Prospek dan Tantangan Perekonomian Saat ini Oleh : Ir

advertisement
PROSPEK DAN TANTANGAN
PEREKONOMIAN SAAT INI
Pandangan Pengusaha Terhadap Keadaan Perekonomian Saat Ini
Dan Berbagai Terapi Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi
Kelesuan Ekonomi
OLEH : IR. AIRLANGGA HARTARTO., MMT., MBA
ANGGOTA, KOMISI XI - DPR-RI
PENASEHAT ASOSIASI EMITEN INDONESIA (AEI)
Disampaikan pada acara LKDI
Financial Club, Kamis, 5 November 2015
BEBERAPA INDIKATOR PENYEBAB
KELESUAN EKONOMI
• Faktor internal :
Pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 4,71 persen (triwulan 1 2014)
secara tahunan, melemah 0,18 persen dibandingkan pada periode
yang sama tahun 2014 yang mencatat angka pertumbuhan 5,14 persen
(triwulan 1 2015)
Terjadinya defisit neraca berjalan dan neraca perdagangan
• Faktor eksternal :
Gejolak perekonomian global, terutama karena perkembangan
ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang sulit diprediksi serta turunnya
harga komoditas dunia.
Melemahnya permintaan terhadap produk ekspor Indonesia oleh
Tiongkok, serta turunnya harga minyak dunia hingga USD 50/perbarrel
Kebijakan The Fed yang tidak kunjung memberikan kepastian terhadap
rencana menaikkan suku bunganya.
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI
PEMERINTAH
• Pemerintah menerbitkan paket kebijakan secara bertahap
perlambatan ekonomi yang saat ini terjadi di dalam negeri.
untuk
menyikapi
• Paket kebijakan ditujukan untuk mempercepat pengembangan ekonomi makro yang
kondusif dengan menguatkan nilai tukar rupiah, menggerakkan ekonomi nasional
dengan penguatan industri, melindungi masyarakat berpenghasilan rendah dengan
membantu daya beli masyarakat
serta menggerakkan ekonomi pedesaan dari
melemahnya ekonomi nasional.
• Paket kebijakan tahap pertama, dimaksudkan untuk memangkas regulasi yang dinilai
menghambat dunia usaha dan memberikan penguatan daya beli masyarakat
berpenghasilan rendah, pengendalian sejumlah harga komoditi hingga upaya menarik
valas ke dalam negeri.
• Paket kebijakan kedua fokus hanya pada upaya meningkatkan investas, yaitu berupa
deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik
penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing di
Kawasan Industri, mempersingkat izin bidang lingkungan dan kawasan hutan
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI
PEMERINTAH
• Paket kebijakan ketiga, fokus pada tiga wilayah kebijaka, yaitu (1) penurunan tarif listrik
dan harga BBM serta gas; (2) perluasan penerima kredit usaha rakyat (KUR);(3)
penyederhanaan
izin
pertanahan
untuk
kegiatan
penanaman
modal.
• Paket kebijakan keempat, dilakukan untuk mendorong penguatan ekonomi masyarakat,
dengan meluncurkan 2 kebijakan yaitu (1) pengupahan yang adil, sederhana dan
terproyeksi, dan (2) Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas.
• Paket kebijakan kelima, merupakan isyarat bahwa pemerintah berniat melakukan
transformasi fundamental ekonomi nasional dengan melakukan (1) Revaluasi Aset,
berupa pemberian iInsentif keringanan pajak dalam revaluasi aset perusahaan, baik di
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pihak
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI
PEMERINTAH
Paket Kebijakan 2
Paket Kebijakan 1
Rabu, 9 September 2015
Selasa, 29 September 2015
mencakup Investasi
kehutanan, kawasan
industri, insentif
deposito, deregulasi
investasi
•
•
mencakup dorongan
terhadap daya saing
industri nasional melalui
deregulasi, penegakan
hukum dan kepastian
usaha. merupakan
pemangkasan regulasi
yang dinilai
menghambat dunia
usaha, penguatan daya
beli masyarakat
berpenghasilan rendah,
pengendalian sejumlah
harga komoditi hingga
upaya menarik valas ke
dalam negeri.
Dampak
• Paket kebijakan itu diyakini
belum akan memberi
dampak signifikan pada
perekonomian nasional,perlu
waktu tiga bulan sampai
enam bulan agar paket
kebijakan itu berdampak
pada perekonomian
masyarakat karena paket ]u
diluncurkan pada akhir
triwulan III.
Paket Kebijakan 4
Paket Kebijakan 3
Senin, 5 Oktober 2015
mencakup penurunan
harga tarif listrik dan
penurunan bunga Kredit
Usaha Rakyat (KUR)
•
Dampak
Kamis, 15 Oktober 2015
•
mencakup bunga Kredit
Usaha Rakyat (KUR)
yang lebih murah dan
meluas, dan
peningkatan
kesejahteraan pekerja
Dampak
•
•
•
belum bisa memperbaiki
kondisi ekonomi dalam
waktu dekat.
Implementasi kebijakan
ekonomi ini butuh waktu
dan baru bisa dirasakan
dampaknya dalam
jangka menengahpanjang
industri dapat menekan
beban biaya
perusahaan di sektor
aneka industri di
antaranya otomotif dan
komponennya, tekstil
dan elektronik.
Dampak
•
•
Paket pengupahan di
protes oleh Serikat
Pekerja karena merasa
tidak dilibatkan dalam
penyununannya
Paket KUR diharapkan
akan mampu
membantu UMKM untuk
bertahan dan
melakukan inovasi
Paket Kebijakan 5
Kamis, 22 Oktober 2015
mencakup insentif
perpajakan, revaluasi
aset, dan mendorong
perbankan syariah
•
Dampak
•
•
•
kebijakan
pemangkasan
pajak revaluasi
aset untuk mengejar
penerimaan negara.
Potensi penerimaan
yang didapatkan
dari revaluasi aset ini
dinilai cukup bagus
akan membuat
kesempatan bagi
korporasi untuk
melakukan revaluasi
aset dan
dimungkinkan nilai
aset yang lebih besar
dan terjadi
peningkatan modal
akan meningkatkan
rasio kesehatan guna
kesiapan korporporasi
hadapi tantangan
kedepan.
HARAPAN PELAKU USAHA
• Paket kebijakan I, sampai dengan V maupun peket ke VI nantinya, dalam
jangka pendek berfungsi memoderasi situasi, sedangkan untuk jangka
panjang, paket kebijakan itu harus mampu mengubah pola fundamental
ekonomi.
• Dengan Paket Kebijakan Ekonomi yang diluncurkan ini, pelaku usaha
menantikan manfaat langsung yang signifikan terhadap dunia usaha
termasuk geliatnya kepada dinamika pasar keuangan dan pasar modal.
• Untuk itu, dunia usaha sangat mengharapkan konsistensi kebijakan dari
pemerintah sehingga siklus ekonomi dapat beranjak naik. Sebab kebijakan
yang tidak konsisten dan cenderung bertentangan akan membingungkan
pelaku usaha yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas usaha.
PROSPEK EKONOMI INDONESIA
I. Postur APBN 2016
1. Pendapatan negara Rp 1.822,5 triliun
a. Penerimaan perpajakan Rp 1.546,7 triliun,
terdiri atas:
• Pendapatan pajak dalam negeri Rp
1.506,5 triliun
• Pendapatan pajak perdagangan
internasional Rp 40,1 triliun
b. Penerimaan negara bukan pajak Rp 273,8
triliun, terdiri atas:
• Penerimaan SDA Rp 124,8 triliun
• Pendapatan Laba BUMN Rp 34,1 triliun
• PNBP lainnya Rp 79,4 triliun
• Pendapatan BLU Rp 35,3 triliun
c. Penerimaan hibah Rp 2 triliun
II.Asumsi Makro
•
•
•
•
•
•
•
Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen
IInflasi 4,7 persen
Kurs Rp 13.900 per dolar AS
SPN 3 bulan 5,5 persen
ICP (Indonesia Crude Price) 50 dolar AS per
barel
Lifting Minyak 830 ribu barel per hari
Gas 1,15 juta barel setara minya
2. Belanja Negara Rp 2.095,7 triliun
a. Belanja pemerintah pusat Rp 1.325,6 triliun, teridiri
atas:
• Belanja KL Rp 784,1 triliun
• Belanja non KL 541,4 triliun (subsidi energi Rp
102,1 triliun)
b. Transfer ke Daerah dan Dana Desa Rp 770,2
triliun
3. Pembiayaan anggaran Rp 273,2 triliun (defisit 2,15%)
III. Target Pembangunan
•
•
•
•
Kemiskinan 9-10 persen
Gini rasio 0,39
ndeks pembangunan manusia 70,1
TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 5,2
hingga 5,5 persen.
PROSPEK EKONOMI INDONESIA
• Dengan postur APBN 2016 seperti ini diharapkan dapat membawa multiplier effect
dan prospek pada iklim investasi, pengurangan angka pengangguran dan angka
kemiskinan.
• Keberadaan APBN 2016 diharapkan akan mampu merealisasikan pembangunan
infrastrukur sebagaimana program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan
sangat dinantikan oleh masyarakat. Dengan berjalannya program infrastruktur
diharapkan akan mampu mendorong pencapaian angka pertumbuhan ekonomi
pada angka 5,3 persen dan dapat menggairahkan industri pasar modal.
• Dengan angka pertumbuhan sebesar 5,3 persen tersebut diharapkan dapat
menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi sebesar 5,2-5,5 persen,
mengingat masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
untuk meningkatkan investasi produktif.
• Demikian halnya dengan angka kemiskinan, diharapkan akan mencapai sasaran
sebesar 9,0 -10,0 persen yang salah satunya akan dicapai melalui peningkatan
dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang mencapai Rp 770,2 triliun sehingga
penanggulangan kemiskinan akan menghasilkan kesempatan kerja yang
berkualitasmeningkatnya angka gini rasio menjadi 0,39 dari sebelumnya 0,41
sehingga mampu mencapai indeks pembangunan manusia menjadi besar
APA KEBUTUHAN DUNIA USAHA
•
Kepastian Hukum :
 Ketentuan perundangan dan kebijakan yang konsisten guna mendukung dan menjamin
kelangsungan usaha
•
Stabilitas Ekonomi :
 Inflasi dan daya beli masyarakat, merupakan dua hal yang perlu terus dijaga pada tingkat
tertentu agar tingkat konsumsi masyarakat masih dapat berjalan
 Nilai tukar yang stabil, memberikan kepastian dalam menyusun rencana strategis
perusahaan baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Penguatan kurs rupiah
terhadap dolar AS perlu terus dijaga khususnya di tengah perlambatan dan ketidakpastian
global. Penguatan sektor riil, merupakan satu-satunyta cara untuk menahan spekulasi di
sektor pasar uang dan pasar modal.
•
Insentif untuk mendorong investasi:
• Tax holiday, dibutuhkan untuk mengundang investasi baru sebagaimana diatur dalam PMK
No. 159/PMK.010/2015 Tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
PMK ini memberikan pengurangan pajak bagi industri pionir untuk 9 jenis industri (logam
hulu, pengilangan minyak, telco, transportasi kelautan, infrastruktur, pengolahan utama di
KEK) dengan rencana investasi Rp 500 miliar sd Rp 1 triliun. Adapun besaran rentang
pengurangan yang diberikan dari 10 % sd 100 % dari jumlah pajak terutang dengan kurun
waktu selama 15 tahun. Pengaturan mekanisme dan prosedur tak holiday ini dilakukan juga
oleh BKPM melalui Peraturan Kepala BKPM No. 18 Tahun 2015 ttentang Tata Cara
Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di bidang-bidang usaha
tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu (Tax Allowance), serta Peraturan Kepala BKPM
No. 19 tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan.
APA KEBUTUHAN DUNIA USAHA
• Tax Amnesty yang akan diberlakukan awal tahun 2016 mendatang diharapkan dapat menjamin tidak adanya
potensi ancaman tuntutan hukum dimasa depan akibat keterbukaan dari pelaku usaha terhadap kewajiban
pajaknya di waktu lampau. Dengan tax amnesty ini akan diyakini akan memberi manfaat yang berarti karena
dapat meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek, meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang
akan datang serta mendorong repatriasi modal atau aset
• Dibutuhkan payung hukum yang memberikan jaminan terhadap pelaku usaha yang mengikuti programtax
amnesty tersebut
• Revaluasi aset, dimaksudkan sebagai cara penyesuaian kembali nilai aset perusahaan sesuai dengan nilai
wajar terkini untuk meningkatkan performa finansialnya melalui perbaikan nilai asset yang terkena dampak
depresiasi rupiah dan inflasi. Dengan revaluasi aset akan ada ruang untuk melakukan ekspansi usaha dan
akan lebih ringannya beban cashflow pajak saat revaluasi karena tarif PPh revaluasi yang rendah. Beban PPh
pada tahun-tahun setelah revaluasi juga lebih rendah. Bagi Wajib Pajak yang mengajukan revaluasi aset
hingga 31 Desember 2015 akan berlaku besaran tarif khusus PPh final yang semula 10% menjadi 3%. Apabila
diajukan pada periode 1 Januari hingga 30 Juni 2016 maka besaran tarifnya adalah 4%. Apabila
pengajuannya 1 Juli hingga 31 Desember 2016 maka besaran tarif khusus PPh final revaluasi menjadi 6%,
•
• Target PNBP, mengingat target penerimaan dari PNBP tahun 2015 ini berpotensi tidak tercapai, maka perlu ada
pengaturan lebih lanjut perihal PNBP ini agar tidak memberatkan dunia usaha.
Dari data Kementerian Keuangan, penerimaan PNBP sampai 31 Agustus 2015 mencapai Rp 168,3 triliun atau
62,5% dari pagu. Pada periode sama tahun lalu, realisasi PNBP mencapai Rp 237,4 triliun. Dari jumlah Rp 168,3
triliun, penerimaan PNBP migas sebesar Rp 57,1 triliun atau 70,2% dari target. PNBP non migas sebsar Rp 18,1
triliun atau 48,2% dari target. Penerimaan PNBP dividen BUMN mencapai Rp 32,1 triliun atau 97% dari target,
PNBP lainnya sebesar Rp 46,7 triliun atau 51,9%, dan PNBP dari Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp 14,2
triliun atau 61,4%.
Kekurangan PNBP menambah beban penerimaan negara. Jika ditotal, maka shortfall pendapatan negara
tahun ini bisa mencapai Rp 173,15 triliun dari target Rp 1.761,6 triliun. Jumlah itu terdiri darishortfall penerimaan
pajak Rp 150 triliun, shortfall penerimaan bea dan cukai Rp 9,75 triliun, dan shortfall PNBP sebesar Rp 13,4 triliun.
• Kemudahan pengurusan izin investasi baik investasi baru maupun rencana ekspansi atas investasi yang sudah
ada perlu untuk terus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan yang tetap terciptanya efisiensi dan
efektifitas.
BEBERAPA TANTANGAN
PEREKONOMIAN SAAT INI
• Dampak dari perlambatan ekonomi global yang mau tidak mau berimbas
kepada perekonomian Indonesia.
• Penyerapan anggaran belanja pemerintah yang tidak sesuai harapan karena
sampai dengan akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 90 persen
• Realisasi stimulus fiskal yang masih belum mendorong pertumbuhan ekonomi,
tolatilitas pasar keuangan domestik cukup tinggi, serta beberapa kendala
struktural seperti birokrasi yang masig belum sepenuhnya siap mendukung
program pemerintah
• MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), kondisi daya saing produk dan SDM Indonesia
yang perlu ditingkatkan untuk menghadapi produk dan SDM negara lain anggota
MEA.
• Stabilitas Politik, yang diharapkan dapat mendukung iklim investasi yang kondusif
PENUTUP
• Kelesuan atau pelemahan perekonomian nasional saat ini terjadi oleh karena
faktor ekstenal dan faktor internal berupa gejolak ekonomi global serta terjadinya
defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan akibat dari menurunnya nilai
ekspor
• Dunia usaha mengharapkan agar pemerintah dapat melakukan kebijakan yang
memberikan keberpihakan bagi iklim investasi dalam rangka untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan
• Selain itu, pemerintah juga diharapkan mendorong meningkatnya daya saing
industri nasional dalam rangka meningkatkan ekspor dan daya saing produk
industri nasional di pasar global
• Dunia usaha menyambut paket kebijakan yang telah diluncurkan oleh
pemerintah dan mengharapkan implementasi yang konsisten dan memberikan
kepastian hukum bagi dunia usaha
Download