BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Investasi 2. 1. 1. Pengertian Investasi Setiap individu atau badan mempunyai keinginan agar harta yang dimilikinya dapat terus berkembang sehingga dapat digunakan untuk keperluan di masa mendatang. Oleh karena itu setiap individu atau badan cenderung melakukan dua hal terhadap penghasilannya, yaitu mengkonsumsi sebagian atau seluruhnya dan menanamkan atau menempatkan bagian yang tidak digunakan untuk keperluan di masa mendatang. Aktivitas penanaman atau penempatan suatu aset, baik harta maupun dana pada suatu aktiva yang diharapkan akan memberikan hasil berupa pendapatan atau penambahan nilai atas aset tersebut di masa yang akan datang sering disebut sebagai kegiatan investasi. Secara luas atau sederhana investasi dapat diartikan sebagai pengorbanan konsumsi sekarang sebagai investasi untuk konsumsi di masa yang akan datang, atau dalam istilah lain investasi mempunyai arti sebagai pengorbanan nilai saat ini yang bersifat pasti guna mendapatkan suatu manfaat yang mungkin bersifat tidak pasti pada waktu yang akan datang. Ada dua atribut yang melekat pada kegiatan investasi yaitu resiko dan waktu. Pengorbanan seorang investor terjadi saat sekarang dan hasilnya baru akan diperoleh dimasa mendatang (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan) yang besarnya mengandung ketidakpastian. Investasi menurut Frank K. Reily dan Keith C. Brown (2009) adalah “investment is the current commitment of dollars for a period of time to drive future payments that will compensate investor for; 1) the time that the funds are commited, 2) the expected rate of inflation, 3) the uncertainty of the future payments” atau dalam bahasa indonesianya adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorbanan investor berupa: 1) keterikatan aset pada waktu tertentu, 2) perkiraan tingkat inflasi, 3) ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang (Frank K. Reily dan Keith C. Brown, 2009, hlm 5). Menurut William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey (2005) investasi adalah mengorbankan dolar sekarang untuk dolar dimasa mendatang (William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey, 2005, hlm 1). Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset berupa harta maupun dana pada sebuah aktiva dalam periode tertentu dengan harapan mendapatkan hasil pendapatan atau peningkatan nilai dari aset tersebut dimasa mendatang dengan tingkat resiko tertentu. Dapat juga dikatakan bahwa investasi senantiasa berkaitan dengan pengalokasian aset atau kekayaan dalam bentuk investasi rill (real asset) (emas, tanah, bangunan, dan mesin) atau dalam bentuk investasi surat berharga (financial asset) (saham, deposito, obligasi, option, dan lain-lain). Dengan kata lain, investasi berarti pemanfaatan sejumlah aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu dengan tingkat resiko tertentu. 2. 1. 2. Jenis – jenis Investasi Seperti telah diketahui bahwa terdapat berbagai jenis investasi. Setiap investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri seperti tingkat pengembalian (return), tingkat resiko (risk), status hukum dan aturan serta tingkat pajak atas hasil yang diperoleh. Secara umum jenis investasi digolongkan menjadi dua kategori yaitu investasi pada aset nyata (real asset) dan investasi pada kekayaan financial (financial asset). Aset nyata (real asset) merupakan aset berwujud (tangible asset) disektor riil seperti tanah, emas, perak, berlian, benda seni, mesin, real estate, rumah, bangunan, mesin-mesin produksi yang biasa digunakan untuk memproduksi barang dan pekerja yang dibutuhkan keahliannya untuk menggunakan sumber daya tersebut. Aset keuangan (financial asset) merupakan aset tidak berwujud (intangible assets), investasi pada aset keuangan terdiri dari beberapa pengelompokan investasi seperti: a. Berdasarkan bentuk investasinya terdapat investasi pada sekuritas dan property b. Berdasarkan keterlibatan investornya terdapat investasi langsung dan investasi tidak langsung c. Berdasarkan jenis sekuritasnya dibagi tiga yaitu: 1. Investasi pada hutang (debt securities) seperti obligasi 2. Investasi pada modal (equity securities) seperti saham 3. Investasi pada sekuritas turunan (derivative securities) seperti opsi dan warran d. Serta produk indeks saham Berdasarkan tingkat resiko dapat terbagi menjadi dua yaitu: 1. Resiko rendah atau bebas resiko seperti obligasi pemerintah dan atau SBI 2. Resiko tinggi seperti saham maupun surat berharga dan produk derivative e. Berdasarkan aspek sumber dana atau negara asal investornya dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Investasi dalam negeri (domestic investments) 2. Investasi luar negeri (foreign investments) Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aset financial yang diperjualbelikan pada tiga jenis instrument investasi, yaitu instrumen pasar uang (money market), instrumen pasar modal (capital market), dan instrumen pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aset finansial yang tidak dapat diperjualbelikan. Aset ini biasanya didapat dari bank komersial, dan aset-aset ini berbentuk tabungan atau deposito (satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan dua belas bulan). Pada instrumen pasar uang aset yang diperjualbelikan mempunyai resiko kegagalan yang relatif kecil dan jatuh temponya pendek dengan likuiditas atau tingkat cair yang tinggi. Aset yang diperjualbelikan pada instrumen ini seperti treasury bill (t-bills) atau sertifikat Bank Indonesia. Sedangkan investasi pada instrument pasar modal aset yang diperjualbelikan mempunyai tingkat resiko yang relatif lebih tinggi dan bersifat jangka panjang. Investasi pada instrumen ini terdiri dari dua bentuk yaitu: 1. Surat-surat berharga penghasilan tetap (fixed income securities) seperti, treasury bond (tbond) yang setipe dengan treasury bill tetapi jangka waktunya lebih lama, municipal bond (obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah bagian atau pemerintah daerah), corporate bond (merupakan surat hutang yang dikeluarkan perusahaan korporasi). 2. Surat-surat berharga ekuitas seperti common stock dan preffered stock. Selanjutnya investasi pada instrumen pasar turunan yang memperdagangkan surat-surat berharga seperti opsi (option) dan futures contract. Opsi terdiri dari warran (warrant), opsi put (put option), dan opsi call (call option). Berbeda dengan investasi langsung, investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya kepada publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan dalam portofolionya, contoh investasi tidak langsung adalah reksa dana (mutual fund), yang merupakan suatu portofolio efek yang di diversifikasi dan dikeluarkan perusahaan investasi. 2. 1. 3. Proses Investasi Merupakan sebuah proses yang menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor melakukan investasi dalam aset, yaitu aset apa yang akan dipilih, seberapa besar investasi tersebut, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengambil sebuah keputusan investasi yang terbaik seorang investor perlu melalui beberapa tahapan proses investasi, (William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey, 2005, hlm 10) menurut sharpe, Alexander, dan Gordon ada lima prosedur yang menjadi dasar proses investasi bagi seorang auditor yaitu : 1. Penentuan kebijakan investasi Pada tahap pertama seorang investor harus menentukan apa tujuan dari investasinya dan seberapa besar harta maupun dana yang akan diinvestasikan. Seorang investor tidak bisa mengatakan akan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, karena dalam investasi antara return dan resiko mempunyai hubungan yang linear atau berbanding lurus, jadi bisa saja investor tersebut justru mengalami kerugian. Oleh karena itu seorang investor perlu menentukan tujuan investasinya dengan baik agar dapat terhindar dari kerugian dan mendapatkan keuntungan (return) yang diharapkan. 2. Melakukan analisis sekuritas Analisis sekuritas berarti menilai sebuah sekuritas secara individual untuk mengidentifikasi baik buruknya sekuritas tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan 2 filosofi berbeda yaitu: a. Orang-orang yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah harga yang wajar, kalaupun ada sekuritas yang mispriced (harga terlalu tinggi atau terlalu rendah) hal itu disebabkan karena pergerakan pasar yang tidak dapat terdeteksi. b. Orang-orang yang berpendapat bahwa terdapat sekuritas yang mispriced namun dengan bantuan analisis kurang lebih mereka dapat mengidentifikasi sekuritas tersebut. Analisis yang digunakan terbagi menjadi dua, yang pertama adalah analisis teknikal yang menggunakan data harga di masa lalu untuk memperkirakan harga di masa yang akan datang dan yang kedua adalah analisis fundamental yang berusaha mengidentifikasi perusahaan melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan tujuan untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. 3. Membentuk portofolio Berdasarkan hasil evaluasi analisis dapat diidentifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan beberapa sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang ditanggung. 4. Merevisi portofolio Revisi portofolio berarti merubah portofolio yang sudah ada dengan cara menambah atau mengurangi saham yang dianggap menarik atau tidak lagi menarik. Jika diperlukan, melalui pengulangan tiga tahap di atas. 5. Mengevaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja atau performance portofolio, baik aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun tingkat resiko yang ditanggung dari portofolio tersebut. 2. 1. 4. Resiko investasi 2. 1. 4. 1. Pengertian Resiko Resiko secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diharapkan, dalam pengertian bahwa resiko dipresepsikan sebagai sesuatu yang negatif. Dalam dunia ekonomi resiko mengacu kepada kemungkinan bahwa return yang akan diterima pada suatu investasi berbeda dengan return yang diharapkan. Pada dasarnya seorang investor menginginkan return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukan. Tetapi harus mempertimbangkan berapa besar resiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Semakin besar return yang diharapakan, semakin besar pula resiko yang harus ditanggung. Resiko terjadi karena adanya unsur ketidakpastian pada semua investasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa resiko adalah tingkat ketidakpastian pada semua investasi yang disebabkan karena adanya perbedaan dari return yang diharapkan (return yang diantisipasi investor dimasa mendatang) dengan return yang benar-benar diterima (return yang diperoleh investor). 2. 1. 4. 2. Sumber Resiko Dalam sebuah investasi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sebenarnya, beberapa faktor yang mempengaruhi investasi diantaranya yaitu: 1. Resiko harga (price risk), resiko ini muncul karena adanya ketidakpastian mengenai harga sekuritas dalam sebuah portofolio dimasa mendatang, sehingga investor dihadapkan pada resiko menurunnya harga sekuritas dimasa yang akan datang. 2. Resiko gagal bayar (default risk), resiko ini muncul karena penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran bunga dan pokok hutang tepat waktu. 3. Resiko inflasi (inflation risk), resiko ini muncul karena lemahnya kondisi ekonomi suatu negara, yang disebabkan karena menurunnya daya beli dan berubahnya tingkat pengembalian rill, sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi dapat menurunkan hasil investasi tersebut. 4. Resiko nilai tukar (exchange rate risk), kerugian yang terjadi karena adanya perubahan yang tidak menguntungkan terhadap nilai tukar mata uang asing. 5. Resiko likuiditas (liquidity risk), berkaitan dengan kemampuan suatu aset finansial untuk diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti, atau mendekati nilai sebenarnya. 2. 1. 5. Aset beresiko (risky asset) dan Aset Bebas Resiko (risk-free asset) Dalam berinvestasi melalui portofolio, seorang investor dapat menginvestasikan dananya melalui berbagai aset yang tersedia di pasar, yaitu aset bebas resiko maupun aset beresiko, atau kombinasi dari keduanya. Aset beresiko (risky asset) merupakan aset-aset yang tingkat pengembaliannya di masa depan bersifat tidak pasti, salah satu contohnya adalah saham. Sedangkan aset bebas resiko (riskfree asset) merupakan aset yang tingkat pengembaliannya di masa depan sudah dapat diketahui dan bersifat hampir pasti, apabila terdapat selisih tidak akan berbeda jauh dari apa yang telah diharapkan, salah satu contohnya adalah obligasi jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah (sertifikat Bank Indonesia/SBI). 2. 1. 6. Tingkat Pengembalian (return) Tingkat pengembalian (return) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu investasi dalam satu periode waktu, yang akan diperoleh dimasa mendatang. Return merupakan kompensasi yang diperoleh seorang investor atas resiko yang harus ditanggung atas investasi yang dilakukannya. Dalam melakukan investasi, seorang investor akan memperhitungkan hasil keuntungan dari investasinya. Dalam melakukan estimasi return, seorang investor harus membedakan antara return yang telah teralisasi (data historis) yaitu return yang telah diperoleh atau telah terjadi dan return ekspektasi (expected return) yaitu return yang belum terjadi saat ini tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Tingkat pengembalian (return) dari suatu investasi sangatlah penting, karena untuk itulah seorang investor mau melakukan investasi. Oleh karena itu, pengukuran return yang telah terealisasi (melalui data historis) sangatlah penting bagi seorang investor, karena dengan adanya pengukuran tersebut seorang investor dapat mengetahui baik tidaknya sebuah perusahaan atau baik tidaknya yang telah dilakukan oleh manajer investasi. Return realisasi yang telah dihitung menggunakan data historis mempunyai peran yang penting dalam mengukur kinerja suatu investasi. Selain itu return realisasi juga berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Pada dasarnya expected return merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai return historis dengan probabilitas masingmasing. Oleh karena itu tingkat pengembalian suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian masing-masing sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Pengukuran dari tingkat pengembalian portofolio tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: E(Rp) = w1E(R1) + w2E(R2) + ... + wGE(RG) secara ringkas, persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: G Rp = wg Rg g=1 Keterangan : Rp = tingkat pengembalian portofolio selama periode berjalan Rg = tingkat pengembalian aktiva g selama periode berjalan wg = berat aktiva g pada portofolio – bagian dari nilai pasar keseluruhan G = jumlah aktiva pada portofolio 2. 1. 7. Pengukuran Resiko Sebuah portofolio yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi belum tentu tidak mempunyai resiko, walaupun dalam investasi melalui portofolio resiko yang ada dapat diminimalisir. Oleh karena itu, seorang investor memerlukan standar pengukuran yang berguna untuk mengetahui tingkat resiko portofolionya. Resiko dapat diartikan sebagai kemungkinan tidak tercapainya tingkat pengembalian yang diharapkan. Dalam teori portofolio, kemungkinan tidak tercapainya tingkat pengembalian yang diharapkan dapat disebut sebagai penyimpangan. Oleh karena itu, sebuah resiko portofolio mempunyai dua dimensi, yaitu penyimpangan yang lebih besar dan penyimpangan yang lebih kecil dari yang diharapkan. Dalam menghitung resiko sebuah portofolio tidak sama dengan menghitung tingkat pengembaliannya, karena dalam penghitungan resiko portofolio tidak menggunakan rata-rata tertimbang resiko dari masing-masing sekuritas yang membentuk portofolio tersebut, tetapi menggunakan ukuran kovarians. 2. 1. 8. Hubungan Tingkat Pengembalian (return) Dengan Resiko Dalam melakukan sebuah investasi, seorang investor tidak akan pernah terlepas dari adanya kombinasi antara return dan resiko. Return dan resiko mempunyai hubungan lurus atau linear yang berarti semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan oleh seorang investor maka akan semakin besar pula tingkat resiko yang akan ditanggung. Untuk itu dibutuhkan suatu kombinasi aset yang dapat meminimalkan resiko portofolio, atau dengan kata lain diversifikasi. Dengan adanya diversifikasi seorang investor diharapkan akan menerima keuntungan pada tingkat yang sama dengan resiko yang lebih kecil. 2. 1. 9. Varian dan Standart Deviasi Penyimpangan dalam statistik dinyatakan dalam standar deviasi dengan simbol (σ) atau dinyatakan dalam bentuk kuadrat sebagai varians dengan simbol (σ3). Varian dari return merupakan jumlah kuadrat rata-rata tertimbang penyimpangan dari return ekspektasi, dengan demikian varian aktiva tunggal dapat ditulis sebagai: var (Ri) = p1[r1-E(Ri)]2 + p2[r2-E(Ri)]2 +…+ pN[rN-E(Ri)]2 atau dapat ditulis sebagai berikut: N var (Ri) = pn[rm-E(Ri)]2 n=1 selanjutnya standar deviasi dapat dinyatakan sebagai berikut: SD(Ri) = √ var (Ri) Varian portofolio yang terdiri dari dua aktiva lebih sulit untuk dihitung, hal itu tergantung tidak hanya kepada varians dari kedua aktiva, namun juga pada seberapa dekat hubungan antara kedua aktiva, persamaannya adalah sebagai berikut: var(Rp) = wi2 var(Ri) + wi2 var (Rj) + 2wi wj cov(Ri,Rj) Dimana: cov(Ri,Rj) = kovarians antara pengembalian bagi aktiva i dan aktiva j 2. 1. 10. Kovarian Kovarians adalah tingkat dimana return kedua aktiva berbeda atau berubah secara bersamaan. Kovarian tidak dinyatakan dalam unit tertentu, seperti dolar atau persentase. Kovarians positif berarti pengembalian kedua aktiva cenderung bergerak atau berubah pada arah yang sama, sedangkan kovarians negatif berarti pengembalian bergerak pada arah yang berlawanan. Kovarian kedua aktiva dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Cov(Ri,Rj) = p1[ri1 - E(Ri)][ri1 – E(Ri)] + p2[ri2 – E(Ri)][ri2 – E(Ri)] +... + p1[riN - E(Ri)][riN – E(Ri)] Dimana : rin = tingkat pengembalian ke n yang mungkin bagi aktiva i rjn = tingkat pengembalian ke n yang mungkin bagi aktiva j Pn= kemungkinan memperoleh tingkat pengembalian n bagi aktiva i dan j N = jumlah hasil yang mungkin bagi tingkat pengembalian Perbedaan varian dengan kovarian, varian untuk mengukur tingkat variasi suatu kelompok nilai, seperti return satu instrumen investasi, sedangkan kovarian mengukur tingkat variasi dari dua kelompok nilai, seperti instrumen investasi saham dengan obligasi. 2. 1. 11. Koefisien Korelasi Kovarians dapat dianggap sebagai korelasi antara pengembalian yang diharapkan dari kedua aktiva. Secara khusus korelasi antara pengembalian bagi aktiva i dan j didefinisikan sebagai kovarians kedua aktiva dibagi hasil deviasi standar kedua aktiva: cov (Ri,Rj) Cor (Ri,Rj) = SD(Ri) SD(Rj) Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna antar dua aktiva yang berarti pergerakan ke arah yang sama dan sempurna, nilai koefisien korelasi 0 menunjukkan tidak adanya korelasi atau tidak ada hubungan dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna antar dua aktiva yang berarti pergerakan ke arah yang berlawanan dengan sempurna. 2. 1. 12. Beta Portofolio Beta portofolio berguna sebagai alat untuk mengukur volatilitas pengembalian portofolio dengan pengembalian pasar. Dengan demikian, beta merupakan pengukur resiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap resiko pasar. Beta portofolio dapat diukur dengan cara sebagai berikut: P Wi .i Keterangan: P : beta portofolio Wi : proporsi sekuritas ke-i i : beta individual sekuritas ke-i 2. 1. 13. Benchmark Return benchmark adalah kumpulan kerja atau prestasi yang dicapai oleh pembandingnya (benchmark) yang diperlihatkan dari return pasar (market performance) sesuai dengan jenis instrumen investasi yang diamati. Pengkuran return pasar digunakan untuk membandingkan dengan return investasi saham, obligasi, dan emas berdasarkan metode pengukuran yang digunakan, dimasukkan pada variabel pasar sebagai pembanding (benchmark) sesuai dengan jenis masing-masing instrumen investasi. Masing-masing return pasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Return IHSG Return IHSG yang merupakan benchmark investasi saham adalah nilai return pasar saham sub periode tertentu yang diperoleh dari nilai tukar indeks harga saham gabungan hari H dikurangi dengan nilai indeks harga saham gabungan hari sebelumnya (H-1) dan dibagi dengan harga saham gabungan sebelumnya (H-1) 2. Return ICBX Return ICBX yang merupakan benchmark investasi obligasi adalah nilai return pasar obligasi sub periode tertentu yang diperoleh dari nilai tukar indeks obligasi gabungan hari H dikurangi dengan nilai indeks obligasi gabungan hari sebelumnya (H-1) dan dibagi dengan harga obligasi gabungan sebelumnya (H-1). 3. Return emas dunia Return emas yang merupakan benchmark investasi emas PT. Antam Tbk adalah nilai return pasar emas sub periode tertentu yang diperoleh dari nilai tukar harga emas dunia hari H dikurangi dengan nilai harga emas hari sebelumnya (H-1) dan dibagi dengan harga emas sebelumnya (H-1). 2. 2. Alat Ukur Evaluasi Kinerja Indeks Tunggal Pada tahun 60-an, beberapa alat ukur indeks tunggal digunakan untuk mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer investasi. Alat ukur kinerja ini tidak menyebutkan bagaimana dan mengapa manajer investasi dapat memiliki kinerja yang lebih baik atau lebih buruk dari tolak ukur. Tiga alat ukur atau indeks tersebut adalah indeks treynor, indeks sharpe, dan indeks jensen. Ketiga indeks ini mengasumsikan adanya hubungan linear antara pengembalian portofolio dengan pengembalian dari beberapa indeks pasar dengan dasar luas. 2. 2. 1. Indeks Treynor Indeks treynor merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit resiko. Kelebihan pengembalian ini didefinisikan sebagai selisih antara pengembangan portofolio dengan tingkat pengembalian bebas resiko pada periode evaluasi yang sama. Alat ukur resiko resiko dalam indeks treynor merupakan resiko sistematis relatif sebagaimana yang diukur oleh beta portofolio, yang dapat diperkirakan dari garis karakteristik portofolio. Treynor menyatakan bahwa indeks treynor merupakan alat ukur resiko yang tepat karena dalam portofolio terdiversifikasi penuh, resiko sitematis boleh dikatakan tidak ada. Persamaan untuk indeks ini adalah: Tp=Rp-Rf βp Keterangan: Tp = indeks kinerja Treynor. Rp = return portofolio atau tingkat pengembalian pasar pada periode t. Rf = return bebas resiko tingkat bunga bebas resiko pada periode t. βp = resiko pasar dari portofolio atau resiko sistematik portofolio (koefisien beta pasar) 2. 2. 2. Indeks Sharpe Seperti halnya indeks treynor, indeks sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian atau resiko. Pembilang pada indeks ini sama dengan pada indeks treynor. Resiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio. Oleh karena itu, persamaan dari indeks sharpe adalah: Sp = Rp-Rf σp Keterangan: Sp = indeks kinerja Sharpe. Rp = return portofolio atau tingkat pengembalian pasar pada periode t. Rf = return bebas resiko tingkat bunga bebas resiko pada periode t. σp = total resiko yaitu hasil jumlah dari resiko sistematik dan resiko Maka indeks sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif terhadap total perbedaan portofolio. Indeks sharpe dan treynor akan memberikan peringkat yang serupa jika portofolio yang dievaluasi merupaka portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Jika portofolio tersebut tidak terdiversifikasi dengan baik, maka peringkat yang diperoleh bisa berbeda. 2. 2. 3. Indeks Jensen Indeks jensen menunjukkan kelebihan pengembalian di atas atau di bawah garis pasar sekuritas, persamaan untuk indeks ini adalah: ap= Rp-[Rf+bp(Rm-Rf)] Keterangan: ap = indeks jensen Rp = return portofolio pada periode t Rf = return pada investasi bebas resiko pada periode t Rm = bp = koefisien beta pasar. Jika kelebihan pengembalian yang diharuskan oleh manajer tidak melebihi kelebihan pengembalian yang dijabarkan oleh persamaan ini, maka manajer tidak memberikan nilai tambah apapun. Sehinggan indeks yang bernilai positif, bermakna bahwa portofolio telah mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang cenderung lebih besar dari tingkat pengembalian harapannya. 2. 3. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Tahaptahap penelitian tersebut ditetapkan terlebih dahulu agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Metode penelitian dalam pembuatan karya ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumupulan data secara kuantitatif yang mencakup: 1. Metode penelitian a. Tahap pertama studi literatur, diambil dari literatur-literatur baik text book maupun jurnal yang membahas mengenai ketiga investasi tersebut b. Tahap kedua pengambilan data, pengumpulan data berdasarkan data sekunder atau data historis, yang diambil dari daftar harga mingguan baik untuk saham, obligasi, dan emas, semua data yang didapat dihimpun dari segala sumber yang dapat memberikan keterangan mengenai ketiga investasi tersebut, baik dari surat kabar, internet, dan lain-lain. 2. Metode analisis data a. Analisis kinerja instrumen investasi yang dilakukan dengan uji Annual Return b. Analisis portofolio optimal dilakukan dengan menggunakan model indeks tunggal yaitu indeks treynor, indeks sharpe, dan indeks jensen. 2.4. Penelitian Terdahulu Lutfi (2008), melakukan penelitian tentang “optimasi risk-return portofolio investasi saham, obligasi, emas, valas, dan deposito menggunakan metode markowitz dan value-at-risk (periode 17 Januari 2003 – 28 Desember 2008)” menjelaskan bahwa konsep diversifikasi dapat menurunkan resiko terbukti dimana semakin banyaknya jumlah aset didalam portofolio maka akan semakin menurunkan unique risk, hal ini terlihat dari standar deviasi portofolio sebesar 26.05% dan berdasarkan beberapa temuan dalam mapping penghitungan risk adjusted return, diketahui bahwa asumsi high risk high return terbukti, yaitu dimana instrument saham yang memiliki expected return 80.64% juga memiliki risiko paling tinggi yaitu sebesar 308.30% dan begitu pula sebaliknya pada instrument deposito dimana mempunyai expected return 3.71% dan risiko sebesar 28.82%..