Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi : sebuah studi

advertisement
J Kedokter Trisakti
Vol.23 No.3
Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi :
sebuah studi prospektif
Kusharisupeni
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
ABSTRAK
Di Indonesia, prevalensi stunting pada bayi dan anak masih cukup tinggi sebagai akibat asupan gizi yang tidak
adekuat. Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko
terjadinya kesakitan, kematian, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menilai peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi. Studi prospektif kohor yang
mengikutsertakan 720 bayi diikuti selama 12 bulan di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu.
Hasil penelitian menunjukkan, pada umur 3 bulan dan 6 bulan, pada bayi laki-laki terdapat perbedaan panjang badan
yang bermakna antara kelompok normal dan prematur, intra uterine growth retardation - low Ponderal index (IUGR
LPI) serta intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index (IUGR API). Untuk bayi perempuan terdapat
perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal dan prematur; selain itu juga terdapat perbedaan
panjang badan yang bermakna antara kelompok IUGR API dan IUGR LPI. Pada umur 12 bulan, pada bayi laki-laki
terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal dan prematur, IUGR API serta IUGR LPI,
sedangkan untuk bayi perempuan terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal dan
prematur serta IUGR API. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa risiko relatif growth faltering lebih besar pada
bayi yang telah mengalami growth faltering sebelumnya. Semua kelompok status kelahiran berkontribusi terhadap
terjadinya stunting pada umur 12 bulan; kontribusi terbesar dari kelompok IUGR API dan terkecil kelompok normal.
Kata kunci: Stunting, berat lahir, panjang badan, lama gestasi, bayi
The role of birth status on stunting in infants : a prospective study
ABSTRACT
In Indonesia, many infants and young children have an inadequate nutritonal status reflected by high prevalence
of stunting. Stunting indicates a public health problem because of its association with an increased risk of morbidity,
mortality, and delayed motor development. A cohort prospective studi was conducted to evaluate the role of birth
status on stunting in infants. Seven hundred and twenty newborn were able to be measured at birth in two Subdistricts
Sliyeg and Gabus Wetan, Indramayu Regency. This study showed, that at 3 and 6 months of age, there was a
significant difference for boys between the mean of length of the normal group and the preterm, intra uterine growth
retardation - low Ponderal index (IUGR LPI), and intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index
(IUGR API) groups. In girls there was a significant difference between the length of the normal group and preterm,
and the IUGR group. At 12 months of age there was a significant difference for boys between the normal and the
preterm, IUGR API and the IUGR LPI groups. For the girls there was a significant difference between the normal
group and the preterm and between the normal group and the IUGR API. The relative risk for growth faltering was
greater in those infants who have had falter previously and there was no catch up growth of the low birth weight
group. All groups of birth status contributed on stunting at 12 months of age, the greatest with the IUGR API group,
and normal group the lowest.
Key words: Stunting, birth weight, length, gestation, infants
73
Kusharisupeni
PENDAHULUAN
Seperti di negara-negara berkembang lain,
pendek [stunting = retardasi pertumbuhan linier
dengan defisit dalam panjang badan sebesar -2Z
atau lebih menurut baku rujukan pertumbuhan
World Health Organization/National Center for
Health Statistics (WHO/NCHS)] di Indonesia
merupakan hal yang umum terjadi. Prevalensi
stunting pada bayi dan anak-anak masih cukup
tinggi sebagai akibat asupan gizi yang tidak
adekuat.(1) Stunting disebabkan oleh kumulasi
episode stres yang sudah berlangsung lama
(misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk),
yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up
growth (kejar tumbuh). Hal ini mengakibatkan
menurunnya pertumbuhan apabila dibandingkan
dengan anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan
yang mendukung. Stunting merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan
meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan
kematian, perkembangan motorik terlambat, dan
terhambatnya pertumbuhan mental.(2) Oleh karena
itu, stunting merupakan indikator sensitif untuk
sosioekonomi yang buruk dan prediktor untuk
morbiditas serta mortalitas jangka panjang.
Sementara berkembang konsensus tentang
sebab-sebab dan konsekuensi stunting. Perdebatan
terus berlanjut tentang apakah faktor genetik atau
lingkungan yang lebih berpengaruh terhadap
pertumbuhan, dan kriteria yang harus dipergunakan
untuk mendefinisikan stunting pada kelompok
populasi yang berbeda. Sebuah studi yang
dilakukan di Indonesia pada anak-anak pra-sekolah
menunjukkan status sosioekonomi berpengaruh
terhadap pertumbuhan anak. (3) Penemuan ini
mendukung perlunya satu standar pertumbuhan
untuk semua kelompok ras dan etnis.(4) Di pihak
lain ada pendapat yang menyatakan bahwa gen
mempunyai peran terhadap variasi ukuran tubuh
antar individu dalam suatu kelompok etnis, dan gen
ini mempunyai pengaruh yang kuat pada
pertumbuhan dalam beberapa tahun pertama
kehidupan.(5)
Berdasarkan berat lahir dan lama gestasi, bayi
lahir dapat dikategorikan ke dalam: i) normal, ii)
prematur, dan iii) intra uterine growth retardation
74
Status kelahiran dan stunting pada bayi
(IUGR) yang terdiri dari dua kelompok yaitu
adequate Ponderal index (API) dan low Ponderal
index (LPI). Perkembangan bayi IUGR, bayi berat
lahir rendah (BBLR) dengan masa kehamilan genap
bulan (37 minggu), yaitu IUGR API dan IUGR LPI
berhubungan dengan karakteristik lahir.(6) BBLR
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari
2500 g.(7) Perbedaan pertumbuhan kedua kelompok
ini tergantung pada waktu terjadinya kurang gizi
dalam kehamilan. Pada kelompok API, kurang gizi
terjadi sejak permulaan kehamilan, sedangkan pada
kelompok LPI hanya pada trimester ketiga
kehamilan. Oleh karena itu baik berat maupun
panjang badan lahir kelompok API terkena
dampaknya (kurus dan pendek), sedangkan dampak
pada kelompok LPI terlihat hanya pada berat lahir
(kurus) dan kurang terlihat pada panjang badan
lahir. Berbeda dengan bayi prematur, yang juga
termasuk BBLR tetapi dengan umur kehamilan <37
minggu, berat dan panjang badannya selain
tergantung pada status gizi ibu, juga pada umur
kehamilan.
Seperti juga stunting, prevalensi BBLR di
Indonesia masih cukup tinggi. Angka nasional
menunjukkan sebesar 14%, sedangkan hasil-hasil
peneliti lain di berbagai daerah menunjukkan nilai
lebih tinggi.(8) Hanya memfokuskan BBLR sebagai
hal yang patologik, menyebabkan penelitianpenelitian di Indonesia kurang mampu
menunjukkan prognosis dalam pertumbuhan linier
dan implikasi kesehatan. Stunting harus merupakan
perhatian, sebab hal ini dapat dicegah. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai peran status kelahiran
terhadap stunting pada bayi.
METODE
Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun 1995-1997
sebagai bagian dari sistem pengumpulan data
longitudinal yang disebut dengan Sample
Registration System (SRS) dan dilakukan Center
for Child Survival, Universitas Indonesia (CCSUI). Penelitian dilakukan di 22 desa Kecamatan
Sliyeg dan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu
dengan populasi yang menunjukkan fertilitas dan
morbiditas tinggi, pendidikan rendah serta
umumnya bekerja sebagai buruh kasar tani.
J Kedokter Trisakti
Desain dan sampel penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi
prospektif kohor, dan besar sampel ditetapkan dari
perhitungan Fliess,(9) dengan power sebesar 0,80
untuk studi longitudinal. Dari perhitungan itu didapat
jumlah sampel minimal untuk bayi kelompok normal
221, untuk kelompok prematur 50, kelompok IUGR
API 81 dan IUGR LPI 92. Kriteria inklusi adalah
bayi lahir di daerah penelitian antara April 1995Februari 1997, genap/tidak genap bulan (>= 37
minggu/ <37 minggu), kelahiran tunggal, ibu tidak
menderita diabetes atau pra diabetes, bayi tidak
menderita kelainan congenital, selama penelitian
bayi tetap tinggal di daerah penelitian dan tidak
menderita penyakit berat. Beberapa kriteria eksklusi
ditentukan untuk analisis data antropometri yaitu:
panjang badan untuk umur skor Z<-1,5 dan >+3, dan
berat badan untuk umur skor Z<-5 dan >+5, dengan
alasan sedikit sekali harapan bayi dapat hidup hingga
berakhirnya penelitian.
Pengumpulan data
Pada awalnya dilakukan registrasi ibu hamil
oleh 10 orang petugas lapangan yang mencatat usia
kehamilan dan perkiraan tanggal kelahiran dihitung
sejak hari pertama haid terakhir ibu menurut rumus
Naeggle. Petugas juga melakukan pengukuran berat
dan panjang badan bayi yang dilakukan saat lahir,
umur 3, 6, 9, dan 12 bulan pada hari tanggal lahir
(maksimal ditambah 3 hari sesudah tanggal lahir).
Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan
timbangan berat badan baby scale (Tanita) yang telah
dikalibrasi sebelum digunakan dengan ketelitian
sebesar 0,1 kg. Panjang badan diukur dalam keadaan
berbaring menggunakan alat ukur dari kayu yang
dianjurkan Badan kesehatan Sedunia dengan
ketelitian 0,1 cm. Setiap kunjungan pengukuran
selalu disertai dengan wawancara tentang air susu
ibu (ASI), makanan pendamping ASI (MPASI) dan
penyakit yang diderita bayi.
Kualitas data
Umur kehamilan (gestasi) sangat menentukan
apakah bayi lahir genap atau kurang bulan, maka
umur kehamilan dikonfirmasi dengan palpasi uterus
yang dilakukan oleh bidan dan dokter tim peneliti.
Timbangan bayi sebelum dipakai telah ditera oleh
Bidang Metrologi Departemen Perdagangan D.K.I.
Vol.23 No.3
dan setiap 10 kali penimbangan ditera ulang dengan
memakai anak timbangan yang telah distandarisasi.
Papan pengukur panjang badan diperiksa
kestabilannya setiap kali akan dipakai. Dan
dilakukan standarisasi antar dan intra pengukur
menurut WHO pada awal dan pertengahan
penelitian.(10)
Pengolahan data
Data dimasukkan dan dikelola dengan program
Fox Pro. Selanjutnya analisis dilakukan dengan
program EPI INFO dan SPSS versi 7.5. Indeks
Ponderal Rohrer (BB/PB x 100) dipakai untuk
mengelompokkan IUGR ke dalam kategori IUGR
API atau IUGR LPI dan memberikan evaluasi yang
baik tentang status gizi. Untuk menghitung cut off
point IUGR LPI dan IUGR API, dilakukan tahapan
berikut: (i) menghitung korelasi antara indeks
Ponderal Rohrer dan panjang badan pada umur-umur
tertentu, (ii) mengelompokkan bayi lahir IUGR
terhadap umur dengan korelasi yang tertinggi, dan
(iii) cut off point dari indeks Ponderal ditentukan
berdasarkan sensitivitas, spesifisitas dan nilai
prediksi yang tinggi. Dalam studi ini gagal tumbuh
(growth faltering) dihitung menurut Fronggillo.(11)
Growth faltering ini perlu diketahui oleh karena
berdampak terhadap pertumbuhan linier dengan
demikian juga berdampak pada kejadian stunting.
Seperti juga growth faltering maka catch up growth
mempunyai dampak terhadap pertumbuhan linier,
selanjutnya pada kejadian stunting. Catch up growth
diketahui melalui perbandingan pertumbuhan linier
kelompok BBLR dengan kelompok normal. Skor Z
dihitung dan cut off point untuk stunting ditentukan
pada skor -2Z.
Analisis data
Uji analysis of variance (Anova) dan Tuckey
digunakan untuk membandingkan pertumbuhan
antara kelompok normal (genap bulan dengan berat
lahir >= 2500 gram), prematur (bayi dengan umur
kehamilan < 37 minggu dengan berat lahir < 2500
gram), IUGR API (bayi genap bulan dengan berat
lahir < 2500 gram dengan indeks Ponderal yang
adekuat) dan IUGR LPI (bayi genap bulan dengan
beat lahir < 2500 gram dengan indeks Ponderal
rendah); analisis multivariat digunakan untuk
mengetahui faktor penentu pertumbuhan linier.
75
Kusharisupeni
Status kelahiran dan stunting pada bayi
Tabel 1. Rata-rata panjang badan (cm) bayi laki-laki menurut status kelahiran dan umur (bulan)
* IUGR LPI = intra uterine growth retardation - low Ponderal index
** IUGR API = intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index
HASIL
Kohor sebanyak 720 bayi diikuti sejak lahir
hingga umur 12 bulan. Berdasarkan berat lahir dan
lama kehamilan maka 516 (71,7%) termasuk status
kelahiran normal, 63 bayi (8,7%) prematur dan 141
(19,6%) IUGR. Dari masing-masing kelompok
berurutan 246 laki-laki dan 270 perempuan; 27
laki-laki dan 36 perempuan; 65 laki-laki dan 76
perempuan. Dua ratus empat (28,3%) bayi dalam
penelitian ini termasuk dalam BBLR, 63 (30,9%)
lahir prematur, 54 (26,5%) lahir IUGR LPI dan 87
(42,6%) lahir IUGR API.
Berat dan panjang lahir
Rata-rata berat lahir untuk status kelahiran
normal, prematur dan IUGR berurutan 3 kg, 2,1 kg
dan 2,2 kg. Dengan menggunakan indeks Ponderal
dari Rohrer diperoleh cut off point untuk kelompok
IUGR sebesar 2,45. Dengan demikian >= 2,45
termasuk kelompok IUGR LPI dan <2,45 kelompok
lahir IUGR API. Rata-rata berat lahir IUGR LPI
2,31 kg (n=54) dan IUGR API 2,1 kg (n=87).
Panjang lahir untuk kelompok normal terpanjang
untuk laki-laki besarnya 48,4 cm dan perempuan
sebesar 47,8 cm, diikuti oleh IUGR LPI (laki-laki
46,3 cm dan perempuan 45,4 cm); IUGR API (lakilaki 44,4 cm dan perempuan 43,9 cm) serta
prematur (laki-laki 43,9 cm dan perempuan 43,0
cm). Panjang badan bayi pada saat lahir, umur 3,
6, 9, dan 12 bulan baik untuk bayi laki-laki maupun
perempuan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Panjang badan terpanjang didapatkan pada
kelompok normal diikuti oleh IUGR LPI, IUGR
API dan prematur. Uji Anova dan Tuckey
menunjukkan perbedaan yang bermakna antara
panjang badan bayi laki-laki kelompok normal dan
prematur (p<0,05); kelompok normal dan IUGR
LPI (p<0,05) dan kelompok normal dan IUGR API
(p<0,05).
Tabel 2. Rata-rata panjang badan (cm) bayi perempuan menurut kelompok lahir dan umur (bulan)
* IUGR LPI = intra uterine growth retardation - low Ponderal index
** IUGR API = intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index
76
J Kedokter Trisakti
Vol.23 No.3
Tabel 3. Rata-rata penyimpangan pertumbuhan linier faltering (cm) berdasarkan status kelahiran dan
interval pengamatan umur (bulan)
* IUGR LPI = intra uterine growth retardation - low Ponderal index
** IUGR API = intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index
Untuk bayi perempuan, terdapat perbedaan
panjang badan yang bermakna antara kelompok
normal dan prematur (p<0,05), kelompok normal
dan IUGR API (p<0,05). Selain itu juga terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok IUGR
LPI dan IUGR API (p<0,05).
Sesudah umur 6 bulan jumlah bayi semakin
berkurang baik laki-laki maupun perempuan. Pada
umur 12 bulan, urutan di atas berbeda. Untuk bayi
laki-laki, kelompok normal (113 bayi) masih
mencapai panjang badan yang tertinggi, diikuti oleh
IUGR API (dengan jumlah sampel terkecil = 5
bayi), IUGR LPI (17 bayi) dan prematur (12 bayi).
Hal yang sama terjadi pada bayi perempuan,
kelompok lahir normal (94 bayi) mencapai panjang
badan yang tertinggi, diikuti oleh IUGR LPI (9
bayi), prematur (10 bayi) dan IUGR API.
Hasil uji Anova (uji Tuckey) menunjukkan
untuk bayi laki-laki terdapat perbedaan panjang
badan yang bermakna antara kelompok normal dan
prematur (p<0,05), kelompok normal dan IUGR
API (p=<0,05), dan antara kelompok normal dan
IUGR LPI (p<0,05). Untuk bayi perempuan
terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok normal dan prematur (p<0,05) dan antara
kelompok normal dan IUGR API (p<0,05).
Gagal tumbuh (growth faltering) dan pencapaian
berat badan normal (catch up growth)
Pada interval observasi pertama (umur 0-2
bulan), gagal tumbuh yang terbesar dialami oleh
kelompok IUGR API (-0,74 cm; dengan rata-rata
berat lahir 2,1 kg) dan yang terkecil pada kelompok
IUGR LPI (-0,55 cm dengan rata-rata berat lahir
2,31 kg). Pada interval observasi ke-2 (umur 2-4
bulan), faltering yang terbesar dialami oleh
kelompok prematur (-0,74 cm dengan berat lahir
2,1 kg) dan IUGR API (-0,74 cm) dan yang terkecil
dialami oleh kelompok normal (-0,69 cm dengan
rata-rata berat lahir 3 kg). Pada interval observasi
terakhir (umur 4-6 bulan) faltering yang terbesar
dialami oleh kelompok IUGR API (-0,96 cm) dan
yang terkecil kelompok normal (-0,67 cm). (Tabel
3)
Risiko relatif untuk faltering lebih besar pada
bayi-bayi yang telah mengalami falter sebelumnya
(Tabel 4). Risiko falter pada interval umur lebih
tua lebih besar apabila bayi pernah falter
sebelumnya. Jadi, falter merupakan prediktor untuk
terjadinya falter berikutnya. Risiko falter IUGRAPI dan prematur tidak dihitung karena sampel
terlalu kecil.
Tabel 4. Risiko relatif growth faltering pada interval umur 2-4 bulan* dan 4-6 bulan**
* pada interval umur 0–2 bulan bayi termasuk kelompok yang mengalami growth faltering
** pada interval umur 2–4 bulan bayi termasuk kelompok yang mengalami growth faltering
@ tidak dihitung karena sampel terlalu kecil
# intra uterine growth retardation - low Ponderal index
77
Kusharisupeni
Status kelahiran dan stunting pada bayi
Gambar 1. Pertumbuhan linier (cm) tiap-tiap kelompok lahir (laki-laki) umur 0-12 bulan dibanding
dengan rujukan pertumbuhan WHO/NCHS (P50)
Gambar 2. Pertumbuhan linier (cm) tiap-tiap kelompok lahir (perempuan) umur 0-12 bulan dibanding
dengan rujukan pertumbuhan WHO/NCHS (P50)
78
J Kedokter Trisakti
Vol.23 No.3
Tabel 5. Persentase bayi stunting laki-laki menurut status kelahiran dan umur (bulan)
* IUGR LPI = intra uterine growth retardation - low Ponderal index
** IUGR API = intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index
Catch up growth (kejar tumbuh)
Pada umur 12 bulan kelompok BBLR
(prematur, IUGR API dan IUGR LPI) tidak
mencapai panjang badan yang dicapai oleh
kelompok normal, meskipun kelompok normal
sendiri tidak bertumbuh optimal. Dengan demikian
catch up growth pada kelompok BBLR tidak
memadai. (Gambar 1 dan Gambar 2)
Stunting
Jumlah bayi pendek (stunting) laki-laki
terbanyak pada saat lahir ada pada kelompok IUGR
API (91,9%), pada umur 3 bulan dan 6 bulan
kelompok prematur (30,4% dan 51,2% berurutan)
dan pada umur 12 bulan ada pada IUGR LPI
(70,6%), diikuti oleh IUGR API (60%), prematur
(53,8%) dan kelompok normal (14,2%). (Tabel 5)
Hasil analisis regresi ganda menerangkan bahwa
prediktor terbesar untuk stunting pada umur 6
sampai 12 bulan adalah kelompok IUGR, dan
terkecil kelompok normal.
PEMBAHASAN
Penelitian ini mendukung pernyataan bahwa
ukuran tubuh pada saat lahir mampu memprediksi
pertumbuhan janin. Berat lahir kelompok normal,
baik perempuan maupun laki-laki, 3,1 kg berada
pada persentil ke-30 standar WHO/NCHS, berarti
berat lahir kelompok normal masih termasuk dalam
batas-batas normal. Panjang lahir kelompok normal
baik bayi perempuan maupun laki-laki berada pada
persentil ke-20 standar WHO. Temuan lain dari
penelitian ini adalah rata-rata panjang badan
kelompok prematur berada di persentil ke-10 atau
kurang dari hasil temuan Alisyahbana.(12)
Artinya, panjang badan yang jauh di bawah
rata-rata prematur pada umumnya, disebabkan
karena sudah mengalami retardasi pertumbuhan saat
dalam kandungan. Seperti di negara-negara
berkembang lain, pada kelompok BBLR, proporsi
IUGR lebih besar dibandingkan prematur, dan pada
dari kelompok IUGR, jumlah IUGR API lebih besar
daripada IUGR LPI. Lebih besarnya proporsi IUGR
daripada prematur, mendukung kenyataan bahwa
IUGR berkontribusi terhadap siklus intergenerasi
yang disebabkan oleh kemiskinan, penyakit dan
defisiensi nutrient. Artinya ibu dengan gizi kurang
sejak trimester awal sampai akhir kehamilan akan
melahirkan BBLR, yang nantinya akan menjadi
stunting. Pada umur 6 bulan, terdapat perbedaan
panjang badan yang bermakna antara kelompok
IUGR dan prematur, serta kelompok IUGR LPI dan
IUGR API.
Hal di atas menjelaskan bahwa terdapat 2 pola
retardasi pertumbuhan intra uterin yang berbeda
pada bayi umur kehamilan genap bulan (IUGR).
Lambatnya pertumbuhan kelompok prematur
disebabkan karena adanya retardasi pertumbuhan
linier selain singkatnya umur kehamilan. Growth
faltering pada setiap kelompok status kelahiran
terjadi pada umur dini (umur 2 bulan). Oleh karena
lingkungan yang relatif sama, diasumsikan bahwa
pola dan kualitas makanan yang dikonsumsi juga
sama. Karenanya, tidak cukupnya asupan nutrien
untuk bayi normal menyebabkan bertambahnya
jumlah bayi dengan growth faltering. Hasil ini tidak
berbeda dengan studi di Meksiko yang
menunjukkan bahwa growth faltering pada usia 6
bulan dipengaruhi oleh infeksi dan asupan
nutrien.(13)
79
Kusharisupeni
Rendahnya pola asupan makanan, ditambah
dengan keterpaparan terhadap infeksi, maka dampak
pada kelompok normal paling berat. Derajat growth
faltering pada kelompok IUGR API lebih besar
daripada kelompok IUGR LPI. Bayi dengan growth
faltering pada umur dini menunjukkan risiko untuk
mengalami growth faltering pada periode umur
berikutnya. Dengan demikian growth faltering
merupakan prediktor untuk faltering berikutnya.
Stunting, yang dibentuk oleh growth faltering
dan catch up growth yang tidak memadai
merupakan suatu keadaan yang patologis; stunting
mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai
pertumbuhan optimal yang disebabkan oleh status
kesehatan dan atau status gizi yang suboptimal.
Jumlah bayi stunting tinggi saat lahir, menurun pada
umur 4-6 bulan, dan meningkat sesudahnya hingga
umur 12 bulan. Semua kelompok lahir berkontribusi
terhadap stunting hingga umur 12 bulan dengan
kontribusi terbesar dari kelompok IUGR dan
terkecil dari kelompok normal. Studi ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan di Filipina, risiko
terjadinya stunting pada bayi dipengaruhi oleh
status kelahirannya terutama panjang dan berat
badan saat dilahirkan.(14)
Status kelahiran dan stunting pada bayi
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KESIMPULAN DAN SARAN
9.
Growth faltering telah dimulai sejak umur dini
(2 bulan) tetapi tidak diikuti oleh catch up growth
yang memadai. Semua kelompok lahir
berkontribusi terhadap stunting dengan kontribusi
terbesar dari kelompok lahir IUGR dan terkecil dari
kelompok lahir normal. Kelompok lahir normal
(kelompok dengan berat lahir >= 2500 gram)
merupakan prediktor terbaik untuk panjang badan
baik pada umur 6 bulan maupun umur 12 bulan.
10.
11.
12.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyandang dana untuk studi ini adalah
USAID melalui Center for Child Survival
Universitas Indonesia. Terima kasih kami
sampaikan juga kepada pewawancara/pengukur dan
supervisor lapangan; kepada pak Yusron dan pak
Eddy untuk manajemen data.
80
13.
14.
ACC/SCN. Fourth report on the world nutrition
situation: nutrition throughout the life cycle.
Geneva, ACC/SCN in collaboration with IFPRI;
2000.
Waterlow JC, Schurch B. Causes and mechanism
of linear growth retardation. Eur J Clin Nutr 1994;
48: S1-S216.
Droomers M, Gross R, Schultink W, Sastroamidjojo
S. High socioeconomic class preschool children
from Jakarta, Indonesia are taller and heavier than
NCHS reference population. Eur J Clin Nutr 1995;
49: 740-4.
Skuse D, Reily S, Wolke D. Psychosocial adversity
and growth during infancy. Eur J Clin. Nutr 1994;
48: S113-30.
Johnston LB, Clark AJL, Savage OM. Genetics
factors contributing to birth weight. Arch Dis Child
2002; 86: 108-12.
Villar J. Postnatal growth of intrauterine growth
retarded infant. Pediatrics 1986; 6: 265-71.
Child Health Research Project. Special report:
reducing perinatal and neonatal mortality.
Baltimore: Child Health Research Project; 1999.
Unicef. Challenges for a new generation, the
situation of children and woman in Indonesia,
Geneva: Unicef; 2000.
Fleis JL. Statistical methods for rates and
proportion. 2nd ed. New York: John Wiley and Sons;
1981.
WHO Expert Committee: Physical status: the use
and interpretation of anthropometry. WHO
Technical Report Series 854. Geneva: WHO; 1995.
Fronggillo EA. Determining growth faltering with
a tracking score. Am J Human Biology 1994; 2:
491-501.
Alisyahbana A, Suroto AE. Perinatal mortality and
morbidity in rural West Java, Part II: The result of
a longitudinal survey on pregnant woman.
Pediatrica Indonesiana 1994; 50: 179-90.
Villalpando S, Lopez-Alarcon M. Growth faltering
is prevented by breast-feeding in underprivilaged
infants from Mexico city. J Nutr 2000; 130: 54652.
Ricci JA, Becker JA. Risk factors for wasting and
stunting among children in Metro Cebu,
Philippines. Am J Clin Nutr 1996; 63: 966-77.
Download