3 (ALIF, LAM, MIM) A. Sinopsis Film 3 (Alif, Lam, Mim) FILM “3” adalah film laga futuristik pertama di Indonesia yang menceritakan tentang persahabatan, persaudaraan dan drama keluarga. Jakarta 2036 (dua ribu tiga puluh enam), begitu banyak terjadi perubahan. Negara sudah kembali damai dan 49 50 sejahtera sejak perang saudara dan pembantaian kaum radikal berakhir di Revolusi tahun 2026 (dua ribua dua puluh enam).1 Hak asasi manusia menjadi segalanya. Penggunaan peluru tajam sebagai senjata sudah menjadi ilegal. Aparat menggunakan peluru karet untuk menangkap penjahat dan teroris yang masih tersisa. Satu dilema yang sangat menyulitkan bagi aparat mengingat beberapa kelompok radikal kembali bangkit dan berjuang untuk mengganti wajah demokrasi sehingga aparat mengandalkan kemampuan bela diri yang tinggi untuk menumpas para penjahat. Alif, Lam dan Mim adalah tiga sahabat dari satu perguruan silat yang dibesarkan bersama di padepokan Al-Ikhlas. Dalam kondisi ini, membekali diri dengan ilmu bela diri menjadi sesuatu yang mutlak. Dikisahkan ada orang-orang tertentu yang memiliki keahlian bela diri di atas rata-rata, yaitu Alif, Lam, dan Mim. Ketiga sahabat itu pernah belajar bela diri di satu Pondok Pesantren Al-Ikhlas milik KH Muchlis (Arswendy Bening Swara). Setelah dewasa mereka menempuh takdirnya masing-masing Alif yang lurus dan keras dalam bersikap memilih menjadi aparat negara. Ia bertekad membasmi semua bentuk kejahatan dan mencari para pembunuh kedua orangtuanya. Lam yang sikapnya lebih tenang menjadi seorang jurnalis. Bertujuan untuk menyebarkan kebenaran dan menjadikan dirinya mata dari rakyat. Sementara Mim yang bijak memilih mengabdi menjadi pengajar dan menetap di padepokan. 1 www.wikipedia.com diakses tgl. 10 Mei 2016, pkl. 12:20 51 Ketiganya dipertemukan kembali setelah terjadi kekacauan pasca ledakan bom di sebuah cafe. Hal itu terjadi karena adanya rentetan kejadian yang membuat Jakarta chaos. Bom meledak di mana-mana. Kelompok radikal dituding berada di balik peledakan kafe dan tempat hiburan. Perburuan Alif untuk menangkap dalang peledakan membawa ia bertemu kembali dengan sahabat lamanya, Lam dan Mim, serta kekasih lamanya, Laras (Prisia Nasution). Bukti-bukti dan investigasi mengarah pada keterlibatan Mim beserta anakanak padepokan. Alif harus menghadapi sahabatnya sendiri dan menghancurkan padepokan yang telah membesarkannya. Lam yang terjepit diantara kedua sahabat berusaha mencari titik temu demi menghindari kehancuran yang lebih parah. Mim memilih mengahadapi para aparat dan rela mengorbankan jiwanya tanpa kompromi. Alif, Lam dan Mim dipaksa bertempur satu sama lain dalam mempertahankan dan memperjuangkan kebenarannya masing-masing, seraya harus terus menjaga keluarga dan orang-orang yang mereka hormati dan cintai. Alif Lam Mim bisa dijadikan sebuah pencerminan dan kontemplasi (perhatian penuh) akan kehidupan asosiasi (perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama) negara yang terbelah dalam beberapa kubu yang merasa paling benar. 2 film ini merupakan murni cerita fiksi yang menyoal kebaikan dan sikap nondiskriminasi terhadap agama apa pun. 2 http://arulfittron.blogspot.co.id/2015/10/3-alif-lam-mim-2015-review-tatkala.html diakses pada. 24 Mei 2016. 52 B. Profil Anggy Umbara Sebagai Sutradara Film 3 (Alif, Lam, Mim) Anggy Umbara (lahir di Jakarta, 21 Oktober 1980; umur 35 tahun) adalah seorang sutradara asal Indonesia. Film pertamanya adalah Mama Cake. Kemudian ia mengarap film Coboy Junior The Movie, film ini pun berhasil sukses. Kemudian namanya semakin terdengar ketika ia membuat film ke 3 nya Comic 8 yang mendapatkan antusias luar biasa dari penonton. Selain itu Anggy Umbara juga menjadi sutradara dari film 3:Alif, Lam, Mim yang sempat mendapatkan nominasi sebagai penghargaan Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia 2015 atas naskah film 3 yang bersama Bounty dan Fajar Umbara.3 Anggy Umbara juga sutradara dari film aksi-komedi Comic 8: Casino King dan Comic 8: Casino King Part 2. Anggy Umbara sebagai sutradara dalam film 3 (tiga) punya teori sendiri tentang hal ini. Melalui film 3 (tiga), sutradara muda ini menguliti persoalan yang membelit kaum Muslim di tengah dunia yang beranjak liberal.4 3 http://entertaiment.ko,pas.com/read/2015/11/23/211129010/anggy.umbara.menggelar.harapa n.di.Karpet.merah.ffi.215? Diakses pada 17 Mei 2016. 4 http://twitter.com # @FILM_Indonesia #3TheMovie #KamisKeBioskop #BanggaFilmIndonesia diakses pada . 28 Februari 2016. 53 Dari sinilah Anggy membuka sikap keberpihakannya pada religiositas yang belakangan ini sering disalahpahami. Peristiwa bom bunuh diri atas nama jihad yang merebak di mana-mana memunculkan gelombang fobia (ketakutan) terhadap Islam. Segala simbol yang terkait dengan Islam, termasuk cara berpakaian dan penampilan, seperti jenggot dan sorban, membuat banyak orang melirik curiga. Mereka yang memilih berpakaian gamis dicap sebagai teroris atau paling tidak ikut andil dalam menebarkan paham radikalisme. Anggy percaya, Islamofobia tidak hanya terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi terjadi juga di Indonesia. Setidaknya pada tahun 2036, masa yang melatarbelakangi film 3. Di saat itu Islamofobia semakin tampak terang-terangan. Di sebuah kafe, misalnya, ada larangan bagi siapa pun yang masuk ke kafe itu dengan memakai simbol-simbol agama. Maka, tiga lelaki berpakaian gamis dan bersorban pun terpaksa menyerah ketika diusir keluar oleh pelayan kafe. Sudah diusir, mereka pun dituduh meledakkan kafe itu hanya karena tas berisi parfum dan surat-surat tertinggal di sana. B. Profil Pemain Film 3 (Alif, Lam, Mim) 1. Abimana Aryasatya 54 Abimana Aryasatya (lahir di Jakarta, Indonesia, 24 Oktober 1982; umur 33 tahun) adalah aktor Indonesia. Sebelumnya Aktor yang juga sempat terlibat dalam sinetron lupus pada tahun 90-an ini dikenal dengan nama Robertino, namun karena alasan pribadi ia kemudian mengubah namanya menjadi Abimana. Abimana Aryasatya memulai karier di dunia hiburan dengan tampil di layar kaca dengan nama Robertino. Pada tahun 2011, ia tampil dalam film Catatan (Harian) Si Boy. Kemudian pada tahun 2012, ia berperan sebagai pemeran utama pada film Republik Twitter. Abimana Aryasatya yang berperan sebagai Herlam atau yang lebih dikenal dengan sebutan Lam dalam film 3 (Alif, Lam, Mim). 5 Alif yang memiliki sikap lebih tenang dalam menyikapi setiap masalah yang datang kepadanya akan tetapi, Alif juga selalu sebagai penengah diantara kedua sahabatnya yaitu Alif dan Mim, mereka berdua selalu memiliki pemahaman dan prinsip yang berbeda sehingga susah untuk menyatukan mereka berdua. Adapun Lam menempuh jalan menjadi jurnalis untuk membongkar ketidakadilan. Lam memilih menjadi seorang jurnalis karena dia ingin membongkar segala kebohongan yang dilakukan oleh publik sehingga masyarakat tidak lagi tertipu oleh para pemimpin politik terutama hal-hal yang berbau Islam. Lam selalu berusaha mengungkap tuntas kasus yang menurutnya janggal. Dalam menjalani lakonnya sebagai seorang jurnalis Abimana mengaku, pada 5 http://www.tribunnews.com/seleb/2015/09/29/abimana-aryasatya-lawan-atasan-demiidealisnya-sebagai-wartawan diakses pada. 18 Mei 2016. 55 film tersebut ia kerap mengalami pertentangan batin dengan atasannya lantaran apa yang dikerjakannya tidak sesuai idealis pada dirinya. 6 2. Cornelio Sunny Sebagai Alif Cornelio Sunny, (lahir 15 April 1985; umur 31 tahun) merupakan seorang aktor berkebangsaan Indonesia. Ayahnya berasal dari Meksiko, sedangkan ibunya dari Palembang. Ia dikenal lewat perannya sebagai Sridar dalam film Haji Backpacker. Cornelio Sunny bukan hanya aktif di film tapi ia juga menjadi model iklan dan bermain di serial televisi (FTV). Disamping selain menjadi seorang Aktor, Cornelio sunny juga sebagai Film Maker dan Writer dan Director dan ini semua semakin menguatkan eksistensi Lio sapaan Akrabnya di dunia perfilman, Terbukti banyak penghargaan Festival film baik di luar negeri maupun dalam negeri yang di terima oleh Film yang di bintangi Lio. Cornelio Sunny yang berperan sebagai Alif dalam film 3 (Alif, Lam, Mim) tersebut. Alif yang memiliki karakter lurus dan keras dalam bersikap memilih 6 http://www.tribunnews.com/seleb/2015/09/29/abimana-aryasatya-lawan-atasan-demiidealisnya-sebagai-wartawan diakses pada. 24 Mei 2016. 56 menjadi aparat negara.7 Ia bertekad membasmi semua bentuk kejahatan dan mencari para pembunuh kedua orangtuanya. Alif berjanji kepada Alm. Ayah dan Ibunya untuk menemukan orang-orang yang telah membunuh orangtuanya sehingga dia memilih untuk menjadi aparatur negara. Alif sebagai aparat yang patuh terhadap perintah yang diberikan oleh Kolonel Mason. Karena Alif menganggap bahwa apa yang diperintahkan oleh Kolonel Mason adalah perintah yang dari seorang atasan yang harus dipatuhi oleh bawahannya. 3. Agus Kuncoro Sebagai Mim Agus Kuncoro Adi (lahir di Jakarta, 11 Agustus 1972; umur 43 tahun) adalah seorang aktor Indonesia. Agus mengawali debutnya lewat film Saur Sepuh IV, Titisan Darah Biru (1991).Namanya melejit lewat perannya sebagai Azzam dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan. Beberapa sinetron yang pernah dibintanginya antara lain Tutur Tinular (1997) sebagai Raden Wijaya, FTV Sayekti dan Hanafi sebagai Hanafi bersama Widi Mulia sebagai Sayekti, Dunia Tanpa Koma sebagai Andar Manik,Maharani, dan Debu Tertiup Angin. Sedangkan film yang pernah 7 http://www.tribunnews.com/seleb/2015/08/10/3-sahabat-satu-pesantren-tapi-bedamemandang-agama diakses tgl. 20 Mei 2016, pkl. 19:17 57 dibintanginya adalah Be Happy di Pinggir Kali bersama Kristina serta Kun Fa Yakuun yang rencana tayang awal 2008. Agus Kuncoro yang berperan sebagai Mim dalam film 3 (Alif, Lam, Mim) tersebut. Mim yang memiliki karakter seorang yang bijaksana diantara kedua sahabatnya yaitu Alif dan Lam. Mim memilih mengabdi menjadi pengajar dan menetap di padepokan. Mim menyebarluaskan dan mengajarkan agama Islam kepada orang-orang karena kecintaannya terhadap Islam sehingga dia lebih memilih bertahan di padepokan dibandingkan dengan menjadi Aparatur negara dan Jurnalis seperti Alif dan Lam. Mim ingin umat Islam lebih maju lagi agar tidak dianggap sebagai teroris. 4. Prisia Nasution Sebagai Laras Prisia Nasution (lahir dengan nama Prisia Wulandari Nasution, lahir di Jakarta, 1 Juni 1984; umur 31 tahun) yang akrab disapa Phia adalah seorang model dan aktris Indonesia.8 Prisia memulai karirnya sebagai pemeran utama dalam film adaptasi novel Ronggeng Dukuh Paruk berjudul Sang Penari tahun 2011 dan langsung meraih penghargaan Aktris Utama Terbaik di Festival Film Indonesia 2011. 8 www.wikipedia.com diakses tgl. 12 Mei 2016, pkl. 10:15 58 Setelah meraih penghargaan Festival Film Indonesia karir Prisia di dunia perfilman Indonesia melambung dengan membintangi lima film pada tahun 2013 yaitu Isyarat sebuah film Omnibus (kumpulan film) bergenre drama, berperan sebagai istri Joko Widodo Iriana dalam Jokowi (film), berperan sebagai aktivis lingkungan Butet Manurung dalam Sokola Rimba, Rectoverso (film) sebuah film adaptasi dari novel karya Dewi Lestari, dan sebuah film perjalanan Laura & Marsha. Tahun 2014 Prisia kembali tampil dalam sebuah film drama Unlimited Love yang mengambil syuting di Eropa. Selain itu Prisia juga kembali berkolaborasi dengan Ifa Isfansyah untuk kedua kalinya dalam Pendekar Tongkat Emas. Setahun berikutnya Prisia kembali tayang dalam film bergenre laga yaitu 3 (film) sebuah film fiksi ilmiah dan Comic 8: Casino Kings Part 1 sebuah sekuel pertama Comic 8, kedua film yang dibintangi Prisia tahun ini merupakan karya Anggy Umbara. Prisia Nasution yang berperan sebagai Laras dalam film 3 (Alif, Lam, Mim). Laras adalah kekasih lama Alif yang telah menghilang kemudian Laras dating dengan membawa kerusuhan yang bersumber dari ayahnya sendiri yaitu Kolonel Moses yang saat itu menjabat sebagai pemimpin negara. Namun, Laras menjadikan Islam sebagai penyebab kerusuhan yang terjadi pada waktu itu. Prisia Nasution lahir di Jakarta, Indonesia pada 1 Juni 1984. Dimulai pada bangku SMP, Prisia bergabung dengan kamp pelatihan nasional untuk seni bela diri Indonesia pencak silat. Ia kemudian kuliah di Swiss German University, di BSD, Serpong, jurusan teknologi informasi. Pada tahun 2003, selama studi universitasnya, Prisia ditawari kesempatan 59 untuk menjadi model runway. Alhasil dia diterima sebagai model, dia pun berpikir bahwa ini adalah cara mudah untuk mendapatkan uang, tapi dia membatin bahwa dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukannya secara profesional, dalam sebuah wawancara 2011 dengan The Jakarta Post dia berkata pahanya yang terlalu besar, membuat tubuhnya "aneh" untuk permodelan. Setelah pensiun dari dunia permodelan, Prisia berperan dalam beberapa film televisi. Dia juga merambah film layar lebar dalam film karya Ifa Isfansyah tahun 2011 berjudul Sang Penari (The Dancer) sebagai tokoh utama perempuan, Srintil, setelah dua kali sesi casting. Ketika audisi pertamanya gagal, dia membaca novel asli karya Ahmad Tohari tersebut dan bertekad kuat bahwa dia harus ikut dalam film tersebut. Pada Januari 2012, Prisia Nasution bermain dalam serial TV Laskar Pelangi– The Series (Rainbow Warriors– The Series), berdasarkan novel karya Andrea Hirata. Untuk perannya dalam Sang Penari, Prisia Nasution menerima Penghargaan Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik pada Festival Film Indonesia 2011. 5. Piet Pagau Sebagai Kolonel Mosan Piet Pagau (lahir di Desa Baru Raya, Mempawah Hulu, Landak, Kalimantan 60 Barat, 23 Februari 1951) adalah pemeran Indonesia. Telah puluhan film dan sinetron telah dibintangi Piet sejak mulai berkarier awal 1980-an. Bahkan selama industri perfilman Indonesia colaps, Piet tetap eksis di dunia sinetron. Sinetron yang pernah didukungnya antara lain Dua Pelang dan Gadis Penakluk. Piet Pagau yang berperan sebagai Kolonel Moses dalam film 3 (Alif, Lam, Mim). Kolonel Moses merupakan seorang pemimpin yang serahkan karena ambisinya untuk menguasai negara sehingga dia berusaha melakukan propaganda kepada rakyat. Propaganda yang dilakukan oleh Kolonel Moses yaitu dengan menyebarluaskan informasi yang salah mengenai Islam terutama hal yang berkaitan dengan pengeboman yang terjadi di Jakarta saat itu. Bahkan, Kolonel Moses adalah dalang utama dari penyebab kehancuran dan kerusuhan yang terjadi saat itu. Selain berakting di depan kamera, Piet Pagau yang ini juga terlibat dalam berbagai kegiatan politik, baik pemerintahan maupun 'politik' perfilman. Tahun 2002, Piet terjun ke dunia politik untuk penjaringan bakal calon Gubernur Kalimantan Barat untuk periode 2003-2008. Piet memang bukan orang baru orang baru di pemerintahan. Piet merupakan lulusan lulusan APDN tahun 1974. Dari tahun 1971 hingga 1976, ia mengabdikan diri dengan menjadi pegawai di kantor Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Terakhir, ia ditugaskan di kantor Camat Batang Lupar, Lanjak, Kapuas Hulu, sebelum kemudian berhenti atas kemauan sendiri dan merantau ke Jakarta untuk mencari pengalaman. Selain itu, Piet juga pernah bersaing untuk memperebutkan kursi Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), periode 2006-2010. Perebutan ini dimenangkan oleh Yenny Rachman yang meraih suara 61 mutlak dengan perolehan suara 306. Sedangkan Piet Pagau meraih suara terbanyak kedua dengan total suara 96, serta Marvin memperoleh 86 suara. Untuk kepengurusan periode tersebut, akhirnya Piet menduduki jabatan sebagai Dewan Pertimbangan Organisasi. Selain itu Piet juga aktif dalam kepartaian yaitu saat ini menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPD Partai Demokrat Kalimantan Barat. C. Tim Produksi dan Nama-nama Pemain Film 3 (Alif, Lam, Mim): Anggy Umbara : Sutradara dan Penulis Skenario Bounty Umbara : Penulis Skenario (Adik Anggy Umbara) Fajar Umbara : Penulis Skenario (Adik Anggy Umbara) Arie K Untung : Produser Film Agus Kuncoro : Sebagai Mim Abimana Aryasatya : Sebagai Lam Cornelio Sunny : Sebagai Alif Prisia Nasution : Sebagai Laras Tika Bravani : Sebagai Gendis Piet Pagau : Sebagai Kolonel Mason Cecep Arif Rahman : Sebagai Guru Silat Donny Alamsyah : Sebagai Aparat Negara Verdi Solaiman : Sebagai Jurnalis Tanta Ginting : Sebagai Aparat Negara 62 Bima Azriel : Sebagai Aparat Negara FAM Pictures : Tim Produksi MVP Pictures : Tim Produksi D. Keistimewaan Film 3 (Alif Lam Mim) Film 3 dalam waktu penggarapan yang singkat dibandingkan film sejenisnya. Pembuatan naskah 6 bulan, persiapan 3 bulan, workshop 2 bulan, syuting 26 hari, dan CGI 2 bulan. Total pengerjaan kurang lebih 1,5 tahun. Semuanya dikerjakan oleh para sineas Indonesia. Hal ini mengejutkan bagi para sineas asing. Budget yang dikeluar Film 3 mencapai 10 Miliar. Film ini mampu mengikuti festival Internasional Balinale yang diselenggarakan di Bali walaupun harus kejar-kejaran dengan waktu pengerjaan yang sangat terbatas dan deadline yang sempit. 50% penonton dari film ini bukanlah orang Indonesia melainkan panitia festival dari 26 negara diseluruh dunia. Film laga futuristik pertama di Indonesia. “Alif Lam Mim”, terdengar sangat familiar bagi kita khususnya umat Islam. Rangkaian huruf yang menjadi pembukaan beberapa surat dalam Al-Qur’an. Alif Lam Mim ditemukan pada 6 surat berbeda dalam Al-Qur’an diantaranya surat AlBaqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Luqman, dan As-Sajadah. Dikenal istilah “Huruf Muqaththa’ah” sebagai nama lain untuk menyebutkan rangkaian huruf ini. 63 Namun sang sutradara memiliki pendapat tersendiri mengenai makna dari Alim Lam Mim. “Alif itu kan lurus, saya suka menggambarkan sebagai api. Lam itu kayak udara. Mim itu kan ke bawah seperti air. Jadi saya gambarkan seperti avatar,” jelas Anggy.9 Memang judul dari film ini memancing beragam tafsiran sesuai dengan sudut pandang dari masing-masing orang yang menafsirkannya. Keberagaman sudut pandang inilah yang kemudian lebih banyak dibahas dalam setiap adegan film ini. a. Beberapa Penghargaan yang didapat Film 3 sebagai berikut: 1. Best Feature Film Freethought International Film Festival di Florida – USA 2. 5 Nominasi di FFI (Festival Film Indonesia) 2015 3. 8 Nominasi di Piala Maya 2015 4. 4 Nominasi di Indonesian Movie Actor Awards (IMAA) 2016.10 5. World Premiere di Balinale International Film Festival 6. New Asian Action Film di OSAKA 7. Jogja Asian Film Festival 8. Opening Film di Indonesian Film Festival Los Angels 9. Best Editing di Piala Maya 2015 9 https://nurbaitihikaru.com/2016/01/10/review-film-3-alif-lam-mim/ diakses tgl. 24 Mei 2016, pkl. 11:21 10 https://twitter.com//@3_themovie/ diakses pada 18 Juni 2016 64 b. Tiga Sahabat dalam Satu Cerita Film Alif Lam Mim bercerita tentang persahabatan tokoh Alif, Herlam dan Mimbo. Mereka tumbuh bersama di sebuah padepokan silat bernama Al-Ikhlas. Lebih tepatnya Pondok Pesantren Al-Ikhlas yang dipimpin oleh Kiai Mukhlis. Walaupun sangat akrab, ketiganya memiliki cita-cita yang berbeda. Alif, bertekad untuk menjadi seorang aparat negara yang dapat menegakkan hukum yang benar. Sedangkan Herlam (Lam) memilih untuk menyampaikan kebenaran lewat tulisan. Adapun Mimbo (Mim), memutuskan untuk mengabdikan kehidupannya sebagai seorang pengajar di Pondok Pesantren Al-Ikhlas. Meskipun jalan yang mereka pilih berbeda, akan tetapi mereka memiliki satu tujuan yang sama yaitu membela kebenaran dan memegang teguh idealisme. Pada akhirnya mereka dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Alif dapat bergabung sebagai penegak hukum dalam pasukan elit Detasemen 38: 80-83, Lam menjadi seorang Jurnalis di kantornya Libernesia, dan Mim mengabdi sebagai ustad di Pondok Pesantren Al-Ikhlas. c. Film Futuristik: Jakarta 2036 Kota Jakarta di tahun 2036, sungguh masih jauh dari bayangan kita. Mungkin akan ada banyak hal yang terjadi menjelang 20 tahun tersebut. Dalam film ini, tahun 2036 digambarkan sebagai akhir dari perang saudara dan pembantaian kaum radikal di Revolusi tahun 2026. Negara kembali damai sehingga hak asasi manusia dipandang sebagai hal yang sangat penting. Bahkan hal ini terlihat dari keputusan 65 pihak penegak hukum untuk mengilegalkan penggunaan peluru tajam. Aparat negara hanya menggunakan peluru karet untuk melumpuhkan penjahat dan teroris. Mau tak mau, akhirnya mereka harus menguasai ilmu bela diri yang mumpuni untuk meningkatkan efektivitas penumpasan kejahatan. Film ini tercatat sebagai film laga futuristik pertama di Indonesia. Pada beberapa bagian dari film terlihat pemvisualisasian dari setting waktu dan lokasi yang cukup jeli. Contohnya terkait lingkungan Kota Jakarta di tahun 2036 dan aneka gadget yang mungkin akan digunakan di masa depan (hp dan kompter transparan, spy camera dari kontak lens). Begitu juga dengan penggambaran faham liberalisme yang berkembang di masyarakat. Ritual keagamaan yang mulai ditinggalkan karena dianggap kuno. Bahkan agama dicap sebagai pemicu kekerasan. Kelompok yang awalnya mayoritas, menjadi kelompok minoritas dimasa itu. d. Kawan atau Lawan? Konflik berawal dari kejadian pemboman di sebuah kafe. Alif bahkan nyaris menjadi salah seorang korban. Sedangkan Lam yang meliput kejadian menemukan berbagai kejanggalan dari kejadian tersebut. Hingga akhirnya mengantarkan Lam pada fakta ditemukannya botol-botol parfum yang diproduksi oleh pondok pesantren Mim di lokasi kejadian. Lam masih mencari berbagai fakta untuk melengkapi tulisannya, namun ia justru diminta untuk berhenti mengusut kasus tersebut dan ditugaskan meliput di luar Jakarta. Lam terjebak dalam pilihan antara resign atau menjalankan tugas peliputan di luar kota. 66 Keinginan Lam yang sangat kuat untuk mengungkap kasus tersebut membuatnya untuk memilih resign. Namun masalah berikutnya muncul. Spam tulisan Lam yang belum rampung mengenai kasus bom tersebar kepada beberapa awak media. Konten tulisan tersebut mengarahkan pada bukti bagi pihak aparat terkait keterlibatan Mim dan santri-santrinya sebagai tersangka utama. Sebagai seorang aparat negara, Alif harus menjalankan perintah penangkapan bagi Mim atau pimpinannya. Sedangkan Lam terjebak dalam pertarungan antara menemukan kebenaran, menengahi persiteruan antara sahabat, dan ancaman keselamatan anggota keluarganya. Bahwa mereka mungkin sama-sama memegang kebenaran, namun kini berada dalam kubu yang berseberangan. Yang belum mereka sadari saat itu adalah orang-orang yang menyusun aneka intrik di belakang mereka. Setiap orang berusaha untuk memegang kebenaran dari sudut pandangnya masing-masing. e. Sejarah, Silat, dan Santri Dalam beberapa bagian dari film ini, penonton akan menyaksikan adegan bela diri (silat). Adegan-adegan ini seperti mengajak kita untuk kembali meresapi beberapa potongan sejarah bangsa. Salah satu contohnya adalah saat perang Paderi, perjuangan melawan penjajah di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Bahwa perjuangan tersebut diwarnai oleh para santri dengan kemampuan silat yang mumpuni. Film Alif Lam Mim seakan mengambil peran untuk mengingatkan kita bahwa silat dan santri adalah sebuah bagian dari sejarah bangsa dan mungkin akan kembali kita butuhkan dimasa depan. f. Unsur Dakwah yang Dikemas Indah 67 Arie Untung selaku produser mengakui bahwa banyak hal dalam film ini terinspirasi dari kisah-kisah dizaman Rasulullah Muhammad SAW. Namun inspirasi tersebut dikemas ulang sesuai dengan konteks abad 21. Contohnya pada pemilihan angka Detasemen 38: 82-83, yang merupakan nama dari pasukan elit tempat Alif bernaung. Angka-angka tersebut bukan tanpa makna. pada Al-Qur’an surat ke 38 yaitu Shad ayat 82-83. (83). ََصين ِ َ( إِ ّ ََل ِع َبادَكََ ِم ْن ُه َُم ا ْل ُم ْخل82). ََقَا ََل فَ ِب ِع ّز ِتكََ ََلُ ْغ ِو َينّ ُه َْم أَ ْج َم ِعين Artinya: Iblis Menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Pemaknaan dari potongan ayat ini kemudian digambarkan dengan jelas pada salah satu adegan saat Alif diracuni oleh pimpinan Kolonel Mason. Seseorang yang mukhlis digambarkan pada tokoh pimpinan Pondok Pesantren Al-Ikhlas yaitu Kiai Mukhlis. Kiai yang mampu menciptakan lingkungan pesantren yang terbuka bagi semua mazhab untuk toleransi dan hidup tentram berdampingan. Karena itulah beliau akhirnya dijebak oleh Detasemen 38: 82-83 untuk dijadikan tersangka kasus terorisme. Bagian ini tentu dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa tantangan umat Muslim di masa yang akan datang akan jauh lebih berat. Bahwa shaf (barisan) harus 68 dirapatkan. Muslim harus bersatu. Sebagaimana pesan dari Kiai Mukhlis kepada Mim saat dirinya ditangkap oleh aparat Negara. g. Kelemahan Film Beberapa efek yang digunakan dalam film ini masih terlihat kurang begitu baik. Hal ini mungkin dikarenakan budget pembuatan film yang terbatas. Namun dengan budget yang terbatas, akan tetapi dapat memproduksi film sebaik ini, menurut saya film Alif Lam Mim patut untuk mendapatkan apresiasi. Kompleksnya ide yang ditampilkan dalam film ini mungkin menjadi kendala penggarapan trailernya. Sehingga trailer tampil kurang meyakinkan untuk memberikan cuplikan dari isi film ini. Hasil yang diperoleh dari pemutaran Film 3 (Alif Lam Mim) memang membuat banyak pihak terkejut. Butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk memproduksi film tersebut. Tapi memang harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Film ini karena mengusung nuansa agama sehingga kurang diminati oleh pencinta perfilman. BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Makna Semiotik (Denotasi, Konotasi, dan Mitos) dalam Film 3 Alif Lam Mim Makna pesan propaganda komunikasi politik tentang Islam dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) diolah berdasar model semiotika Roland Barthes sebagaimana gambar dan tabel di bawah ini: 1. Data 1 Gambar 1. (durasi 00:34:01) Gambar 2. (durasi 00:43:15) Gambar 3. (durasi 00:34:45) Gambar 4. (durasi 00:36:09) Gambar 5. (durasi 00:37:13) 69 70 Tabel 1 Analisis Data 1 No Penanda 1 -Empat orang yang sedang berbincang dalam sebuah cafe. Pria yang menggunakan topi adalah Alif, sedangkan wanita itu sebagai seorang waiters, dan dua orang yang mengenakan baju gamis dan sorban adalah orang Muslim. Alif: saya sebelumnya minta maaf kepada bapak-bapak untuk meninggalkan café ini, bukan maksud saya untuk berlaku tidak sopan kepada kalian tapi ini semua demi kenyamanan bersama. orang Muslim: kenapa kita harus pergi dari sini, kita hanya ingin makan karena merasa lapar. Waiters: iya, lebih baik kalian pergi saja. Orang Muslim: baiklah, kita akan Petanda -Sikap curiga yang ditunjukkan oleh seorang waiters saat melihat pakaian dua orang Muslim tersebut. -ekspresi wajah dan sikap yang sinis yang ditunjukkan oleh waiters café. Menjelaskan bahwa secara tidak langsung Alif mengusir dua orang Muslim namun, dengan menggunakan sikap yang sopan. Konotasi Pakaian panjang da n sorban serta seseorang yang memiliki jenggot panjang dianggap dan diduga adalah pakaian seorang teroris. Teroris memiliki makna yang sensitif karena perbuatan yang dilakukan teroris dapat diidentikan dengan kekerasan dan pengeboman. Mitos Jubbah yaitu pakaian longgar yang kedua lengannya panjang, yang biasanya dikenakan oleh ulama Islam. Sorban adalah salah satu jenis pakaian yang dikenakan di kepala, biasanya berupa kain yang digulung atau diikat dikepala. Sorban ini awalnya berasal dari budaya Arab. Baju gamis dan sorban merupakan pakaian yang sering digunakan oleh kaum laki-laki terutama untuk orangorang yang beragama Muslim. Pada za man Nabi Saw 71 2 3 4 pergi dari sini. Alif mengantarkan dua orang Muslim masuk ke dalam mobil. Kemudian dua orang Muslim pergi dari Candi café sambil mengucapkan salam kepada Alif. Dua orang Muslim: Assalaikumsalam Alif: waailaikumsalam (dengan posisi wajah menunduk ke bawah). Suara ledakan yang terdengar dari dalam Candi café. Gambar seorang Pria yang menggunakan pakaian gamis dan sorban. Dalam hal ini Alif berusaha untuk menghargai dan menghormati dua orang Muslim tersebut dengan bersikap ramah kepada mereka. Alif tetap percaya dan meyakini agama Islam hal itu terlihat saat Alif menjawab salam yang di ucapkan oleh dua orang Muslim tersebut. Alif bersikap seperti itu karena dirinya dulu berasal dari pesantren yang mengajarkan nilai-nilai agama termasuk untuk menjawab salam. Alif menjawab salam dengan wajah menunduk kebawah karena Alif tidak ingin ada orang yang mendengar apa yang diucapkan olehnya. Ledakan yang terjadi di dalam Candi café menyebabkan café hancur. Ledakan itu mengakibatkan orang-orang yang berada dalam café meninggal. Dugaan ledakan terjadi seusai dua orang Muslim pergi dari café. Ustad adalah sebutan untuk seorang guru. Biasanya sebutan itu sering digunakan oleh seorang santri dalam pondok pesantren untuk memanggil gurunya. Pakaian yang digunakan oleh pria itu adalah pakaian yang digunakan oleh seorang Ustad. Pakaian yang digambarkan dalam film menjelaskan pakaian yang digunakan oleh seorang teroris. pakaian jubbah dan sorban sudah Nabi gunakan untuk menyebarkan dakwahnya. 72 5 Gambar sebuah botol yang berukuran kecil yang berisi cairan. Diduga botol yang berisi cairan tersebut merupakan penyebab terjadinya ledakan di Candi café. Cara berpakaian yang digunakan Mim dianggap aneh seperti seorang teroris. Botol tersebut dianggap sebagai cairan yang berisi bahan kimia yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan. Sehingga botol yang berisi cairan itu dijadikan sebagai barang bukti. Masyarakat menduga bahwa dua orang Muslim itu yang membawa botol tersebut. Mitos yang ditemukan dari hasil penelitian ini, yaitu mengenai pakaian gamis dan sorban serta memiliki jenggot diwajahnya. Pakaian dan atribut seperti dicurigai oleh masyarakat sebagai pakaian seorang teroris. Masyarakat menganggap bahwa orang yang mengenakan pakaian ini dapat melakukan tindakan kejahatan dan kekerasaan sehingga masyarakat mencurigai pakaian yang dikenakan oleh umat Muslim. Dalam budaya bangsa Arab pakaian sorban dan gamis yang dikenakan oleh umat Muslim terutama kaum laki-laki dianggap sebagai hal yang biasa bahkan, pakaian ini digunakan orang Arab sebagai pakaian sehari-hari. 73 a. Interpretasi Data 1 Berdasarkan hasil penelitian bahwa data 1 menceritakan keadaan sebuah café yang gaduh setelah dua orang Muslim masuk ke dalam café. Sehingga menyebabkan perdebatan antara waiters café dan dua orang Muslim. Orang-orang yang berada dalam café memandang aneh karena pakaian yang digunakan dua orang Muslim tersebut. Dua orang Muslim itu menggunakan pakaian panjang seperti gamis dan sorban yang diliitkan dikepala kemudian dua orang muslim itu juga memiliki jenggot di wajahnya. Jubah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pakaian panjang sampai di bawah lutut, berlengan panjang, seperti yang dipakain oleh orang Arab, padri, atau hakim sebagai pakaian luar1. Pakaian seperti ini biasanya digunakan oleh seorang ulama Islam. Akan tetapi, masyarakat Arab menggunakan pakaian jubbah sebagai pakaian sehari-hari. Namun, sebagian orang yang tidak pernah melihat pakaian jubbah ini menganggap aneh. Terutama untuk kalangan orang-orang non Islam. Banyak masyarakat yang percaya bahwa pakaian jubbah dan gamis yang dikenakan oleh seseorang dapat menimbulkan tindakan kekerasan dan kekacauan pengeboman sehingga masyarakat mengidentikan pakaian ini adalah pakaian yang digunakan oleh seorang teroris, sehingga masyarakat memberikan julukan (name calling) sebagai teroris.2 Pada gambar berikutnya terlihat sebuah botol yang berukuran kecil yang menurut dugaan isi dari botol tersebut yang menyebabkan terjadinya ledakan dalam 1 2 http.//www.kbbi.web.id//jubah diakses pada 15 juli 2016. Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 29 74 café tersebut. Sehingga diduga botol itu berisi bahan-bahan kimia yang mudah meledak. Film ini juga memperkuat dugaan masyarakat terhadap teroris. Selama ini masyarakat percaya bahwa teroris berasal dari golongan orang-orang Islam. Kekerasan dan pengeboman yang dilakukan dimana-dimana bahkan tidak hanya di Indonesia tetapi juga terjadi di luar negeri, masyarakat mempercayai bahwa yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang Islam. Pengaruh yang terus-menerus dilakukan oleh seorang pemimpin politik merupakan tindakan propaganda untuk mempengaruhi masyarakat agar menganggap orang-orang Islam sebagai pelaku kejahatan. Sehingga tujuan yang diinginkan oleh pemimpin politik dapat tercapai., secara tidak langsung masyarakat terpengaruh oleh perkataan pemimpin politik yang mengatakan bahwa orang yang berpakaian jubbah dan gamis dapat menimbulkan kekerasan dan kekecauan sehingga masyarakat memberikan julukan (name calling) kepada Islam sebagai teroris. Berbagai cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin politik tidak hanya melalui media massa saja akan tetapi juga dilakukan dari mulut ke mulut sehingga masyarakat percaya. Mitos yang terdapat tentang pakaian jubah yang sudah membudaya dikalangan orang Arab terutama orang-orang Muslim yang berada disana. Bahkan Muslim Indonesia beranggapan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi itu sunah.3 Meskipun di Indonesia pakaian jubbah masih jarang sekali digunakan. Di Indonesia pakaian ini biasanya digunakan oleh kalangan ulama dan kyai dalam Islam. Sehingga masih banyak orang yang menganggap pakaian ini aneh. Kemudian 3 www.datdut.com diakses pada 19 Juli 2016. 75 muncullah salah satu isu penting di era globalisasi yang turut serta mewarnai dinamika kehidupan manusia adalah terorisme. Pembunuhan-pembunuhan dan tindakan-tindakan kekerasan (perbuatan teroris) semacam ini, yang didorong oleh keyakinan agama.4 Setiap tindakan teror yang dilakukan kelompok tertentu, yang kemudian disebut teroris, selalu dikaitkan dengan agama tertentu pula. Umumnya, agama yang seringkali menjadi sasaran adalah Islam. Akibatnya, fenomena teroris semakin membuat citra Islam sebagai salah satu agama terbesar di dunia semakin buruk.5 Beberapa orang menganggap tindakan kekerasan dan pengeboman dilakukan oleh teroris yang mengenakan pakaian jubbah yang diduga mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh orang-orang Islam. Sehingga beberapa orang yang melihat pakaian jubbah ini selalu mengidentikan dengan orang-orang Islam yang telah melakukan tindakan kekerasan seperti yang dilakukan oleh seorang teroris. Orang-orang Islam mengenakan pakaian jubbah karena kecintaan orang Muslim terhadap pakaian yang digunakan Nabi pada zaman dahulu. Akan tetapi, masyarakat yang tidak mengetahui pakaian itu malah mencurigai pakaian jubbah merupakan pakaian yang dikenakan oleh seorang teroris. Temuan yang terdapat yaitu mengenai pakaian jubbah yang dikenakan oleh orang-orang Muslim yang dianggap sebagai pakaian seorang teroris. Anggapan itu terjadi karena pengaruh yang dilakukan oleh seorang pemimpin politik yang 4 Surya Sukti, Islam dan Terorisme di Asia Tenggara, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Vol. 5, Nonor I Juni 2, h. 96. 5 http://indoprogress.com/2016/04/terorisme-bukan-karena-agama/ diakses pada 19 Juli 2016. 76 menyebarluaskan isu-isu palsu tentang Islam kepada masyarakat. Selain itu, dalam hal ini tindakan yang dilakukan oleh pemimpin politik termasuk dalam propaganda hitam. Propaganda politik yang dilakukan pemimpin politik dengan menyebarkan informasi palsu untuk menjatuhkan agama Islam di mata masyarakat. Pemimpin politik juga sebagai seorang komunikator yang menyampaikan pesan langsung kepada komunikan namun, pesan-pesan yang disebarluaskan mengandung pesan negatif yang dapat merubah pola pikir masyarakat tentang agama Islam. Pesan propaganda politik yang disampaikan oleh seorang pemimpin politik yang telah disusun secara sengaja agar memberikan pengaruh kepada masyarakat dengan kekuasaan yang dimilikinya sebagai pemimpin politik. 2. Data 2 Gambar 1. (durasi 00:38:40) Gambar 3. (durasi 00:40:43) Gambar 2. (durasi 00:39:02) Gambar 4. (durasi 00:42:03) 77 Gambar 5. (durasi 00:43:09) Tabel 2 Analisis Data 2 No Penanda 1 Gambar Lam yang menggunakan kacamata dan rambut diikat. Pria itu ditampilkan secara Close up. dengan ekspresi sedikit emosi. -kalimat yang diucapakan Lam, Lam: kenapa setiap kali ada kasus yang berhubungan dengan Islam, saya selalu di asingkan dari Libernesia? Petanda Ditampilkan secara close up agar bisa menjelaskan ekspresi Lam secara detail. Kalimat yang diucapkan Lam bahwa menandakan pimpinannya selalu mendiskriminasinya dalam mengungkap kasus tertentu. 2 Ditampilkan secara Close up agar dapat menjelaskan ekspresi wajah secara jelas. Menjelaskan bahwa pria ini tidak suka seorang pria yang menggunakan kacamata dan rambut tipis yang ditampilkan Konotasi Menjelaskan bahwa Lam sebagai seorang bawahan yang meminta keadilan kepada atasannya agar tidak membedabedakannya. Lam yang berusaha ingin mengungkapkan kebenaran, namun pimpinannya selalu melarang Lam karena pimpinan Lam menganggap pemikiran Lam kolot, apalagi tentang Islam. Bahwa secara tidak langsung pria ini menginginkan Lam agar resign (mengundurkan diri) dari Mitos Dalam Islam fanatisme berasal dari dua kata yaitu “fanatik” dan “isme”. Fanatik dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan sungguhsungguh. Sedangkan “isme” dapat diartikan sebagai suatu bentuk keyakinan atau kepercayaan. Bahwa fanatisme adalah keyakinan 78 3 4 secara Close up Kalimat yang di ucapkan, Pimpinan Libernesia: karena kamu memiliki pemikiran yang kolot setiap yang berhubungan dengan agama kamu, sehingga saya harus mengirim kamu keluar, dan Libernesia ini memiliki paham yang liberalis bukan kolot seperti kamu Lam. Saat Lam keluar dari kantor menuju parkiran. Seorang wanita yang mencurigakan menghampirinya dengan suatu benda yang dimasukan ke dalam saku jaket Lam. Wanita itu adalah Laras.Lam memaksa Laras menjelaskan isi dalam flashdisk ini. Kalimat yang di ucapkan Lam kepada bawahannya karena selalu ikut campur terhadap kasus tentang Islam. Pria ini menganggap bahwa bawahannya tidak memiliki pemikiran yang sama sepertinya sehingga harus diasingkan dari kantornya. seorang wanita yang bersikap mencurigakan. Wanita ini ingin memberitahu sebuah informasi, namun sikapnya membuat Lam curiga sehingga menimbulkan perkelahian. Melalui flashdisk ini Laras ingin Lam membantu dirinya mengungkapkan sebuah kebohongan yang dilakukan oleh orang Lain. Laras memilih Lam karena dia percaya kantornya. Karena menurutnya orang yang memiliki pemikiran yang tidak sama dengannya tidak cocok berada dalam perusahaannya. Lam dianggap memiliki paham berbeda dengan pimpinannya dan pemerintahan yang ada. atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik politik atau agama (fundamental). Dalam hal ini seorang Muslim yang memiliki sikap fanatik terhadap agamanya karena kecintaannya terhadap agamanya yang selalu menganggap bahwa agama yang dianut Sikap adalah agama mencurigakan wanita itu yang paling membuat Lam benar. bertanya-tanya terutama dengan sebuah benda yang dimasukan ke dalam saku jaket Lam. Sikap memaksa Lam karena ingin mengetahui isi flashdisk. Flashdisk ini berisi faktafakta kebenaran 79 5 kepada Laras Lam: apa maksud kamu memasukan ini ke dalam saku jaket saya. Laras: tolong lam, cuma kamu yang bisa tolong saya Lam: tapi caranya tidak seperti ini Laras: saya tidak tahu lagi harus dengan cara apa -ekspresi bingung yang ditunjukkan Lam sehingga ditampilkan secara Close up -Lam meminta solusi kepada istrinya gendis. Kalimat yang diucapkan, Lam: aku bingung harus pilih mana Gendis: memangnya apa Lam: pimpinanku di kantor menginginkan aku untuk memilih resign (mengundurkan diri) dari kantor jika aku ikut campur dalam kasus Lam orang dan adil. jujur mengenai pengeboman terjadi di Candi café. Ekspresi yang ditunjukkan bahwa menunjukkan dirinya sedang kebingungan. Lam tidak ingin kerja yang sudah tidak sesuai dengan prinsip dan hatinya lagi. Lam lebih memilih untuk keluar dari kantornya ketimbang dia tetap bekerja di kantornya akan tetapi tidak sesuai dengan hatinya sehingga dirinya harus berlaku tidak adil dengan membohongi masyarakat dengan memberikan fakta yang bohong kepada masyarakat. 80 pengeboman di Candi café atau aku di asingkan kembali dari Libernesia Mitos yang ditemukan yaitu mengenai sikap fanatik seorang Muslim terhadap agama Islam. Sikap fanatic orang-orang Muslim terhadap agama Islam karena kecintaan dan keyakinan umat Muslim terdahap agama Islam yang mereka percaya. Sikap fanatisme ini sudah ditanamkan oleh-oleh terdahulu terutama dikalangan umat Muslim. Orang yang memiliki sikap fanatik bukan berarti seseorang itu yang memiliki pemikiran kolot. a. Interpretasi Data 2 Berdasarkan hasil penelitian data 2 ini menjelaskan profesi Lam sebagai jurnalis. Lam merasa marah kepada pimpinannya di kantor karena Lam merasa pimpinannya berlaku tidak adil kepadanya. Karena pimpinannya menganggap bahwa Lam memiliki pemikiran yang kolot sehingga berbeda dengan pemikiran yang ada dalam media massa tersebut. Hingga Lam harus di asingkan dari Libernesia. Gambar seorang wanita yang bernama Laras. Dalam hal ini, Laras bersikap mencurigakan seperti seorang penjahat. Hal itu, dilakukan Laras karena ingin meminta tolong kepada Lam. Namun, Lam tidak suka dengan cara yang digunakan Laras yang bersikap mencurigakan seperti seorang penjahat yang ingin menteror Lam. Dijelaskan pula profesi seorang jurnalis yang memiliki sikap adil, jujur dan benar. Seorang jurnalis di media massa bersikap jujur dan benar ketika dirinya akan 81 mengungkapkan sebuah kasus agar masyarakat dapat memahaminya. Terutama saat ini banyak seorang jurnalis yang bersikap jujur dan benar, kebanyakan di balik tugas seorang jurnalis itu kepentingan pemimpin media massa. Pemimpin media memanfaatkan jurnalis untuk kepentingan media dengan memberikan informasi yang tidak benar. Pada gambar data ini, propaganda yang ingin dilakukan oleh pimpinan perusahaan kepada bawahannya agar memiliki pemikiran yang sama. Lam sebagai seorang bawahan yang tidak mudah terpengaruh karena memiliki prinsip yang kuat. Namun, pimpinan Lam memberikan pengaruh kepada Lam dengan memaksakan kehendaknya kepada Lam. Mitos yang terdapat dalam gambar ini yaitu sikap fanatik yang terdapat dalam diri seorang Muslim terhadap agama Islam. Dalam masyarakat sikap fanatik (fundamentalis) muncul karena rasa cinta mereka terhadap sesuatu yang mereka yakini seperti agama. Karena sikap fanatik adalah sebuah konsekuensi seseorang yang percaya dan meyakini suatu agama, bahwa apa yang dianutnya adalah benar. Orang Muslim yang mempercayai bahwa agama Islam yang mereka anut adalah agama yang benar dan bukan agama yang mengajarkan kejahatan untuk sesamanya. Dalam hal ini, sikap Lam yang cinta terhadap agama Islam yang dianutnya dianggap salah oleh pemimpinnya di dalam perusahaannya. Sehingga sikap yang ditunjukkan Lam terhadap agamanya dianggap kolot oleh pemimpinnya. Pemimpin perusahaan tempat Lam bekerja menginginkan Lam memiliki pemahaman yang sama dengan dirinya dengan menganggap bahwa agama Islam itu mengajarkan hal yang tidak 82 benar. Namun, anggapan itu juga terbentuk karena pengaruh isu-isu palsu yang diberikan oleh pemimpin politik kepada pemimpin perusahaan tersebut. Seseorang yang memiliki pemahaman fanatisme agama secara tidak langsung telah mengikis kesatuan umat, karena umat beragama seharusnya bisa menciptakan toleransi yang baik pada kelompok sendiri maupun umat beragama lain, tapi dengan sikap fanatisme yang berlebiha (Stereotip) malah akan menimbulkan kesenjangan.6 Namun dengan maraknya aktivitas teror beberapa periode ini menyebabkan banyak pihak yang menganggap bahwa terorisme berpangkal dari Islam. Dengan kata lain, Islam di nilai sebagai agama yang mendukung tindakan kekerasan bukan agama yang mengajarkan nilai-nilai ketulusan, kebaikan, dan kelembutan yang merupakan esensi nilai-nilai Islam sesungguhnya yang pada kitab suci Al-Qur’an. 3. Data 3 Gambar 1. (durasi 00:52:10) Gambar 2. (durasi 00:52:19) Gambar 3. (durasi 00:52:54) Gambar 4. (durasi 00:55:15) 6 http://www.kompasiana.com.sani267/fanatisme-agama-danterorisme_56f4c14be6afbd43052c0e42. Diakses pada 20 Juli 2016. 83 Gambar 5. (durasi 00:57:55) Tabel 3 Analisis Data No Penanda 1 Ekspresi marah yang terlihat dari wajah Kolonel kemudian ditampilkan secara Close Up pada wajah Kolonel. 2 Petanda Ekspresi yang ditampilkan bahwa dirinya sedang marah. Konotasi Seorang Kolonel yang emosi karena terjadi pengeboman yang mengakibatkan banyak rakyatnya meninggal. Ekspresi marah yang ditunjukkan Kolonel kepada bawahannya. Seorang Kolonel Bahwa Kolonel Seorang Kolonel yang sedang sedang yang berusaha berbicara memberikan arahan mempengaruhi dengan Alif kepada Alif Alif dengan dalam sebuah terhadap kasus memberikan ruangan. yang terjadi fakta-fakta yang Kolonel melalui bukti yang berisi kepalsuan memperlihatkan ditunjukkannya (card stacking). sebuah benda kepada Alif, Sehingga kepada Alif. Kolonel berusaha Kolonel dapat Kalimat yang untuk memanipulasi diucapkan: mempengaruhi pikiran Alif agar Kolonel Mason: Alif. membenci kamu lihat ini orang-orang lif, bukti-bukti Islam. yang saya Dugaan yang dapatkan mengatakan Mitos Kyai adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus akhlak yang sesuai dengan ilmunya. Kyai adalah sebuatan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren. Sebutan kyai sering digunakan oleh kalangan santri dalam pondok pesantren untuk menyebut guru mereka. Menurut asalusulnya perkataan kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis 84 3 4 melalui media massa, bahwa ditemukannya sebuah botol yang berisi parfum yang berasal dari pondok pesantren Alikhlas Alif: Kolonel dapat bukti itu dari mana? Kolonel Mason: saya dapat bukti ini dari aparat yang langsung datang ke tempat kejadian. Alif yang mendapatkan tugas dari Kolonel. Kalimat yang diucapkan: Kolonel Mason: kamu tahu siapa yang melakukan pengeboman di Candie café? Alif: siapa yang sudah melakukan itu pak? Kolonel Mason: orang-orang yang ada di pondok pesantren AlIkhlas yang dipimpin oleh temanmu Mim Dua orang lakilaki yang sedang bahwa botol adalah milik orang-orang pondok pesantren. Menunjukkan bahwa Alif aparat yang patuh terhadap sebuah perintah yang diberikan kepadanya tanpa memberikan bantahan sedikit pun. Kolonel melakukan fitnah terhadap orang-orang yang berada dalam pesantren. Bahwa perdebatan Bahwa Kolonel ingin menangkap orang-orang pesantren. Kolonel terusterus menerus memprovokasi Alif agar benci kepada Mim. Kolonel memperlihatkan bukti-bukti yang menurutnya akurat. terjadi Dalam film ini membuat dugaan gelar yang saling berbeda; pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barangbarang yang dianggap kramat ; umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta. Kedua, Gealar kehormatan untuk orangorang tua pada umumnya. Ketiga, Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. masyarakat mengidentikan pakaian itu seperti seorang pemimpin. 85 5 berkelahi di depan pondok pesantren Perkelahian terjadi saat hujan turun. sehingga menimbulkan. Dugaan yang diberikan Alif kepada pesantren membuat Mim marah. Kyai keluar dari dalam pondok pesantren Kyai berusaha melerai perkelahian antara Alif dan Mim Kalimat yang di ucapkan. Kyai Mukhlis: Kyai Mukhlis: sudah Mim hentikan perkelahian ini kalian itu bersaudara kalian dibesarkan di pondok pesantren yang sama. Mim: tetapi Kyai, Alif berusaha untuk menangkap Bahwa Kyai sebagai pimpinan pondok pesantren yang ingin ditangkap oleh Alif. Kyai Mukhlis tidak mengingkan ada perkelahian antara Mim muridnya dan juga Alif yang dulu pernah belajar di pondok pesantren tersebut. Kyai Mukhlis merupakan orang yang patuh terhadap aturan yang ada dalam sebuah negara sehingga tidak membantah apa yang dilakukan Alif kepadanya. bahwa pesantren adalah sebagai sarang teroris sehingga harus dihancurkan. Dugaan yang mengatakan Kyai sebagai pimpinan teroris yang harus ditangkap. Mim bersikap untuk membela dan mempertahankan pesantren, hal ini karena sikap fanatik terhadap Islam. Kyai Mukhlis sebagai seorang pimpinan, pondok pesantren yang diduga sebagai sarang teroris. Mengingatkan kita terhadap kasus kelompok Al Qaeda yang diduga adalah kelompok teroris yang melakukan pengeboman di negara Barat, sehingga seorang Kyai digambarkan sebagai pimpinan teroris yang melakukan kekerasan dan pengeboman. Kyai Mukhlis merasa dirinya Namun, di zaman seperti sekarang banyak kyai yang sudah menggunakan pakaian yang lebih modern akan tetapi tetap mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Islam. 86 Kyai. Kyai Mukhlis: Biarkan saja Alif menangkap saya jika itu memang sudah menjadi tugas dia sebagai aparat negara dan kamu cukup merapatkan shaff kalian agar kita tidak lalai lagi. tidak bersalah. Shaf yang diingkan oleh Kyai agar umat Muslim lebih menjaga tali persaudaraan lagi sehingga tidak ada cela yang menimbulkan permusuhan Mitos yang ditemukan oleh peneliti yaitu mengenai seorang Kyai yang dicurigai sebagai seorang pimpinan teroris. Dalam agama Islam Kyai merupakan orang yang dituakan dan sudah memiliki banyak pengetahuan mengenai agama Islam. Kyai bukanlah orang yang mengajarkan manusia untuk berbuat kejahatan tetapi Kyai mengajarkan manusia untuk berbuat kebaikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Namun, terkadang masyarakat yang mengidentikan seorang Kyai sebagai pimpinan teroris. Kemudian masyarakat mengidentikan cara berpakaian seorang Kyai yang menggunakan gamis dan sorban padahal pakaian seperti sudah ada sejak zaman Nabi Saw. a. Interpretasi Data 3 Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam beberapa adegan Film 3 Alif Lam Mim Wajah Kolonel Mason ditampilkan secara close up untuk menjelaskan ekspresinya saat sedang marah kepada Alif. 87 Pada data ini, propaganda yang dilakukan oleh Kolonel yang berusaha memanipulasi pikiran Alif agar percaya terhadap ucapannya. Sehingga Alif mau menerima perintahnya untuk menghancurkan dan menangkap pimpinan pondok pesantren. Secara tidak sadar bahwa Alif telah dijadikan alat oleh Kolonel Mason untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Kolonel Mason juga berusaha mengadu domba Alif dengan Mim sehingga Alif tidak percaya terhadap penjelasan yang diberikan Mim terhadap tuduhan Alif yang menganggap pondok pesantren dan Kyai sebagai seorang teroris. Kolonel juga berusaha memberikan fakta yang palsu (card stacking) bukti-bukti yang menerutnya akurat, semata-mata bukti itu ditunjukkannya agar Alif mempercayai Kolonel bahwa memang Kyai Mukhlis adalah seorang pimpinan teroris. Kolonel juga memfitnah Kyai Mukhlis yang telah menyuruh santrinya untuk melakukan kekerasan dan kehancuran. Gambar yang memperihatkan adegan silat yang ditunjukkan oleh Alif dan Mim. Perkelahian itu terjadi saat Alif berusaha untuk menangkap Kyai Mukhlis yang berada dalam pondok pesantren. Dugaan yang diberikan Alif membuat Mim marah. Perkelahian itu juga digambarkan terjadi di sebuah pondok pesantren. Kyai Mukhlis menginginkan Alif dan Mim tidak berkelahi kembali dan Kyai rela menyerahkan dirinya kepada Alif agar tetap terjaga tali silaturahmi antara Mim dan Alif dengan merapatkan shaff antara umat Muslim. Mitos yang ditemukan pada beberapa dalam adegan yaitu seorang Kyai. Kyai adalah sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin sebuah pondok pesantren. Kyai juga bisa dikatakan sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada 88 seorang ahli agama Islam yang memiliki atau yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar kyai, ia juga disebut dengan orang alim (orang yang dalam pengetahuan keislamanya).7 Dalam film ini Kyai ditangkap saat berada di pondok pesantren, Kyai ditangkap karena diduga sebagai pimpinan seorang teroris yang telah melakukan pengeboman di Candi café. Film ini juga menduga bahwa Kyai yang menyuruh santrinya untuk melakukan pengeboman. Anggapan ini muncul karena peristiwa yang pernah terjadi di Amerika Serikat yang dilakukan oleh kelompok Al Qaeda, Osama bin Laden sebagai pemimpin tertinggi al-Qaeda.8 Akibat peristiwa itu masyarakat menganggap bahwa Kyai yang menjadi pemimpin teroris. Kyai ditangkap oleh Alif yang dulu pernah menjadi muridnya sewaktu Alif masih berada di pondok pesantren yang dipimpin oleh Kyai Mukhlis. Namun, Alif terpengaruh oleh omongan Kolonel Mason untuk menghancurkan pondok pesantren dan menangkap Kyai Mukhlis. Karena Alif menganggap bahwa apa yang dikatakan dan ditunjukkan Kolonel Mason itu benar sehingga Alif tega menangkap Kyai Mukhlis yang dianggap sebagai pimpinan teroris di pesantren. Dalam hal ini Kolonel Mason menggunakan model propaganda hitam dengan menyebarkan isu-isu negatif tentang Islam dan memberikan fakta-fakta palsu kepada masyaraka. Fakta-fakta itu ditunjukkan agar masyarakat menganggap bahwa Kyai dan orang-orang Islam yang telah melakukan tindakan kejahatan. Selain itu juga, tindakan yang dilakukan Kolonel Mason untuk menjatuhkan agama Islam di 7 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 55. 8 Naharong Muis, Abdul, Terorisme Atas Nama Agama, Jurnal Studi Falsafah dan Agama, Vol. 13, No. V, Edisi Oktober 2013, h. 599. 89 mata masyarakat agar masyarakat tidak percaya lagi dengan agama Islam. Komunikasi yang dilakukn Kolonel Mason kepada masyarakat agar memperoleh kekuasaan yang lebih tinggi. Dengan begitu masyarakat akan percaya terhadap ucapan Kolonel Mason. 4. Data 4 Gambar 1. (durasi 01:04:20) Gambar 2. (durasi 01:15:18) Gambar 3. (durasi 01:16:10) Gambar 4. (durasi 01:19:10) Gambar 5. (durasi 01:20:35) Gambar 6. (durasi 01:21:1 Tabel 4 Analisis Data 4 No 1 Penanda Gambar yang terjadi di Candi café yang diambil melalui CCTV. Petanda flashdisk berisi gambar yang menjelaskan sebelum terjadi Konotasi Gambar yang dijelaskan oleh sebuah CCTV yang terdapat Mitos Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan 90 2 Empat gambar yang menjelaskan kejadian pengeboman ledakan di Candi café. CCTV dapat menjelaskan semua kejadian tersebut. Gambar yang menjelaskan keadaan di sebuah pondok pesantren. Alif yang bertemu dengan kedua orang Muslim yang saat itu berada di Candi café Kalimat yang diucapkan. Alif: kenapa kalian ada disini, kalian yang melakukan pengeboman itu kan. Dua orang Muslim: bukan kami, memang tas yang kami bawa tertinggal di café itu tapi, tas itu hanya berisi pondok pesantren sempat terjadi kerusuhan ketika Alif melihat dua orang Muslim yang berada di dalam Candi café. dalam Candi café dapat menjadi sebuah barang bukti untuk mengungkapkan kebenaran atas kejadian pengeboman yang terjadi di Candi café. Flashdisk ini juga membantu menjelaskan bahwa bukan dua orang Muslim yang berasal dari pondok pesantren yang melakukan kejadian itu. Alif merasa emosi ketika melihat dua orang Muslim yang ia lihat di Candi café sebelum ledakan terjadi. Alif menuduh dua orang Muslim itulah yang menyebabkan terjadinya ledakan sehingga mengakibatkan banyak orang yang meninggal. tradisional Islam. Pesantren bertujuan untuk merespon arus deras modernisasi, di kalangan Islam yang terbagi menjadi beberapa kelompok. Dalam Islam, pesantren menolak pahampaham yang telah ditanamkan oleh budaya Barat. Umat Muslim tetap berpegah teguh pada nilai-nilai keIslaman. 91 3 4 parfum yang ingin kami jual. Gambar Kolonel Mason yang keluar dari dalam mobil sebelum ledakan terjadi di Candi café yang dilihat dari rekaman CCTV Kolonel Mason yang mengundang Alif karena ingin memberikan penghargaan kepada Alif atas kerja keras telah menangkap Kyai Mukhlis. Alif yang berpura-pura tidak tahu tujuan Kolonel Mason mengundangnya. Kalimat yang diucapkan: Kolonel Mason: saya sengaja mengundang Gambar ini menunjukkan bahwa Kolonel Mason terlibat dalam kasus pengeboman ini Ekspresi wajah senang yang ditunjukkan oleh Kolonel Mason kepada Alif -tujuan yang diinginkan oleh Kolonel Mason untuk mengadu domba Alif dengan sahabatnya berhasil dia lakukan. Kolonel Mason ikut terlibat dalam kasus ledakan yang terjadi di Candi café. CCTV menjadikan bukti bahwa Kolonel Mason mengatakan perkataan yang bohong sematamata karena tujuan tertentu hingga melakukan propaganda dengan mempengaruhi semua pikiran masyarakat melalui berita yang disebarkannya. Adu domba yang dilakukan Kolonel Mason kepada Alif dan sahabatnya untuk mempecahbelah persahabat mereka dan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi lagi dalam pemerintahn sehingga menimbulkan permusuhan antara Alif, Lam dan Mim. 92 5 kamu lif, untuk makan siang dan memberikan penghargaan kepadamu. Alif: kenapa Kolonel mengundang saya, memang ada apa? Kolonel Mason: saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kamu karena telah menangkap Kyai Mukhlis. Alif: anda yang mengebom Candi café? Kolonel: memang saya yang menyuruh melakukan pengeboman tapi bukan saya melakukannya. Gambar saat Kyai Mukhlis melakukan konferensi bersama wartawan saat berada di dalam penjara. Kalimat yang diucapkan: Saya tidak punya motip apa apa karena bukan saya yang menyuruh siapa pun untuk melakukannya Bahwa dalam konferensi itu Kyai Mukhlis ingin menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada wartawan dan masyarakat. Kyai juga menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah melarang santrinya untuk berpakaian seperti dirinya atau tidak. Gambar ini menjelaskan bahwa Kyai dan santri-santrinya tidak bersalah. 93 6 dan saya masih tersangka belum terdakwa loh, saya tidak pernah memberikan instruksi kepada mereka untuk berpakaian apa pun, karena saya dari dulu seperti ini, mereka memakai jubbah dan gamis karena itu hak dan kemerdekaan mereka untuk memilih. Seorang pria yang menjelaskan kepada Alif. Seorang pria yang berada dibalik peristiwa ledakan bom terjadi di Candi cafe Alif baru menyadari tujuan ledakan yang dilakukan oleh Kolonel Mason dan bawahannya. Ternyata Kolonel Mason dan bawahannya yang telah menyusun strategi untuk meledakan Candi café. Alif baru mengetahui bahwa dalang dibalik kejadian bom yang terjadi di Candi café adalah Kolonel Mason. Kolonel Mason lakukan itu semata-mata karena dia ingin memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Kolonel Mason lakukan itu karena mendapatkan pengaruh dari bawahannya. Bawahan Kolonel Mason yang tidak diketahui nama adalah orang yang selalu mempengaruhi Kolonel Mason untuk melakukan 94 pengeboman di Candi café akan tetapi, mereka menjebak orangorang Islam sebagai kambing hitam (pelaku) dalam café tersebut. Mitos yang ditemukan yaitu mengenai kejadian sebenarnya yang terjadi di Candi café yang disebabkan oleh Kolonel Mason dan bawahannya. Dalam hal ini Kolonel Mason menjadikan orang-orang Islam yang saat itu berada di café tersebut sebagai kambing hitam sehingga masyarakat pun ikut menyalahkan orang-orang Islam karena pengaruh yang diberikan oleh Kolonel Mason kepada masyarakat. Kolonel Mason juga menganggap bahwa orang-orang Islam yang berada dalam pondok pesantren adalah para teroris. Pondok pesantren sudah ada sejak dahulu dan merupakan tempat untuk menimba ilmu terutama ilmu yang bernuansa Islam. a. Interpretasi Data 4 Pada gambar yang terdapat dalam film ini, gambar yang menjelaskan kejadian sebenarnya sebelum ledakan yang terjadi Candi café. Gambar yang diambil dari rekaman CCTV yang terdapat dalam Candi café. Rekaman CCTV ini dapat dijadikan sebagai barang bukti yang paling untuk membuktiin bahwa yang melakukan pengeboman di Candi café bukanlah dua orang Muslim yang saat itu berada di dalam Candi café. 95 Gambar selanjutnya menceritakan keadaan dalam pondok pesantren. Alif yang marah kepada dua orang Muslim yang dia lihat di Candi café. Alif menuduh bahwa dua orang Muslim tersebut yang melakukannya. Gambar seorang Kolonel Mason yang berbicara kepada Alif. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Kolonel terlihat bergitu senang karena Kolonel merasa bahwa dirinya berhasil mempengaruhi Alif dengan cara melakukan propaganda kepada Alif dan kedua sahabatnya. Propaganda merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang atau sebuah organisasi untuk mempengaruhi manusia. Terkadang propaganda dilakukan untuk merubah pemikiran seseorang dengan tujuan untuk kepentingan sendiri karena propaganda dapat merubah kepercayaan dan opini. Tujuan Kolonel Mason melakukan itu agar Alif percaya kepada dirinya. Sehingga Alif bersedia untuk menuruti perintahnya. Gambar selanjutnya menggambarkan seoarang Kyai Mukhlis yang berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada masyarakat melalui konsferensi bersama wartawan saat dirinya berada di dalam penjara. Kyai ingin memberitahu masyarakat bahwa tuduhan mereka kepada dirinya itu salah karena dirinya dan santrisantrinya tidak pernah melakukan pengeboman dan kekacauan seperti yang dituduhkan oleh masyarakat karena pengaruh dari Kolonel Mason. Gambar terakhir yaitu seorang laki-laki yang menjelaskan kepada Alif dengan nada yang penuh kesenangan. Pria itu adalah bawahannya Kolonel Mason yang telah memberikan pengaruh kepada Kolonel Mason agar mengikuti keinginannya untuk melakukan pengeboman di Candi café. Pria itu yang menyuruh Kolonel Mason untuk mempropagandakan Alif dan kedua sahabatnya. Pria itu menjelaskan tujuan dari 96 Kolonel mason dan dirinya karena mereka ingin menghancurkan orang-orang yang berada dalam café karena dalam café itu terdapat beberapa orang yang sedang menyusun rencana untuk menghancurkan negara ini dan ada beberapa orang yang merupakan anak dari para koruptor. Kolonel Mason sengaja menjadikan Alif sebagai Alat untuk menghancurkan pondok pesantren itu sehingga menimbulkan perkelahian antara Alif dan keduasahabatnya. Pemerintah menganggap bahwa pondok pesantren sebagai sarang para teroris yang melakukan kehancuran dimana-mana. Secara tidak sadar bahwa Alif telah terpengaruh oleh Kolonel Mason hingga Alif mengikuti keinganan Kolonel Mason. Pada data ini propaganda yang terdapat yaitu saat Kolonel Mason yang terus berusaha mempengaruhi Alif agar percaya terhadap ucapannya dengan terus-menerus meyakinkan Alif bahwa Kyai Mukhlis adalah dalang dari pengeboman tersebut. Propaganda yang dilakukan Kolonel kepada Alif berhasil dilakukan hal itu terbukti dengan Alif menangkap Kyai Mukhlis. Dengan begitu bahwa Alif percaya terhadap ucapan Kolonel Mason. Sehingga membuat Kolonel Mason merasa dirinya telah menang dan berhasil mengadu domba alif dengan dua sahabatnya yaitu Mim dan Lam serta Kyai Mukhlis. Mitos yang ditemukan pada beberapa adegan dalam Film 3 yaitu bahwa dalam film ini berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya yang terjadi di Candi café. Dalam akhir film ini menjelaskan bahwa yang melakukan pengeboman itu bukanlah Kyai Mukhlis dan santri-santrinya di pondok pesantren seperti yang dituduhkan oleh Kolonel Mason. Tuduhan itu muncul karena beberapa faktor yang telah diberikan oleh Kolonel Mason kepada masyarakat. Kolonel Mason menyebarkan fakta-fakta 97 palsu mengenai kejadian itu agar menimbulkan citra buruk tentang Islam di mata masyarakat. Pengaruh yang diberikan oleh Kolonel Mason kepada masyarakat akan menimbulkan persepsi (makna) negatif tentang agama Islam. Pengaruh yang terusmenerus diberikan oleh Kolonel Mason menimbulkan munculnya sikap stereotip (prasangka) negatif masyarakat yang ditunjukkan kepada umat Muslim. Selain itu juga, karena citra buruk yang ditimbulkan oleh Kolonel Mason membuat masyarakat bersikap diskriminasi dengan menganggap bahwa orang-orang Islam harus dijauhi karena orang-orang Islam dapat melakukan tindakan kejahatan. Dalam hal ini, Kolonel Mason terus-menerus menjadikan Kyai dan pondok pesantren sebagai sarang teroris. Padahal Kolonel Mason sendiri sebagai dalang dari pengeboman tersebut. Namun, Kolonel Mason malah menjadikan Kyai Mukhlis sebagai tersangka yang melakukannya. Kolonel Mason berusaha menutup-nutupi kejadian tersebut agar masyarakat tidak menyalahkan dirinya sehingga masyarakat akan percaya dengan ucapannya kemudian masyarakat menganggap bahwa Kyai Mukhlis dalang dari pengeboman yang dilakukan oleh santri-santrinya. Namun sehebat apapun Kolonel Mason berusaha untuk menutui kesalahannya lambat laun akan terbongkar semua, seperti peribahasa ini sepintar-pintar bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga.9 Peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan suatu kejahatan yang ditutup-tutupi. Sehebat apapun Kolonel Mason menutupi semua kesalahannya atas perbuatan yang telah ia lakukan, lambat laun semua perbuatan yang dia lakukan akan diketahui oleh orang banyak. Kolonel Mason tidak bisa selamanya menyalahkan dan menjadikan 9 www.puisikata.com/2011/11/kumpulan-peribahasa-indonesia-kata_11.html?m=1 diakses pada 19 Juli 2016 98 orang lain sebagai dalang atas perbuatan yang dilakukannya. Seperti peribahasa berani berbuat berani bertanggungjawab. Artinya setiap perbuatan yang dia lakukan maka dia harus berani mempertanggungjawab segala perbuatan itu. B. Pesan Propaganda Politik Tentang Islam dalam Film 3 Alif Lam Mim Bagian ini mengungkapkan makna-makna pesan dalam teknik-teknik propaganda yang diterapkan pada film 3. 1. Makna pesan propaganda politik dalam teknik Name Calling Ditemukan dialog dalam film 3 yang mengandung teknik name calling (julukan) yaitu ketika kalimat yang di ucapkan oleh seorang waiters saat meminta dua orang Muslim yang berada dalam café karena dua orang Muslim itu berpakaian aneh. Kalimat yang diucapkan oleh waiters yaitu “iya, lebih baik kalian pergi saja dari café karena pakaian kalian aneh” (durasi ke 34:01). Propaganda dilakukan dengan menggunakan teknik name calling (julukan). Teknik ini muncul karena ucapan dugaan masyarakat yang menganggap bahwa orang-orang Islam yang mengenakan pakaian jubbah dan gamis dapat menyebabkan terjadinya kekecauan. Selain itu, masyarakat juga mengidentikan orang yang menggunakan pakaian seperti ini dapat melakukan kekerasan bahkan sampai melakukan pengeboman yang dapat menyebabkan seseorang meninggal. Karena dugaan seperti itu, maka muncullah teknik name calling (julukan) yang diberikan masyarakat kepada orang-orang Islam dengan menyebutnya sebagai seorang teroris. Tidak hanya itu, masyarakat menganggap orang-orang Islam sebagai seorang teroris 99 karena pengaruh yang ditanamkan kedalam pikiran masyarakat oleh seorang penguasa sehingga terciptalah anggapan yang seperti itu. Dalam Film 3 ini, terdapat beberapa adegan yang mengandung pesan propaganda politik yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan politik dalam negara yaitu Kolonel Mason. Pesan propaganda yang terdapat yaitu bahwa orang yang beragama Islam sebagai teroris, orang-orang yang menganut agama Islam adalah orang yang fanatik, elit-elit politik yang berkuasa saat itu berusaha mempengaruhi pikiran masyarakat agar menganggap bahwa Islam sebagai pengacau di negara kita. 2. Makna pesan propaganda dalam teknik Card Stacking Ditemukan dialog yang mengatakan botol parfum sebagai barang bukti yang menyebabkan terjadinya ledakan , kalimat yang diucapkan oleh Kolonel Mason: “kamu lihat ini lif, bukti-bukti yang saya dapatkan melalui media massa, bahwa ditemukannya sebuah botol yang berisi parfum yang berasal dari pondok pesantren Al-ikhlas”(durasi 52:19). Gambar botol parfum terdapat pada (durasi 37:13). Dari bukti palsu yang ditunjukkan oleh Kolonel Mason kepada masyarakat membuat anggapan negatif terhadap orang-orang yang berada di dalam pesantren. Propaganda politik juga dilakukan dilakukan oleh elit politik melalui media massa sebenarnya upaya yang dilakukan untuk mengemas isu, tujuan, pengaruh, dan kekuasaan politik untuk memanipulasi psikologi khalayak.10 Seperti yang terdapat 10 Gungun, Heryanto, Propaganda Politik Melalui Media Massa: Analisa Dari Perspektif Teori Agenda Setting, Jurnal Dakwah UIN Jakarta, Volume IX No. 1, Edisi Juni 2007, h. 7 100 pada data 2, propaganda politik yang dilakukan oleh seorang Kolonel melalui media massa dengan memberikan pernyataan-pernyataan bohong semata-mata hal itu dilakukan agar masyarakat percaya. Terdapat juga teknik propaganda Card Satcking (memberikan fakta-fakta dan kebohongan) dalam menyampaikan pesan propaganda yang dilakukan oleh Kolonel Mason. Pesan propaganda yang diberikan yaitu menyebarluaskan isu dengan menganggap bahwa Berbagai kejadian pengeboman dan kekerasan yang terjadi di Jakarta sebagai ulah orang-orang Islam. Seperti halnya, kasus pengeboman yang terjadi di Candi café. Kolonel Mason menunjukkan berbagai bukti-bukti kejadian yang didapatnya semata-mata agar masyarakat menyalahkan orang-orang Islam sebagai pelaku pengeboman tersebut. Propaganda yang terdapat dalam Film 3 ini yaitu propaganda politik yang dilakukan oleh seorang Kolonel Mason dengan menyampaikan isu-isu negatif kepada masyarakat. selain itu juga, model propaganda yang dilakukan yaitu model propaganda hitam dengan memberikan fakta-fakta palsu mengenai kejadian pengeboman yang terjadi di Candi café hal itu dilakukan untuk menciptkan citra buruk tentang agama Islam di mata masyarakat. 3. Makna pesan propaganda dalam teknik Frustration or Spacegot 101 Ditemukan dialog yang diucapkan oleh Kolonel Mason kepada Alif sehingga membuat Alif percaya terhadap ucapan Kolonel Mason. Kalimat yang diucapkan oleh Kolonel Mason: “kamu tahu siapa yang melakukan pengeboman di Candie café?. Alif: “siapa yang sudah melakukan itu pak?”, Kolonel Mason:” orang-orang yang ada di pondok pesantren Al-Ikhlas yang dipimpin oleh temanmu Mim” (durasi 52:54) Berbagai cara yang dilakukan oleh Kolonel Mason semata-mata untuk menciptakan citra buruk kepada agama Islam. Teknik propaganda yang digunakan yaitu Frustration or Spacegot (menimbulkan kebencian) dalam menyampaikan pesan propaganda kepada Alif dan masyarakat. Teknik ini juga terdapat pada data 4, Kolonel Mason menggunakan teknik propaganda ini agar menimbulkan kebencian pada diri masyarakat terhadap orang-orang Islam. Kolonel berusaha memfitnah agama Islam dengan menjadikan orang-orang Islam sebagai dalang dari kasus pengeboman yang terjadi di Candi cafe. Sehingga dengan begitu, akan menimbulkan rasa benci pada diri masyarakat terhadap orang-orang Islam dengan menganggap bahwa dalang dari pengeboman ini adalah orang-orang Islam. Pesan propaganda yang disampaikan oleh Kolonel Mason mengandung bujukan atau rayuan sehingga masyarakat mau mengikuti apa yang diinginkan oleh seorang propagandis. Pesan propaganda yang disampaikan oleh pemimpin politik masih mengandung kenyataan yang semu atau kebohongan. 102 4. Makna pesan propaganda dalam teknik propaganda positif Ditemukan dialog yang diucapkan oleh Kolonel Mason saat dirinya mengakui kepada Alif bahwa dirinya yag telah melakukan tindakan itu dengan mengadu domba Ali, Lam, Mim serta masyarakat. Kolonel: “memang saya yang menyuruh melakukan pengeboman tapi bukan saya melakukannya”.(durasi 01:19:10) Dari dialog yang diucapkan oleh Kolonel Mason kepada Alif menjelaskan bahwa umat Muslim tidak melakukan tindakan kejahatan seperti yang dituduhkan masyarakat kepada orang-orang. Tindakan kejahatan yang terjadi selama ini melainkan ulah para pemimpin politik yang secara sengaja menjadikan orang-orang Islam sebagai dalang dari segala kejahatan yang terjadi saat itu. Propaganda ratio (positif) dilakukan untuk menciptakan nama baik terhadap suatu perkara atau masalah yang terjadi. Propaganda positif yang terdapat dalam Film 3 ini yaitu ketika Alif, Lam, dan Mim mengungkapkan kejahatan yang dilakukan oleh Kolonel Mason kepada Kyai dan umat Muslim. Mereka bertiga berusaha mencari bukti-bukti untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa bukan orang-orang Islam yang melakukan tindakan kejahatan itu. Propaganda sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang atau sebuah organisasi untuk mempengaruhi manusia. Terkadang propaganda dilakukan untuk merubah pemikiran seseorang dengan tujuan untuk kepentingan sendiri karena propaganda dapat merubah kepercayaan dan opini. Propaganda yang terdapat dalam film yaitu dilakukan oleh seorang Kolonel. Tujuannya melakukan propaganda untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. 103 Dari penjelasan diatas beberapa teknik propaganda yang digunakan oleh Kolonel Mason untuk menyapaikan pesan propaganda kepada masyarakat. Propaganda lain yang dilakukan oleh Kolonel Mason yaitu dengan menyerbarluaskan isu-isu yang bohong kepada masyarakat untuk merubah kepercayaan masyarakat terhadap agama Islam. Berbagai pesan yang disampaikan oleh pemimpin politik untuk mempengaruhi pemikiran masyarakat, hal itu bertujuan agar masyarakat membenci agama Islam sehingga tujuan yang diinginkan oleh pemimpin politik tercapai. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menarik kesimpulan mengenai makna semiotik (denotasi, konotasi, dan mitos) dan propaganda politik. Makna denotasi yang ditemukan pada beberapa adegan tersebut menggambarkan tentang pakaian jubbah, gamis, dan sorban yang dikenakan oleh orang-orang Islam. Pakaian yang diangggap aneh oleh sebagaian orang. Kemudian makna konotasi yang terdapat pada beberapa adegan tersebut adalah bagaimana masyarakat menggambarkan pakaian jubbah, gamis, dan sorban. Masyarakat menganggap pakaian yang digunakan oleh seorang teroris. Bahkan, terdapat dugaan yang menganggap bahwa orang-orang yang menggunakan pakaian seperti ini dapat melakukan kekacauan dan kekerasan. Bahkan sampai melakukan pengeboman sehingga mereka dijuluki seorang teroris. Sedangkan mitos yang terdapat dalam beberapa adegan film ini adalah bahwa pakaian jubbah yang dikenakan oleh seorang Kyai dan orang-orang Islam dalam kehidupan masyarakat masing dianggap asing dan aneh. Namun, dalam bangsa Arab pakaian seperti ini sudah membudaya dikalangan masyarakat Arab. karena di negara Arab Saudi umat Muslim mengenakan pakaian ini sebagai pakaian sehari-hari mereka dalam menjalankan aktivitasnya. 103 Sementara 104 untuk sebagaian orang yang belum memahami pakaian orang-orang Muslim ini dianggap pakaian yang digunakan oleh seorang teroris. Selain itu, banyak kalangan masyarakat yang sering mengidentikan seorang Kyai sebagai pimpinan teroris. Masyarakat beranggapan bahwa Kyai yang menyuruh seorang teroris untuk melakukan kekacauan. Anggapan itu muncul karena fitnah yang diberikan seorang pemimpin ke dalam pikiran masyarakat yang dilakukan secara terus menerus. Pesan propaganda politik yang terdapat dalam beberapa adegan Film 3 dengan menggunakan beberapa teknik propaganda seperti name calling, card stacking, dan frustration or spacegot, Berbagai cara dilakukan oleh seorang pemimpin politik agar mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Para pemimpin politik sebagai propagandis yang memberikan informasi bohong kepada masyarakat berusaha menebarkan benih-benih kebencian terhadap Islam. Tergambar juga kecurangan yang dilakukan oleh pemimpin politik beserta bawahannya kepada umat Muslim dengan mengadu domba masyarakat dan orang-orang Islam. Dengan begitu masyarakat akan percaya terhadap ucapan seorang propagandis karena bukti-bukti palsu (card stacking) yang ditunjukkan kepada masyarakat, sementara masyarakat akan membenci orang-orang Islam. Citra Islam yang terus-menerus diperburuk, kemudian Islam yang memiliki makna baik, menjadi sangat menakutkan di mata masyarakat sehingga secara langsung akan menimbulkan kebencian (frustration or spacegot). Islam yang saat itu dijuluki (name calling) sebagai teroris oleh masyarakat. bahkan Kyai dalam sebuah pesantren dianggap sebagai dalang dari kasus pengeboman tersebut. Hal itu tercipta karena pengaruh yang diberikan oleh seorang pemimpin kepada masyarakat 105 B. Saran Dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diperoleh peneliti, maka peneliti dapat memberikan saran: Pertama, kepada tim produksi film agar membuat film yang lebih bagus lagi tidak hanya menceritakan tentang agama Islam saja tetapi juga mengangkat dan menceritakan tentang hal lainnya. Selain itu juga, pembuat film juga harus berhatihati dalam membuat film terutama ide cerita yang ditulis oleh penulis apalagi film yang dibuat menceritakan suatu agama. Film juga harus memberikan porsi yang seimbang ketika menceritakan tentang dua pihak. Jika nanti akan dibuat film futuristic seperti ini lagi harus lebih menonjolkan sisi utama yang ingin diceritakan oleh sutradara. Kedua, para pemimpin politik agar tidak menjadikan masyarakat sebagai alat utama untuk memperoleh kekuasaan. Pemimpin politik agar tidak mempengaruhi masyarakat dalam menjalankan misinya. Dengan begitu masyarakat tidak akan mudah terpengaruh. Terkadang seorang pemimpin tega mempengaruhi masyarakat agar tujuan yang diinginkan tercapai seperti menggunakan teknik-teknik propaganda. Ketiga, kepada pembaca dan masyarakat luas, diharapkan penelitian ini dapat menjadikan rujukan dan referensi pengetahuan bagaimana suatu film futuristik yang pertama ditayangkan terutama di dalamnya terdapat tujuan-tujuan tertentu demi tercapainya tujuan politik yang diinginkan oleh seorang pemimpin politik dengan menggunakan teknik-teknik propaganda. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar, Komunikasi Politik, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Adityawan, Arief S, Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008. Barthes, Roland, Mitologi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009. Bignell, Jonathan, Media Semiotic: An Introduction, Manchester and New York: Menchester University Press, 1997. Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotik Media, Yogyakarta: Jalasutra,2010. , Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2012. Effendy, Onong Uchayana, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, 1981. Irawanto, Budi, Film, Ideologi, dan Militer, Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, Yogyakarta: Media Perssindo, 1999. Irwansyah, Ade, Seandainya Saya Kritikus Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009. Junus, Umar, Mitos dan Komunikasi, Jakarta: Sinar Harapan, 1981. Mahyudi, Alfian Alfan M., Menjadi Pemimpin Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009. Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Muhtadi, Saeful Asep, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Nimmo, Dan, Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media), Bandung: Remadja Karya, 1989. Nurudin, Komunikasi Propaganda, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2008. 106 107 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007. Rakhmat, Jalaludin, Metodelogi penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013. Shoelhi, Mohammad, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012. Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. , Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2004. Sudikin, Bosrowi, Metode Penelitian Kualitatif Prespektif Mikro, Surabaya: Insancendikia, 2002. Trianto, Teguh, Film Sebagai Media Belajar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Wibowo, Wahyu, S. Indiawan, Semiotika Komunikas: Aplikasi Praktisi bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013. INTERNET Review Film Alim Lam Mim (3) “Dakwah Anggy Umbara Melalui Film Alif Lam Mim” http://www.kompasiana.com/mahesojenar12/review-film-alimlam-mim-3-dakwah-anggy-umbara-melalui-film-alif-lammim_561aa83f357b61370d8b4569. di akses tanggal 7 maret 2016 pukul 12.30 REVIEW : 3 (ALIF LAM MIM) http://cinetariz.blogspot.co.id/2015/10/review-3-aliflam-mim.html. di akses tanggal 7 Maret 2016 pukul 12.45 3 : ALIF LAM MIM (2015) REVIEW : Tatkala Problematika Sosial Berdampak Pada Kehancuran http://arulfittron.blogspot.co.id/2015/10/3-alif-lam-mim2015-review-tatkala.html. Diakses pada 25 februari 2016. Film '3' Bisa Memicu Kontroversi? Ini Jawaban Cornelio Sunny http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/film-3-bisa-memicu- 108 kontroversi-ini-jawaban-cornelio-sunny-652f54.html. diakses pada 20 februari 2016 pukul 10:15 3 (Alif lam mim) film komunis http://michaelfinery.blogspot.co.id/2015/10/3-aliflam-mim-film-komunis.html. diakses pada 20 februari 2016 pukul 11:45 http://movie.co.id/3 http://sinopsisfilm.com/ JURNAL Heryanto, Heryanto, Propaganda Politik Melalui Media Massa: Analisa Dari Perspektif Teori Agenda Setting, Jurnal Dakwah UIN Jakarta, Volume IX No. 1, Edisi Juni 2007, h. 7 Moeryanto, Munthe, Ginting, Propaganda dan Ilmu Komunikasi, Jurnal IISIP, Vol. IV, No. 1, Edisi Juni 2012, h. 49. Wawancara dengan Anggy Umbara (Sutradara dan Penulis) Film 3 (Alif Lam Mim) di Senayan City Kamis, tanggal 26 Mei 2016 Pukul 12:15 WIB. 1. Peneliti : Bang Anggy, apa konsep yang diambil dari Film 3 (Alif Lam Mim) ini? Anggy : Konsep yang gua ambil tentang tentang fitnah akhir zaman 2. Peneliti : Kenapa lebih memilih menggambarkan sudut kota Jakarta, disbanding kota-kota lain? Anggy Umbara : Karena gua paling deket sama Jakarta lebih personal karena ruang lingkupnya di Jakarta dan tingkat kepedulian gua terhadap kota Jakarta. 3. Peneliti : Terus, apa yang membedakan Film 3 ini sama film-film lainnya yang udah lebih dulu bermunculan di bioskop-bioskop? Anggy Umbara : Yang ngebedain Film 3 sama film lainnya, Semuanya sih berbeda mulai dari karakter, tokoh dan konsep dan sinematografi dan genre yang gua tampilkan dalam film ini, genre yang gua tampilkan dalam film ini juga genre pertama kali yang ada di Indonesia. 4. Peneliti : Untuk ide penulisan skenarionya itu pure dari abang, atau ada ikut campur dari yang lain juga? Anggy Umbara : Kalo Idenya sih dari mimpi gua, tentang tiga karakter alif lam mim dan pengembangannya dari semua crew yang ikut campur buat ngembangin jadi film. 5. Peneliti : Kesulitan Apa yang bang Anggy temui selama proses syuting Film 3? Anggy Umbara : Kesulitannya sih pada waktu preparenya pendek banget dan serba buru-buru terlalu terbatas jadi engga bisa punya ruang lebih. Pas hari ke-11, gua mengalami kecelakaan dan selama proses syuting, gua lakuin itu sambil tiduran di dalam ambulan. Dan menurut gua, ini syuting paling cepet karena Cuma 26 hari aja dalam proses syutingnya. 6. Peneliti : Denger-dengan kabar Film 3 ini, juga dapat beberapa penghargaan yang bang? Anggy Umbara : Iya, dan film ini juga ditayangin regular itu di Jepang sama Malaysia. Dan kalau untuk ajang festival kita ikuti seperti, di Los Angels, Osaka Asian Festival. Film 3 juga diadakan nonton bareng di German. Film 3 juga menang di Vris Code di Florida dan menang di Best Editing. Film 3 juga ada di beberapa festival lainnya. Meskipun Film 3 ditayangin di Luar Negari tapi Film 3 tetap ada di jalur Indonesia. 7. Peneliti : bagaimana antusian penonton terhadap Film 3? Anggy Umbara : Justru masyarakat antusias terhadap film ini dan masyarakat yang belum sempet nonton di bioskop malah mereka mengadakan nonton bareng. Bahkan sampai sekarang masih ada. Dan penonton malah engga suka karena banyak beberapa adegan yang di potong. Sebenernya tayangan yang sudah ada dibioskop sudah di potong dari beberapa adegan bahkan sampe 25 menit, sayang banget beberapa adegan itu di potong padahal itu adegan-adegan yang serunya. 8. Peneliti : Apa benar bang, ada beberapa kota yang menolak Film 3 ditayangkan di Bioskop? Anggy Umbara : Masa sih, mungkin ada beberapa kota-kota yang masih belum bisa menerima. Dan ketika lu nonton film ini harus full karena kalo lu engga sampe selesai itu bisa menimbulkan salah paham. 9. Peneliti : Sebenernya Film 3 ini tentang apa? Anggy Umbara : Sebenernya Film 3 ini, tentang 3 karakter yaitu Alif Lam Mim, contohnya si Alif itu sebagai aparat negara yang taa sama peraturan yang ada, Alif lebih memiliki karakter yang berapi-api dan huruf Alif itu kan lurus. Sedangkan Lam itu sebagai jurnalis, Lam memiliki karakter melengkung dan fleksibel dan lebih mengikut arus yang ada. Kalau si Mim itu seperti air selalu mengikuti yang terendah dan setiap kali dia fighting selalu diadakan di dalam air. 10. Peneliti : Kenapa diberi Judul 3 bang? Anggy Umbara : Sebenarnya sudah tiga kali ganti judul yang pertama Alif Lam Mim, namun karena kita kerja sama dengan Multivision sehingga mereka tidak setuju dengan judul itu karena terlalu ke arab-araban, sempat ganti lagi juga dengan 3 fighters namun terlalu ke Barat-baratan. sehingga diganti lagi dengan judul 3 ini akan tetapi judul 3 ini sempat ambigu karena banyak orang yang tidak mengetahui 3 ini. mungkin ini juga kesalahan tim marketing dan produser kami ketika menentukan judul. Sehingga banyak orang yang belum mengetahui Film 3 ini. 11. Peneliti : Kenapa lebih pilih menggambarkan tentang teroris dalam Film 3? Anggy Umbara : Karena sekarang adanya kaya gitu dalam menggambarkan terorisme, engga cuma di Indonesia tetapi dimana-mana juga terutama di negara Barat sana kan Islam selalu di identikan dengan pakaian yang seperti itu mengenai islamphobia makanya kita tidak boleh langsung mengjudge seseorang contohnya saja seorang yang memakai baju gamis dan sorban itu seorang teroris dan contohnya juga di orang-orang Islam yang ada di LA mereka merasakan dampaknya karena judge yang dilakukan orang-orang Barat terhadap orang Islam. Pada dasarnya ini tentang Islamphobia yang diciptakan oleh orang-orang Barat kepada manusia. 12. Peneliti : Pesan apa yang bisa didapatkan oleh penonton? Anggy Umbara : Pesan yang terkandung sih banyak, terutama mengenai sesuatu yang jangan mudah terprovokasi oleh seseorang karena jaman sekarang sulit untuk membedakan mana yang benar dan tidak benar dan tidak mudah menjugde seseorang sehingga manusia lebih paham lagi. 13. Peneliti : Apa harapan bang Anggy sebagai sutradara? Anggy Umbara : Harapannya bisa lebih menerima dan paham lagi terhadap semuanya engga cuma tentang Islam saja akan tetapi sama Tuhan dan Rasul-Nya. Sehingga ketika mereka nonton film ini lebih paham dalam memahami agama mereka masing masing. 14. Peneliti : Kenapa menggambarkan Indonesia dengan paham Liberalis? Anggy Umbara : Paham Liberalis saat ini memang lagi banyak banget dianut oleh kalangan-kalangan politik. Banyak orang yang bersembunyi dibalik-balik paham Liberal ini, engga cuma para politik akan tetapi juga agama apalagi sekarang ismeisme yang bermunculan dan dalam memahaminya pun berbeda beda, akan tetapi paham Liberal yang kami jelaskan disini terlalu berlebihan karena Indonesia sendiri bukan yang menganut paham Liberal tetapi pancasila. Sebenarnya dalam film ini terdapat lambang Garuda yang dijadikan catursila, namun dalam lambang Garuda tersebut tidak terdapat lambang bintang dalam lambang Garuda tersebut. Sehingga dalam adegan tersebut di cut oleh pihak Bioskop karena takut bersinggungan sama negara sebenarnya hal itu penting karena pada saat ini sudah terjadi, masyarakat bebas dalam menentukan agama mereka masing-masing dan memang hak asasi manusia penting tapi seolah-olah mereka tidak memperdulikan lagi tentang pancasila itu. Dokumentasi Bersama Anggy Umbara