prosiding seminar nasional kebidanan dan call for - E

advertisement
PENTINGNYA KELAS IBU HAMIL TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF
1
Shalva Ismi Destriana , Ari Indra Susanti 2, Dini Saraswati Handayani 3
1
Program Diploma Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
email : [email protected]
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran
email : [email protected]
3
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran
email : [email protected]
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi. Namun
baru 33,7% saja bayi di Jawa Barat yang mendapatkan ASI secara eksklusif.
Tenaga kesehatan terutama bidan adalah salah satu pihak yang paling berpengaruh
dalam meningkatkan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu
upaya pemberian informasi dan motivasi ini dapat dilakukan sejak masa kehamilan
melalui pelaksanaan kelas ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Kehadiran Ibu pada Kelas Ibu Hamil dengan Pemberian ASI Eksklusif.
Jenis penelitian ini analitik korelasi dengan pendekatan terhadap subjek penelitian
adalah cross sectional. Teknik pengambilan data menggunakan total sampling
dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari daftar hadir kelas ibu hamil
tahun selama 2014-2015 dan kohort bayi tahun 2015-2016, dengan jumlah sampel
132 ibu yang memiliki anak usia 6-12 bulan yang tercatat dalam kohort bayi yang
diambil pada tanggal bulan Agustus 2016, analisis data menggunakan uji korelasi
chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kehadiran ibu
pada kelas ibu hamil dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai p sebesar =
0,000 dan p< 0,05.
Kata Kunci: ASI Eksklusif, Kelas Ibu Hamil
| 103
PENDAHULUAN
Program pembangunan kesehatan
di Indonesia masih diprioritaskan pada
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu
dan anak, terutama pada kelompok yang
rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin
dan bayi. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah dalam peningkatan derajat
kesehatan ibu dan anak ini adalah dengan
meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan
kesehatan
dengan
cara
memastikan intervensi pelayanan kesehatan
yang tepat, sehingga akan berdampak
langsung pada peningkatan kualitas
kesehatan ibu dan anak. Penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu intervensi
pelayanan kesehatan yang memiliki peran
penting dalam peningkatan kesehatan ibu
dan anak. (Kemenkes RI, 2011; Depkes RI,
2012)
Kegiatan
penyuluhan
yang
dilakukan secara kasus perkasus dalam
kunjungan pemeriksaan kehamilan atau
kegiatan posyandu dinilai terbatas hanya
pada masalah kesehatan yang dialami saat
konsultasi. Penyuluhan yang diberikan pada
pemeriksaan kehamilan biasanya tidak
terkoordinir sehingga ilmu yang diberikan
kepada ibu hanyalah pengetahuan yang
dimiliki oleh petugas saja karena tidak ada
rencana kerja sehingga tidak ada
pemantauan atau pembinaan secara lintas
sektor dan lintas program, dan pelaksanaan
penyuluhan pun tidak terjadwal dan tidak
berkesinambungan.
Untuk
mengatasi
masalah-masalah tersebut, pemerintah
membuat sebua kebijakan yaitu dengan
membentuk program kelas ibu hamil. Kelas
ibu hamil merupakan salah satu sarana
untuk belajar bersama tentang kesehatan
ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam
104 |
kelompok. Salah satu tujuan dari kelas ibu
hamil
ini
adalah
meningkatkan
pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil
tentang perawatan masa nifas dan
perawatan bayi baru lahir yang di dalam
pembahasannya mencakup materi tentang
menyusui dan ASI eksklusif. (Kemenkes
RI, 2011)
Menurut
World
Health
Organisation (2015), menyusui adalah
suatu cara yang tidak dapat tertandingi oleh
apapun dalam penyediaan makanan ideal
untuk pertumbuhan dan perkembangan
seorang bayi yang juga merupakan bagian
yang berkesinambungan dengan proses
reproduksi dan memiliki hubungan dengan
kesehatan ibu. Menyusui bayi selama 6
bulan atau yang disebut sebagai ASI
eksklusif adalah cara yang paling baik
dalam pemberian makan pada bayi.
Pemberian ASI eksklusif bermanfaat untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan,
dan kesehatan yang optimal. Setelah itu
bayi harus diberikan makanan pendamping
(MP-ASI) dengan tetap diberikan ASI
hingga usia 2 tahun atau lebih.
Tenaga kesehatan dinilai memiliki
peran
penting
dalam
mendukung
kesuksesan pemberian ASI eksklusif.
Pemerintah
Indonesia
menggerakkan
seluruh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang diatur dan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif. Dalam peraturan tersebut
dinyatakan bahwa rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan yang dinyatakan
sebagai sayang bayi harus melaksanakan
sepuluh langkah menuju keberhasilan
menyusu, salah satunya adalah menyiapkan
ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI
dan langkah keberhasilan menyusui. Hal ini
perlu diperhatikan oleh seluruh tenaga
kesehatan terutama tenaga kesehatan yang
bekerja di fasilitas kesehatan primer seperti
bidan desa dan puskesmas sebagai tenaga
kesehatan yang paling dekat dengan ibu
hamil.
Dalam Riskesdas (2013) tercatat
bahwa persentase cakupan pemberian ASI
eksklusif di Indonesia hanya mencapai
30,2% saja. Dan persentase pemberian ASI
eksklusif ini sama rendahnya dengan
wilayah Jawa Barat hanya 33,7% dari
579.593 bayi usia 0-6 bulan, yang berarti
sekitar 384.270 bayi tidak mendapatkan
ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten Sumedang menurut
BAPPEDA Sumedang (2013) sudah cukup
baik yaitu mencapai 75,6%, dan khususnya
di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Sumedang, persentase jumlah bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif mencapai
90,2%.
Bidan sebagai ujung tombak
pembangunan
kesehatan
yang
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
memiliki
peran
penting
dalam
meningkatkan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi. Bidan berperan sebagai
fasilitator bagi ibu-ibu hamil untuk
mendapatkan informasi mengenai manfaat
menyusui dan penatalaksanaannya, serta
memberikan motivasi kepada seluruh ibu
hamil tentang pemberian ASI eksklusif
sejak masa kehamilan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan pada masa kehamilan
adalah memberikan materi dan motivasi
pemberian
ASI
eksklusif
dalam
penyelenggaraan kelas ibu hamil.
Menurut hasil penilaian yang
dilakukan Dinas Kesehatan provinsi Nusa
Tenggara Barat dalam panduan Kelas Ibu
Hamil Depkes RI (2008), pada bulan
Januari-Februari 2007, kelas ibu hamil
sangat bermanfaat bagi ibu-ibu untuk
menambah pengetahuan ibu tentang
kehamilan, melahirkan dan merawat bayi.
Belum banyak dilakukan penelitian
mengenai peran kelas ibu hamil dalam
pemanfaatannya
meningkatkan
pengetahuan ibu hamil
mengenai
kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi
baru lahir. Beberapa penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya seperti oleh Romlah
(2009) menunjukkan bahwa pada kelompok
ibu-ibu yang mengikuti kelas ibu hamil
memiliki peluang 16,9 kali lebih besar
untuk berperilaku positif dibandingkan
dengan kelompok ibu-ibu yang tidak
mengikuti kelas ibu hamil. Kemudian pada
penelitian lain yang dilakukan oleh
Widayati (2011) mengenai faktor yang
berhubungan dengan kunjungan kelas ibu
hamil menunjukkan bahwa pengetahuan
ibu dan sikap ibu berhubungan erat dengan
perilaku ibu dalam melakukan kunjungan
ke kelas ibu hamil.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari Puskesmas Tanjungsari, di wilayah
kerja Puskesmas Tanjungsari sendiri, kelas
ibu hamil dilaksanakan secara kontinyu
sebanyak 3 bulan sekali. Namun, di
beberapa desa jumlah peserta kelas ibu
hamil seringkali tidak menentu dengan
alasan ibu hamil bekerja sehingga kelas ibu
hamil tidak diikuti oleh seluruh ibu hamil.
Padahal, kelas ibu hamil ini merupakan
salah satu media dimana ibu hamil dapat
memperoleh informasi mengenai ASI
eksklusif yang dapat diaplikasikan oleh ibu
| 105
setelah melahirkan untuk pemberian ASI
eksklusif. Dengan melihat permasalahan
tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ―Hubungan Antara
Kehadiran Ibu pada Kelas Ibu Hamil
dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsari‖.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan adalah
metode analitik dengan pendekatan cross
sectional.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dan
tercatat dalam kohort bayi tahun 2015-2016
di 3 desa wilayah kerja Puskesmas
Tanjungsari meliputi Desa Tanjungsari,
Desa Gudang, dan Desa Jatisari dengan
jumlah populasi 389 orang. Penelitian ini
tidak dilakukan pengambilan sampel karena
pengamatan dilakukan pada seluruh subjek
studi penelitian sesuai kriteria inklusi yaitu
ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan
yang tercatat pada kohort bayi tahun 20152016.
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel
dependen
dalam
penelitian ini adalah pemberian ASI
eksklusif, dan variabel independen dalam
penelitian ini adalah jumlah kehadiran ibu
pada kelas ibu hamil. Pemberian ASI
eksklusif dalam penelitian didefinisikan
sebagai memberikan ASI sampai bayi
berusia 6 bulan tanpa tambahan minuman
atau makanan apapun yang tercatat dalam
kohort bayi tahun 2015-2016, yang
dikategorikan dengan ―Eksklusif‖ dan
―Tidak Eksklusif. Jumlah kehadiran ibu
pada kelas ibu hamil adalah jumlah
106 |
kehadiran ibu pada bentuk penyuluhan
kesehatan dengan membentuk kelompok
belajar ibu-ibu dengan umur kehamilan 436 minggu yang rutin dilaksanakan
sebanyak 3 bulan sekali di setiap desa
wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari, yang
didapatkan dari daftar kehadiran kelas ibu
hamil
tahun
2014-2015,
kemudian
dikategorikan dengan tidak pernah (0 kali
pertemuan), 1 kali pertemuan, 2 kali
pertemuan, dan 3 kali pertemuan sesuai
jumlah kunjungan ibu pada kelas ibu hamil
selama kehamilannya.
Instrumen Penelitian
Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder
yang didapatkan dari kohort bayi tahun
2015-2016 yang dimiliki bidan desa di
wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari
meliputi Desa Tanjungsari, Desa Gudang,
dan Desa Jatisari untuk melihat status
pemberian ASI (E1-E6) yang tercatat pada
kolom 14-37 dan daftar kehadiran kelas ibu
hamil tahun 2014-2015 untuk mengetahui
jumlah kehadiran ibu yang memiliki bayi
usia 6-12 bulan pada kelas ibu hamil, yang
diambil pada tanggal 8-9 Agustus 2016.
Prosedur Pengumpulan dan Analisis
Data
Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan
seluruh
data
yang
diperlukan dalam penelitian kemudian
melakukan tabulasi data nama bayi, nama
orang tua, alamat dan usia bayi (6-12
bulan), serta status pemberian ASI yang
didapatkan dari kohort bayi tahun 20152016 berupa jawaban ―Eksklusif‖ jika
dalam kohort tercatat pemberian ASI
mencapai E6 dan ―Tidak Eksklusif‖ jika
dalam kohort tercatat pemberian ASI tidak
mencapai
E6
kedalam
matriks
pengumpulan data yang telah dibuat
sebelumnya oleh peneliti, dilanjutkan
dengan mendata jumlah kehadiran setiap
ibu yang memiliki bayi usia 6-12 pada
kelas ibu hamil yang didapatkan dari
rekapan lembar absensi kelas ibu hamil
tahun 2014-2015 sesuai jumlahnya yaitu
tidak pernah (0 kali pertemuan), 1 kali
pertemuan, 2 kali pertemuan, dan 3 kali
pertemuan.
Peneliti
melakukan
analisis
univariat menggunakan distribusi frekuensi
untuk variabel tunggal yang dianggap
terkait dengan penelitian. Analisis univariat
dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan persentasi dari masingmasing kategori jumlah kehadiran ibu pada
kelas ibu hamil dan pemberian ASI
eksklusif di desa wilayah kerja Puskesmas
Tanjungsari. Kemudian data setiap kategori
jumlah kehadiran ibu pada kelas ibu hamil
dan pemberian ASI eksklusif ditabulasikan
kedalam tabel kemudian dilakukan analisis
bivariat untuk menganalisis hubungan
antara jumlah kehadiran ibu pada kelas ibu
hamil dengan pemberian ASI eksklusif
menggunakan perhitungan statistik uji chisquare dengan bantuan program SPSS versi
20.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Jumlah Kehadiran Ibu yang
Memiliki Anak usia 6-12 Bulan
pada Kelas Ibu Hamil
Kelas Ibu Hamil
Tidak Pernah (0 kali pertemuan)
1 Kali Pertemuan
2 Kali Pertemuan
3 Kali Pertemuan
Total
f
31
35
25
41
132
%
23.5
26.5
18.9
31.1
100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa ibu yang memiliki anak usia 6-12
bulan di desa wilayah kerja Puskesmas
Tanjungsari paling banyak mengikuti 3 kali
pertemuan pada kelas ibu hamil yaitu
31,1%.
Tabel 2. Pemberian ASI Eksklusif oleh
Ibu yang Memiliki Anak
Usia 6-12 Bulan
Pemberian ASI eksklusif
Ya
Tidak
Total
f
80
52
132
%
60.6
39.4
100
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa ibuyang memiliki anak
usia 6-12 bulan di desa wilayah kerja
Puskesmas
Tanjungsari
cenderung
memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar
60.6%.
Tabel 3. Hubungan Kehadiran Ibu pada Kelas Ibu Hamil dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsari
Kelas Ibu Hamil
Tidak Pernah (0 Pertemuan)
1 Kali Pertemuan
2 Kali Pertemuan
3 Kali Pertemuan
Pemberian ASI eksklusif
Ya
Tidak
f
%
f
%
9
29.0
22
71.0
20
57.1
15
42.9
17
68.0
8
32.0
34
82.9
7
17.1
Total
f
31
35
25
41
%
100
100
100
100
Nilai p
0.000
| 107
Hasil analisis chi square diperoleh nilai
signifikan yaitu nilai p (0.000) < 0.05 yang
artinya terdapat hubungan kelas ibu hamil
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Tanjungsari.
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa persentase jumlah ibu yang memiliki
anak usia 6-12 bulan dan rutin mengikuti
kelas ibu hamil sebanyak 3 kali selama
kehamilan masih sedikit yaitu sebanyak
31,1% dan ibu yang tidak pernah sama
sekali mengikuti kelas ibu hamil sebanyak
23.5%.
Menurut hasil wawancara pada
ketua bidang KIA Puskesmas Tanjungsari,
salah satu kendala yang terjadi pada
pelaksanaan kelas ibu hamil adalah ibu
hamil bekerja tidak dapat mengikuti kelas
ibu hamil. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan Noviati Fuada dan Budi
Setyawati dalam penelitiannya yang
berjudul Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di
Indonesia tahun 2015. Dalam penelitian
tersebut disebutkan bahwa beberapa hal
yang menjadi kelemahan pelaksanaan kelas
ibu hamil di Indonesia antara lain ibu hamil
masih bekerja tidak ada waktu, badan
pelaksana hanya Puskesmas, peserta tidak
hadir pada saat penyampaian materi inti
dan sosialisasi tidak maksimal terkait
manfaat sarana belajar.8
Sasaran peserta kelas ibu hamil
sebenarnya bukan hanya untuk ibu hamil
saja tetapi juga suami/keluarga ibu hamil
dapat ikut serta dalam kegiatan rutin kelas
ibu
hamil.
Dengan
dilibatkannya
keluarga/suami diharapkan pengetahuan
keluarga/suami meningkat sehingga dapat
juga menjadi motivasi perubahan sikap dan
perilaku pada ibu hamil, salah satunya
dalam pemberian ASI eksklusif.
108 |
Air susu ibu (ASI) merupakan
makanan yang terbaik untuk bayi karena
merupakan
makanan alamiah
yang
sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan
mengandung zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan bayi untuk pertumbuhan,
kekebalan, dan mencegah berbagai
penyakit. ASI minimal diberikan sampai 6
bulan pertama kehidupan bayi tanpa
pemberian minuman ataupun makanan lain
atau disebut juga ASI eksklusif.
Dengan
dilibatkanya
suami/keluarga dalam kelas ibu hami
diharapkan
suami/keluarga
dapat
memahami
manfaat
ASI
eksklusif.
Keluarga
cenderung
dapat
lebih
memberikan dukungan pada ibu, seperti
yang dinyatakan dalam penelitian milik
Herlina Retnaningtyas di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo, bahwa terdapat
hubungan positif antara support system
keluarga dengan sikap ibu dalam pemberian
ASI eksklusif.
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai pemberian ASI eksklusif di desa
wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari,
sebagian besar ibu yang memiliki anak usia
6-12 cenderung memberikan ASI eksklusif
yaitu sebanyak 60.6%.
Tenaga kesehatan memiliki peran
penting dalam pemberian ASI eksklusif.
Petugas kesehatan seperti bidan dapat
memberikan penyuluhan baik pada ibu
hamil maupun ibu menyusui mengenai ASI
eksklusif. Pemberian penyuluhan bukan
hanya harus berapa lama ibu memberikan
ASI pada bayi tetapi juga manfaat
pemberian ASI bagi ibu dan bayi serta
bagaimana cara menyusi yang baik juga
perlu diberikan sebagai bekal ibu agar
dapat menyusui dengan nyaman sehingga
ibu paham dan termotivasi untuk
memberikan ASI eksklusif dan secara
langsung dapat meningkatkan jumlah
cakupan pemberian ASI eksklusif itu
sendiri.
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa ibu yang memiliki anak usia 6-12
bulan dan mengikuti kelas ibu hamil
sebanyak 3 kali pertemuan cenderung
memberikan ASI eksklusif dibandingkan
dengan ibu yang tidak sama sekali
mengikuti kelas ibu hamil dan ibu yang
hanya mengikuti 1 -2 pertemuan kelas ibu
hamil yaitu sebanyak 82,9%. Sedangkan
pada ibu yang hanya mengikuti 2 kali
pertemuan kelas ibu hamil sebesar 68,0%,
ibu yang hanya mengikuti 1 kali pertemuan
kelas ibu hamil sebesar 57,1% dan ibu yang
sama sekali tidak pernah mengikuti kelas
ibu hamil hanya sebesar 29,0% yang
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Berdasarkan analisis menunjukkan hasil
bahwa terdapat hubungan antara kelas ibu
hamil dengan pemberian ASI eksklusif di
desa wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari
dengan diperoleh nilai p sebesar 0,000 dan
p< 0,05.
Devi Azriani (2014) dalam
penelitiannya yang berjudul Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif di Jakarta Selatan
menyatakan bahwa bahwa faktor yang
berhubungan
dengan
keberhasilan
pemberian ASI eksklusif adalah inisiasi
menyusu dini, dukungan tenaga kesehatan,
dan dukungan suami. Faktor yang paling
berperan terhadap keberhasilan pemberian
ASI eksklusif adalah faktor tenaga
kesehatan. Sedangkan faktor motivasi diri
tidak berhubungan dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan
hasil
simpulan
penelitian tersebut, tenaga kesehatan
khususnya bidan memiliki peran penting
untuk meningkatkan pendidikan kesehatan
pada ibu dan keluarga/suami tentang ASI
eksklusif, tidak hanya pada saat ibu bersalin
dan menyusui namun dimulai saat
kehamilan yang salah satu upayanya dapat
dilakukan dengan pelaksanaan kelas ibu
hamil.
Jika dilihat pada data yang diambil
dalam penelitian, didapatkan juga data ibu
yang tidak pernah mengikuti kelas ibu
hamil dapat memberikan ASI eksklusif,
serta didapatkan data ibu yang rutin
mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 3 kali
pertemuan selama kehamilan, tidak
memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya. Hal ini menunjukkan kehadiran
ibu pada kelas ibu hamil bukanlah satusatunya faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif di desa wilayah
kerja Puskesmas Tanjungsari tetapi juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
seperti motivasi, dukungan, serta hambatan
dan kendala yang terjadi pada saat
pemberian ASI eksklusif.
KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil penelitian dan
pembahasan hubungan kehadiran ibu pada
kelas ibu hamil dengan pemberian ASI
eksklusif dapat disimpulkan bahwa jumlah
ibu yang mengikuti kelas ibu hamil
sebanyak 3 kali pertemuan cenderung
memberikan ASI eksklusif (82.9%),
sedangkan ibu yang tidak pernah mengikuti
kelas ibu hamil cenderung tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak
(71.0%). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sering ibu mengikuti kelas ibu
| 109
hamil maka pemberian ASI eksklusif akan
berhasil.
Berdasarkan hasil uji chi square,
diperoleh nilai p sebesar 0,000 dan p< 0,05,
yang berarti terdapat hubungan antara
pelaksanaan kelas ibu hamil dengan
pemberian ASI eksklusif di desa wilayah
kerja Puskesmas Tanjungsari.
REFERENSI
Azriana. D. dan Wasnidar. 2014.
Keberhasilan
Pemberian
ASI
Eksklusif. Jurnal Health Quality
4(2): 77-141
Breastfeeding Coalition Tasmania. 2015.
Barriers
to
Breastfeeding
Tasmania: Tasmanian Government.
http://www.breastfeedingtas.org/ab
out/barriers_to_breastfeeding. 11
Agustus 2016 (11.40).
Departemen Kesehatan RI. 2012. Upaya
Percepatan
Penurunan
Angka
Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
di Indonesia. Depkes RI. Jakarta.
Frazier, A. 2016. Barriers to Breastfeeding
Persisi Despite Education Efforts
Pennsylvania:
Public
Source.
http://publicsource.org/investigatio
ns/barriers-breastfeeding-persistdespite-educationefforts#.V7T1OFt97rd. 13 Agustus
2016 (12.30)
Fuada, N. dan Setyawati, B. 2015
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di
Indonesia.
Badan
Litbangkes
Kemenkes RI. Jakarta.
Horta, B. 2013. Long-term Effects of
Breastfeeding.
http://www.who.int/maternal_child
_adolescent. 11 Agustus 2016
(12.00).
110 |
Irnawati, T. 2010. Manfaat dan Dampak
Pemberian ASI Eksklusif dan Susu
Formula Terhadap Bayi 6-12 Bulan
di Dua Sarana Kesehatan Wilayah
Kecamatan Penjaringan Tahun
2010. Tesis. Universitas Atma Jaya.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil.
Kemenkes RI. Jakarta.
__________. 2014. Situasi dan Analisis
ASI Eksklusif. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta.
Office of The Surgeon General. 2011.
Barriers to Breastfeeding in the
United States Bethesda, USA:
National Center for Biotechnology
Information.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books
/NBK52688/. 13 Agustus 2016
(12.40)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Pemberian Air Susu Ibi Eksklusif.
Lembaga
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144.
Jakarta.
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten Sumedang. 2014. Profil
Daerah Kabupaten Sumedang
Tahun
2014.
BAPEDDA
K.abupaten Sumedang. Sumedang.
Retnaningtyas, H. 2012. Hubungan Support
System Keluarga dengan Sikap Ibu
Dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Sukoharjo. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Romlah, S. 2009. Pengaruh Kelas Ibu
Hamil terhadap Perilaku Ibu dalam
Merencanakan Persalinan dan
Pencegahan
Komplikasi
di
Kabupaten Garut Jawa Barat tahun
2009. Tesis. Program Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Jakarta.
Unicef UK. 2010. The Benefits of
Breastfeeding United Kingdom:
Unicef
UK.
http://www.unicef.org.uk/BabyFrie
ndly/What-is-BabyFriendly/benefits-of-breastfeeding/.
17 Agustus 2016 (00.31).
Utami, G. 2012. Peran Kelas Ibu Hamil
Terhadap Praktik Inisiasi Menyusu
Dini pada Ibu Bayi Usia 0-12
Bulan di Wilayah Kelurahan
Tengah, Kramatjati Jakarta Timur.
Tesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia. Jakarta.
WHO. 2015. Exclusive Breastfeeding.
http://www.who.int/nutrition/topics
/exclusive_breastfeeding/en/.
15
November 2015 (15.48).
_________.
The
World
Health
Organization's
Infant
Feeding
Recomendation.
http://www.who.int/nutrition/topics
/infantfeeding_recommendation/en/
. 21 November 2015 (12:30).
Widyati, R. 2011. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kunjungan
Kelas Ibu Hamil di Wilayah binaan
Puskesmas Sukadana Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2011.
Skripsi.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Jakarta.
| 111
Download