Modul Kewirasusahaan,Etika Profesi dan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan,
Etika Profesi dan
Hukum Bisnis
Valuasi Obligasi dan Saham
Fakultas
Program Studi
Ekonomi Dan Bisnis
Magister Akuntansi
Abstract
MODUL
03
Kode MK
Disusun Oleh
MK
Dr. Syamsu Alam, SE., M.Si., Ak.
Kompetensi
VALUASI SEKURITAS
1. Pengertian Saham
Investasi pada sekuritas (surat berharga) merupakan salah satu bentuk investasi
dari beberapa jenis investasi yang dapat dilakukan. Sekuritas (istilah resmi dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah Efek), merupakan
selembar kertas yang menunjukkan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut
(Suad Husnan, 2001:3).
Jenis -jenis sekuritas yang diperdagangkan di pasar finansial sangat beraneka
ragam, diantaranya yaitu saham, obigasi dan instrumen jangka pendek. Saham
menurut L. Thian Hin (2001:13), saham adalah surat berharga yang merupakan tanda
kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Menurut Bambang
Riyanto (1995:240), saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu PT (Perseroan Terbatas).
Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan
sahamnya ‘akan tetap tertanam’ di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya,
meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang
permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.
2. Jenis Saham
Menurut jenisnya saham terdiri dari dua jenis, yaitu saham preferen dan saham
biasa. Saham preferen (Preferred Stock) adalah saham yang disertai dengan
preferensi tertentu di atas saham biasa dalam hal pembagian deviden dan pembagian
kekayaan dalam pembubaran perusahaan. Saham preferen ini biasanya memberikan
deviden yang tetap setiap tahunnya seperti halnya obligasi. Pada umumnya saham
preferen ini tidak mempunyai hari jatuh (perpetuity) dan pemiliknya tidak mempunyai
hak atas RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
Menurut Donald E. Kieso dan Jerry J. Weygandt (1995:299) mereka dijamin
mendapat deviden biasanya dalam jumlah yang tetap sebelum ada jumlah tertentu
yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Sebagai pengganti prioritas ini
pemegang saham preferen akan mengorbankan haknya atas suara di manajemen
perusahaan dan hak atas pembagian laba diluar tingkat yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk saham biasa, pemiliknya mempunyai hak memilih (vote) dalam
RUPS untuk keputusan-keputusan yang memerlukan pemungutan suara, seperti
‘13
2
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pembagian deviden, pengangkatan direksi dan sebagainya. Nilai investasi dari
selembar saham biasa tergantung pada jumlah pendapatan dalam rupiah yang
diharapkan akan diterima oleh seorang investor kalau dia membeli saham tersebut.
Dengan demikian maka nilai dari suatu saham ditentukan oleh besarnya deviden yang
diterima oleh investor selama dia mempertahankan saham tersebut plus penerimaan
hasil penjualan kalau dia menjual saham tersebut. Jadi harga akhir (ending price) dari
saham biasa adalah sama dengan harga permulaan ditambah dengan ‘capital gains’
atau dikurangi dengan ‘capital losses’. Capital gain akan diperoleh kalau harga pada
waktu dia menjual saham lebih tinggi daripada harga pada waktu dia membelinya dan
menderita ‘capital losses’ kalau harga pada waktu menjual sahamnya lebih rendah
daripada harga pada waktu dia membelinya (Bambang Riyanto, 1995:180-181).
3. Keuntungan Memegang Saham
Dalam investasi saham ada beberapa keuntungan bagi investor, yaitu :
a. Kemungkinan memperoleh capital gain, yaitu selisih positif antara harga beli dan
harga jual saham.
b. Kemungkinan memperoleh pembagian deviden bila perusahaan beroperasi baik.
c. Memiliki prioritas untuk mendapatkan option right yang dikeluarkan emiten.
d. Kemungkinan memperoleh hak atas saham bonus.
e. Memiliki hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
f. Waktu kepemilikannya tidak terbatas.
3. Pengertian Investasi
Mulyadi (1991:85) mendefinisikan investasi (penanaman modal) atau sering
disebut pula dengan capital expenditure atau dengan capital investment adalah
merupakan pengikat sumber-sumber jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa
datang.
Orang/perusahaan mengadakan investasi berharapan bahwa akan dapat
memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan tersebut. Menurut E.A. Koetin
(1993:58), investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan
uang.
Secara sederhana investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada
satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh
tambahan nilai dari investasi. Memegang kas atau uang tunai bukan merupakan
investasi karena kas tidak memberikan penghasilan dan nilainya akan turun jika terjadi
‘13
3
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
inflasi. Sebaliknya menempatkan kas tabungan memberikan penghasilan (return)
dalam bentuk bunga. Sedangkan penanaman uang dalam bentuk saham akan
memberikan penghasilan dalam bentuk deviden, serta nilainya dapat diharapkan
meningkat di masa mendatang. Jadi investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
menambah modal, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada
waktunya nanti si pemilik modal akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil
penanaman modal tersebut.
4. Resiko Investasi
Pada hakikatnya, setiap aspek kehidupan ekonomi termasuk kegiatan investasi
seperti bentuk investasi dalam sekuritas atau saham atau investasi dalam bentuk
lainnya tidak ada yang terlepas dari kemungkinan adanya ketidakpastian atau resiko.
Resiko menurut Suad Husnan (2001:52) dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat
keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan.
Pada umumnya, makin lebar variabel atau range kemungkinan nilai hasil dari
suatu investasi, makin besar resiko dan sebaliknya. Hasil yang diharapkan dari
pemilikan saham yang mungkin saja tidak bias direalisasikan. Penyimpangan dari hasil
yang diharapkan dari sebuah sekuritas atau efek merupakan resiko dari pemilikan
sekuritas/efek. Menurut Aminul Amin (1994:10), perbedaan antara hasil yang
sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan mencerminkan resiko dari investasi.
Menurut Agus Sartono (1995:39), resiko berarti probabilitas tidak tercapainya
tingkat keuntungan yang diharapkan atau kemungkinan return yang diterima
menyimpang dari return yang diharapkan, maka akan semakin besar pula tingkat
resikonya. Terjadinya resiko ini dapat disebabkan antara lain :
a. Resesi yang akan menyebabkan kelesuan ekonomi pada umumnya.
b. Adanya persaingan yang mengancam kelangsungan usaha.
c. Menurunnya daya beli karena inflasi.
d. Naik turunnya tingkat bunga.
e. Naik turunnya mata uang kita terhadap valuta asing.
f. Resiko karena perubahan kebijakan pemerintah.
Menurut Francis Jack Clark (1976:318) terdapat dua macam resiko, yaitu resiko
sistematik dan resiko tidak sistematik. Resiko sistematik disebabkan oleh faktor-faktor
yang berada diluar perusahaan (factor eksternal), sehingga tidak dapat dikendalikan.
Sedangkan resiko tidak sistematik disebabkan oleh faktor-faktor internal suatu
perusahaan sehingga masih dapat dikendalikan.
‘13
4
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut L. Thian Hin (2001:18-19) resiko sistematik (systematic risk) dan resiko
tidak sistematik (unsystematic risk) dapat diartikan sebagai berikut :
a. Resiko sistematik (systematic risk)
Adalah resiko yang mengacu pada resiko pasar, yaitu ketidak pastian hasil
perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi,
perubahan tingkat suku bunga, dan kondisi politik. Resiko sistematik ini
mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara keseluruhan. Sebagai contoh,
resiko sistematik terjadi pada saat kondisi perekonomian terkena resesi atau faktor
keamanan suatu negara terganggu. Pada keadaan seperti ini bias saja terjadi
sejumlah saham yang secara fundamental kondisinya baik, namun harga harga
turun drastis.
b. Resiko tidak sistematik (unsys tematic risk)
Adalah resiko yang mengacu pada faktor resiko yang unik pada setiap perusahaan.
Contohnya, mogok kerja yang terjadi pada suatu perusahaan selama jangka waktu
tertentu akan mengurangi atau menghentikan proses produksi perusahaan tersebut.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya pendapatan dan laba perusahaan. Resiko
tidak sistematik ini dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi investasi di
sejumlah perusahaan yang tidak berasal dari sektor yang sejenis.
Kedua jenis resiko yaitu resiko sistematik dan tidak sistematik di atas dapat
menimbulkan kerugian investasi yang biasanya disebut capital loss. Capital loss ini
terjadi bilamana jika harga beli suatu saham lebih tinggi dari harga jual saham
tersebut. Penjumlahan resiko sistematik dan resiko tidak sistematik di atas disebut
dengan resiko total. Resiko tidak sistematik merupakan resiko yang dapat diversifikasi
dengan cara mempelajari pola tingkat keuntungan (return) berbagai surat berharga.
Artinya jika suatu porsi saham mengalami kerugian maka keuntungan porsi portofolio
lainnya dapat menutupi.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi resiko ini yaitu antara lain :
a. Struktur modal.
b. Operating
leverage,
timbul
karena
perusahaan
di
dalam
operasinya
mempergunakan aktiva dengan beban tetap.
c. Ukuran perusahaan, perusahaan kecil mempunyai kemungkinan kegagalan atau
kebangkrutan yang besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.
‘13
5
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Tingkat likuiditas, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansiil yang bersifat jangka pendek.
Menurut Sarwidji Widiatmojo (1996:35) faktor-faktor yang mempengaruhi resiko
investasi antara lain :
a. Resiko kegagalan terjadi akibat perubahan kondisi keuangan dari perusahaan.
b. Resiko tingkat bunga, yang timbul akibat meningkatnya tingkat bunga.
c. Resiko daya beli, timbul karena melemahnya mata uang.
d. Resiko pasar, timbul karena adanya kecenderungan penurunan harga pasar saham
secara terus menerus.
e. Resiko manajemen, timbul ketika orang yang mengelola asset investasi membuat
kesalahan yang menyebabkan penurunan nilai asset.
f. Resiko konversi, timbul karena kemungkinan adanya penukaran surat berharga
yang satu dengan jenis yang lainnya.
3. Proses Pertimbangan dalam Melaksanakan Investasi Sekuritas
Untuk menghindari resiko -resiko tersebut di atas, seorang investor memerlukan
kecakapan, pengalaman dan kejelian untuk melakukan tindakan dengan cermat dan
tepat sehingga dapat terhindar dari adanya resiko kerugian investasi.
Untuk itu guna menghindari atau memperkecil dari resiko dalam melakukan
investasi sekuritas/efek perlu dilakukan beberapa tahapan proses, yaitu dimulai dari
perumusan kebijakan sampai dengan evaluasi kinerja investasi. Proses investasi
menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi tersebut dan
kapan investasi tersebut akan dilakukan, agar dapat menghindarkan dari adanya
resiko dalam investasi.
Menurut
Suad
Husnan
(2001:47-49)
untuk
melakukan
investasi
dalam
sekuritas/efek adanya beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sekuritas apa
yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut, dan kapan investasi tersebut
akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Menentukan kebijakan investasi
Pada tahap awal ini investor perlu menentukan tujuan investasi. Disini pemodal
menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak investasi tersebut akan
dilakukan, karena ada hubungan yang positif antara resiko dan keuntungan
‘13
6
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
investasi. Pada langkah ini investor disarankan untuk menemukan wawasan
(horison) atas tujuan investasinya. Ada tiga hal yang harus dimasukkan dalam
menentukan langkah pertama ini yaitu penghasilan yang diharapkan, resiko dan
ketersediaan dana.
b. Analisis sekuritas
Tahap ini menyangkut kegiatan para investor untuk melakukan analisa terhadap
sekuritas individual atau kelompok. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendeteksi
sekaligus menyeleksi sekuritas. Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor
mispriced (harga salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) tetapi
didasarkan atas preferensi resiko para pemodal, pola kebutuhan kas dan
sebagainya. Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal adalah sesuai dengan resiko
yang ditanggung. Yang termasuk dalam langkah ini sebenarnya mencakup semua
prinsip analisis yang harus dilakukan oleh seorang investor, yaitu :
1. Pertama analisis ekonomi, yakni analisis terhadap kondisi makro, mulai dari laju
pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, sampai kebijakan fiscal dan
moneter.
2. Kedua analisis industry, yaitu mengenai potensi emiten dalam industrinya.
3. Ketiga analisis set, analisis ini dimaksudkan untuk menyaring langkah-langkah
yang akan dilakukan.
4. Keempat future prediction, yaitu kemampuan investor untuk meramalkan
kemungkinan di masa yang akan datang atas dasar variabel yang selama ini
dikumpulkan.
c. Pembentukan sekuritas
Tahap ini meliputi identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Ada
dua langkah dalam melakukan seleksi sekuritas, yaitu :
1. Mayor Mix Decision, adalah melakukan seleksi terhadap seluruh alat investasi
yang memungkinkan untuk diinvestasikan sesuai dengan tujuan investasi.
2. Asset Mix Decision, adalah pemilihan sekuritas yang sudah disesuaikan dengan
asset yang dimiliki oleh investor.
d. Melakukan revisi sekuritas
‘13
7
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan
maksud kalau perlu melakukan perubahan atau revisi terhadap sekuritas yang telah
dimiliki. Ada tiga pilihan yang dapat dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
1. Revisi total (complete revision), dilakukan apabila setelah diadakan evaluasi
menunjukkan bahwa komposisi sekuritas yang telah diambil tidak sesuai dengan
tujuan investasi.
2. Revisi terbatas (perform a controlled revision).
3. Tidak melakukan apa-apa (do nothing).
e. Evaluasi kinerja sekuritas
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap performance (kinerja)
sekuritas, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun resiko yang
ditanggung. Untuk melakukan evaluasi agar yang dipilih sesuai dengan keinginan,
sebagai tolak ukur keberhasilan, langkah evaluasi dapat menggunakan dua cara
yaitu pengukuran (measurement), adalah penilaian atas kerja sekuritas, atas dasar
asset yang telah ditanamkan dalam sekuritas tersebut dan perbandingan
(comparison), adalah penilaian atas dasar perbandingan atas dua asset sekuritas
yang memiliki resiko yang sama. Keputusan investasi yang sehat membutuhkan
rangkaian kegiatan yang sistematis mulai dari mengidentifikasikan yang relevan
untuk memprediksi trend suatu variabel, sampai dengan menghitung ekspektasi,
mengkalkulasi resiko dan seterusnya. Hal ini dilakukan sebelum memutuskan
pilihan yang dianggap paling sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
Setiap keputusan investasi melibatkan beberapa unsur pokok, antara lain :
a. Kondisi investor
Pengetahuan tentang kondisi finansial dan tujuan investasi
merupakan hal pokok bagi setiap keputusan investasi.
b. Motif investasi
Dikaitkan dengan karakteristik instrumen di pasar modal. Pada dasarnya ada 5
(lima) sasaran yang ingin dicapai pemodal dalam motif investasi ini, yaitu terdiri
antara lain : keamanan, pendapatan, pertumbuhan, fasilitas pajak dan spekulasi.
c. Media investasi
‘13
8
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam media investasi yang digunakan dalam investasi dapat dilakukan dengan
cara investasi dalam real asset atau financial asset.
d. Teknik dan model analisis
Ada dua cara teknik dan model analisis untuk mendapatkan potensi keuntungan
dalam berinvestasi, yaitu : (1) membeli efek dalam jangka panjang, dengan
menunjukkan performance lebih baik dari ratarata pasar, dan (2) membeli efek pada
saat harganya murah dan menjual setelah harganya naik.
e. Strategi investasi
Strategi ini tidak untuk diterima secara harfiah tetapi dengan pengamatan oleh para
ahli, misalnya tingkah laku pasar.
Teori Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Dalam melakukan investasi pada saham investor dapat memilih investasi dengan
cara portofolio. Pilihan pada portofolio ini merupakanstrategi investor dalam rangka
penyebaran resiko. Menurut J. FredWeston dan Thomas E. Copeland (1992:515) teori
portofolio
merupakanteori
modern
mengenai
pengambilan
keputusan
dalam
situasiketidakpastian, tujuannya adalah untuk memilih kombinasi yang optimaldari
saham-saham yang dimiliki (portofolio efisien), dalam arti memberikanhasil tertinggi
yang mungkin diharapkan bagi setiap tingkat resiko, atautingkat resiko terendah yang
mungkin bagi setiap hasil yang diharapkan.
Pilihan portofolio dalam investasi dilakukan oleh sebagian besar investor
termasuk risk averter. Portofolio menurut Suad Husnan (2001:54)adalah “sekumpulan
kesempatan investasi”. Tujuan dengan melakukandiversifikasi ini adalah untuk
mengurangi resiko. Teori ini didasarkan padadua asumsi yaitu : (a) hasil pengembalian
efek berpola distribusi normal,(b) investor bersifat risk averter atau bersikap
menghindari resiko. Hal inimuncul didasarkan atas prinsip psikologis tentang nilai guna
utility
yangmenyatakan
bahwa
manusia
menghindari
kerugian
keuntungan.
‘13
9
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan
mencari
2. Karakteristik Portofolio
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain merupakan ratarata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkanoleh masing-masing saham
yang membentuk portofolio tersebut. Karakteristik bersama dari portofolio dibangun
atas dasar karakteristik masing-masing saham yang dipadukan komposisi jumlah
saham-saham. Putusan komposisi ditentukan secara subyektif oleh investor yang
didasarkan atas tingkat keuntungan yang diharapkan dari resiko-resiko saham.
Penentuan ini tergantung pada investor dalam penguasaan informasi dan fakta yang
dapat dicapai oleh investor. Hasil akhir dari analisis ini tidak lain ialah alokasi dana
investasi pada masingmasing jenis saham.
3. Resiko Portofolio
Bagi investor yang menginginkan keuntungan dari investasi yang berupa capital
gain ditentukan oleh fluktuasi harga saham. Baik perusahaan dalam menghasilkan
laba maupun fluktuasi harga saham yang sangat dipengaruhi oleh (a) tingkat bunga,
(b) kondisi ekonomi, (c) tingkat inflasi, (d) kurs valuta asing, (e) struktur modal, (f)
likuiditas perusahaan. Karena saham mempunyai tingkat penghasilan yang tidak
terhingga maka resikonyapun makin tinggi, ini sesuai dengan dasar investasi bahwa
semakin tinggi tingkat pengembalian yang ditawarkan oleh suatu obyek investasi
semakin tinggi pula resiko kerugian yang akan diterima oleh investor.
Asumsi penting dalam pembicaraan resiko yang ditanggung oleh investor dalam
berinvestasi yaitu bahwa setiap individu adalah rasional dan tidak menyukai resiko
atau risk averter. Sikap tidak menyukai ini tercermin dari sikap bahwa setiap individu
akan meminta tambahan keuntungan yang lebih besar untuk setiap kenaikan tingkat
resiko. Dalam hubungan dengan asumsi tersebut, Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
(1994:115) mengelompokkan individu menjadi tiga kelompok, yaitu : (a) individu yang
menyukai resiko atau risk seeker, (b) individu yang tidak menyukai atau menghidari
resiko atau risk averter, dan (c) individu yang bersikap netral terhadap resiko atau risk
neutrality .
4. Pengukuran Resiko dalam Portofolio
Menganalisa resiko adalah penting, karena kunci masalah disini adalah
penentuan dampak portofolio pada tingkat resiko keseluruhan investor. Jika investor
memiliki banyak aset lain, maka resiko pasar portofolio merupakan ukuran resiko yang
relevan dari dampak portofolio terhadap tingkat resiko keseluruhan investor. Jika
‘13
10
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
portofolio adalah satusatunya aset investor maka resiko total adalah ukuran resiko
yang relevan. Evaluasi kinerja yang disesuaikan dengan resiko biasanya didasarkan
pada salah satu sudut pandang ini, memperhitungkan resiko pasar atau resiko total.
Resiko dalam investasi selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang
dapat diperoleh dari surat berharga, resiko finansial yang digunakan diukur dari
distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan. Dalam manajemen
keuangan modern, resiko diartikan sebagai suatu penyimpangan return riil dari return
yang diharapkan, dengan demikian kemungkinan bahwa tingkat pengembalian tidak
sebesar uang yang diharapkan.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (1994:53) resiko portofolio sering
ditunjukkan oleh besar kecilnya penyimpangan tingkat keuntungan yang diharapkan
atau sering disebut sebagai standar deviasi ( . Selanjutnya dikatakan, bahwa tingkat
resiko suatu portofolio diukur dengan standar deviasi terhadap tingkat keuntungan
yang diharapkan atau expected rates of return . Dimana resiko suatu portofolio
tergantung pada :
a. Resiko saham-saham yang tergabung dalam portofolio,
b. Imbangan atau proporsi masing-masing saham dalam portofolio,
c. Hubungan diantara saham -saham atau “covariance” antara keuntungankeuntungan dari investasi pada saham-saham yang membentuk portofolio, dan
d. Jumlah saham dalam portofolio.
Dengan memilih saham-saham yang sedikit mempunyai hubungan antara
sesamanya, investor dapat mengurangi resiko relatif. Deviasi standar dari portofolio
menjadi lebih kecil dari rata-rata tertimbang masingmasing deviasi standar, yang
melemahkan karena faktor covarians antara hasil saham, hal ini disebut sebagai
manfaat diversifikasi. Perhitungan yang diperlukan untuk mengurangi atau
mengeliminasi resiko adalah :
a. Memperkirakan expected return saham individual.
b. Menghitung resiko yaitu varian dan standar deviasi saham individual.
c. Kombinasi saham yang mempunyai koefisien korelasi yang rendah atau negatif.
Menurut Suad Husnan (1996:361) pengukuran resiko yang relevan bagi pemodal
mungkin dinyatakan dalam bentuk deviasi standar tingkat keuntungan portofoilo
disebut sebagai resiko total, atau beta portofolio (disebut resiko sistematis). Masalah
‘13
11
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang dihadapi adalah kapan kita akan menggunakan ukuran yang pertama dan kapan
kita akan menggunakan ukuran yang kedua.
5. Evaluasi Kinerja Portofolio
Menurut Suad Husnan (1996:321) penilaian kinerja perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah pilihan investasi kita memberikan hasil yang baik (sesuai dengan
resikonya) ataukah tidak. Portofolio yang sering dinilai adalah portofolio yang dikelola
oleh perusahaan-perusahaan pengelola dana, terutama mutual funds. Penilaian kinerja
portofolio tersebut dapat dilakukan sebelum (ex-ante) atau sesudah (ex-post)
keputusan investasi diambil.
Periode yang dibutuhkan dalam menilai kinerja suatu portofolio menurut William
F. Sharpe (1997:474) adalah minimum 4 periode. Kinerja portofolio sering diukur
secara periodik dengan interval 4 periode, dengan ukuran return untuk sejumlah
periode dalam interval biasanya bulanan atau kuartalan. Hal ini memberikan jumlah
sampel yang cukup untuk evaluasi statistik.
a. Perbandingan langsung
Menurut Suad Husnan (1996:314) salah satu cara untuk membandingkan kinerja
suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkan
portofolio lain yang mempunyai resiko kurang lebih sama. Seperti diketahui bahwa
suatu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi belum tentu
lebih baik jika ternyata juga mempunyai resiko yang lebih tinggi. Resiko bias diukur
berdasarkan atas deviasi standar, bias pula beta. Hasil penelitian umumnya
menunjukkan bahwa pemilihan portofolio secara acak bias menghasilkan tingkat
keuntungan yang lebih baik daripada mutual funds.
b. Menggunakan kinerja tertentu
Menurut Charles P. Jones (1996:723), ada 3 (tiga) parameter yang bias
digunakan sebagai ukuran kinerja portofolio. Parameterparameter tersebut dikaitkan
dengan resiko, baik resiko total maupun resiko sistematik. Parameter-parameter
tersebut adalah :
1. Reward to Variability Ratio (RVAR), atau disebut juga Sharpe Measure. Ukuran ini
menggunakan acuan Capital Market Line (CML) ex -post. Artinya rasio ini mengukur
return relatif terhadap resiko total portofolio, dimana resiko total adalah standar
deviasi return portofolio. RVAR dapat digunakan untuk memeringkat portofolio yang
‘13
12
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dievaluasi atas dasar kinerja mereka. Semakin tinggi RVAR suatu portofolio maka
semakin baik kinerjanya.
2. Reward to Volatility Ratio (RVOL) atau juga disebut Treynor Measure. Ukuran ini
menggunakan SML ex-post untuk membentuk acuan evaluasi kinerja. Perhitungan
rasio reward to volatility portofolio meliputi pembagian rata-rata kelebihan return
dengan resiko pasarnya (resiko sistematik). Dalam interval waktu, Security Market
Line (SML) ex-post dapat diestimasikan dengan menentukan tingkat bebas resiko
rata-rata dan return pasar.
3. Differential Return Measure atau Alpha atau disebut juga sebagai Jenssen
Measure. Alpha dapat ditentukan menurut Jones (1996:730), jika alpha mempunyai
nilai yang positif maka mengidentifikasikan kinerja portofolio yang mengungguli
pasar atau superior, jika nilai alpha negatif mengidentifikasikan kinerja portofolio ya
ng tidak mengungguli pasar atau inferior.
Menurut Jogianto (1999:304) cara untuk memilih suatu saham terbaik, dapat
diketahui dengan menggunakan model perhitungan Indeks Tunggal (Single Index
Modes). Dalam metode ini menyeleksi terhadap saham yang akan dipilih dihitung
berdasarkan pada peringkat rasio ERB (Excess Return to Beta) dari masing-masing
saham. Saham yang memiliki ERB terbesar merupakan saham yang terpilih yang
merupakan saham paling optimal. ERB (Excess Return to Beta) ini adalah merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit resiko
yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta.
Adapun langkah-langkah untuk menyeleksi terhadap sekuritas yang akan dipilih
untuk dimasukkan ke dalam portofolio efisien adalah :
a. Merangking sekuritas
Mula-mula harus ditentukan rasio excess return to beta untuk tiap sekuritas yang
akan diseleksi. Excess return adalah selisih antara expected return saham terhadap
return aset bebas resiko. Rasio excess return to beta mengukur tambahan return
suatu saham (melebihi return yang ditawarkan aset bebas resiko) per unit resiko
nondiversifiable -nya. Numerator dari indeks ini adalah extra return di atas aset
bebas resiko yang diperoleh dari pemilikan saham i. denominatornya adalah resiko
nondiversifiable saham i. Berdasarkan indeks ini saham-saham akan dirangking
mulai dari yang tertinggi hingga terendah.
‘13
13
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Menentukan) Cutt-off Rate (C*)
Setelah seluruh saham di rangking menurut rasio excess return to beta-nya, maka
selanjutnya masing-masing saham diseleksi berdasarkan unique cut-off rate-nya
(Ci).
Perhitungan
Ci
dimulai
dari
saham
dengan
rasio
tertinggi
hingga
ditemukkannya Cutt-off Point (C*). Nilai Cutt-off Point merupakan nilai Ci yang
paling optimum. Cuttoff Rate C* dipakai untuk menyeleksi saham-saham yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio efisien. Seluruh sekuritas yang memiliki rasio
excess return to beta di atas cut-off point (C*) akan dimasukkan ke dalam portofolio
efisien. Nilai C* dihitung dari karakteristik seluruh sekuritas yang tersedia karena
nilai Ci dihitung dengan asumsi terdapat i sekuritas dalam portofolio efisien.
c. Menyusun portofolio efisien
Setelah memilih sekuritas-sekuritas komponen portofolio, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing
sekuritas tersebut.
‘13
14
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download