ANTIOKSIDAN SENYAWA BARU DARI GUAIAKOL DENGAN BIOKATALIS ENZIM LAKTASE JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) A. Herry Cahyana1, Niken Wulandari2 ABSTRACT Natural products consist of plant phenolic compounds and have recently attracted special interest become they provide as source of biological active compounds in acting as natural antioxidant. In the course of screening for the new natural compounds having of antioxidant activity, we have modified a new type of antioxidant starting from phenolic structure, guaiacol. Crude laccase extracted from edible Indonesian local mushroom (Pleurotus ostreatus) performed reaction that catalyzed the oxidative coupling of aromatic compound guaiacol. Spectroscopic evidence showed that guaiacol dimer were linked through the ring performed biphenyl C-C dimer, 4,4'-biguaiacol. The new compound exhibited antioxidant activity higher than those of original guaiacol, as measured by ^-carotene bleaching method. Keywords: antioxidant; laccase, mushroom (Pleurotus ostreatus), guaiacol, dimerization. PENDAHULUAN Ensim lakase (Laccase) adalah ensim yang diketahui dapat mengkatalisis suatu reaksi oksidasi dari senyawa yang bersifat reduktor dan sekaligus terjadi bersamaan dengan tereduksinya 0 2 Ensim ini pada awalnya diketahui untuk mendegradasi komponen lignin, dan mudah ditemukan dalam jamur. Penelitian lanjut mengemukakan bahwa selain bersifat degradatif, lakase mempunyai karaktekdapat mengkatalisis reaksi oksidatif sekaligus (Wang, 2004). Fenomena ini dapat dimanfaatkan antara lain dalam teknologi pangan yaitu untuk meningkatkan mutu sifat alir tepung wheat karena 1 2 Dosen Jurusan Kima F-MIPA Ul dan Dosen Tidak Tetap UPH Alumni Jurusan Kima F-MIPA Ul Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 13 enzim ini dapat mengoksidasi komponen asam ferulat , bagian dari arabinoxylan yang larut air, detoksifikasi limbah (Bollag, 2003), dan pembuatan polimer (Uyama, 2002). 02 H20 Lakase Lakase(0x) Substrates) Substrat Gambar 1. Sifat katalitik enzim lakase Karena kapasitas tersebut maka lakase menarik untuk diteliti lanjut, yang berkaitan dengan penerapannya dalam menggunakan senyawa organik fenolik sebagai substratnya secara tidak langsung. Diketahui bahwa senyawa fenolik mempunyai sifat reduktor karena kemudahannya menymbangkan proton dari gugus alkohol yang dimiliknya. Fenomena ini bila dikaitkan dengan sifat antioksidan suatu senyawa apapun yang berbasis struktur fenolik dapat dikaji lanjut terhadap perubahan kapasitas antioksidannya. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi senyawa antikosidan dari hasil reaksi guaiakol yang dikatalisis oleh enzim lakase dari jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah jamur tiram putih yang diperoleh dari pasar lokal di Jakarta kromatografi lapis tipis (Merck), Folin Ciocalteau (Merck), larutan buffer pH 6,0, (NH 4 ) 2 S0 4 , dan bahan kimia bmnya kualitas pro-analisis. Alat yang digunakan adalah 14 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 spektrofotometri UV-Vis, Infrared spektrometri massa (GC-MS). (IR) dan kromatografi gas Metode Penelitian Isolasi Enzim kasar lakase Isolasi enzim kasar lakase dilakukan sesuai dengan prosedur (Hernandez et al, 2001) dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 500 gram jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) ditambahkan sedikit air, dihancurkan dengan cara diblender. Kemudian dicampurkan dengan buffer fosfat pH 6,0 dalam keadaan dingin, dan homogenat disaring, filtrat yang diperoleh kemudian disentrifugasi.Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan (NH4)2S04, endapan yang terjadi diambil dan diencerkan kembali kedalam bufernya. Aktivitas enzim dilakukan secara spektrofotometri dengan menggunakan metode katekol dan kadar protein enzim dilakukan dengan metode Lowry dan Folin Ciocalteau. Aktivitas spesifik diukur dengan metode Worthington Manual Enzyme yang dimodifikasi. Reaksi pembentukan senyawa baru Reaksi pembentukan senyawa antioksidan dilakukan dengan pencampuran langsung antara enzim lakase dengan guaiakol, produk yang diperoleh diekstrak dengan etil asetat.dianalisis awal dengan KLT (kromatografi lapi s tipis) dan dimumikan dengan kolom kromatografi. Identifikasi dengan instrumentasi. Identifikasi hasil isolasi dilakukan dengan instrumetasi UV-Vis, IR (Infra Red) dan GC-MS (kromatografi gas - spektrometri massa). Uji aktivitas antioksidan Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode (3-carotene bleaching (Kulisic, 2004) dengan sedikit modifikasi. Ditimbang 25 mg P-carotene dilarutkan dalam 5 ml_ kloroform. Kedalam 100 mL campuran kloroform-etanol (3:7) ini ditambahkan 3 mL larutan BJumal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 15 carotene dan 50 mg asam linoleat. Campuran tersebut diambil sebanyak 5 ml_ dan dimasukkan ke dalam botol vial, ditambahkan sampel guaiakol dan senyawa uji sebanyak 2 mL dengan variasi konsentrasi 0,05, 0,1, 0,15 dan 0,20 mg/mL, dan sebagai kontrol hanya ditambahkan kloroform, BHT dan BHA digunakan sebagai pembanding. Botol vial yang berisi campuran tersebut diinkubasi dalam oven pada suhu 60°C selama 6 hari. Setiap hari sampel diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 456 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas enzim lakase Perlakuan ekstraksi dilakukan untuk memperoleh enzim lakase secara kasar, dan diketahui jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus) mengandung enzim lakase yang ditunjukkan dengan uji katekol sebagai substratnya. Reaksi ini dipantau secara spektrometrik karena menghasilkan produk berwama, dan dari hasil perhitungan diketahui ekstrak kasar lakase mempunyai aktivitas spesifik sebesar 15,02 U/mg. Nilai ini selanjutnya diujicobakan apakah mampu sebagai biokatalis pembentukan senyawa baru dengan substrat guaiakol. Dari hasil pencampuran ekstrak kasar enzim lakase dengan substrat guaiakol dapat diperoleh massa yang berwama kemerahan yang mempunyai tingkat kelarutan yang rendah yang ditunjukkan adanya kekeruhan. Hal yang sama pernah dilakukan dalam penelitian sebelumnya bahwa enzim yang lain yaitu peroksidase dari sawi hijau (Brassica juncea) menghasilkan kemampuanh yang sama. Dari data ini dapat dipertimbangkan bahwa lakase menurut kemampuannya merupakan salah salah enzim dengan kemampuan mendegradasi senyawa organik (Podzdnyakova,2004), tetapi pada sisi yang lain menunjukkan kemampuan yang berbeda, hal ini menarik untuk diteliti lanjut bahwa kemampuan ini terlihat mirip dengan enzim peroksidase, tetapi tidak membutuhkan substrat H 2 0 2 (D'Acunzo,2002). 1R Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 Selanjutnya produk kemerahan tersebut diekstrak dengan etil asetat, dipekatkan, dengan menguapkan pelarut etil asetat menggunakan rotatory evaporator. Ekstrak pekat yang diperoleh dianalisis dengan KLT silika gel, dengan eluen n - heksana : etil asetat (5:2) dengan hasil seperti Gambar 2. • o Gambar 2. Analisis dengan KLT hasil reaksi Gambar diatas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil KLT dari hasil reaksi menunjukkan adanya empat spot yang berwama coklat seperti gambar KLT pada sisi kanan, dibandingkan dengan sisi kiri adalah guaiakol. Spot-spot tersebut adalah indikasi adanya komponen-komponen yang terbentuk dari guaiakol oleh enzim lakase, membentuk senyawa yang kurang polar yang ditandai oleh nilai Rf yang lebih rendah serta timbulnya warna kemerahan. Untuk mengetahui lebih lanjut terhadap komponen yang terbentuk tersebut, selanjutnya dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom silika gel yang bertujuan untuk memurnikannya. Dari hasil pemurnian diperoleh satu isolat berupa kristal jarum coklat keputihan. Selanjutnya untuk mengetahui struktur kimiawi hasil isolat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat instrumentasi UV, IR, dan GC-MS. Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 17 Identifikasi senyawa baru secara spektrometri Identifikasi dilakukan dengan UV-Vis menunjukkan daerah spektrum UV antara 200 - 400 nm, diperoleh nilai A max dari guaiakol sebesar 285 nm dan A max dari senyawa baru sebesar 293 nm, seperti terlihat pada gambar 3 adanya pergeseran serapan ke sebelah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan yang ditandai dengan terjadinya pergeseran kimia ke arah panjang gelombang yang lebih besar (efek batokromik) dan juga adanya kenaikan intensitas warna yang lebih kuat. Perubahan ini disebabkan oleh pembentukan kromofor baru yaitu ikatan tak jenuh dari cincin berizen yang terkonjugasi membentuk sistem diena yang cukup dan mengakibatkan terjadinya pergeseran kimia ke panjang gelombang yang lebirvbesar bial dibandingkan dengan guaiakol. R ; 5 SB ft >'• ,'iM \ v. •• K '83.6 CURS0 R« | • 4S«.e 5 19 . S U M 5»8.0 " m,i I , 7 6 6 ft b ;; Gambar 3. Spetra UV-Vis senyawa hasil reaksi Identifikasi lanjut dengan spektrofotometri inframerah (IR) yang bertujuan untuk penentuan gugus-gugus fungsi, menunjukkan adanya gugus -OH : 3503 - 3407 cm"1; =C-H benzena :3055 - 3090 cm"1 ;C=C :1453 -1443 cm"1; C-O-C : 1219 -1211 cm"1; C-O dari COH :1027 - 1018 cm"1 dan benzena dengan 2-3 tersubstitusi : 740 841 cm"1 dari senyawa yang terisolasi. Dari data ini dimungkinkan bahwa struktur guaiakol sebagai substrat telah mengalami perubahan dengan adanya pergeseran nilai gugus-gus fungsi tersebut. Identifikasi selanjutnya dilakukan dengan kromatografi gas untuk 18 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 mengetahui massa relatifnya. Dari kromatogram diketahui adanya puncak paling tinggi memiliki waktu retensi sebesar 19,57 menit dengan luas area sebesar 92,96% seperti Gambar 4. "VW, 8000 :so : »tS?J >A?:L^ UJi-ndJince 4? *1*:CS0: «o soa : 3 , I ' -}-jpj:*nyl ' - -i. S * rfi;>n . •<» •, s ' -<:!<:«*•?-Z22 ,^'-xv- us,—a ^CA I L, r 't ' £l 60 »_| ^1_^J L._L_i , „ . , w | ,•• V . r v l . , •, K r r + r I Gambar 4. Kromatogram analisis GC-MS isolat senyawa baru. Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 19 Dari data di atas terlihat adanya nilai m/z = 246, dan hasil konfirmasi lanjut dengan membandingkan nilai m/z tersebut dengan standar yang ada, dengan tingkat kemiripan 9 1 % diketahui bahwa senyawa baru hasil biokatalisis menggunakan enzim lakase tersebut mempunyai struktur 4,4'-Biguaiakol, merupakan suatu senyawa hasil reaksi penggabungan molekul awal guaiakol pada posisi para-para sepert iilustrasi dibawah ini. Penggabungan ini dimungkinkan karena suatu senyawa fenolik yang mengalami perubahan secara radikal oleh aksi enzim lakase, akan mengalami penataan-ulang yang difasilitasi oleh struktur aromatiknya, menyebabkan kestabilan akan terjadi para posisi para-para yang bergabung untuk saling menstabilkan, sehingga terbentuk senyawa baru. Gambar 5. Senyawa 4.4'-biguaiakol Perubahan struktur yang terjadi selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan fi-carotene bleaching, dan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang ditambahkan dapat meningkatkan kapasitas antioksidannya, yang ditunjukkan dengan semakin menghambat tingkat pemucatan warna kekuningan larutan sampel uji. Senyawa baru, 4,4'-biguaiakol mempunyai kapasitas antioksidan lebih baik dibandingkan dengan guaiakol, hal ini mengindikasikan bahwa perubahan struktur tersebut dapat meningkatkan kemampuan sebagai antioksidan. Kapasitas antioksidan senyawa ini memperlihatkan pula adanya kesetaraan bila dibandingkan dengan sintetik dan natural antioksidan seperti BHT.BHA dan a-tokoferol seperti terlihat dalam Gambar 6. 20 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 Aktivitas antioksidan senyawa hasil reaksi berbagai konsentrasi 0,2 0,15 A 0,1 0,05 0 3 i - • - Kontrol I - * - 0 , 1 5 mg/mL Hari 0,05 mg/mL 0,20 mg/mL 4 5 6 0,10 mg/mL Aktivitas antioksidan 0 1 2 3 Harj 4 5 6 •-Kontroi -± Tokoferol 0.20mg/mL -X- BHT 0.20 mg/mL ~*~ Guaiakol 0,20 mg/mL -•-Hasil reaksi 0,20 mg/mL Gambar 6. Aktivitas antioksidan dengan metode fi-carotene bleaching KESIMPULAN Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) mengandung enzim /a/case yang mampu menggunakan senyawa fenolik guaiakol sebagai substratnya dan menghasilkan senyawa berupa kristal jarum kemerahan dan dan Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006 21 hasil uji spektroskopik dan GC-MS diketahui sebagai senyawa 4,4'biguaiakol, yaitu bentuk dimer guaiakol melalui reaksi oksidasi kopling. Perubahan struktur guaiakol menjadi 4,4'-biguaiakol dapat meningkatkan kapasitas antioksidan yang diduga berkorelasi dengan penambahan gugus hidroksil serta kenaikan konjugasi dimer yang terfasilitasi dalam cincin dimernya. DAFTAR PUSTAKA Bollag, J.M, Sjoblad, R.D. 2003. Oxidation Coupling of Aromatik Pesticide Intermediates by Fungal Phenol Oxidases, 1977, J.App.Environt. Microb., p:906-910. D'Acunzo, F, Gall, O, Masci, B. 2002. Oxidation of Phenols by Laccase and Laccase- mediator Systems, Eur. J. Biochem., 269, p: 5330-5335. Kulisic T., Radonic R. 2004. Use of Different Methods for Testing Antioxidative Activity of Oregano Essential Oils, Food Chem., 85, p:633-640. Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, J. Sci. Techno!., 26(2), p: 211-219. Podzdnyakova, N.N., Nowak, J. R., Turkovskaya, O.V. 2004. Catalytic Properties of Yellow Laccase from Pleuratus ostreatus D1, Journal Molecule. Catalysis Enzymatic, 30, P: 19-24. Uyama, H and Kobayashi, S. 2002. Enzyme-Catalyzed Polymerization to Functional Polymers. Journal of Molecular Catalysis B: Enzymatic. 19, p: : 117-127. Wang, H.X, Ng, T.B. 2004. A Novel Laccase with Fair Thermostability from The Edible Wild Mushroom (Albatrella dispansus), Biochem. Biophys Res., 319, p: 381-385. 22 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan Vol. 4, No. 1, April 2006