MODUL PERKULIAHAN PUBLIC SPEAKING Modul ini membahas tentang seni berbicara di depan umum (public speaking) dan kompetensi seorang public speaker. Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh MK42025 Ety Sujanti, M.Ikom Abstract Kompetensi Public Speaking merupakah suatu ketrampilan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang, khususnya yang bekarya pada profesi PR Diharapkan dengan adanya modul ini mahasiswa memahami dan bisa menerapkan ketrampilan public speaking dalam menjalankan profesinya. Kompetensi Komunikasi Bagi Pembicara 1. Elemen-Elemen dalam Speech Communication Komunikasi yang dilakukan dengan berbicara sebagai alat utamanya disebut speech communication. Elemen-elemen dalam speech communication adalah sebagai berikut (Gregory, 2004): Pembicara (Communicator) Dalam proses komunikasi selalu terjadi penyampaian pesan dari seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Baik ketika berbicara pada 50 atau 500 pendengar, pembicara menjadi kunci utama kesuksesan public speaking. Persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh seorang pembicara adalah menyampaikan pesan yang dapat dimengerti oleh pendengarnya. Ini berarti seorang pembicara harus dapat membuat audiens melibatkan pemikiran dan perasaan mereka. Pendengar (Audience) Pendengar adalah penerima pesan yang dikirimkan oleh pembicara. Walaupun seorang pembicara dapat berbicara dengan lancar dan dinamis, namun ukuran kesuksesan sebuah public speech adalah bila pendengar menerima dan memaknai isi pesan yang disampaikan dengan tepat. Kegagalan sebuah proses komunikasi dapat disebabkan oleh pembicara maupun oleh pendengar. Meskipun pembicara adalah elemen utama, namun pendengar juga memainkan peranan penting. Pendengar yang baik adalah yang dapat mendengarkan pesan yang disampaikan dengan pikiran terbuka, menahan diri untuk menilai seorang pembicara tanpa mendengarkan dengan seksama. Pesan (Message) Pesan adalah isi yang dikomunikasikan pembicara kepada pendengar terdiri dari pesan verbal dan non-verbal. Bahasa adalah pesan verbal sementara pesan non verbal terdiri dari nada suara, kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, postur tubuh, dan penampilan. Secara ideal, baik pesan verbal maupun non verbal harus saling melengkapi dan bekerja bersama secara seimbang. Bila tidak, maka pendengar akan menerima pesan yang tidak jelas (mixed message), dalam arti pendengar akan memilih apakah akan menerima pesan verbal atau non-verbal. Untuk mengatasi hal ini, pembicara harus memastikan bahwa isyarat non-verbal yang disampaikannya mendukung pesan verbal yang diucapkannya. ‘14 2 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Media (Medium) Media adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Sebuah pidato dapat disampaikan pada pendengar dengan berbagai cara; contohnya melalui suara, radio, televisi, pidato di depan publik (public address), dan multimedia. Dalam berbicara di kelas, misalnya, medium utama yang digunakan adalah suara, dan mediavisual seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan alat bantu visual. Untuk berbicara di depan rekan-rekan kerja, medium yang digunakan dapat berbentuk public address. Media ini akan efektif bila didukung oleh format ruangan dan akustik yang baik. Umpan balik (Feedback) Umpan balik adalah respon yang diberikan oleh pendengar kepada pembicara. Umpan balik dapat berbentuk verbal maupun non verbal. Umpan balik verbal biasanya disampaikan dalam bentuk pertanyaan atau komentar seorang (atau lebih) audiens. Pada umumnya, audiens akan menahan diri untuk memberikan umpan balik sampai pembicara telah selesai menyampaikan materinya atau hingga sesi pertanyaan dimulai. Audiens juga dapat memberikan umpan balik secara non-verbal. Bila pendengar mengangguk dan tersenyum, itu berarti mereka setuju dengan pesan yang disampaikan pembicara. Bila pendengar cemberut atau duduk dengan tangan terlipat, biasanya pendengar tidak setuju dengan apa yang dikatakan pembicara. Bila pendengar memandang dengan ekspresi kosong atau menguap, itu sebenarnya isyarat bahwa mereka bosan atau lelah. Seorang penulis dari Inggris, G.K. Chesterton, mengatakan “menguap adalah sebuah teriakan tanpa suara”. Bila umpan balik negatif yang diterima seorang pembicara, pembicara yang baik harus “membantu” pendengarnya dengan cara mengubah pesan atau mengubah cara menyampaikan pesan untuk membuat isi materi menjadi lebih jelas. Ada kalanya ketika perilaku audiens sulit untuk dimengerti. Contohnya, bila ada anggota audiens yang menguap, belum tentu berarti isi pembicaraan yang membosankan, namun mungkin juga karena ruangan terlalu penuh atau karena ia ngantuk karena kurang tidur. Gangguan (Noise) Gangguan adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mencegah penyampaian pesan yang akurat dalam sebuah komunikasi. Ada tiga jenis gangguan: Gangguan eksternal adalah gangguan yang muncul dari luar diri pendengar; contohnya seorang bayi menangis, suara kendaraan dari luar ruangan, AC yang terlalu dingin, atau kondisi ruangan yang tidak nyaman. Kondisi yang tidak nyaman akan membuat pendengar tidak dapat berkonsentrasi. Gangguan internal adalah gangguan yang berasal dari diri pendengar sendiri. Ini dapat berupa beban pribadi, pendengar yang berkhayal, kelelahan. Seorang pembicara dapat mengatasi gangguan internal ini dengan membuat pidato atau presentasi semenarik dan seaktif mungkin sehingga audiens terdorong untuk memperhatikan. Gangguan dari dalam diri pembicara dapat terjadi ketika pembicara menggunakan perkataan yang tidak familiar ‘14 3 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagi pendengarnya atau bila isi pesan yang disampaikan tidak dimaknai oleh audiens seperti apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Ini dapat terjadi sampai pada titik di mana bila pembicara menggunakan pakaian yang terlalu mengganggu, pendengar akan cenderung memperhatikan pakaiannya, bukan isi pembicaraan yang disampaikan. Terkadang, pendengar akan berusaha untuk mengatasi gangguan dengan sendirinya. Tetapi pendengar juga tidak akan berusaha untuk mengatasi gangguan. Bila ini terjadi maka komunikasi tidak berjalan dengan lancar. Seorang pembicara harus awas terhadap pertanda-pertanda gangguan dan melakukan usaha untuk menangani gangguan tersebut. Situasi (Setting) Situasi adalah konteks, yaitu waktu dan tempat di mana komunikasi terjadi. Situasi yang berbeda memerlukan cara berkomunikasi yang berbeda, baik dari pembicara maupun dari pendengar. Waktu merupakan hal yang penting dalam menentukan bagaimana respon audiens. Banyak pendengar menjadi lebih sulit untuk dipersuasi pada waktu-waktu di mana mereka cenderung ngantuk dan lelah (antara pukul 15:00 sampai 17:00). Pada jam-jam tersebut, presentasi harus dilakukan sehidup mungkin. Ketika seorang pembicara mempersiapkan diri, ia harus mencari tahu sebanyak mungkin tentang situasi yang akan dihadapi 2. Kompetensi Public Speaking Bisa diasumsikan bahwa ketika anda membaca modul ini, anda berharap bahwa kemampuan berbicara anda dapat meningkat. Ayn Rand menyinggung dalam kutipan nya, keinginan untuk berhasil adalah langkah ertama dalam mencapai tujuan ini. Namun demikian, anda tidak dapat mencapai target kecuali anda tahu apa itu. Dengan demikian, bagian dari modul ini dikhususkan untuk menggambarkan sebelas kompetensi berbicara yang kita anggap sebagai standar untuk mengevaluasi berbagai presentasi di setiap tingkat penguasaan. Ini didasarkan pada Public Speaking Competence Rubric [PSCR] (Schreiber, Paul & Shibley, 2012). 1. Topik yang berguna (Useful Topic) Kompetensi pertama berbicara adalah untuk memilih topik yang sesuai dengan penonton dan acara atau kegaiatan. Seorang pembicara yang handal memilih sebuah topik penting yang melibatkan penonton. Topiknya juga menyajikan penonton dengan informasi baru yang mereka tidak tahu sebelum pidato dilakukan. Seorang pembicara pemula akan memilih sebuah topik yang tidak memiliki orisinalitas atau ketinggalan zaman. Topiknya tidak ‘14 4 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memberikan informasi baru kepada penonton. Seorang pembicara yang tidak efektif dapat memberikan pidato di mana topiknya tidak dapat disimpulkan oleh penonton . 2. Pendahuluan yang menarik (Engaging Introduction) Untuk merumuskan pendahuluan yang mengorientasikan penonton dengan topik dan pembicara adalah kompetensi berbicara yang kedua. Seorang pembicara yang handal menulis pengantar yang berisi penarik perhatian yang sangat baik . Dia tegas menetapkan kredibilitasnya. Dia memberikan orientasi suara ke topik, menyatakan maksud pidatonya dengan jelas, dan meninjau poin-poinnya dengan cara yang meyakinkan dan mengesankan. Untuk pembicara pemula, penarik perhatiannya adalah biasa dan dia belum bisa mengembangkan kredibilitasnya. Maksud pidatonya dibuat seacara canggung terdiri dan dia memberikan sedikit arahan untuk para penonton. Pembicara yang tidak efektif tidak memiliki teknik pembukaan, tidak ada pernyataan kredibilitas dan tidak memberikan latar belakang pada topik. Selain itu dia tidak memiliki pernyataan maksud pidatonya dan tidak ada tinjauan pada poin-poinnya. 3. Pengorganisasian yang jelas (Clear organization) Kompetensi tiga adalah dengan menggunakan pola organisasi yang efektif. Seorang pembiacara yang handal akan sangat terorganisasi dengan baik dan menyampaikan pidato dengan poin-poin utama yang jelas. Poin-poinnya terbuka dan langsung berhubungan dengan maksudnya. Selanjutnya, ia memperlihatkan transisi dan tanda-tanda yang efektif untuk membantu pidato mengalir dengan baik. Pembicara pemula memiliki poin utama yang kurang terorganisir, bahkan isi dari poin-poin ini mungkin tumpang tindih. Transisi juga dapat hadir dalam pidatonya, tetapi tidak terlalu efektif. Dalam pidato pembicara yang tidak efektif itu, tidak ada pola organisasi yang jelas, tidak ada transisi, dan kedengarannya seolah-olah informasi disajikan secara acak. 4. Ide yang terdukung dengan baik (Well-supported ideas) Kompetensi berbicara yang keempat adalah untuk menemukan, mensintesis, dan menggunakan bahan pendukung menarik. Pada pidato seorang pembicara yang handal, poin kuncinya juga didukung dengan berbagai materi yang kredibel, dan sumber-sumber nya memberikan dukungan yang sangat baik untuk menjelaskan maksudnya. Sebagai tambahan, semua rujukan-rujukannya dikutip dengan jelas. Seorang pembicara pemula memiliki poin yang umumnya didukung dengan materi-materi yang bercampur aduk. Hanya beberapa bukti nya mendukung maksdunya, dan kutipan sumber nya perlu diperjelas. Seorang pembicara yang tidak efektif memberikan pidato tanpa bahan pendukung atau tidak ada sumber kutipan . ‘14 5 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Kesimpulan pada penutupan (Closure in conclusion) Kompetensi berbicara yang kelima adalah untuk mengembangkan sebuah kesimpulan yang memperkuat maksud dan memberikan penutupan yang psikologis. Pembicara yang handal memberikan ringkasan yang jelas dan mengesankan dari poin-poin yang disampaikan, dan dan dia merujuk kembali pada maksudnya atau gambaran besarnya. Pidatonya juga diakhiri dengan ketentuan yang kuat atau ajakan untuk bertindak. Pembicara pemula memberikan beberapa kesimpulan pada tujuan-tujuannya, tapi tidak ada rujukan yang jelas pada maksudnya.teknik penutupan pidatonya juga dapat diperkuat. Pada pidato pembicara yang tidak efektif ini, tidak ada kesimpulan. Pidatonya berakhir tiba-tiba dan tanpa penutupan. 6. Bahasa yang jelas dan tajam (clear and vivid language) Untuk menunjukkan pilihan kata-kata secara hati-hati adalah kompetensi berbahasa keenam. Bahasa pembicara yang handal adalah sangat jelas, imajinatif dan tajam. Bahasanya juga benar-benar bebas dari bias, kesalahan tata bahasa dan penggunaan yang tidak pantas. Pembicara pemula memilih bahasa yang memadai untuk mengemukakan maksudnya. Dia memiliki beberapa kesalahan dalam tata bahasa dan kadang-kadang menggunakan bahasa gaul, jargon atau struktur kalimat aneh. Pembicara yang tidak efektif memiliki banyak kesalahan dalam tata bahasa dan sintax. Dia juga salah menyebutkan kata-kata dan ekstensif menggunakan istilah gaul, jargon, dan / atau seksist atau rasis . 7. Ekspresi vokal yang sesuai (suitable vocal expression) Kompetensi nomor tujuh adalah menggunakan ekspresi vokal dan paralanguage secara efektif untuk melibatkan penonton. Baik menggunakan variasi vokal, intensitas dan keleluasaan bergerak adalah karakteristik dari pembicara handal. Ekspresi vokalnya juga alami dan antusias, dan ia menghindari bunyi " um , " " eh , " " seperti, " dll . Bagi pembicara pemula, beberapa variasi vokal jelas. Dia juga menjelaskan pidato dengan jelas, berbicara enak didengar, dan umumnya menghindari bunyi " um , " " eh , " " seperti, " dll. Seorang pembicara yang tidak efektif suaranya tak terdengar, menjelaskan dengan buruk, dan berbicara dengan suara monoton. Pidatonya juga kurang leluasa, dan ia mengalihkan perhatian pendengar dengan bunyi " um , " " eh , " " seperti, " dll. 8. Nonverbal yang sesuai (corresponding nonverbals) Kedelapan pada daftar kompetensi adalah menunjukkan perilaku nonverbal yang mendukung pesan verbal. Pembicara handal memiliki postur, gerak tubuh, ekspresi wajah ‘14 6 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan kontak mata yang alami, berkembang dengan baik, dan menampilkan ketenangan dan kepercayaan diri tingkat tinggi. Beberapa ketergantungan pada catatan terlihat dengan pembicara pemula, tapi dia memiliki kontak mata yang memadai. Dia juga umumnya menghindari tindakan yang mengganggu. Pembicara yang tidak efektif biasanya melihat ke bawah dan menghindari kontak mata. Dia memiliki gerakan yang gugup dan perilaku nonverbal lain yang mengalihkan perhatian dari atau bertentangan dengan pesan . 9. Beradaptasi ke penonton (adapted to the audience) Kompetensi berbicara kesembilan adalah berhasil beradaptasi presentasi kepada penonton. Pembicara handal menunjukkan bagaimana informasi penting untuk penonton, dan pidatonya disesuaikan dengan keyakinan, nilai-nilai dan sikap mereka. Dia juga dapat membuat kiasan untuk pengalaman budaya bersama. Seorang pembicara pemula mengasumsikan tetapi tidak mengartikulasikan pentingnya topik. Presentasinya sangat minim beradaptasi dengan penonton, dan beberapa ide yang disajikan dalam pidato dikeluarkan dari kerangka referensi atau pengalaman penonton. Pidato pembicara yang tidak efektif adalah bertentangan dengan keyakinan, nilai dan sikap penonton. Pesannya mungkin cepat atau tertutup dan tidak ada upaya dilakukan untuk membangun landasan bersama. 10. Mahir menggunakan alat bantu visual (adept use of visual aids) Untuk terampil menggunakan alat bantu visual merupakan kompetensi kesepuluh. Penjelasan yang luar biasa dan presentasi dari alat bantu visual adalah karakteristik dari pembicara handal. Pidatonya memiliki visual yang memberikan wawasan kuat ke dalam topik pembicaraan, dan visual nya berkualitas profesional tinggi. Alat bantu visual pembicara pemula pada umumnya dikembangkan dengan baik dan menjelaskan, meskipun mungkin ada kesalahan kecil hadir dalam visual. Seorang pembicara yang tidak efektif menggunakan alat bantu visual yang dapat mengalihkan perhatian dari pidatonya. Visual nya mungkin tidak relevan, atau visual nya mungkin kualitas profesionalnya buruk. 11. Persuasi yang meyakinkan (convincing persuasion) Kompetensi berbicara kesebelas dan terakhir adalah untuk membangun sebuah pesan persuasif mujarab dengan bukti kredibel dan akal sehat. Seorang pembicara handal mengartikulasikan masalah dan solusi dengan jelas, cara menarik. Dia mendukung isi pidatonya dengan bukti kuat dan kredibel, dan benar-benar menghindari kesalahankesalahan penalaran. Pidatonya juga berisi panggilan mengesankan untuk bertindak. Dalam pidato pembicara pemulai, masalah dan solusi adalah bukti, dan sebagian besar pidatonya ‘14 7 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id didukung dengan bukti. Dia juga memiliki penalaran yang masuk akal dan panggilan untuk bertindak. Untukpembicara tidak efektif, masalah dan / atau solusi tidak terdefinisikan. pidatonya tidak didukung dengan bukti, berisi penalaran yang buruk, dan tidak ada panggilan untuk bertindak . Pembaca harus mencatat bahwa kompetensi yang tercantum di atas tidak termasuk semua. Pada akhirnya kita harus menyesuaikan, memperluas, dan menerapkan kompetensi ini sebagai yang terbaik sesuai dengan persyaratan dari situasi berbicara. Tapi mereka memberikan titik awal untuk pembicara baru atau yang kurang berpengalaman untuk mulai memahami semua komponen pidato yang saling terkait. ‘14 8 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College. 2. Helena Olli, Public speaking , PT Indeks, Jakarta, 2007 3. Susanto, Astrid (1975), Pendapat Umum, Bandung, Binacipta 4. Rakhmat, Jalaluddin (2000, cetakan ke 6) Retorika Modern,Pendekatan Praktis. Bandung, Remaja Rosdakarya. 5. Prochnow, Herbert V (1987), Penuntun menuju sukses dam berpidato, Bandung, CV Pionir 6. www.publicspeakingproject.org ‘14 9 Public Speaking Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id